Anda di halaman 1dari 19

Optimalisasi Jaringan Distribusi Air Bersih PDAM Tirta Kahuripan

Cabang Pelayanan 2 Kota Depok


1* 2
Andrew Alexander Lamba , Djoko M. Hartono
1. Program Studi Teknik Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok 16424, Indonesia
2. Program Studi Teknik Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Depok 16424, Indonesia

*E-mail: andrew181192@gmail.com

Abstrak

PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 mengalami kehilangan air sebesar 15,39% pada
bulan oktober 2014. Untuk meningkatkan pelayanan distribusi air bersih, diperlukan sebuah
langkah pengoptimalan kinerja jaringan distribusi berupa pemeriksaan kecepatan aliran air
dalam pipa dan tekanan pada setiap junction pada jaringan distribusi. Adapun kriteria desain
yang menjadi acuan dalam mengoptimalkan kinerja jaringan distribusi yaitu kecepatan dalam
pipa tidak boleh kurang dari 0,15 m/dt dan tidak boleh lebih dari 1,5 m/dt serta tekanan air
yang ideal adalah tidak kurang dari 10 m dan tidak lebih dari 80 m. Hasil evaluasi dari
penelitian ini menemukan permasalahan kecepatan aliran air dalam pipa, yaitu terdapat
kecepatan aliran air yang nilainya dibawah 0,15 m/dt dan diatas 1,5 m/dt. Sedangkan nilai
tekanan pada setiap junction telah memenuhi kriteria desain, dengan nilai tekanan yang
terendah sebesar 26,55 m dan nilai tekanan yang tertinggi sebesar 61,84 m. Hasil evaluasi ini
menjadi bahan pertimbangan dalam mengoptimalkan kinerja jaringan distribusi air bersih
dengan menggunakan aplikasi EPANET 2.0 dan WaterGEMS. Pengoptimalan kinerja
jaringan distribusi dilakukan dengan cara mengganti diameter dan material pipa. Setelah
dilakukan 4 penggantian pipa yang diameternya diperbesar dan 9 penggantian pipa yang
diameternya diperkecil.

Kata Kunci: Jaringan distribusi, pipa, tekanan, kecepatan.

Water Distribution Network Optimization of PDAM Tirta Kahuripan Service Branch 2,


Depok City

Abstract

PDAM Tirta Kahuripan service branch 2 experienced water loss by 15.39% in October 2014. In
order to improve the water distribution services, needed a distribution network performance
optimization step of the examination of water in the pipe flow velocity and pressure at every
junction in the distribution network. The criteria for the reference design in optimizing the
performance of the distribution network that the speed in the pipe should not be less than 0.15 m /
s and should not be more than 1.5 m / s and the ideal water pressure is not less than 10 m and not
more of 80 m. Results of the evaluation of the study found the problem of water flow velocity in
the pipe, which contained water flow velocity value is less than 0.15 m / s and above
1

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


1.5 m / s. While the value of pressure at each junction has met the design criteria, the lowest
pressure value amounted 26.55 m and the highest pressure value amounted to 61.84 m. The results
of this evaluation into consideration in optimizing the performance of water distribution networks
using EPANET 2.0 and WaterGEMS application. Distribution network performance optimization
is done by replacing the pipe diameter and material. After 4 replacement pipe whose diameter is
enlarged and 9 replacement pipe whose diameter is reduced.

Keywords: The distribution network, pipe, pressure, velocity.

1. Pendahuluan
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Hal ini
memperjelas bahwa air bersih merupakan kebutuhan vital dan mendesak bagi setiap individu.
Air bersih dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan, seperti untuk
minum, memasak, mandi, mencuci, bercocok tanam, dan lain sebagainya.
Penyediaan air bersih menjadi sangat vital karena kebanyakan air permukaan seperti
sungai, danau, dan juga air hujan tak dapat dimanfaatkan secara langsung akibat oleh material-
material pencemar yang dapat mengganggu kesehatan. Oleh karena itulah diperlukan
pengolahan yang tepat sebelum air baku tersebut dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh
manusia. Pengolahan ini memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya hal-hal tak diinginkan
yang disebabkan oleh material-material yang terkandung di dalam air tersebut.
PDAM hadir sebagai BUMD yang bergerak di bidang penyediaan air bersih. Kehadiran
PDAM diatur dalam Undang-undang No. 5 tahun 1962 yang menyatakan bahwa PDAM
sebagai kesatuan usaha milik Pemda yang memberikan jasa pelayanan dan menyelenggarakan
kemanfaatan umum di bidang air bersih.
Masalah di tubuh PDAM sampai sekarang ini adalah masalah kerugian yang diderita
oleh PDAM yang cukup besar yang umumya disebabkan oleh adanya kebocoran air. Hampir
setiap kota di Indonesia yang dilayani oleh PDAM mengalami kasus kebocoran air yang
menjadi salah satu sebab menurunnya pendapatan dari PDAM. Hal ini disebabkan tingkat
kebocoran air PDAM di Indonesia cukup tinggi, yaitu rata-rata tiap PDAM hampir disetiap kota
mencapai 30 - 40% dari jumlah pasokan air yang didistribusikan. (Sumber : Suara Merdeka,
2008-2013).

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


Dalam rangka meningkatkan pelayanan distribusi air bersih, PDAM Tirta Kahuripan
cabang pelayanan 2 menjadi objek studi yang nantinya akan dioptimalisasi kinerja jaringan
distribusinya. Dalam pendistribusian air bersih ke pelanggan, terjadi kehilangan air sebesar
15,39% pada bulan oktober 2014. Kehilangan air ini menyebabkan jumlah air yang diterima
konsumen lebih sedikit dari yang diproduksi oleh instalasi. Karena kehilangan air ini
diperlukan langkah untuk mengoptimalkan kinerja jaringan distribusi cabang pelayanan 2.

Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi keadaan eksisting jaringan perpipaan distribusi air bersih PDAM
Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok
Mengetahui nilai tekanan dan kecepatan air dalam pipa yang terdapat pada jaringan
distribusi air bersih PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok
Memberikan rekomendasi penggantian pipa yang tekanan dan kecepatan airnya tidak
memenuhi standar dan kriteria desain untuk mengoptimalisasi jaringan distribusi air
bersih PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok.

Rumusan Masalah

Bagaimana keadaan jaringan distribusi air bersih PDAM Tirta Kahuripan Cabang
Pelayanan 2?
Apakah tekanan air yang sampai kepada konsumen telah mencapai standar yang
sesuai dengan kebutuhan konsumen?
Apakah kecepatan air yang sampai kepada pelanggan telah sesuai dengan kriteria
desain?

Batasan Penelitian
Terbatas pada optimalisasi kondisi eksisting jaringan perpipaan distribusi air bersih.
Optimalisasi jaringan distribusi air bersih ini hanya dilakukan di PDAM Tirta
Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok
Tidak melakukan pembahasan tentang kualitas air pada sistem jaringan distribusi air
bersih

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


Tidak memperhitungkan biaya yang dibutuhkan dalam perbaikan jaringan distribusi
air bersih.
Hanya melakukan pembahasan tentang masalah teknis, tidak membahas tentang
masalah sosial dan ekonomi masyarakat

2. Kajian Pustaka
Gambaran Umum Jaringan Distribusi
Dalam perkembangannya, penyediaan air bersih dalam jumlah yang cukup merupakan
hal terpenting bagi suatu kota besar yang sedang berkembang. Berikut ini merupakan unsur-
unsur yang membentuk suatu sistem penyediaan air:
1. Unit air baku
2. Unit produksi
3. Unit distribusi
4. Unit pelayanan
(Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007)
Sumber air baku dapat bersumber dari air tanah dan air permukaan. Air tanah
merupakan air yang tersedia di dalam tanah yang terjadi melalui proses peresapan air
permukaan ke dalam tanah. Sedangkan air permukaan dapat diperoleh melalui air yang
mengalir (sungai), atau air tampungan (danau dan waduk). Air baku tersebut kemudian
diambil melalui bangunan intake. Air baku dari intake nantinya akan melalui sistem
pengolahan yang terdapat didalam bangunan instalasi pengolahan. Setelah melewati proses
pengolahan, air baku yang sudah diolah akan ditransmisikan dengan menggunakan pipa
transmisi pada ground reservoir.
Sistem jaringan distribusi air bersih merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam
penyediaan air bersih. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan tujuan sistem penyediaan air bersih,
yaitu mendistribusikan air bersih yang sudah diolah hingga memenuhi persyaratan baku mutu air
bersih oleh instalasi pengolahan air bersih, kemudian didistribusikan ke pelanggan.

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


Pendistribusian air bersih kepada pelanggan harus memenuhi beberapa persyaratan
yang telah ditentukan. Berikut ini merupakan syarat-syarat yang harus terpenuhi dalam suatu
sistem distribusi air bersih:

• Persyaratan Kualitas:
- Parameter Fisik
- Parameter Kimiawi
- Parameter Mikrobiologi
- Persyaratan Radioaktifitas
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010)

• Persyaratan Kuantitas
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air
baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah pelanggan yang akan dilayani. Persyaratan
kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke pelanggan sesuai
dengan jumlah kebutuhan air bersih. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penggunaan
air bersih adalah Iklim, Karakteristik Pelanggan, Masalah Lingkungan Hidup, Keberadaan
Industri dan Perdagangan, dan Ukuran Kota

• Persyaratan Kontinuitas
Kontinuitas air baku yang dimaksud adalah air baku untuk air bersih yang dapat diambil
secara berkelanjutan dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau
maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per
hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir
tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat
kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas pelanggan terhadap
prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada
jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan
pelanggan. Sebagian besar pelanggan memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya,
5

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas
energi yang siap setiap saat.
Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu.
Kecepatan dalam pipa tidak boleh kurang dari 0,15 m/dt dan tidak boleh lebih dari 1,5 m/dt.
Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan air dalam pipa harus
tercukupi. Tekanan air yang ideal adalah tidak kurang dari 10 m dan tidak lebih dari 80 m.
Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang
diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.

Komponen Jaringan Distribusi


Dalam sistem jaringan distribusi air bersih, terdapat beberapa komponen jaringan
distribusi yang menunjang ketersediaan air bersih, seperti pipa, katup, pompa, meter air, dan
bangunan air.
• Pipa
- Pipa Transmisi adalah pipa yang membawa air dari instalasi pengolahan ke reservoir
distribusi, tanpa ada tapping sepanjang jalur pipa. Jaringan pipa transmisi ini harus
mampu mengalirkan air dengan debit aliran hari maksimum.
- Pipa Distribusi Primer/Pipa Induk adalah pipa utama untuk mendistribusikan air dari
reservoir distribusi ke daerah pelayanan melalui pipa-pipa sekunder dan tersier.
Umumnya pipa lebih besar dari 700 mm.
- Pipa Distribusi Sekunder adalah pipa cabang dari pipa utama/primer menuju pipa tersier.
- Pipa Distribusi Tersier adalah pipa cabang dari pipa sekunder yang mendistribusikan air
ke pipa penghubung (yang menuju ke persil pelanggan). Diameter pipa distribusi tersier
adalah 100 mm dan 150 mm. Untuk pipa tersier industri dapat digunakan pipa
berdiameter 200 mm.

• Katup
Katup merupakan elemen yang dapat dibuka dan ditutup dengan kapasitas yang
berbeda dan aliran yang bervariasi, yang pada umumnya mengatur pergerakan air melewati
jaringan pipa. Katup dapat diklasifikasikan kedalam 5 kategori, yaitu :

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


- Katup Isolasi
- Katup Langsung
- Katup Tinggi
- Katup Hampa Udara
- Katup Pengatur
• Pompa
Pompa merupakan suatu alat yang terdiri dari mesin dan motor yang dapat
menghasilkan energi untuk memindahkan fluida dari suatu tempat (pada elevasi tertentu) ke
tempat lain yang memiliki elevasi lebih tinggi.
Daya pompa adalah tenaga yang harus dimiliki atau dibutuhkan untuk menaikkan air
dengan diameter, slope, dan panjang pipa tertentu.

• Meteran Air
Meteran air digunakan dalam sistem jaringan distribusi untuk mengukur debit air dan
kecepatan aliran air. Meteran debit air mengukur tingkat aliran dengan mencatat waktu
container pada saat penuh maupun pada saat kosong, sedangkan meteran aliran air digunakan
untuk mengukur kecepatan aliran air.
Terdapat beberapa tipe meteran air yang biasa digunakan dalam sistem jaringan
distribusi, yaitu:
- Mekanis
- Elektro Mekanik
- Ultrasonik
- Elektromagnetik
- Multi-Jet Meter
- Turbin Meter
- Composed Meter

Pola Jaringan Distribusi Air Bersih


Untuk menentukan pola jaringan distribusi air bersih yang sesuai, diperlukan suatu
analisis pemilihan sistem yang berdasarkan pada:

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


- Jenis pengaliran sistem distribusi
- Letak dan kondisi topografi daerah pelayanan
- Pola jaringan jalan
- Tingkat dan jenis perkembangan daerah
- Luas daerah pelayanan

Terdapat beberapa pola jaringan distribusi air bersih,


seperti: - Sistem lingkaran (ring/closed system)
Pada sistem lingkaran, pipa induk dan pipa sekunder berhubungan
secara makro sistem. Pipa-pipa ini hanya memberi suplai air ke titik-titik
pembagi (junction) dan arah alirannya dapat bersifat bolak-balik.
- Sistem cabang (Branch system)
Pada sistem cabang, pipa induk disambung dengan beberapa pipa
sekunder. Pipa sekunder disambung ke beberapa pipa sub-induk yang akan
mengalami pipa servis.
- Sistem kombinasi
Karena suatu daerah tidak ada yang mutlak membentuk pola ring atau
pola cabang, biasanya digunakan juga gabungan dari kedua pola tersebut.

3. Metode Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalisasi kinerja jaringan distribusi air
bersih dengan mengetahui:
Kebutuhan air
Peta jaringan distribusi
Dimensi dan material pipa
Elevasi

Metode Pengumpulan Data


Langkah awal untuk menganalisa kinerja jaringan distribusi air bersih adalah
pengumpulan data yang dibutuhkan. Pengumpulan data yang dilakukan adalah:

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan pada penelitian ini adalah mempelajari literatur-
literatur, seperti buku ajar dan jurnal, yang berisikan tentang tata cara mendesain jaringan
distribusi, masalah-masalah yang terjadi pada jaringan distribusi, unit-unit yang dibutuhkan
pada jaringan distribusi, dan literatur lainnya yang berisikan tentang jaringan distribusi.

Data Primer
Data primer merupakan data-data yang didapatkan langsung dari hasil observasi
lapangan dan wawancara, seperti pengecekan pipa-pipa eksisting yang ada di jalan, melihat
kondisi kontur/kemiringan jalan di daerah pelayanan, dan wawancara dengan petugas PDAM
yang mempunyai tanggung jawab dalam sistem jaringan distribusi. Adapun data yang
didapatkan adalah data pengukuran tekanan pipa primer pada titik-titik yang telah ditentukan.
Titik acuan ini merupakan titik terjauh distribusi air bersih cabang pelayanan 2, dan mewakili
keadaan yang sebenarnya.
Pengukuran pada titik acuan ini dilakukan menggunakan Analog Pressure Gauge,
yang dipasang pada check valve yang terdapat pada sambungan pipa. Setelah melakukan
prosedur, kemudian akan didapatkan data tekanan pada titik acuan.

Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan
dan analisa. Data sekunder ini berupa:
Jaringan perpipaan distribusi air bersih eksisting. Data jaringan perpipaan ini akan
disesuaikan berdasarkan PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok.
Topografi, berisi tentang data elevasi pipa diatas permukaan laut daerah
pelayanan PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok.
Karakteristik pipa dan pompa eksisting, terdiri dari data mengenai aliran dan
tekanan pompa, dimensi pipa, dan material yang digunakan oleh pipa.
Debit produksi dan kebutuhan air, berisi tentang data debit air hasil produksi dan
data kebutuhan air pada PDAM Tirta Kahuripan cabang pelayanan 2 Kota Depok

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


Kriteria perencanaan jaringan distribsui air bersih PDAM Tirta Kahuripan cabang
pelayanan 2 Kota Depok

Pengolahan Data
Dalam rangka mengoptimalkan kinerja sistem jaringan distribusi terdapat beberapa
variabel dan parameter yang digunakan, yaitu debit air, dimensi pipa dan material dari pipa
yang digunakan. Variabel yang telah disebutkan akan dimodifikasi agar dapat mencapai
kondisi yang diinginkan dalam kriteria desain perencanaan. Selain variabel-variabel yang
telah disebutkan, dibutuhkan peta jaringan distribusi eksisting yang nantinya digambar dalam
aplikasi EPANET 2.0 dan WaterGEMS V8i. Setelah peta jaringan distribusi digambar dalam
aplikasi, kita memasukkan variable ke dalam peta jaringan distribusi, yaitu material pipa,
diameter pipa, dan panjang pipa. Nantinya aplikasi yang dipakai akan running dengan
perhitungan Darcy Weisbach, kemudian kita akan menemukan kondisi tekanan dan kecepatan
eksisting dalam pipa.
Berikut ini merupakan data yang akan diolah dalam aplikasi EPANET 2.0 dan
WaterGEMS V8i:
1. Peta jaringan
2. Node/junction/titik dari komponen distribusi.
3. Elevasi
4. Panjang pipa distribusi
5. Diameter dalam pipa
6. Jenis pipa yang digunakan
8. Jenis sumber (mata air, sumur bor, IPAM, dan lain lain)
9. Spesifikasi pompa (bila menggunakan pompa)
10. Bentuk dan ukuran reservoir.
11. Beban masing-masing node (besarnya tapping)
12. Faktor fluktuasi pemakaian air

Output yang dihasilkan diantaranya adalah:


1. Hidrolik head masing-masing titik. (Perhitungan Darcy Weisbach)
2. Tekanan air dalam pipa.
10

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


Variabel yang akan ditinjau yaitu tekanan dan kecepatan air yang mengalir dalam pipa.
Parameter yang akan ditinjau tersebut harus sesuai dengan standar yang digunakan oleh Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007, dimana syarat tekanan yang diperbolehkan
adalah 10 m – 80 m, dan syarat kecepatan yang diperbolehkan yaitu 0,15 m/detik
– 1,5 m/detik.
Untuk melihat apakah variabel ini telah sesuai dengan kriteria desain yang digunakan
dapat dilihat pada titik acuan. Titik acuan adalah titik-titik yang mewakilkan kondisi
pengaliran air eksisting dalam pipa.
Setelah melakukan perhitungan-perhitungan yang telah disebutkan diatas, kita dapat
menemukan masalah yang terjadi dalam jaringan distribusi. Masalah-masalah yang telah
ditemukan akan dicari solusinya sebagai bahan pertimbangan PDAM dalam optimalisasi
sistem jaringan distribusi.

Alur Penelitian

Gambar 1 Alur

penelitian 11

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


4. Hasil Penelitian
Pada aplikasi EPANET 2.0 telah didapatkan output data perpipaan dan junction dalam
jaringan distribusi. Output data perpipaan yang disajikan berupa laporan debit aliran (flow) pada
tiap pipa, kecepatan aliran (velocity) pada tiap pipa, dan headloss yang terjadi pada pipa.
Sedangkan output data junction yang diperoleh adalah laporan tekanan air (pressure).
Dari output data yang dihasilkan dari aplikasi EPANET 2.0, laporan tekanan dan
laporan kecepatan aliran air dalam pipa menjadi variabel acuan dalam mengevaluasi sistem
jaringan distribusi air bersih PDAM TIrta Kahuripan Cabang Pelayanan 2.

Tabel 1. Output Data Junction Pada Jaringan Distribusi Dalam Aplikasi EPANET 2.0

Elevasi Pressure Elevasi Pressure Elevasi Pressure


Junc ID Junc ID Junc ID
(mdpl) (m) (mdpl) (m) (mdpl) (m)
Junc J1 88 44.78 Junc J17 80 52.13 Junc J33 83 51.06
Junc J2 85 47.39 Junc J18 78 54.08 Junc J34 71 61.84
Junc J3 85 46.84 Junc J19 82 36.53 Junc J35 82 52.26
Junc J4 90 28.02 Junc J20 80 52.36 Junc J36 90 39.23
Junc J5 84 47.66 Junc J21 84 49.04 Junc J37 82 52.3
Junc J6 84 48.04 Junc J22 88 45.21 Junc J38 82 52.12
Junc J7 81 50.74 Junc J23 88 45.24 Junc J39 83 50.77
Junc J8 89 29.18 Junc J24 87 46.55 Junc J40 91 42.25
Junc J9 81 37.55 Junc J25 90 43.38 Junc J41 85 48.05
Junc J10 81 37.58 Junc J26 90 43.23 Junc J42 86 47.03
Junc J11 83 49.91 Junc J27 85 48.13 Junc J43 80 53.02
Junc J12 86 47 Junc J28 77 54.64 Junc J44 92 26.55
Junc J13 87 45.9 Junc J29 86 46.79 Junc J45 80 41.59
Junc J14 87 45.48 Junc J30 85 48.2 Junc J46 87 45.3
Junc J15 83 49.27 Junc J31 89 44.26 Junc J47 92 40.3
Junc J16 79 53.21 Junc J32 86 47.61 Junc J48 91 38.33

Variabel ini harus memenuhi kriteria desain PDAM, yaitu kecepatan air dalam pipa
disyaratkan sebesar 0,15 m/s -1,5 m/s. Sedangkan kriteria desain untuk tekanan disyaratkan
sebesar 10 m – 80 m (Permen PU, 2007)
Dalam tahap evaluasi, tekanan pada pipa yang diproses menggunakan aplikasi
EPANET 2.0 dapat dilihat pada Tabel 5.10, dimana tekanan terendah terdapat pada junction

12

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


J44 dengan nilai sebesar 26,55 m dan tekanan tertinggi terdapat pada junction J34 dengan
nilai sebesar 61,84 m. Hal ini membuktikan bahwa tekanan yang ada dalam jaringan distribusi
telah memenuhi kriteria desain, yaitu berada dalam kisaran 10 m – 80 m, sehingga tekanan
dalam jaringan distribusi dapat dikatakan telah memiliki kinerja yang optimal.
Terdapat 5 titik acuan yang dievaluasi, yaitu 5 titik terjauh dari instalasi pengolahan
air. Kelima titik ini mewakilkan daerah Pesona Khayangan, Perumnas Depok, Griya Depok
Asri, Lembah Griya Depok dan Griya Asri. Evaluasi yang dilakukan adalah perbandingan
data tekanan yang didapatkan dilapangan dengan output data EPANET 2.0. Berikut ini
merupakan tabel hasil evaluasi jaringan distribusi terhadap kelima titik acuan:

Tabel 2. Perbandingan data Tekanan dalam Aplikasi EPANET 2.0 dengan Pengukuran
Lapangan pada Titik Acuan

Pengukuran Output Data


Daerah Titik Acuan Elevasi
Lapangan (m) EPANET 2.0 (m)
Pesona Khayangan 71 20 61.84
Perumnas Depok 84 8 47.66
Griya Depok Asri 77 11 54.64
Lembah Griya Depok 81 10 37.55
Griya Asri 92 10 26.55

Nilai tekanan hasil output data aplikasi EPANET 2.0 memiliki perbedaan yang lebih
besar dibandingkan dengan hasil pengukuran lapangan. Hal ini dikarenakan asumsi yang
dipakai untuk perhitungan tekanan pada aplikasi EPANET 2.0 yaitu menggunakan aliran
dengan tekanan penuh, padahal kenyataannya tekanan air hasil pengukuran lapangan tekanan
air dalam pipa tidak penuh.
Jika dilihat pada tabel diatas, tekanan hasil output data yang ada pada tiap titik acuan
telah memenuhi kriteria desain. Namun hal sebaliknya ditunjukkan oleh hasil pengukuran
lapangan, dimana ada satu titik yaitu daerah Perumnas Depok yang tekanannya berada
dibawah kriteria desain. Hal ini dikarenakan banyaknya tekanan yang hilang pada sistem
jaringan perpipaan. Kehilangan tekanan pada jaringan distribusi ini salah satunya dipengaruhi
oleh adanya kebocoran yang diakibatkan oleh pencurian air. Sedangkan perhitungan pada
aplikasi EPANET 2.0, faktor kebocoran dapat diabaikan.

13

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


Nilai tekanan tertinggi dari hasil pengukuran lapangan maupun pada output data
aplikasi EPANET 2.0 terdapat pada daerah Pesona Khayangan. Hal ini dikarenakan dalam
pengaliran air ke titik acuan ini terdapat perbedaan elevasi yang cukup besar, yaitu dari
ketinggian 83 mdpl ke 71 mdpl. Dibandingkan dengan junction lainnya, pengaliran air ke titik
ini yang tingkat elevasinya cukup besar dapat menyebabkan nilai tekanan pada daerah ini
cukup besar juga.
Sedangkan pada daerah Griya Asri, nilai tekanannya cukup rendah dibandingkan titik
acuan lainnya (berdasarkan hasil perhitungan aplikasi EPANET 2.0). Hal ini disebabkan oleh
tingkat elevasinya yang cukup tinggi (92 mdpl), sehingga nilai tekanan dalam pipa selama
pengaliran air menuju ke daerah ini berkurang.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai tekanan adalah banyaknya belokan
selama pengaliran air dan faktor umur pipa. Selain itu, terbatasnya data yang didapatkan
seperti bentuk konfigurasi, ukuran dan kelengkapan aksesoris jaringan yang berkaitan dengan
jaringan distribusi air bersih juga menjadi faktor penentu dalam mengetahui nilai tekanan
dalam jaringan distribusi.
Pada perpipaan jaringan distribusi, variabel yang akan dievaluasi dan akan dioptimalisasi
kinerjanya yaitu diameter pipa, dan koefisien kekasaran (material) pipa. Setelah dilakukannya
optimalisasi pada jaringan distribusi, diharapkan kecepatan aliran air dalam pipa tetap memenuhi
kriteria desain, yaitu 0,15 m/s – 1,5 m/s. Berikut ini merupakan output data pipa jaringan
distribusi secara keseluruhan saat dievaluasi dan setelah dilakukan optimalisasi:

Tabel 3. Perbandingan Output Data Pipa Jaringan Distribusi saat Evaluasi dan
Optimalisasi

Diameter (m) Velocity (m/s) Hazen Williams C


Pipe ID
Evaluasi Optimalisasi Evaluasi Optimalisasi Evaluasi Optimalisasi
P1 100 100 0.41 0.46 150 150
P2 100 100 0.26 0.31 150 150
P3 100 100 0.24 0.19 150 150
P4 100 100 0.31 0.21 150 150
P5 100 100 0.19 0.19 150 150
**P6 150 100 0.17 0.38 150 140
P7 100 100 0.26 0.25 150 150
P8 400 400 0.49 0.52 140 140
*P9 100 150 1.43 0.68 150 140
14

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


Diameter (m) Velocity (m/s) Hazen Williams C
Pipe ID
Evaluasi Optimalisasi Evaluasi Optimalisasi Evaluasi Optimalisasi
*P10 100 150 1.07 0.43 150 140
P11 100 150 1.94 1.09 150 140
P12 150 150 0.06 0.54 150 150
P13 150 150 0.91 0.66 150 150
*P14 100 150 0.8 0.84 150 140
**P15 250 200 0.83 0.9 140 140
**P16 300 250 0.73 0.98 140 140
P17 250 250 1 0.93 150 150
P18 150 150 0.2 0.19 150 150
P19 100 100 0.18 0.18 150 150
P20 100 100 0.38 0.39 150 150
P21 200 200 0.44 0.49 150 150
P22 300 300 0.86 0.91 150 150
P23 100 100 0.41 0.41 150 150
P24 150 150 0.19 0.2 150 150
P25 200 200 0.32 0.36 140 140
**P26 150 100 0.07 0.42 150 140
P27 100 100 0.55 0.45 150 150
*P28 100 150 1.36 0.56 150 140
P29 100 100 0.21 0.62 150 150
**P30 250 200 0.47 0.55 140 140
**P31 250 200 0.24 0.32 140 140
P32 100 100 1.31 0.8 150 150
**P33 250 200 0.11 0.15 140 140
P34 100 100 0.33 0.23 150 150
P35 100 100 0.4 0.2 150 150
P36 100 100 0.32 0.23 150 150
P37 100 100 0.36 0.36 150 150
**P38 150 100 0.13 0.17 150 140
**P39 150 100 0.1 0.23 150 140
P40 250 250 0.87 0.91 140 140
P41 250 250 0.76 0.79 140 140
P42 100 100 0.18 0.18 150 150
P43 100 100 0.16 0.18 150 150
P44 100 100 0.19 0.17 150 150
P45 150 150 0.51 0.59 150 150
P46 150 150 0.76 0.84 150 150
P47 100 100 0.38 0.46 150 150
P48 100 100 0.25 0.35 150 150
P49 100 100 0.32 0.34 150 150
P50 100 100 0.23 0.23 150 150
P51 100 100 0.41 0.44 150 150
P52 250 250 0.48 0.51 140 140
P53 200 200 0.63 0.67 140 140
P54 100 100 0.16 0.15 150 150
P55 100 100 0.4 0.41 150 150
P56 200 200 0.28 0.29 140 140
15

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


Diameter (m) Velocity (m/s) Hazen Williams C
Pipe ID
Evaluasi Optimalisasi Evaluasi Optimalisasi Evaluasi Optimalisasi
P57 150 150 0.29 0.3 150 150
P58 100 100 0.38 0.37 150 150
P59 200 200 0.21 0.21 140 140
P60 200 200 0.36 0.36 140 140
P61 100 100 0.42 0.42 150 150
P62 100 100 0.29 0.3 150 150
Keterangan: **diperkecil; *diperbesar

Tabel 4. Perbandingan Output Data Junction Jaringan Distribusi Evaluasi dan


Optimalisasi

Pressure (m) Pressure (m)


Junc ID Junc ID
evaluasi optimalisasi evaluasi optimalisasi
Junc J1 44.78 44.65 Junc J25 43.38 43.23
Junc J2 47.39 47.21 Junc J26 43.23 42.95
Junc J3 46.84 46.64 Junc J27 48.13 47.88
Junc J4 28.02 39.34 Junc J28 54.64 54.41
Junc J5 47.66 47.44 Junc J29 46.79 46.23
Junc J6 48.04 47.84 Junc J30 48.2 47.96
Junc J7 50.74 50.52 Junc J31 44.26 44.03
Junc J8 29.18 40.44 Junc J32 47.61 47.49
Junc J9 37.55 48.42 Junc J33 51.06 51.03
Junc J10 37.58 48.64 Junc J34 61.84 61.81
Junc J11 49.91 49.79 Junc J35 52.26 52.26
Junc J12 47 46.88 Junc J36 39.23 40.92
Junc J13 45.9 45.77 Junc J37 52.3 52.3
Junc J14 45.48 45.29 Junc J38 52.12 51.9
Junc J15 49.27 49.05 Junc J39 50.77 50.61
Junc J16 53.21 52.97 Junc J40 42.25 41.81
Junc J17 52.13 51.89 Junc J41 48.05 47.46
Junc J18 54.08 53.85 Junc J42 47.03 46.39
Junc J19 36.53 47.59 Junc J43 53.02 52.37
Junc J20 52.36 52.02 Junc J44 26.55 37.97
Junc J21 49.04 48.79 Junc J45 41.59 49.99
Junc J22 45.21 44.79 Junc J46 45.3 45.61
Junc J23 45.24 45.09 Junc J47 40.3 40.29
Junc J24 46.55 46.47 Junc J48 38.33 40.66

16

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa pipa yang kecepatan
alirannya tidak memenuhi kriteria desain. Untuk itulah diperlukan beberapa perubahan yang
difokuskan pada diameter pipa dan material pipa. Beberapa perubahan ini dilakukan untuk
menambah kecepatan aliran air di dalam pipa.
Pipa yang diameternya diperbesar bertujuan untuk mengurangi kecepatan aliran air.
Hal ini dikarenakan besarnya kecepatan aliran air dalam pipa akan memudahkan pipa untuk
tergerus dan mengalami kerusakan. Selain itu, pembesaran diameter pipa juga akan
menambah debit air yang melintasi pipa. Pipa yang mengalami pembesaran diameter adalah
pipa nomor P28, P9, P10 dan P14
Selain itu, terdapat beberapa pipa yang dikecilkan diameternya. Hal ini dikarenakan
kecepatan aliran air dalam pipa terlalu rendah untuk mengaliri air. Pada umumnya pipa yang
dikecilkan diameternya merupakan pipa yang letaknya cukup jauh dari sumber air, yang
diakibatkan oleh banyaknya tekanan yang hilang selama air dialirkan. Pipa yang dikecilkan
diameternya adalah pipa nomor P6, P15, P16, P26, P30, P31, P33, P38 dan P39.

5. Kesimpulan

1. Kondisi eksisting jaringan distribusi air bersih PDAM Tirta Kahuripan Cabang
Pelayanan 2 Kota Depok terdapat permasalahan yang terjadi pada jaringan distribusi,
yaitu kecepatan air dalam pipa tidak memenuhi kriteria desain.
2. Tekanan air dalam jaringan distribusi telah memenuhi kriteria desain, dengan tekanan
minimal senilai 26,55 m dan tekanan maksimal senilai 61,84 m. Sedangkan
Kecepatan air dalam jaringan distribusi terdapat beberapa pipa yang tidak memenuhi
kriteria desain yaitu lebih rendah dari 0,15 m/s dan lebih dari 1,5 m/s. Nilai kecepatan
air terendah sebesar 0.06 m/s dan nilai kecepatan air tertinggi sebesar 1.94 m/s.
Kecepatan air dalam jaringan distribusi yang nilainya berada dibawah kriteria desain
diakibatkan oleh diameter dan material pipa yang tidak sesuai sehingga
mengakibatkan kecepatan air dalam pipa tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
3. Untuk mengoptimalisasi kinerja jaringan distribusi air bersih PDAM Tirta Kahuripan
Cabang Pelayanan 2, terdapat 4 penggantian pipa yang diameternya diperbesar dan 9
penggantian pipa yang diameternya diperkecil.

17

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


6. Saran
Diperlukan evaluasi setiap adanya penambahan jaringan distribusi air bersih agar
menjaga tekanan dan kecepatan aliran air dalam pipa distribusi eksisting.
Diperlukan pemilihan jenis material pipa yang cocok dan pengelolaan aset jaringan
perpipaan, mulai dari pemasangan, pemeliharaan, perbahurukan dan penggantian
komponen jaringan perpipaan.
Diperlukan pengelolaan tekanan air dan kecepatan aliran, serta pengendalian
kebocoran dan kehilangan air secara aktif agar konsumen puas terhadap pelayanan
PDAM.

18

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015


Daftar Referensi

Qasim, S. R., Montley, E. M., dan Zhu, G. (2000). Water Works Engineering: Planning, Design, and
Operation. Prentice Hall PTR, New Jersey.
Hsu, N. S., Cheng, W. C., Cheng, W. M., Wei, C. C., Yeh, W. W. G. (2008). Optimization and capacity
expansion of a water distribution system. Advance in Water Resources 31 (2008) 776-786.
Menteri Kesehatan. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
416/MENKES/PER/IX/1990, tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Menteri Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/MENKES/PER/IV/2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Menteri Pekerjaan Umum. (2007). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/2007
tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Jakarta: Kementerian
Pekerjaan Umum.
Menteri Negara Sekretaris Negara. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Jakarta: Kementerian Pekerjaan
Umum.
PDAM Tirta Kahuripan. (2014). Laporan Bulanan PDAM Tirta Kahuripan Cabang Pelayanan 2.
Depok: PDAM Tirta Kahuripan
Bappeda Depok. (2015). Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012 – 2032. Depok:
Pemerintah Kota Depok
PDAM Tirta Kahuripan. (2013). Laporan Instalasi Pengolahan Air Legong Tahun 2013. Depok: IPA
Legong
Putra, G. R. (2010). Evaluasi dan Pengembangan Sistem Jaringan Distribusi Air Minum PDAM Kota
Depok Kantor Cabang 3 Kecamatan Sukmajaya. Depok: Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Indonesia.
Sudirman, A. (2012). Analisa Pipa Jaringan Distribusi Air Bersih Kabupaten Maros dengan
Menggunakan Software EPANET 2.0. Makassar: Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin.
Kurniawan, A. I. (2010). Evaluasi dan Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Air Minum
Kota Mojokerto
Agustina, D. V. (2007). Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih PDAM Kecamatan Banyumanik
Di Perumnas Banyumanik (Studi Kasus Perumnas Banyumanik Kel. Srondol Wetan). Semarang:
Program Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro.
Rossman, L. A. (2000). Epanet 2 User Manual. National Risk Management Laboratory U.S
Environmental Protection Agency.
Atsari, Okita Miraningrum Nur. (2014). Pemilihan dan Perancangan Unit Pengolahan Lumpur di IPA
Legong (PDAM Tirta Kahuripan). Depok: Program Studi Teknik Lingkungan Universitas
Indonesia

19

Optimalisasi jaringan..., Andrew Alexander Lamba, FT UI, 2015

Anda mungkin juga menyukai