*E-mail: andrew181192@gmail.com
Abstrak
PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 mengalami kehilangan air sebesar 15,39% pada
bulan oktober 2014. Untuk meningkatkan pelayanan distribusi air bersih, diperlukan sebuah
langkah pengoptimalan kinerja jaringan distribusi berupa pemeriksaan kecepatan aliran air
dalam pipa dan tekanan pada setiap junction pada jaringan distribusi. Adapun kriteria desain
yang menjadi acuan dalam mengoptimalkan kinerja jaringan distribusi yaitu kecepatan dalam
pipa tidak boleh kurang dari 0,15 m/dt dan tidak boleh lebih dari 1,5 m/dt serta tekanan air
yang ideal adalah tidak kurang dari 10 m dan tidak lebih dari 80 m. Hasil evaluasi dari
penelitian ini menemukan permasalahan kecepatan aliran air dalam pipa, yaitu terdapat
kecepatan aliran air yang nilainya dibawah 0,15 m/dt dan diatas 1,5 m/dt. Sedangkan nilai
tekanan pada setiap junction telah memenuhi kriteria desain, dengan nilai tekanan yang
terendah sebesar 26,55 m dan nilai tekanan yang tertinggi sebesar 61,84 m. Hasil evaluasi ini
menjadi bahan pertimbangan dalam mengoptimalkan kinerja jaringan distribusi air bersih
dengan menggunakan aplikasi EPANET 2.0 dan WaterGEMS. Pengoptimalan kinerja
jaringan distribusi dilakukan dengan cara mengganti diameter dan material pipa. Setelah
dilakukan 4 penggantian pipa yang diameternya diperbesar dan 9 penggantian pipa yang
diameternya diperkecil.
Abstract
PDAM Tirta Kahuripan service branch 2 experienced water loss by 15.39% in October 2014. In
order to improve the water distribution services, needed a distribution network performance
optimization step of the examination of water in the pipe flow velocity and pressure at every
junction in the distribution network. The criteria for the reference design in optimizing the
performance of the distribution network that the speed in the pipe should not be less than 0.15 m /
s and should not be more than 1.5 m / s and the ideal water pressure is not less than 10 m and not
more of 80 m. Results of the evaluation of the study found the problem of water flow velocity in
the pipe, which contained water flow velocity value is less than 0.15 m / s and above
1
1. Pendahuluan
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Hal ini
memperjelas bahwa air bersih merupakan kebutuhan vital dan mendesak bagi setiap individu.
Air bersih dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan, seperti untuk
minum, memasak, mandi, mencuci, bercocok tanam, dan lain sebagainya.
Penyediaan air bersih menjadi sangat vital karena kebanyakan air permukaan seperti
sungai, danau, dan juga air hujan tak dapat dimanfaatkan secara langsung akibat oleh material-
material pencemar yang dapat mengganggu kesehatan. Oleh karena itulah diperlukan
pengolahan yang tepat sebelum air baku tersebut dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh
manusia. Pengolahan ini memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya hal-hal tak diinginkan
yang disebabkan oleh material-material yang terkandung di dalam air tersebut.
PDAM hadir sebagai BUMD yang bergerak di bidang penyediaan air bersih. Kehadiran
PDAM diatur dalam Undang-undang No. 5 tahun 1962 yang menyatakan bahwa PDAM
sebagai kesatuan usaha milik Pemda yang memberikan jasa pelayanan dan menyelenggarakan
kemanfaatan umum di bidang air bersih.
Masalah di tubuh PDAM sampai sekarang ini adalah masalah kerugian yang diderita
oleh PDAM yang cukup besar yang umumya disebabkan oleh adanya kebocoran air. Hampir
setiap kota di Indonesia yang dilayani oleh PDAM mengalami kasus kebocoran air yang
menjadi salah satu sebab menurunnya pendapatan dari PDAM. Hal ini disebabkan tingkat
kebocoran air PDAM di Indonesia cukup tinggi, yaitu rata-rata tiap PDAM hampir disetiap kota
mencapai 30 - 40% dari jumlah pasokan air yang didistribusikan. (Sumber : Suara Merdeka,
2008-2013).
Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi keadaan eksisting jaringan perpipaan distribusi air bersih PDAM
Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok
Mengetahui nilai tekanan dan kecepatan air dalam pipa yang terdapat pada jaringan
distribusi air bersih PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok
Memberikan rekomendasi penggantian pipa yang tekanan dan kecepatan airnya tidak
memenuhi standar dan kriteria desain untuk mengoptimalisasi jaringan distribusi air
bersih PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok.
Rumusan Masalah
Bagaimana keadaan jaringan distribusi air bersih PDAM Tirta Kahuripan Cabang
Pelayanan 2?
Apakah tekanan air yang sampai kepada konsumen telah mencapai standar yang
sesuai dengan kebutuhan konsumen?
Apakah kecepatan air yang sampai kepada pelanggan telah sesuai dengan kriteria
desain?
Batasan Penelitian
Terbatas pada optimalisasi kondisi eksisting jaringan perpipaan distribusi air bersih.
Optimalisasi jaringan distribusi air bersih ini hanya dilakukan di PDAM Tirta
Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok
Tidak melakukan pembahasan tentang kualitas air pada sistem jaringan distribusi air
bersih
2. Kajian Pustaka
Gambaran Umum Jaringan Distribusi
Dalam perkembangannya, penyediaan air bersih dalam jumlah yang cukup merupakan
hal terpenting bagi suatu kota besar yang sedang berkembang. Berikut ini merupakan unsur-
unsur yang membentuk suatu sistem penyediaan air:
1. Unit air baku
2. Unit produksi
3. Unit distribusi
4. Unit pelayanan
(Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007)
Sumber air baku dapat bersumber dari air tanah dan air permukaan. Air tanah
merupakan air yang tersedia di dalam tanah yang terjadi melalui proses peresapan air
permukaan ke dalam tanah. Sedangkan air permukaan dapat diperoleh melalui air yang
mengalir (sungai), atau air tampungan (danau dan waduk). Air baku tersebut kemudian
diambil melalui bangunan intake. Air baku dari intake nantinya akan melalui sistem
pengolahan yang terdapat didalam bangunan instalasi pengolahan. Setelah melewati proses
pengolahan, air baku yang sudah diolah akan ditransmisikan dengan menggunakan pipa
transmisi pada ground reservoir.
Sistem jaringan distribusi air bersih merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam
penyediaan air bersih. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan tujuan sistem penyediaan air bersih,
yaitu mendistribusikan air bersih yang sudah diolah hingga memenuhi persyaratan baku mutu air
bersih oleh instalasi pengolahan air bersih, kemudian didistribusikan ke pelanggan.
• Persyaratan Kualitas:
- Parameter Fisik
- Parameter Kimiawi
- Parameter Mikrobiologi
- Persyaratan Radioaktifitas
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010)
• Persyaratan Kuantitas
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air
baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah pelanggan yang akan dilayani. Persyaratan
kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke pelanggan sesuai
dengan jumlah kebutuhan air bersih. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penggunaan
air bersih adalah Iklim, Karakteristik Pelanggan, Masalah Lingkungan Hidup, Keberadaan
Industri dan Perdagangan, dan Ukuran Kota
• Persyaratan Kontinuitas
Kontinuitas air baku yang dimaksud adalah air baku untuk air bersih yang dapat diambil
secara berkelanjutan dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau
maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per
hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir
tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat
kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas pelanggan terhadap
prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada
jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan
pelanggan. Sebagian besar pelanggan memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya,
5
• Katup
Katup merupakan elemen yang dapat dibuka dan ditutup dengan kapasitas yang
berbeda dan aliran yang bervariasi, yang pada umumnya mengatur pergerakan air melewati
jaringan pipa. Katup dapat diklasifikasikan kedalam 5 kategori, yaitu :
• Meteran Air
Meteran air digunakan dalam sistem jaringan distribusi untuk mengukur debit air dan
kecepatan aliran air. Meteran debit air mengukur tingkat aliran dengan mencatat waktu
container pada saat penuh maupun pada saat kosong, sedangkan meteran aliran air digunakan
untuk mengukur kecepatan aliran air.
Terdapat beberapa tipe meteran air yang biasa digunakan dalam sistem jaringan
distribusi, yaitu:
- Mekanis
- Elektro Mekanik
- Ultrasonik
- Elektromagnetik
- Multi-Jet Meter
- Turbin Meter
- Composed Meter
3. Metode Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalisasi kinerja jaringan distribusi air
bersih dengan mengetahui:
Kebutuhan air
Peta jaringan distribusi
Dimensi dan material pipa
Elevasi
Data Primer
Data primer merupakan data-data yang didapatkan langsung dari hasil observasi
lapangan dan wawancara, seperti pengecekan pipa-pipa eksisting yang ada di jalan, melihat
kondisi kontur/kemiringan jalan di daerah pelayanan, dan wawancara dengan petugas PDAM
yang mempunyai tanggung jawab dalam sistem jaringan distribusi. Adapun data yang
didapatkan adalah data pengukuran tekanan pipa primer pada titik-titik yang telah ditentukan.
Titik acuan ini merupakan titik terjauh distribusi air bersih cabang pelayanan 2, dan mewakili
keadaan yang sebenarnya.
Pengukuran pada titik acuan ini dilakukan menggunakan Analog Pressure Gauge,
yang dipasang pada check valve yang terdapat pada sambungan pipa. Setelah melakukan
prosedur, kemudian akan didapatkan data tekanan pada titik acuan.
Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan
dan analisa. Data sekunder ini berupa:
Jaringan perpipaan distribusi air bersih eksisting. Data jaringan perpipaan ini akan
disesuaikan berdasarkan PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok.
Topografi, berisi tentang data elevasi pipa diatas permukaan laut daerah
pelayanan PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok.
Karakteristik pipa dan pompa eksisting, terdiri dari data mengenai aliran dan
tekanan pompa, dimensi pipa, dan material yang digunakan oleh pipa.
Debit produksi dan kebutuhan air, berisi tentang data debit air hasil produksi dan
data kebutuhan air pada PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok
Pengolahan Data
Dalam rangka mengoptimalkan kinerja sistem jaringan distribusi terdapat beberapa
variabel dan parameter yang digunakan, yaitu debit air, dimensi pipa dan material dari pipa
yang digunakan. Variabel yang telah disebutkan akan dimodifikasi agar dapat mencapai
kondisi yang diinginkan dalam kriteria desain perencanaan. Selain variabel-variabel yang
telah disebutkan, dibutuhkan peta jaringan distribusi eksisting yang nantinya digambar dalam
aplikasi EPANET 2.0 dan WaterGEMS V8i. Setelah peta jaringan distribusi digambar dalam
aplikasi, kita memasukkan variable ke dalam peta jaringan distribusi, yaitu material pipa,
diameter pipa, dan panjang pipa. Nantinya aplikasi yang dipakai akan running dengan
perhitungan Darcy Weisbach, kemudian kita akan menemukan kondisi tekanan dan kecepatan
eksisting dalam pipa.
Berikut ini merupakan data yang akan diolah dalam aplikasi EPANET 2.0 dan
WaterGEMS V8i:
1. Peta jaringan
2. Node/junction/titik dari komponen distribusi.
3. Elevasi
4. Panjang pipa distribusi
5. Diameter dalam pipa
6. Jenis pipa yang digunakan
8. Jenis sumber (mata air, sumur bor, IPAM, dan lain lain)
9. Spesifikasi pompa (bila menggunakan pompa)
10. Bentuk dan ukuran reservoir.
11. Beban masing-masing node (besarnya tapping)
12. Faktor fluktuasi pemakaian air
Alur Penelitian
Gambar 1 Alur
penelitian 11
Tabel 1. Output Data Junction Pada Jaringan Distribusi Dalam Aplikasi EPANET 2.0
Variabel ini harus memenuhi kriteria desain PDAM, yaitu kecepatan air dalam pipa
disyaratkan sebesar 0,15 m/s -1,5 m/s. Sedangkan kriteria desain untuk tekanan disyaratkan
sebesar 10 m – 80 m (Permen PU, 2007)
Dalam tahap evaluasi, tekanan pada pipa yang diproses menggunakan aplikasi
EPANET 2.0 dapat dilihat pada Tabel 5.10, dimana tekanan terendah terdapat pada junction
12
Tabel 2. Perbandingan data Tekanan dalam Aplikasi EPANET 2.0 dengan Pengukuran
Lapangan pada Titik Acuan
Nilai tekanan hasil output data aplikasi EPANET 2.0 memiliki perbedaan yang lebih
besar dibandingkan dengan hasil pengukuran lapangan. Hal ini dikarenakan asumsi yang
dipakai untuk perhitungan tekanan pada aplikasi EPANET 2.0 yaitu menggunakan aliran
dengan tekanan penuh, padahal kenyataannya tekanan air hasil pengukuran lapangan tekanan
air dalam pipa tidak penuh.
Jika dilihat pada tabel diatas, tekanan hasil output data yang ada pada tiap titik acuan
telah memenuhi kriteria desain. Namun hal sebaliknya ditunjukkan oleh hasil pengukuran
lapangan, dimana ada satu titik yaitu daerah Perumnas Depok yang tekanannya berada
dibawah kriteria desain. Hal ini dikarenakan banyaknya tekanan yang hilang pada sistem
jaringan perpipaan. Kehilangan tekanan pada jaringan distribusi ini salah satunya dipengaruhi
oleh adanya kebocoran yang diakibatkan oleh pencurian air. Sedangkan perhitungan pada
aplikasi EPANET 2.0, faktor kebocoran dapat diabaikan.
13
Tabel 3. Perbandingan Output Data Pipa Jaringan Distribusi saat Evaluasi dan
Optimalisasi
16
5. Kesimpulan
1. Kondisi eksisting jaringan distribusi air bersih PDAM Tirta Kahuripan Cabang
Pelayanan 2 Kota Depok terdapat permasalahan yang terjadi pada jaringan distribusi,
yaitu kecepatan air dalam pipa tidak memenuhi kriteria desain.
2. Tekanan air dalam jaringan distribusi telah memenuhi kriteria desain, dengan tekanan
minimal senilai 26,55 m dan tekanan maksimal senilai 61,84 m. Sedangkan
Kecepatan air dalam jaringan distribusi terdapat beberapa pipa yang tidak memenuhi
kriteria desain yaitu lebih rendah dari 0,15 m/s dan lebih dari 1,5 m/s. Nilai kecepatan
air terendah sebesar 0.06 m/s dan nilai kecepatan air tertinggi sebesar 1.94 m/s.
Kecepatan air dalam jaringan distribusi yang nilainya berada dibawah kriteria desain
diakibatkan oleh diameter dan material pipa yang tidak sesuai sehingga
mengakibatkan kecepatan air dalam pipa tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
3. Untuk mengoptimalisasi kinerja jaringan distribusi air bersih PDAM Tirta Kahuripan
Cabang Pelayanan 2, terdapat 4 penggantian pipa yang diameternya diperbesar dan 9
penggantian pipa yang diameternya diperkecil.
17
18
Qasim, S. R., Montley, E. M., dan Zhu, G. (2000). Water Works Engineering: Planning, Design, and
Operation. Prentice Hall PTR, New Jersey.
Hsu, N. S., Cheng, W. C., Cheng, W. M., Wei, C. C., Yeh, W. W. G. (2008). Optimization and capacity
expansion of a water distribution system. Advance in Water Resources 31 (2008) 776-786.
Menteri Kesehatan. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
416/MENKES/PER/IX/1990, tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Menteri Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/MENKES/PER/IV/2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Menteri Pekerjaan Umum. (2007). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/2007
tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Jakarta: Kementerian
Pekerjaan Umum.
Menteri Negara Sekretaris Negara. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Jakarta: Kementerian Pekerjaan
Umum.
PDAM Tirta Kahuripan. (2014). Laporan Bulanan PDAM Tirta Kahuripan Cabang Pelayanan 2.
Depok: PDAM Tirta Kahuripan
Bappeda Depok. (2015). Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032. Depok:
Pemerintah Kota Depok
PDAM Tirta Kahuripan. (2013). Laporan Instalasi Pengolahan Air Legong Tahun 2013. Depok: IPA
Legong
Putra, G. R. (2010). Evaluasi dan Pengembangan Sistem Jaringan Distribusi Air Minum PDAM Kota
Depok Kantor Cabang 3 Kecamatan Sukmajaya. Depok: Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Indonesia.
Sudirman, A. (2012). Analisa Pipa Jaringan Distribusi Air Bersih Kabupaten Maros dengan
Menggunakan Software EPANET 2.0. Makassar: Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin.
Kurniawan, A. I. (2010). Evaluasi dan Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Air Minum
Kota Mojokerto
Agustina, D. V. (2007). Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih PDAM Kecamatan Banyumanik
Di Perumnas Banyumanik (Studi Kasus Perumnas Banyumanik Kel. Srondol Wetan). Semarang:
Program Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro.
Rossman, L. A. (2000). Epanet 2 User Manual. National Risk Management Laboratory U.S
Environmental Protection Agency.
Atsari, Okita Miraningrum Nur. (2014). Pemilihan dan Perancangan Unit Pengolahan Lumpur di IPA
Legong (PDAM Tirta Kahuripan). Depok: Program Studi Teknik Lingkungan Universitas
Indonesia
19