Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

“GRAVIMETRI”

Dosen Pembimbing :
Muhammad Abdus Salam Jawwad ST. Msc.

Disusun oleh :
Muhammad Fairuz Akmal (20034010050)
Komang Tegar Kurniawan (20034010062)
Achmad Afandi Oktavianto (20034010074)

TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu kimia analitik adalah ilmu kimia yang mendasari pemisahan-pemisahan dan
analisis bahan. Analisa bertujuan untuk menentukan susunan bahan, baik secara kualitatif,
kuantitatif,maupun secara struktur. Susunan kualitatif merupakan komponen-komponen
bahan, sedangkan susunan kuantitatif adalah berapa banyaknya atau setiap komponen
tersebut. Dalam ilmu kimia analitik untuk menganalisa suatu komponen kimia terdiri atas
beberapa analisis yaitu analisis volumetri dan analisis gravimetri.
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yangpaling tua dan yang paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri
adalah analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya. Analisis gravimetri
berkaitan dengan perubahan dari elemen atau radikal untuk menjadi senyawa stabil murni
yang mudah diubah menjadi bentuk yang cocok untuk ditimbang. Beratnya bisa dihitung
dari rumus senyawa dan massa atom relatif dari unsur penyusun yang dapat diketahui.
Kinerja metode gravimetri relatif lambat, memerlukan peralatan neraca dan oven, tidak
memerlukan kalibrasi, akurasi 1-2 bagian per seribu, analit memiliki sensitivitas lebih
dari 1%, dan memiliki selektivitas tidak terlalu spesifik.
Tahap pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan. Analitnya secara
fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya.
Selain itu Analisa gravimetri merupakan suatu cara analisa kimia kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip penimbangan berat yang didapat dari proses pemisahan analit
dari zat-zat lain dengan metode pengendapan. Zat yang telah diendapkan ini disaring dan
dikeringkan serta ditimbang dan diusahakan endapan itu harus semurni mungkin. Untuk
memisahkan endapan tersebut maka sangat dibutuhkan pengetahuan dan teknik yang
cukup dan wajibvdimiliki seorang enginer.
Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus dari
senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan mantap (stabil), sehingga
dapat diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis selanjutnya
dihitung dari rumus senyawa atau berat atom penyusunnya. Suatu metode analisis
gravimetri didasarkan pada reaksi kimia seperti :
aA + rR → AaRr

1.2. Tujuan

Tujuan diadakannya praktikum kali ini adalah untuk memahami bagaimana proses
analisi gravimetri yang berlangsung. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan untuk
mengetahui massa endapan yang diperoleh setelah melalui proses analisis gravimetri.

1.3. Ruang Lingkup

Karena keadaan pandemi Covid-19 yang sedang terjadi, praktikum kali ini harus
dilaksanakan dengan menggunakan media daring. Dalam pelaksanaannya praktikum dibuat
dengan sedemikian rupa sehingga mahasiswa dapat merasakan sensasi praktikum di
laboratorium. Praktikum dilaksanakan dengan pengamatan dan metode kuantitatif.
Mahasiswa melakukan pengamatan terhadap proses analisis gravimetri. Metode kuantitatif
dimanfaatkan untuk mengetahui proses analisis gravimetri dan mengetahui massa endapan
serta kadar Cu yang diperoleh setelah melalui proses analisis gravimetri.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gravimetri

Gravimetri merupakan  salah satu metode analisis dalam kimia untuk menentukan
jumla suatu zat atau komponen yang paling sederhana dimana jumlah zat ditentukan dengan
mengukur berat zat atau setelah melalui proses pemisahan. Pemisahan suatu unsur atau
senyawa yang terkandung dilakukan dengan beberapa metode, seperti metode pengendapan,
termogravimetri, elektrogavimetri, dan beberapa metode lainnya. Analisis gravimetri ini
berkaitan dengan perubahan pada suatu unsur yang nantinya akan ditentukan kandungannya
menjadi senyawa murni yang stabil yang kemudian dapat diubah menjadi bentuk yang cocok
untuk ditimbang. Analisis gravimetri ini melibatkan proses isolasi dan pengukuran berat
suatu unsur atau senyawa tertentu. Metode analisa gravimetri ini memakan waktu yang cukup
lama, adanya sebuah pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi
dapat juga dipergunakan. Dalam penentuan kadar unsur dalam analisis gravimetri ini,
digunakan rumus :

Ar Unsur
× Massa Endapan
Mr Senyawa
%Unsur= ×100 %
Massa Sampel

2.2 Karakteristik Cu

Tembaga merupakan salah satu unsur logam berbentuk kristal nama kimia cuprum
dan dilambangkan dengan Cu. Tembaga merupakan logam transisi golongan IB yang
memiliki nomor atom 29 dan berat atom 63,55 g/mol. Tembaga di alam banyak ditemukan
dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral (Palar, 2004).
Logam Cu ini bernomor atom 29, memiliki berat atom 63,54, titik leburnya 1084,62 0 C dan
mulai mendidih pada 25620 C. Sifat fisika logam Cu, unsur ini memiliki warna kuning
kemerah-merahan, unsur ini lunak sehingga mudah dibentuk menjadi lembaran-lembaran
tipis, Cu juga bersifat konduktor panas dan listrik yang bagus. Sifat kimia logam Cu, unsur
ini tahan terhadap korosi, pada suhu sekitar 300°C tembaga dapat bereaksi dengan oksigen
sehingga membentuk CuO yang berwarna hitam, sedangkan pada suhu yang tinggi, sekitar
1.000°C, akan terbentuk tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
2.3 Karakteristik Terusi

Terusi merupakan nama trivial dari CuSO4.5H2O, senyawa ini memiliki kederajatan
hidrasi yang berbeda-beda, dan untuk bentuk pentahidratnya sendiri berupa kristal yang
berwarna biru terang. Sifat kimia dari CuSO4.5H2O, senyawa ini
akan terdekomposisi sebelum mencair pada suhu 150 °C, akan kehilangan dua molekul
airnya pada suhu 63 °C, diikuti 2 molekul lagi pada suhu 109 °C dan kehilangan molekul air
terakhir pada suhu 200 °C, senyawa CuSO4.5H2O yang mempunyai warna biru terang
merupakan hasil dari hidrasi air. Unsur ini juga dapat bereaksi dengan asam klorida. Pada
reaksi ini, larutan CuSO4.5H2O yang awalnya berwarna biru akan berubah menjadi warna
hijau karena pembentukan tetraklorokuprat(II). Kegunaan dari senyawa CuSO4.5H2O antara
lain sebagai fungisida, herbisida, dan pestisida.

2.4 Karakteristik NaOH

Natrium Hidroksida atau NaOH merupakan jenis basa logam kaustik. NaOH
terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida
digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam
proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun, dan deterjen. Natrium
hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium
hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran,
ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan sorensen. Natrium hidroksida memiliki
titik lebur pada suhu 318ºC dan memiliki titik didih pada suhu 1390ºC.

2.5 Karakteristik BaCl2

BaCl2 atau Barium Klorida merupakan salah satu garam yang sangat umum larut di
dalam air. Di alam barium dapat membentuk mineral Baritin (BaSO 4), dan juga dapat
membentuk mineral Witerit (BaCO3). Senyawa ini mempunyai berat 208,232 serta memiliki
nilai titik lebur 9620 C dan akan mendidih pada suhu 15600 C. Senyawa barium klorida ini
dapat dibuat dari barium hidroksida (Ba(OH)2)atau barium karbonat (BaCO3), dengan barium
karbonat yang ditemukan secara alamiah sebagai mineral witherite. Barium klorida dapat
pula dibuat dengan cara mereaksikan asam klorida (HCl) dengan barium karbonate (BaCO 3)
atau sulfida (BaSO4). Pemanfaatan barium klorida, biasanya dipakai dalam pembuatan garam
barium lain, senyawa ini juga dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperoleh unsur barium
yang didapatkan dengan melalui sebuah proses elektrolisis.
BAB III

PROSEDUR PRAKTIKUM

3.1. Peralatan Praktikum

 Pipet Tetes
 Gelas Beker
 Erlenmenyer
 Timbangan Analitik
 Cawan Porselen
 Corong
 Pipet Volumetrik
 Gelas Ukur
 Penjepit
 Cawan Arlogi
 Spatula
 Batang Pengaduk
 Furnance
 Oven
 Botol Semprot
 Hotplate
 Desikator

3.2. Bahan yang Digunakan

 Aquades
 Tawas
 Kertas Lakmus
 Kertas Saring
 BaCl2 2%
 NaOH 2N
3.3. Prosedur Kerja

1) Panaskan cawan porselen dalam oven pada suhu 105ºC selama 30 menit
2) Setelah 30 menit keluarkan cawan porselen dari oven dan masukkan ke dalam
desikator
3) Timbang cawan porselen kosong
4) Timbang tawas sebanyal 1 gram di timbangan analitik
5) Masukkan tawas ke dalam beaker glass kemudian tambahkan aquades sebanyak 200
ml
6) Aduk menggunakan batang pengaduk sampai tawas larut secara homogen dalam
aquades
7) Beri tetesan NaOH 2N tetes demi tetes hingga endapan berhenti terbentuk
8) Diamkan beberapa saat hingga endapan mengendap
9) Lakukan pengujian dengan Kertas lakmus pada larutan hasil penyaringan
10) Saring endapan yang terbentuk dengan kertas saring. Sebelumya cara melipat kertas
saring yaitu dilipat menjadi setengah lingkaran kemudian di lipat menjadi satu
perempat lingkaran. Kemudian buka bagian tengah letakkan pada corong.
11) Lakukan pencucian dengan aquades panas
12) Lakukan pengujian BaCl2 2% jika tidak terbentuk endapan pncucian selesai
13) Masukkan endapan dan kertas saring ke cawan porselen kosong yang sudah
ditimbang
14) Panaskan dalam oven pada suhu 105ºC selama 30 menit
15) Setelah 30menit keluarkan cawan porselen dari oven
16) Masukkan pada furnace pada suhu 600ºC selama 3 jam
17) Setelah 3 jam turunkan suhu furnace kemdian keluarkan cawan porselen dari furnace
18) Masukkan ke dalam desikator selama 30 menit
19) Setelah 30 menit keluarkan cawan porselen dari desikator
20) Kemudian timbang massa akhirnya yaitu porselen dan abu yang tebentuk
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

Pada praktikum gravimetri, dilakukan pengujian kadar Cu yang ada pada terusi.
Diawali dengan membuat larutan terusi sebagai larutan sampel dengan melarutkan 1 gr terusi
dengan 200 ml aquades. Larutan terusi yang telah dibuat kemudian ditetesi dengan NaOH 2N
setetes demi setetes agar diperoleh endapan CuO hingga larutan terusi tidak lagi
menghasilkan endapan. Setelah mengendap dengan sempurna, dilakukan penyaringan
menggunakan kertas saring bebas abu yang dibentuk kerucut. Hasil endapan yang ada pada
kertas saring ditetesi atau dicuci dengan aquades yang telah dipanaskan. Filtrat yang ada juga
diuji dengan cara ditetesi BaCl2 2%. Apabila tidak ada reaksi pengendapan, maka proses
pencucian telah selesai.

Selanjutnya kertas saring beserta endapannya diletakkan ke dalam cawan porselen


yang telah diketahui massanya dan dimasukkan kedalam oven untuk dipanaskan dengan suhu
105℃ selama 30 menit. Setelah dipanaskan selama 30 menit, cawan dan kertas saring
dipindah kedalam furnace dengan suhu 600℃ selama 3 jam. Setelah itu, timbang cawan
untuk mengetahui massa akhirnya.

Dalam praktikum tersebut, diperoleh data sebagai berikut :

Massa Cawan Porselen +


Massa Cawan Porselen Massa Sampel
Endapan / Massa Akhir
(gr) (gr)
(gr)

41,126 41,446 1

4.2 PEMBAHASAN

Dengan data yang diperoleh, massa endapan dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :
Massa endapan (CuO) = Massa akhir – Massa Cawan Porselen
= 41,446 gr – 41,126 gr
= 0,320 gr

Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh massa endapan sebesar 0,320 gr.

Setelah memperoleh massa endapan, perhitungan dilanjutkan dengan menghitung


kadar Cu dimana Ar Cu = 63,5 dan Mr CuSO4 = 160 menggunakan rumus sebagai berikut :

ArCu
× mCuO
% Cu = MrCuSO 4
×100 %
m sampel
63,5 gram/mol
× 0,320 gram
= 160 gram/mol
× 100 %
1 gram

= 12,7 %

Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh hasil kadar Cu sebesar ±12,7% atau ±


0,127 gram.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Gravimetri merupakan  salah satu metode analisis dalam kimia untuk menentukan jumla
suatu zat atau komponen yang paling sederhana dimana jumlah zat ditentukan dengan
mengukur berat zat atau setelah melalui proses pemisahan.
 Pemisahan unsur dan senyawa yang terkandung dilakukan dengan beberapa metode,
seperti metode pengendapan, termogravimetri, elektrogavimetri, dan metode lainnya.
 Pada praktikum gravimetri, dilakukan pengujian kadar Cu. Diawali dengan membuat
larutan terusi, kemudian ditetesi dengan NaOH 2N agar diperoleh endapatn CuO. Lalu,
dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring. Hasil endapan pada kertas saring
dicuci dengan aquades. Filtrat yang ada diuji dengan cara ditetesi BaCl 2 2%. Apabila tidak
ada reaksi pengendapan, maka proses pencucian telah selesai. Selanjutnya kertas saring
beserta endapannya diletakkan ke dalam cawan porselen. Setelah dipanaskan, cawan dan
kertas saring dipindah kedalam furnace. Setelah itu, timbang cawan untuk mengetahui
massa akhirnya.
 Dalam praktikum diperoleh data sebagai berikut :
 Massa cawan porselen = 41,126 gram
 Massa cawan akhir = 41,446 gram
 Massa sampel = 1 gram
 Dari data yang diperoleh dilakukan perhitungan dengan rumus :
Ar Unsur
× Massa Endapan
Mr Senyawa
%Unsur= ×100 %
Massa Sampel

 Berdasarkan perhitungan, diperoleh kadar Cu sebesar ±12,7% atau ±0,127 gram.

5.2 Saran

Dalam melaksanakan suatu proses praktikum analisa gravimetri, harus dilakukan


dengan hati-hati dan teliti, dalam memasukkan larutan-larutan yang ada harus sesuai takaran
yang telah ditentukan, agar data-data yang diperoleh dari hasil praktikum sesuai dengan apa
yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

 Marpaung. P. S., Romelan. Analisis Jenis Dan Kadar Saponin Ekstrak Metanol Daun
Kemangi ( Ocimum basilium L.) Dengan Menggunakan Metode Gravimetri : 82
 Ayu Melinda. Laporan Praktikum Kimia Analisis Gravimetri. Diakses dari
https://www.academia.edu/19160782/
Laporan_Praktikum_Kimia_Analisis_gravimetri
 Wikipedia.org. Gravimetri (kimia). Diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Gravimetri_(kimia)
 Kajianpustaka.com. Tembaga ( Definisi, Karakteristik, Sifat, Penggunaan, dan
Dampak Keracunan Limbah ). Diakses dari
https://www.kajianpustaka.com/2020/09/tembaga.html
 Wikipedia.org. Tembaga (ii) Sulfat. Diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga(II)_sulfat
 Wikipedia.org. Barium Klorida. Diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Barium_klorida

Anda mungkin juga menyukai