Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum kali ini adalah untuk memahami pengertian dari
asiditas dan alkalinitas. Selain itu pada praktikum kali ini bertujuan juga untuk
mengetahui nilai asiditas larutan sampel. Pada praktikum kali ini mahasiswa diharapkan
mengamati proses titrasi basa kuat terhadap sampel air yang akan mengalami perubahan
warna sebagai titik akhir titrasi.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asiditas
Asiditas merupakan kapasitas kuantitatif air untuk bereaksi dengan basa kuat sehingga
menstabilkan pH hingga mecapai 8,3 atau kemampuan air untuk mengikat OH-[1]. Pada
dasarnya asiditas menggambarkan kapasitas kuantitatif air untuk menetralkan basa sampai ph
tertentu, yang dikenal dengan baseneutralizing capacity (BNC). pH sendiri hanya
menggambarkan konsentrasi ion hidrogen. Pada kebanyakan air alami, air buangan domestik,
dan air buangan industri bersifat buffer karena sistem karbondioksida-bikarbonat. Pada titrasi
beberapa asam lemah, dapat diketahui bahwa titik akhir stoikiometri dari asam karbonat tidak
dapat dicapai sampai ph sekitar 8,5[2]. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas,
karena terdapat dua kontributor utamanya yakni CO 2 dan H2S yang merupakan larutan
volatile yang segera hilang dari sample[3]. Rumus yang digunakan untuk menghitung asiditas
1000
Asiditas (mg/l) = x P x N. senyawa x BE
V sampel
2.1 Alkalinitas
1000
Alkalinitas (mg/l) = x P x N. senyawa x BE
V sampel
2.3 Fenolftalein
Metil orange adalah salah satu zat warna anionik yang mengandung gugus azo. Zat
warna ini pada umumnya banyak digunakan pada proses pewarnaan dan indikator dalam
penentuan titik akhir titrasi. Walaupun metil orange ini tidak terlalu berbahaya tetapi dapat
menyebabkan hypersensitivity dan alergi[8]. Metil orange merupakan indikator pH yang
sering digunakan dalam titrasi karena perubahan warnanya yang jelas dan kontras. Oleh
karena indikator ini berubah warna pada pH sedikit asam, maka biasa digunakan dalam titrasi
asam. Dalam larutan yang agak asam, metil orange ini berubah warna dari merah menjadi
jingga dan akhirnya menjadi kuning, dan sebaliknya jika keasaman larutan bertambah.
Seluruh perubahan warna terjadi dalam kondisi asam. Dalam kondisi asam berwarna merah,
dan dalam kondisi basa berwarna kuning. Metil jingga memiliki pH 3,47 dalam air pada
25 °C[9].
2.5 NaOH
2.6 HCl
PROSEDUR PRAKTIKUM
Erlenmeyer
Pipet Tetes
Pipet Gondok
Buret dan Statif
1. Mengukur pH sampel
2. Karena pH sampel = 7, maka pengujian dilakukan dengan prosedur asiditas
3. Setelah itu memipet sampel sebanyak 100 ml kemudian dimasukan ke dalam
erlenmeyer
4. Menambahkan 3 tetes indikator pp (fenolftalein)
5. Titrasi dengan NaOH sampai TAT (Titik Akhir Titrasi) = berwarna rose pucat
6. Catat volume NaOH yang dibutuhkan sebagai P (11 ml)
7. Pada sampel yang sama, tambahkan 3 tetes indikator MO
8. Titrasi HCl sampai TAT (Titik Akhir Titrasi) = berwarna metil jingga
9. Catat volume HCl yang diperlukan sebagai Q (15 ml)
BAB IV
4.1 HASIL
Berdasarkan hasil titrasi yang ada pada video analisis asiditas dan alkalinitas,
diperoleh volume NaOH 0,1N dengan indikator pp dan HCl 0,1 N dengan indikator mo yang
diperlukan dalam bentuk data sebagai berikut :
4.2 PEMBAHASAN
Pada video praktikum asiditas dan alkalinitas, kegiatan diawali dengan mengukur pH
sampel. Setelah diukur, diketahui bahwa sampel memiliki pH 7. Karena diketahui pH sampel
adalah 7, maka pengujian dilanjutkan dengan prosedur asiditas.
Indikator yang digunakan dalam proses pengujian sampel lebih tepatnya pada proses
titrasi adalah indikator fenolftalein (pp) dan indikator metil orange (mo). Indikator pp
digunakan pada saat titrasi menggunakan NaOH 0,1N. Proses titrasi dihentikan ketika warna
sampel berubah menjadi warna rose pucat. Indikator pp sendiri memiliki trayek pH 8,3 – 9,83
dengan perubahan warna merah muda menjadi tidak berwarna dimana fenolftalein tidak akan
berwarna apabila ada pada larutan asam atau netral sedangkan akan berwarna merah muda
ketika ada pada larutan basa.
Sementara itu, proses titrasi dengan HCl 0,1N menggunakan indikator mo. Proses
titrasi dihentikan ketika sampel berubah warna menjadi merah jingga. Indikator mo sendiri
memiliki trayek pH 3,1 – 4,4 dengan perubahan warna merah menjadi kuning dimana metil
orange akan berwarna merah jika ada pada larutan asam dan akan berwarna kuning pada
larutan basa atau netral.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, diperoleh data volume NaOH 0,1N sebagai P
dan volume HCl 0,1N sebagai Q dimana P < Q. Karena P < Q, maka asiditas disebabkan oleh
HCO−¿
3
¿
dan CO2.
−¿ ¿
Untuk kandungan CO2 dan HCO 3 pada sampel dimana P < Q, dapat ditentukan
dengan rumus sebagai berikut :
1000
CO2 ( mg/L ) ¿ × P × N NaOH × BE CO2
V sampel
1000
¿ ×11,2 ×0,1 × 44
100
¿ 492,8 mg/L
1000
× [ ( Q × N HCl )−( P × N NaOH ) ] × BE HCO3
−¿ ¿
HCO −¿
3
¿
( mg/L ) ¿
V sampel
1000
¿ × [ ( 15,1 ×0,1 )− (11,2 × 0,1 ) ] ×61
100
¿ 237,9 mg/L
Berdasarkan dari hasil perhitungan tersebut, diperoleh kandungan CO2 sebesar 492,8
−¿ ¿
mg/L dan kandungan HCO3 sebesar 237,9 mg/L.
BAB V
5.1 Kesimpulan
- Asiditas merupakan kapasitas kuantitatif air untuk bereaksi dengan basa kuat sehingga
menstabilkan pH hingga mecapai 8,3 atau kemampuan air untuk mengikat OH-.
- Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang
diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan
tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan.
- Data yang diperoleh berdasarkan hasil titrasi yang ada pada video analisis asiditas dan
alkalinitas sebagai berikut, V sampel sebanyak 100 mL, V NaoH 0,1 N (P) sebanyak 11,2 mL
dengan indikator fenolftalein, dan V HCl 0,1 N (Q) sebanyak 15,1 mL dengan indikator metil
orange.
- Pada video praktikum asiditas dan alkalinitas, diawali dengan mengukur pH sampel. Setelah
diukur, diketahui pH sampel 7. Karena diketahui pH sampel adalah 7, maka pengujian
dilanjutkan dengan prosedur asiditas.
- Dari data volume NaOH (P) dengan HCL (Q), diketahui P < Q, maka asiditas disebabkan
−¿ ¿
oleh HCO 3 dan CO2.
1000
Asiditas (mg/l) = x P x N. senyawa x BE
V sampel
Dari data yang telah diperoleh dan setelah dilakukan dengan perhitungan rumus diatas
−¿ ¿
didapatkan hasil bahwa kandungan CO2 sebanyak 492,8 mg/L dan kandungan HCO 3 adalah
sebanyak 237,9 mg/L.
5.2 Saran
Saat melakukan praktikum asiditas dan alkalinitas, proses titrasi harus dilakukan
dengan hati-hati dan teliti, volume yang tercampur dalam proses titrasi harus diamati dan
dicatat secara tepat sehingga dalam perhitungan teoritisnya tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. id.scribd.com. Asiditas Adalah Kapasitas Kuantitatif Air Untuk. 2014 [cited 2020 16
Desember].
2. Effendi, H., Telaah kualitas air, bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan.
2003: Kanisius.
3. docplayer.info. 2017 [cited 2020 16 Desember].
4. ainzha.blogspot.com. Air. 2009 [cited 2020 16 Desember].
5. Achmad, R., Kimia lingkungan. Yogyakarta: Andi, 2004.
6. rest-app.belajar.kemdikbud.go.id. Titrasi Asam Basa. [cited 2020 16 Desember].
7. Obei L, B.A., Talbot D, Jaafar SB, Dupuis V, Abramson S, Cabuil V, & Welschbillig M,
chitosan/maghemite composite: a magsorbent for the adsorption of MO. 2013: p. . J Colloid
Interfac 410: 52–58.