Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Alkalinitas

Alkalinitas merupakan gambaran dari kapasitas air untuk menetralkan asam atau yang lebih kenal
dengan nama ANC (Acid Neutralizing Capacity). Selain itu, alkalinitas juga didefinisikan sebagai kapasitas
penyangga (buffer capacity) yang menetralkan perubahan pH perairan yang sering terjadi (Effendi, 2003).
Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffercapacity) terhadap pH perairan yang terdiri atas
anion-anion seperti anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-), Borat (H2BO3-),
silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-) sulfide (HS-) dan amonia (NH3) dalam perairan yang dapat
menetralkan kation hidrogen.Namun pembentuk alkalnitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat dan
hidroksida (Irianto, 2005).

2.2 Peranan Alkalinitas Dalam Perairan

Alkalinitas yang terdapat dalam perairan secara langsung tidak mempengaruhi adanya organisme
akuatik, karena alkalinitas dalam perairan berperan sebagai penetral keasaman pH dalam perairan.
kemudian pH inilah yang mempengaruhi organisme akuatik. Alkalinitas merupakan faktor kapasitas
untuk menetralkan asam. Oleh karenanya kadang-kadang penambahan alkalinitas lebih banyak
dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi asam (Lesmana, 2005).

Proses penetralan keasaman pH terjadi karena adanya ion karbonat dan ion bikarbonat yang saling
bereaksi. Dalam kondisi basa, ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan ion
hidrogen yang bersifat asam sehingga keadaan pH menjadi netral. Sebaliknya bila keadaan terlalu asam,
ion karbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang
bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral (Arsyad, 1989).

2.3 Kadar Alkalinitas

Ikan tumbuh pada kisaran alkalinitas yang tinggi, tetapi nilai 120 – 400 mg/l adalah optimal. Kadar
alkalinitas yang sangat rendah, air kehilangan kemampuan menyangga perubahan keasaman dan pH
yang berfluktuasi sangat cepat sehingga dapat menggangu kehidupan ikan budidaya. Ikan sangat sensitif
pada kondisi kadar alkalinitas yang rendah (Mintardji, 1984).

Perairan dengan total alkalinitas yang tinggi telah berkaitan dengan endapan batu kapur tanah. Nilai
kadar alkalinitas yang tinggi biasanya terdapat pada perairan dalam, dimana penguapan konsentrasi ion
perairan lebih banyak terjadi dengan alkalinitas rendah ditemukan pada tanah berpasir dan tanah yang
mengandung banyak bahan organik. Sebagian perairan yang tercemar bahan organik akan memiliki
kadar alkalinitas yang rendah basa umumnya rasa seperti sabun, Suatu zat yang dapat mengubah lakmus
merah menjadi biru, serta senyawa yang mengandung gugusan hirdroksil(OH)
(http//ideiyanhariini.blogspot.com/2009/05/alkalinitas.html).
2.4 Hubungan Alkalinitas Dengan Parameter Lain

Tinggi dan rendahnya alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain seperti
pH, suhu, udara, cahaya, dan sebagainya. Di mana semakin tinggi alkalinitas, maka semua parameter
tersebut akan mengikuti. Konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total
kesadahan air, umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total
kesadahan (Anang, 1991).

Besarnya pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH yang kurang
dari 7 menunjukkan lingkugan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa
(alkali). Sedangkan ph 7 disebut netral. Fluktuasi pH air sangat ditentukan oleh alkalinitas air tersebut.
Apabila alkalinitasnya tinggi, maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH nya (Sastrawijaya,
2000).

2.5 Dampak alkalinitas dan Penanggulangan Alkalinitas

Air yang baik digunakan dalam suatu budidaya sebaiknya air yang bersifat alkalis, sebab jika air yang
bersifat alkalis dapat memungkinkan terjadinya proses perombakan bahan-bahan organik menjadi garam
mineral yang dapat berlangsung dengan cepat (Effendi, 2003).

Alkalinitas merupakan faktor kapasitas yang dapat menentukan kemasaman. pH Sehingga untuk
mencegah penanggulangan terjadinya kemasaman tersebut, maka di netralkan dengan ion-ion
bikarbonat yang memegang peranan penting dalam menentukan alkalinitas perairan (Rompas, 1998).

Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.analisis
kuantitatif yang paling sering ditetapkan yaitu analisis titrimetri. Analisis titrimetri dilakukan dengan
mentitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui
konsetrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen
titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel dengan
larutan standar disebut analisis asidimetri dan alkalimetri (Keenan, 1991).

Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Asidimetri
merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan
menggunakan baku asam. Sedangkan alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa bersifat
asam dengan menggunakan baku basa (Gandjar, 2007).

Asidimetri dan alkalimetri yaitu dua macam kelompok dari titrasi netralisasi. Asidimetri dan alkalimetri
sering juga disebut dengan titrasi asidimetri dan titrasi alkalimetri (Basset, 1994). Titrasi asidimetri
adalah titrasi larutan yang bersifat basa dengan larutan standar asam. Titrasi alkalimetri adalah titrasi
larutan yang bersifat asam dengan larutan standar basa (Harjadi, 1990).
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar ditambahkan ke dalam
larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Standarisasi merupakan suatu proses
yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar
dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volume larutan). Larutan standar sekunder adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi (Day & Underwood,
1999).

Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi sempurna dapat dipergunakan
suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa
tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya
kelebihan titran dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena sistem kromofornya
diubah oleh reaksi asam basa (Suirta, 2010).

Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir . Air asam biasanya tidak
diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas biasanya merupakan hasil dari adanya asam
lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, protein, asam-asam lemak dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+.
Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua contributor utama CO2 dan H2S,
merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel (Mindriany, 1994)

Istilah asam mineral bebas (free mineral acid) adalah asam kuat seperti H2SO4 dan HCl di dalam air.
Asiditas total ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir phenolphtalein (pH 8,2).
Asam mineral bebas ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir methyl orange (pH
4,3). Karakter asam dari ion-ion logam asam, dan biasanya beberapa merupakan asam kuat (Mindriany,
1994).

Berikut ini beberapa contoh indikator yang digunakan dalam titrasi asam-basa:

1. Indikator metil merah merupakan senyawa organik yang memiliki rumus kimia C15H15N3O2.
Senyawa ini banyak digunakan untuk titrasi asam-basa. Berwarna merah saat pH dibawah 4,4 dan
berwarna kuning saat pH diatas 6,2.

2. Indikator PP, digunakan untuk mengetahui proses pentitrasian dengan terjadinya perubahan
warna pada larutan. Indikator PP dengan range pH 8,0 – 9,6 merupakan indikator baik untuk larutan basa
(Damin, 2008).

3. Metil jingga merupakan senyawa azo yang berbentuk kristal berwarna kuning kemerahan, lebih
larut dalam air panas dan larut dalam alkohol. Metil jingga sering digunakan sebagai indikator dalam
titrasi asam basa. Metil jingga mempunyai trayek pH 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46 , berwarna merah dalam
keadaan asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil jingga digunakan untuk mentitrasi asam
mineral dan basa kuat, menentukan alkalinitas dari air tetapi tidak dapat digunakan untuk asam organik
(Suirta, 2010).

Day, R. A. & Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.

Gandjar, I. G. & Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar, Yogyakarta.

Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia Jakarta

Keenan. 1991. Ilmu Kimia Universitas. Erlangga, Jakarta.

Suirta, I W. 2010. SINTESIS SENYAWA orto-FENILAZO-2-NAFTOL SEBAGAI INDIKATOR DALAM TITRASI.


Jurnal Kimia, 4(1): 27-34

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Alkalinitas

Alkalinitas merupakan gambaran dari kapasitas air untuk menetralkan asam atau yang lebih kenal
dengan nama ANC (Acid Neutralizing Capacity). Selain itu, alkalinitas juga didefinisikan sebagai kapasitas
penyangga (buffer capacity) yang menetralkan perubahan pH perairan yang sering terjadi (Effendi, 2003).
Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap pH perairan yang terdiri atas
anion-anion seperti anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-), Borat (H2BO3-),
silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-) sulfide (HS-) dan amonia (NH3) dalam perairan yang dapat
menetralkan kation hidrogen. Namun pembentuk alkalnitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat dan
hidroksida (Irianto, 2005).

2.2 Peranan Alkalinitas Dalam Perairan

Alkalinitas yang terdapat dalam perairan secara langsung tidak mempengaruhi adanya organisme
akuatik, karena alkalinitas dalam perairan berperan sebagai penetral keasaman pH dalam perairan.
kemudian pH inilah yang mempengaruhi organisme akuatik. Alkalinitas merupakan faktor kapasitas
untuk menetralkan asam. Oleh karenanya kadang-kadang penambahan alkalinitas lebih banyak
dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi asam (Lesmana, 2005).

Proses penetralan keasaman pH terjadi karena adanya ion karbonat dan ion bikarbonat yang saling
bereaksi. Dalam kondisi basa, ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan ion
hidrogen yang bersifat asam sehingga keadaan pH menjadi netral. Sebaliknya bila keadaan terlalu asam,
ion karbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang
bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral (Arsyad, 1989).

2.3 Kadar Alkalinitas

Ikan tumbuh pada kisaran alkalinitas yang tinggi, tetapi nilai 120 – 400 mg/l adalah optimal. Kadar
alkalinitas yang sangat rendah, air kehilangan kemampuan menyangga perubahan keasaman dan pH
yang berfluktuasi sangat cepat sehingga dapat menggangu kehidupan ikan budidaya. Ikan sangat sensitif
pada kondisi kadar alkalinitas yang rendah (Mintardji, 1984).

Perairan dengan total alkalinitas yang tinggi telah berkaitan dengan endapan batu kapur tanah. Nilai
kadar alkalinitas yang tinggi biasanya terdapat pada perairan dalam, dimana penguapan konsentrasi ion
perairan lebih banyak terjadi dengan alkalinitas rendah ditemukan pada tanah berpasir dan tanah yang
mengandung banyak bahan organik. Sebagian perairan yang tercemar bahan organik akan memiliki
kadar alkalinitas yang rendah basa umumnya rasa seperti sabun, Suatu zat yang dapat mengubah lakmus
merah menjadi biru, serta senyawa yang mengandung gugusan hirdroksil(OH)
(http//ideiyanhariini.blogspot.com/2009/05/alkalinitas.html).

2.4 Hubungan Alkalinitas Dengan Parameter Lain

Tinggi dan rendahnya alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain seperti
pH, suhu, udara, cahaya, dan sebagainya. Di mana semakin tinggi alkalinitas, maka semua parameter
tersebut akan mengikuti. Konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total
kesadahan air, umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total
kesadahan (Anang, 1991).

Besarnya pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH yang kurang
dari 7 menunjukkan lingkugan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa
(alkali). Sedangkan ph 7 disebut netral. Fluktuasi pH air sangat ditentukan oleh alkalinitas air tersebut.
Apabila alkalinitasnya tinggi, maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH nya (Sastrawijaya,
2000).

2.5 Dampak alkalinitas dan Penanggulangan Alkalinitas

Air yang baik digunakan dalam suatu budidaya sebaiknya air yang bersifat alkalis, sebab jika air yang
bersifat alkalis dapat memungkinkan terjadinya proses perombakan bahan-bahan organik menjadi garam
mineral yang dapat berlangsung dengan cepat (Effendi, 2003).

Alkalinitas merupakan faktor kapasitas yang dapat menentukan kemasaman. pH Sehingga untuk
mencegah penanggulangan terjadinya kemasaman tersebut, maka di netralkan dengan ion-ion
bikarbonat yang memegang peranan penting dalam menentukan alkalinitas perairan (Rompas, 1998).
CO2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Karbondioksida

Karbondioksida merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis yang dibutuhkan oleh fitoplankton
dan tumbuhan air. Keberadaan karbondioksida diperairan sangat dibutukan oleh tumbuhan baik yang
besar maupun yang kecil untuk proses fotosintesis (Kordi, 2004).

CO2 juga terbentuk dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh mikroorganisme.
Umumnya juga terdapat dalam air yang telah tercemar. Karbondioksida pula diperairan berasal dari
difusi atmosfer, air hujan, air yang melewati tanah organik, dan respirasi tumbuhan dan hewan, serta
bakteri aerob dan anaerob (Efendi, 2003).

2.2 Peranan Karbondioksida Dalam Perairan

Karbondioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi kehidupan organisme air. Senyawa
tersebut dapat membantu dalam proses dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri.
Namun jika dalam keadaan yang berlebihan dapat mengganggu bahkan menjadi racun bagi beberapa
jenis ikan (Barus, 2002)

Kandungan CO2 diperairan digunakan untuk melarutkan kapur, yaitu untuk mengubah senyawa menjadi
kalsium bikarbonat Ca(HCO3-). Agar supaya bikarbonat menjadi mantap sejumlah karbondioksida (CO2)
tertentu harus tetap berada dalam larutan Yang dapat memperbaiki dan mempertahankan kalsium
(Hendra, 1988).

2.3 Kadar Karbondioksida

Kadar karbondioksida (CO2) yang baik bagi organisme peraiaran yaitu kurang lebih 15 ppm. Jika lebih
dari itu sangat membahayakan karena menghambat pengikatan oksigen (O2). Lebih lanjut dikatakan
kadar karbondioksida yang berlebih dapat diatasi dengan melakukan penggantian air secara rutin,
mengurangi pertumbuhan ganggang yang terlalu lebat dan peningkatan peranan kincir air (Mujiman,
1989).

Karbondioksida dari udara selalu bertukar dengan karbondioksida yang ada di air. Pada air yang tenang
pertukaran ini sedikit, proses yang terjadi adalah difusi. Sehingga kadar yang di perlukan pertukarannya
berubah lebih cepat dan air dipermukaan berpusar menuju kebagian dasar perairan (Sastrawijaya, 2000).

2.4 Hubungan Karbondioksida Dengan Parameter Lain

Tinggi dan rendahnya suatu karbondioksida dalam perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain
seperti oksigen, alkalinitas, kesadahan, suhu, cahaya dan sebagainya. Di mana semakin tinggi
karbondioksida, maka oksigen yang di perlukan bertambah. Konsentrasi karbondioksida sangat erat
hubungannya dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan, karena kandungan karbondioksida
mempunyai konsentrasi yang hampir sama dengan konsentrasi oksigen terlarut (Soeyasa, 2001).
Nilai alkalinitas akan menurun jika ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis tidak
memadai. Hal ini karena adanya proses difusi CO2 diudara kedalam air. Diperairan yang sadah,
kandungan karbondioksida tidak terdapat dalam bentuk gas. Hal ini terjadi adanya pembentukan kalsium
dan magnesium karbonat yang memiliki sifat kelarutan rendah sehingga mengalami presipitasi.

2.5 Dampak Karbondioksida

Kelarutan karbondioksida (CO2) menurun diperairan, seiring dengan menurunnya proses respirasi yang
dilakukan oleh organisme yang ada dalam perairan. Pada siang hari proses respirasi menurun disuatu
perairan karena yang melakukan proses respirasi hanya organisme berupa ikan sedangkan fitoplankton
tidak melakukan respirasi melainkan hanya melakukan fotosintesis (Zonnoveld, 1991).

Kurangnya karbondioksida (CO2) terlarut dalam perairan utamanya pada siang hari dapat
mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang dilakukan oleh organisme akuatik dan
memperlambat pertumbuhan organisme tersebut dalam perairan.

2.6 Penanggulangan Karbondioksida

Salah satu masalah dalam perairan adalah apabila terjadi peningkatan kadar karbondioksida terlarut. Hal
ini sangat mempengaruhi aktivitas organisme yang ada di dalam utamanya persaingan dalam proses
respirasi. Solusi yang dapat dilakukan apabila hal tersebut terjadi yaitu dengan cara pengaturan sirkulasi
air dengan teratur dan dapat pula digunakan aerator apabila kondisi perairan kecil (Barus, 2002).
Dikatakan Hendra (1988), penanggulanganya dapat dilakukan dengan menaikkan pH serta dengan
menambahkan senyawa kimia yang bersifat basa, pada umumnya digunakan kapur.

DAFTAR PUSTAKA

Barus T. A. 2002. Pengantar Limnologi. USU-Press. Medan

Efendi, 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. KANISIUS
(Anggota IKAPI). Yogyakarta.

Hendra., Saputra, 1988. Membuat dan Membudidayakan Ikan dalam Kantong Jaring. CV.Simplex,
Jakarta.

Kordi, 2004. Penanggulang Hama dan Penyakit Ikan. Bina Adiaksara, Jakarta.

Mujiman., A, 1989. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.


Soeyasa, 2001. Ekologi Perairan. Departemen Kelautan dan Perikanan Dirjen.Pendidikan Menengah Atas,
JakartA.

Sastrawijaya, 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.

Zonneveld, N., Husiman, E.A., dan Boon, J.H., 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai