Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya air yang bermutu baik dan biasa
dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau digunakan dalam kegiatan seharihari.Salah satu sumber air bersih yang dimanfaatkan untuk air minum adalah
sungai.Menurut Departemen Kesehatan, syarat-syarat air bersih yang layak untuk
dikonsumsi adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung
logam berat. Pentingnya kebutuhan akan air bersih membuat penanganan terhadap
sektor air bersih menjadi prioritas. Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air bersih
dilakukan sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada. Di daerah perkotaan, sistem
penyediaan air bersih dilakukan dengan sistem perpipaan atau non perpipaan.
Sistem perpipaan air bersih dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
dan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat baik secara individu ataupun
kelompok. Sistem perpipaan berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari satu tempat ke
tempat yang lain. Aliran zat cair terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan di
kedua tempat akibat perbedaan elevasi muka air atau panambahan pompa.Pemakaian
jaringan pipa dalam penyediaan air bersih juga terdapat pada sistem jaringan
distribusi air minum.Sistem jaringan ini merupakan bagian yang paling mahal dari
suatu perusahaan air minum oleh karena itu perencanaan jaringannya harus dibuat
secara teliti untuk mendapatkan sistem distribusi yang efisien.

Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1962 tentang perusahaan daerah,


PDAM dibentuk sebagai kesatuan usaha milik Pemda yang memberikan jasa
pelayanan dan menyelenggarakan kemanfaatan umum di bidang air minum.PDAM
dibutuhkan masyarakat perkotaan untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang layak
dikonsumsi.Penggunaan air tanah sebagai sumber air bersih telah dilakukan secara
berlebihan sehingga menurunkan permukaan air tanah dan intrusi air laut yang
mengakibatkan menurunnya kualitas air tanah.Hal ini menjadi tanggung jawab
PDAM untuk tetap mampu menyediakan air minum. Permasalahan lain dapat timbul
dari sistem penyaluran air yang macet dengan hasil air bersih yang keruh sehingga
sebagian masyarakat beralih menggunakan air Penyedia Air Minum (PAM) untuk
keperluan mandi dan mencuci sedangkan kepelerluan minum dan memasak dipenuhi
dengan pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Pemecahan masalahmasalah tersebut memerlukan pengembangan sistem jaringan air bersih yang tepat
dalam sebuah Instalasi Pengolahan Air (IPA) (Anonim, 1962).
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu bentuk kegiatan
praktek di luar kelas.PKL bertujuan pengenalan tentang lingkungan kerja dan
permasalahan yang ada di dalamnya yang berhubungan dengan ilmu dan teknologi
lingkungan.PKL

merupakan

kegiatan

wajib

yang

harus

dilakukan

mahasiswa.Kegiatan PKL dimaksudkan agar ilmu-ilmu yang telah didapatkan dari


kegiatan belajar dan mengajar di kelas dapat diaplikasikan dengan dunia kerja melalui
kegiatan Praktek Kerja Lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian di Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM
Sidoarjo adalah sebagai berikut:
1. Berapa nilai debit yang dibutuhkan sistem jaringan pipa pada daerah layanan
Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM Sidoarjo?
2. Bagaimana sistem penyediaan air minum di Instalasi Pengolahan Air
Siwalanpanji PDAM Sidoarjo?
3. Mana saja wilayah cakupan distribusi air minum dari Instalasi Pengolahan Air
Siwalanpanji PDAM Sidoarjo?

1.3 Tujuan
Dari permasalahan yang ada maka dapat diketahui bahwa tujuan yang ingin
dicapai dari kegiatan PKL di Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM Sidoarjo
adalah:
1.

Untuk mengetahui nilai debit yang dibutuhkan sistem jaringan pipa pada daerah
layanan Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM Sidoarjo.

2.

Untuk mengetahui kinerja sistem penyediaan air minum di Instalasi Pengolahan


Air Siwalanpanji PDAM Sidoarjo.

3.

Untuk mengetahui wilayah cakupan distribusi air minum dari Instalasi


Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM Sidoarjo.

Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan PKL ini diantaranya sebagai berikut:
1.4.1. Bagi kepentingan akademis
Sebagai sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu yang
berkaitan dengan ilmu dan teknologi lingkungan dan dapat menjadi dasar penelitian
selanjutnya.
1.4.2. Bagi kepentingan dunia bisnis
Selain memiliki manfaat untuk kepentingan akademis, kegiatan PKL
diharapkan memiliki manfaat bagi Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM
Sidoarjo, diantaranya adalah:
1. Menjadi masukan informasi bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja
sistem penyediaan air minum di Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM
Sidoarjo.
2. Dapat digunakan untuk pengembangan perusahaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Perusahaan


2.1.1 Sejarah
Pelayanan air bersih di wilayah Kabupaten Sidoarjo sudah dimulai sejak zaman
Hindia

Belanda

oleh

Waterleiding

Bedrijven.Pada

masa

kemerdekaan,

kepengurusannya dilimpahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Timur.


Dengan adanya Perda Propinsi Dati I No. 4/1976 tanggal 10 Juli 1976, pemerintah
Kabupaten Sidoarjo menerima penyerahan sebanyak 1904 unit pelanggan yang
meliputi wilayah Larangan, Candi, Candi Selatan, Porong, Gedangan, Waru, Buduran
Selatan, Buduran Utara, Tanggulangin, Sepanjang, Kedurus, Driyorejo, Krian,
Prambon, dan Watu Tulis. Pada tanggal 5 Juli 1978, Peraturan Daerah Kabupaten
Dati II Sidoarjo No. 5/1978 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) telah diterbitkan dan disahkan oleh Gubernur tingkat I Jawa Timur dengan
nomor HK/498/1978 (Anonim, 2014).
2.1.2 Profil Perusahaan
PDAM Delta Tirta Sidoarjo saat ini menjadi tumpuan masyarakat Sidoarjo
dalam memenuhi kebutuhan air minum dengan jumlah pelanggan sampai akhir tahun
2012 mencapai 104.863 unit. Saat ini, PDAM Delta Tirta Sidoarjo masuk dalam
kategori PDAM metropolis dengan wilayah pelayanannya tersebar di 14 kecamatan
dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Sidoarjo dan cakupan wilayah layanan
sebesar 31,07%. Untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat, PDAM Delta
Sidoarjo melakukan penambahan kapasitas produksi melalui pembangunan Instalasi
5

Pengolahan Air (IPA) baru dan uprating IPA yang ada. Sejak tahun 2008, PDAM
Delta Sidoarjo telah melakukan pembangunan IPA di Kedunguling, Siwalanpanji dan
Krian sehingga total kapasitas produksi yang dipasang menjadi 1.482 liter/detik.
Selain itu, tingkat kehilangan air telah mencapai 30,13% pada akhir tahun 2012
(Anonim, 2014).
2.1.3 Visi, Misi, dan Motto
Visi dari PDAM Delta Tirta Kabupaten Sidoarjo ialah menjadi PDAM terbaik
di tingkat nasional, sedangkan misi dari PDAM itu sendiri antara lain (Anonim,
2014):
a.

Memberikan pelayanan prima di bidang penyediaan air minum.

b.

Meningkatkan kesehatan aspek keuangan dan aspek operasional perusahaan.

c.

Meningkatkan produktivitas dan profesionalisme karyawan.


Motto dari PDAM Delta Tirta Kabupaten Sidoarjo, yaitu (Anonim, 2014):
Excellent Company, Excellent Service

2.2 Air Bersih


Air merupakan kebutuhan dasar manusia, air dibutuhkan manusia untuk
kelangsungan hidup.Semakin banyak jumlah penduduk, pemanfaatan sumber daya air
semakin meningkat. Eksploitasi sumber-sumber air yang berlebih dengan tidak
diimbangi dengan perawatan terhadap sumber air akan mengakibatkan kelangkaan
air. Terlebih lagi ulah-ulah manusia yang tidak bertanggung jawab telah melakukan
penebangan pohon tanpa memedulikan penghijauannya, pembangunan beton yang
mengurangi resapan air tanah, pembuangan sampah, dan limbah industri ke badan

sungai. Akibatnya, ketersediaan sumber air baku untuk air bersih menurun dan
menjadi sangat langka(Immanuel, 2013).
Kegiatan penyediaan air bersih selain harus memenuhi secara kuantitas juga
harus sesuai dengan syarat baku mutu air agar berkualitas. Maka dari itu, perusahaan
air minum sebagai penyelenggara penyediaan air bersih selalu memeriksa kualitas air
hasil pengolahan sebelum didistribusikan kepada pelanggan.Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan yang dapat diminum (Hariyanti,
1997). Sedangkan, Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2002 dalam KEPMENKES
RI No.17/MENKES/VII/2002 mengartikan air minum sebagai air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Standar kualitas air minum yang digunakan telah diatur
oleh Pemerintah melalui PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990, antara lain
(Anonim, 1990):
1. Tidak berbau dan tidak berasa
2. Kekeruhannya tidak lebih dari skala 5 NTU
3. Nilai pH diantara 6,5-8,5
4. Kandungan besi sebagai Fe kurang dari 0,3 mg/lt
5. Kandungan mangan sebagai Mn kurang dari 0,1 mg/lt
6. Terdapat zat organik sebagai KMnO4 kurang dari 10 mg/lt
7. Bebas bakteri indikator penyakit yang disebarkan
Demi pemenuhan kebutuhan air bersih, dilakukan pencarian sumber-sumber air
untuk diolah.Salah satu sumber air yang biasanya digunakan adalah sungai.Sebelum
digunakan sebagai sumber air dalam pengolahan air bersih, air sungai terlebih dulu
7

diperiksa secara fisika dan kimia untuk mengetahui kelayakan kualitas dan kuantitas
air tersebut.Selanjutnya, agar dapat ditentukan metode pengolahan dan perencanaan
instalasi pengolahan yang tepat(Immanuel, 2013).

2.3 Karakter Air Bersih


Untuk sebuah sistem penyediaan air minum, perlu diketahui besarnya kebutuhan
dan pemakaian air.Kebutuhan air dipengaruhi oleh besarnya populasi penduduk,
tingkat ekonomi dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, data mengenai keadaan
penduduk daerah yang akan dilayani dibutuhkan untuk memudahkan permodelan
evaluasi sistem distribusi air minum. Kebutuhan air bersih berbeda antara kota yang
satu dengan kota yang lainnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan air bersih adalah sebagai berikut (Linsley dan Franzini, 1995):
1. Iklim
Kebutuhan air bersih untuk mandi, menyiram taman, dan pengaturan udara pada
wilayah layanan dengan iklim yang hangat dan kering lebih besar daripada di
wilayah layanan dengan iklim yang lembab. Namun pada wilayah layanan dengan
iklim yang sangat dingin, air bersih digunakan untuk mencegah bekunya pipa air
kran.
2. Ciri-ciri Penduduk
Besar pemakaian air bersih juga dipengaruhi oleh status ekonomi dari pelanggan
airnya.Jumlah pemakaian air perkapita pada wilayah layanan dengan ekonomi
lemah lebih rendah daripada wilayah layanan yang memiliki ekonomi
8

tinggi.Terlebih pada wilayah layanan tanpa lokasi pembuangan limbah memiliki


jumlah konsumsi air hanya sebesar 40 liter/kapita per harinya.
3. Masalah Lingkungan Hidup
Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap pemakaian sumber daya yang
berlebihan menyebabkan perkembangan peralatan yang mampu mengurangi
jumlah pemakaian air tak efisien di daerah pemukiman.
4. Keberadaan Industri dan Perdagangan
Keberadaan industri dan perdagangan dapat mempengaruhi banyaknya kebutuhan
air per kapita dari suatu kota karena pemenuhan pengolahan limbah industri
sebelum dibuang ke badan air.
5. Iuran Air dan Meteran
Bila harga air bersih mahal, pelanggan air akan lebih menahan diri dalam
pemakaian air dan sektor industri cenderung mengembangkan persediaannya
sendiri dengan biaya yang lebih murah. Para pelanggan air yang memiliki meteran
airakanlebih

memperhatikan

kebocoran-kebocoran

pipa

rumahnya

dan

mempergunakan air dengan jarang. Pemasangan meteran air pada beberapa


kelompok masyarakat telah dibuktikan mampu menurunkan penggunaan air bersih
hingga 40%.

6. Ukuran Kota
Penggunaan air per kapita pada kota besar yang mempunyai sistem jaringan
limbah lebih banyak daripada di kota kecil yang memiliki sistem jaringan limbah
yang sama. Secara umum, perbedaan tersebut diakibatkan oleh pemakaian air yang
lebih banyak pada sektor industri, taman, dan perdagangan kota besar.

2.4 Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan air bersih merupakan banyaknya air yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan air dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak, dan
menyiram tanaman.Secara umum, penggunaan sumber air bersih untuk kebutuhan
hidup sehari-hari harus memenuhi standar kuantitas dan kualitas. Kebutuhan dasar air
bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat
hidup dengan layak (Asmadi,dkk., 2011).
Dari segi kuantitas, macam-macam kebutuhan air rumah tangga adalah sebagai
berikut (Karsidi, 1999):
a. Kebutuhan air untukminum dan mengolah makanan sebanyak 5 liter/orang perhari.
b. Kebutuhan air untuk higien (mandi dan menmbersihkan badan) sebanyak 25-30
liter/orang perhari.
c. Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi
atau pembuangan kototran sebanyak 4-6 liter/orang perhari dengan total
pemakaian air tiap orang mencapai 60-70 liter/hari dalam satu kota.

10

Untuk mendapatkan proyeksi total jumlah kebutuhan air bersih pada wilayah
layanan dapat dilakukan dengan memperkirakan jumlah kebutuhan air untuk berbagai
macam tujuan dengan perkiraan kehilangan airnya. Kebutuhan air untuk berbagai
macam tujuan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kebutuhan domestik (terdiri
dari sambungan rumah dan kran umum) dan kebutuhan non domestik (terdiri dari
fasilitas sosial, fasilitas perdagangan/industri, dan fasilitas perkantoran) (Linsley dan
Franzini, 1995).
Besarnya kebutuhan air domestik ditentukan oleh banyaknya jumla konsumen
domestik.Kebutuhan air domestik diperoleh dari kebutuhan air untuk sambungan
rumah (SR) dan kebutuhan air untuk sambungan umum (SU). Pada kebutuhan air non
domestik, penentuan besar kebutuhan berasal dari banyaknya jumlah konsumen non
domestik berupa fasilitas-fasilitas perkantoran, tempat ibadah, pendidikan, kesehatan,
komersial, umum atau bisnis, dan industri (Al-Layla, dkk., 1978)
Kehilangan air dapat diartikan sebagai selisih antara jumlah air yang disediakan
dengan jumlah air yang dikonsumsi.Dalam setiap sistem penyediaan air besih,
menghindari kemungkinan terjadi kehilangan air dari sistem sangat sulit untuk
dilakukan (Maulidia, 2008).Kehilangan air dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu
kehilangan air akibat faktor teknis dan non teknis (Linsley dan Franzini,
1995).Kehilangan air akibat faktor teknis disebabkan oleh kebocoran air pada pipa
distribusi atau adanya kerusakan pada meter air.Sedangkan kehilangan air akibat
faktor non teknis disebabkan ada pencurian air melalui pipa distribusi air minum atau
pemenuhan kebutuhan air untuk kejadian kebakaran (Maulidia, 2008).

11

2.5 Sistem Distribusi Air Bersih


Menurut Joko, 2010, sistem penyediaan air bersih yang mampu menyediakan air
minum dalam jumlah cukup merupakan hal penting bagi suatu kota besar yang
modern. Unsur-unsur pembentuk sistem penyediaan air bersih modern yaitu sumber
penyediaan, sarana penampungan, sarana penyaluran, sarana pengolahan, sarana
penyaluran (dari pengolahan ke masyarakat), tampungan sementara, dan sarana
distribusi yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Sumber Penyediaan Air

Penampungan

Penyaluran

Pengolahan

Penyaluran dan Penampungan

Distribusi
Gambar2.1 Hubungan Unsur Pembentuk Sistem Penyediaan Air Bersih Kota
(Sumber: Joko, 2010)
Fungsi pokok dari jaringan distribusi adalah mendistribusikan air ke seluruh
pelanggan dengan tetap memperhatikan factor kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
serta tekanan air yang memenuhi standar (Al-Layla, dkk., 1978). Pendistribusian air
dilakukan dengan saluran tertutup atau dengan perpipaan dengan tujuan menghindari
12

kontaminasi terhadap air yang mengalir di dalam pipa. Selain itu, menggunakan
sistem perpipaan lebih memudahkan air untuk dialirkan karena adanya tekanan air
sebagai tenaga pendorong.
Menurut Al-Layla, dkk., 1978, terdapat dua macam sistem distribusi air, yaitu
sistem continuous dan sistem intermitten.Sistem continuous menyediakan air minum
dan mendistribusikannya kepada konsumen secara terus menerus selama 24 jam.Pada
umumnya, sistem ini diterapkan pada keadaan sumber air minum yang mampu
menyediakan seluruh kebutuhan konsumen di daerah pelayanan sistem tersebut. Pada
sistem intermitten, air minum yang disediakan akan didistribusikan kepada konsumen
dalam waktu tertentu selama 24 jam. Umumnya, sistem intermitten mendistribusikan
air selama 2-4 jam di pagi hari dan sore hari. Penerapan sistem ini dilakukan bila
kuantitas dan tekanan air yang cukup tidak tersedia di dalam sistem. Kelebihan dan
kekurangan dari penerapan msing-masing sistem dapat dilihat pad Tabel 2.1 dibawah
ini.
Tabel2.1 Kelebihan dan Kekurangan dari Penerapan Sistem Distribusi Continuous
dan Sistem Distribusi Intermitten
Sistem Distribusi Continuous Sistem Distribusi Intermitten
Kelebihan
a. Konsumen mendapatkan
a. Pemakaian air lebih
air setiap saat
hemat.
b. Kondisi air yang diambil
b. Ketika kebocoran air
dari titik pengambilan di
terjadi,
jumlah
dalam
jaringan
pipa
kehilangan air lebih
distribusi selalu dalam
sedikit.
keadaan segar.
Kekurangan
a. Jumlah pemakaian air
a. Ketika
kebakaran
lebih besar.
terjadi saat sistem
b. Ketika kebocoran air
tidak beroperasi, tidak
terjadi,
jumlah
tersedia cadangan air
kehilangan air menjadi
untuk
pemenuhan
besar.
kebutuhan tersebut.

13

b. Setiap
rumah
memerlukan tempat
penyimpanan
air
sendiri agar kebutuhan
air dalam sehari dapat
tercukupi.
c. Memerlukan dimensi
pipa yang lebih besar
karena
waktu
pemakaian
pipa
distribusi
yang
pendek.
Sumber: (Al-Layla, dkk., 1978)
Komponen dari sistem distribusi air adalah penampungan air (reservoir) dan
sistem perpipaan. Penampungan air atau reservoir adalah suatu bangunan yang
menampung air sementara sebelum didistribusikan ke pelanggan air. Lama
penampungan disesuaikan dengan tingkat pemakaian air pada masa jam pemakaian
puncak dan pemakaian jam rata rata. Volume reservoir dirancang sama dengan
kebutuhan pada waktu defisit pemakaian ataupun surplus pemakaian. Secara praktis,
volume reservoir dapat juga dihitung berdasarkan waktu penampungan atau waktu
retensi dari air pada debit rata rata. Umumnya, waktu penampungan dihitung 2 jam
hingga dengan 8 jam penampungan. Konstruksi bangunan reservoir harus dibuat
cukup untuk menampung air dan terhindar dari kontaminasi dari luar sehingga air
yang disimpan tetap layak untuk dimanfaatkan. Untuk menjaga keadaan tersebut,
dilakukan pembubuhan bahan desinfektan. Jenis desinfektan yang digunakan adalah
kaporit atau Natrium HipoKlorit. Konstruksi reservoir dapat terbuat dari bahan beton,
baja maupun kayu (Dharmasetiawan, 1993).

14

Sistem perpipaan merupakan rangkaian pipa yang menghubungkan antara


reservoir dengan pelanggan. Secara hirarki, disusun menurut banyak jumlah air yang
dibawa. Unit dalam sistem perpipaan berupa pipa induk, pipa sekunder/tersier atau
pipa retikulasi dan pipa-pipa layanan (service). Prinsip pipa-pipa ini secara hidrolis
terisolasi yang berarti air dari ketinggian yang lebih tinggi terkendali alirannya ke
tempat yang lebih rendah dengan demikian tekanan air dipipa induk akan lebih tinggi
dari yang ada di pipa retikulasi. Pengaturanantara kedua jenis pipa ini dilakukan oleh
valve (katup)atau pressure reducing valve (valve pengatur tekanan)(Dharmasetiawan,
1993).
Katup adalah sebuah perangkat yang mengatur, mengarahkan atau mengontrol
aliran dari suatu cairan dengan membuka, menutup, atau menutup sebagian dari jalan
alirannya. Sedangkan debit air yang mengalir pada pipa mengalir secara satu arah
yaitu pipa induk ke pipa retikulasi. Untuk itu antara pipa induk dan pipa sekunder
selain dilengkapi dengan katup pengatur debit juga dipakai check valve (pengatur
katup). Pengatur katupadalah alat yang digunakan untuk membuat aliran fluida hanya
mengalir ke satu arah saja atau agar tidak terjadi reversed flow/back sedangkan gate
valve adalah jenis katup yang digunakan untuk membuka aliran dengan cara
mengangkat gerbang penutup nya yang berbentuk bulat atau persegi panjang. Gate
valve adalah jenis valve yang paling sering dipakai dalam sistem perpipaan dengan
fungsi sebagai pembuka dan penutup aliran (Dharmasetiawan, 1993).

15

Gambar2.2 Bagan Check Valve (kiri) dan Gate Valve (kanan)


(Sumber: Dharmasetiawan, 1993)

Sistem pendistribusian air ke masyarakat dapat dilakukan secara langsung dengan


gravitasi maupun dengan sistempipa. Pembagian air dilakukan melalui pipa-pipa
distribusi seperti (Joko, 2010):
a. Pipa primer, yang tidak diperkenankan untuk dilakukan tapping dari pipa ini.
b. Pipa sekunder, yang diperkenankan untuk dilakukan tapping demi keperluan
fire hydrant, bandara, dan pelabuhan.
c. Pipa tersier, yang diperkenankan untuk dilakukan tapping demi keperluan
distribusi air ke masyarakat melaului pipa kuarter.
Beberapa jenis pipa yang umum untuk digunakan dalam penerapan system distribusi
air adalah Cast Iron Pipe (CIP), Dactile Iron Pipe (DIP), Galvanic Iron Pipe (GIP),
Asbestos Cement Pipe (ACP), Polivynil Chloride (PVC), Reinforced Concrete
Pressure Pipe (RCPP), Polyethylene Pipe (PE), dan Glass Fiber Reinforced Plasctic
(GFRP) (Mangkoedihardjo, 1985a).

16

Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah
ketersediaan jumlah air, tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), dan
keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan (Joko, 2010).
Dalam pengembangan persediaan air bagi masyarakat, jumlah dan mutu air
merupakan hal yang paling penting. Hubungan antara kedua faktor ini kepada
masing-masing unsur pembentuk sistem penyediaan air bersih dapat dilihat pada
Tabel 2.2 di bawah ini (Linsley dan Franzini, 1995).
Tabel 2.2 Hubungan Jumlah/Mutu Air Bersih terhadap Unsur Pembentuk Sistem
Penyediaan Air Bersih Kota
Unsur Pembentuk

Keterangan
Sumber-sumber air permukaan bagi penyediaan, misalnya
Sumber Penyediaan
sungai, danau dan waduk atau sumber air tanah.
Sarana-sarana yang dipergunakan untuk menampung air
Penampungan
permukaan biasanya terletak pada atau dekat sumber
penyediaan.
Sarana-sarana untuk menyalurkan air dari tampungan ke
Penyaluran
sarana pengolah.
Sarana-sarana yang dipergunakan untuk memperbaiki atau
Pengolahan
merubah mutu air.
Sarana-sarana untuk menyalurkan air yang sudah diolah ke
Penyaluran dan Penampungan sarana penampungan sementara serta ke satu atau beberapa
titik distribusi.
Sarana-sarana yang dipergunakan untuk membagi air ke
Distribusi
masing-masing pemakai yang terkait di dalam sistem.
Sumber: (Linsley dan Franzini, 1995)
Lebih spesifiknya, pengertian air minum menurut Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.907/menkes/SK/II/2002 adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan langsung dapat diminum. Air minum terdiri atas beberapa jenis, diantaranya
(Joko, 2010):

17

a. Air yang didistribusikan untuk keperluan rumah tangga


b. Air yang didistribusikan melalui tangki air
c. Air kemasan
d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan
kepada masyarakat

2.6 Sistem Pengaliran Air Bersih


Untuk mendistribusikan air minum dapat menggunakan salah satu dari ketiga
macam sistem penyaluran air, yaitu (Anonim, 2010):
a. Sistem penyaluran gravitasi
Sistem ini digunakan pada saat elevasi sumber air baku berada di lokasi jauh diatas
lokasi wilayah layanan yang berelvasi lebih rendah. Sistem gravitasi mampu
memberikan energi potensial yang tinggi pada wilayah layanan terjauh dan paling
menguntungkan dari segi operasional dan pemeliharaan yang mudah dan murah.
b. Sistem penyaluran pompa
Sistem ini digunakan saat elevasi antara sumber air baku ke wilayah layanan tidak
mencukupi tekanan air minimal sehingga air baku yang didistribusikan
memerlukan pompa untuk penyalurannya.
c. Sistem penyaluran kombinasi
Sistem penyaluran kombinasi merupakan sistem pengaliran air baku ke wilayah
layanan menggunakan pompa yang dioperasikan secara bergantian atau bersamaan

18

dengan reservoir distribusi, disesuaikan dengan keadaan topografi wilayah


layanan.
2.7 Sistem Jaringan Air Bersih
Jaringan distribusi dalam air bersih adalah rangkaian pipa yang berhubungan dan
digunakan untuk mengalirkan air bersih kepada konsumen. Tata letak distribusi
ditentukan oleh kondisi topografi daerah layanan dan lokasi instalasi pengolahan
(Joko, 2010). Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh kondisi, topografi,
lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan, jumlah pelanggan, dan jaringan jalan
dimana pipa akan dipasang (Al-Layla, dkk., 1978). Jenis jaringan pada perpipaan
dibagi menjadi sistem seri, bercabang, dan kombinasi. Sistem pemipaan dengan
susunan seri merupakan jaringan pipa tanpa cabang ataupun loop. Jaringan ini hanya
memiliki satu sumber (satu ujung dan node yang menghubungkan 2 pipa dalam satu
jalur).Jaringan

seri

berukuran

sangat

kecil

dan

sering

digunakan

untuk

pendistribusian air bersih pada wilayah layanan yang kecil. Sistem perpipaan yang
disusun bercabang merupakan kombinasi dari jaringan perpipaan susunan seri.
Jaringan bercabang terdiri dari satu sumber dan banyak cabang. Sistem ini dapat
memenuhi kebutuhan sebuah wilayah layanan dengan pembiayaan yang ekonomis
(Immanuel, 2013).
Sistem jaringan perpipaan tertutup (Loop) merupakan sistem yang jaringannya
saling terhubung oleh node-node penerima aliran air lebih dari satu bagian.
Penggunaan sistem ini mampu menyelesaikan masalah yang tidak bisa diselesaikan
oleh sistem perpipaan seri dan bercabang. Salah satu masalah tersebut adalah masalah

19

tekanan. Namun penggunaan sistem perpipaan loop lebih rumit dibandingkan dengan
sistem perpipaan lainnya yang menyebabkan pembiayaannya menjadi besar. Sistem
ini umumnya digunakan pada daerah yang luas dengan jumlah pemakai yang besar.
Jenis perpipaan yang lainnya adalah sistem jaringan pemipaan kombinasi. Sistem
perpipan jenis ini merupakan sistem jaringan perpipaan gabungan antara sistem
dengan jaringan bercabang dan loop(Immanuel, 2013).
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan sistem jaringan seri dapat dilihat
pada Tabel2.3 dibawah ini.
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan dalam Penerapan Sistem Jaringan Seri
No.
Kelebihan
Kekurangan
Bentuk system lebih sederhana
Resiko terjadi penimbunan kotoran dan
1. dalam perhitungan dimensi pipa
pengendapan pada ujung pipa.
yang akan dipakai.
Jaringan distribusi relatif sederhana. Memerlukan pembersihan berkala untuk
2.
mengatasi resiko penimbunan dan
pengendapan pada pipa.
Penggunaan pipa lebih sedikit.
Ketika terjadi kerusakan, pengaliran air
3.
dibawahnya akan berhenti.
Ketika terjadi kebakaran atau kerusakan
4.
pada satu bagian sistem, suplai air akan
terganggu.
b
Sumber: (Mangkoedihardjo, 1985 )

Gambar 2.5 Pipa Jaringan Seri


(Sumber:Immanuel, 2013)

20

Gambar 2.6 Pipa Jaringan Bercabang


(Sumber:Immanuel, 2013)

Gambar 2.7 Pipa Jaringan Tertutup (Loop)


(Sumber:Immanuel, 2013)

Gambar 2.8 Pipa Jaringan Kombinasi


(Sumber:Immanuel, 2013)

21

Gambar 2.9 Sistem Jaringan Pipa


(Sumber:Immanuel, 2013)

22

BAB III
METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


3.1.1

Tempat pelaksanaan
Tempat kegiatan praktek kerja lapangan akan dilaksanakan di Instalasi

Pengolahan Air Siwalanpanji Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa


Timur.
3.1.2

Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan PKL dijadwalkan pada bulan Agustus 2014. Lama

pelaksanaan kegiatan dilakukan selama 3 minggu. Pelaksanaan dimulai dari


pengenalan perusahaan, dan pengumpulan data.

3.2 Cara Kerja


Kerangka kerja dari praktek kerja lapangan disajikan dalam bentuk bagan
pada Gambar 3.1.
3.2.1

Topik
Topik Praktek Kerja Lapangan adalah Kajian Sistem Penyediaan Air Minum

Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM Sidoarjo.

23

Topik
Kajian Sistem Penyediaan Air Minum Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji
PDAM Sidoarjo.

Studi Literatur
Profil Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM Sidoarjo dan Sistem
Penyediaan Air Minum.

Observasi dan Pengenalan perusahaan


Pengenalan lingkungan perusahaan dan bagian-bagian perusahaan yang
berhubungan dengan kegiatan produksi.

Pengumpulan Data
1. Kinerja Sistem Penyediaan Air Minum di Instalasi Pengolahan Air
Siwalanpanji PDAM Sidoarjo.
2. Wilayah cakupan distribusi air yang dilayani oleh Instalasi Pengolahan Air
Siwalanpanji PDAM Sidoarjo.

Penyusunan Laporan
Gambar 3.1 Kerangka Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Pengolahan Air
Siwalanpanji Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa
Timur
3.2.2 Studi Literatur
Studi literatur berasal dari buku, jurnal ilmiah, serta laporan ilmiah yang
membahas mengenai sistem penyediaan air minum. Studi literatur digunakan untuk
mendapatkan informasi dan pengetahuan dasar yang berkaitan dengan penyediaan air

24

minum, sehingga dapat menjadi pendukung dalam pelaksanaan Praktek Kerja


Lapangan di Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM Sidoarjo.
3.2.3 Orientasi dan Pengenalan Perusahaan
Orientasi dilakukan dengan obsevasi dan pengenalan secara umum mengenai Instalasi
Pengolahan Air Siwalanpanji Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa
Timur. Tujuan tahap ini adalah sebagai langkah awal dalam adaptasi terhadap
kondisi, lingkungan dan situasi di Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM
Sidoarjo. Adaptasi bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan praktek kerja
lapangan yang dikhususkan pada sistem penyediaan air minum, sebagai kajian yang
akan diteliti.
3.2.4 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa sumber air minum dan kinerja sistem
penyediaan air minum dalam menyediakan air minum untuk masyarakat Sidoarjo
yang telah diterapkan oleh Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji Kecamatan
Buduran Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur.

Pengambilan data dapat

dilakukan dengan cara pemantauan dan pencatatan secara langsung di lapangan,


wawancara dengan staff kerja, serta pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data
dilakukan dengan bimbingan dan pantauan dari pembimbing lapangan.

25

3.3 Jadwal Rencana Kegiatan


Praktek kerja ini dilaksanakan selama 3 minggu selama bulan Agustus tahun
2014, setiap hari senin sampai hari jumat dengan mengikuti jam kerja perusahaan
seperti Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Rencana Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
No.
1.
2.
3.
4.

Minggu KeI
II
III

Jadwal Kegiatan
Studi Literatur
Observasi dan pengenalan perusahaan
Pengumpulan data
Penyusunan Laporan

26

DAFTAR PUSTAKA

Al-Layla, Anis, M., Ahmad, S. dan Middlebrooks, E. J., 1978. Water Supply
Engineering Design. Ann Arbor Science. Michigan. 71-115.
Anonim, 1962. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah. Presiden Republik Indonesia. 16.
Anonim, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menker/Per/IX/1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Kementerian Kesehatan.
5-10.
Anonim. 2010. Teori dan Konsep Sistem Penyaluran Air Minum. Diktat. Jurusan
Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. 4.
Anonim, 2014. Profil Perusahaan Daerah Air Minum Delta Tirta Sidoarjo.
www.pdamsidoarjo.co.id/. Diakses tanggal 8 Mei 2014.
Asmadi, Khayan, Kasjono, S.. 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum. Gosyen
Publishing. Yogyakarta.22-23.
Dharmasetiawan, M. 1993. Sistem Perpipaan Distribusi Air Minum. Penerbit
Ekamitra Engineering, Jakarta.19-23.
Hariyanti,I. 1997. Rekayasa Lingkungan. Penerbit Universitas Gunadarma. Jakarta.
12.
Immanuel, R. 2013. Analisa Sistem Distribusi Air Bersih Di PDAM Tirta Bulian
Tebing Tinggi Pada Perumahan Griya Prima Menggunakan Metode
Hardycross dengan Kajian Pembanding Analisis Epanet 2.0.Tugas Akhir.
Universitas Sumatra Press. Medan.8-19.
Joko, T. 2010. Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum.Penerbit Graha
Ilmu.Yogyakarta.9-23.
Karsidi. 1999. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pendapatan dengan
Penggunaan Air Sungai oleh Penduduk di sekitar Sungai Kali Jajar Demak.
Semarang.18-19.
Linsley, R. K dan Franzini, J. B..1995. Teknik Sumber Daya Air Edisi Ketiga Jilid II
Terjemahan Sasongko, Penerbit Erlangga.Jakarta.27-29.

27

Mangkoedihardjo, S.. 1985a. Penyediaan Air Bersih II: Dasar-Dasar Perencanaan dan
Evaluasi Kebutuhan Air. Diktat.Jurusan Teknik Penyehatan Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)
Surabaya.79-85.
Mangkoedihardjo, S.. 1985b. Penyediaan Air Bersih II: Dasar-Dasar Perencanaan dan
Evaluasi Sistem. Diktat.Jurusan Teknik Penyehatan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.11-19.
Maulidia, C. I.. 2008. Perencanaan Sistem Distribusi Air Minum IKK Medoyo, Bali.
Tugas Akhir. Jurusan teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.20-21.

28

Anda mungkin juga menyukai