PENDAHULUAN
merupakan
kegiatan
wajib
yang
harus
dilakukan
1.3 Tujuan
Dari permasalahan yang ada maka dapat diketahui bahwa tujuan yang ingin
dicapai dari kegiatan PKL di Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM Sidoarjo
adalah:
1.
Untuk mengetahui nilai debit yang dibutuhkan sistem jaringan pipa pada daerah
layanan Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM Sidoarjo.
2.
3.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan PKL ini diantaranya sebagai berikut:
1.4.1. Bagi kepentingan akademis
Sebagai sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu yang
berkaitan dengan ilmu dan teknologi lingkungan dan dapat menjadi dasar penelitian
selanjutnya.
1.4.2. Bagi kepentingan dunia bisnis
Selain memiliki manfaat untuk kepentingan akademis, kegiatan PKL
diharapkan memiliki manfaat bagi Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM
Sidoarjo, diantaranya adalah:
1. Menjadi masukan informasi bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja
sistem penyediaan air minum di Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM
Sidoarjo.
2. Dapat digunakan untuk pengembangan perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Belanda
oleh
Waterleiding
Bedrijven.Pada
masa
kemerdekaan,
Pengolahan Air (IPA) baru dan uprating IPA yang ada. Sejak tahun 2008, PDAM
Delta Sidoarjo telah melakukan pembangunan IPA di Kedunguling, Siwalanpanji dan
Krian sehingga total kapasitas produksi yang dipasang menjadi 1.482 liter/detik.
Selain itu, tingkat kehilangan air telah mencapai 30,13% pada akhir tahun 2012
(Anonim, 2014).
2.1.3 Visi, Misi, dan Motto
Visi dari PDAM Delta Tirta Kabupaten Sidoarjo ialah menjadi PDAM terbaik
di tingkat nasional, sedangkan misi dari PDAM itu sendiri antara lain (Anonim,
2014):
a.
b.
c.
sungai. Akibatnya, ketersediaan sumber air baku untuk air bersih menurun dan
menjadi sangat langka(Immanuel, 2013).
Kegiatan penyediaan air bersih selain harus memenuhi secara kuantitas juga
harus sesuai dengan syarat baku mutu air agar berkualitas. Maka dari itu, perusahaan
air minum sebagai penyelenggara penyediaan air bersih selalu memeriksa kualitas air
hasil pengolahan sebelum didistribusikan kepada pelanggan.Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan yang dapat diminum (Hariyanti,
1997). Sedangkan, Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2002 dalam KEPMENKES
RI No.17/MENKES/VII/2002 mengartikan air minum sebagai air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Standar kualitas air minum yang digunakan telah diatur
oleh Pemerintah melalui PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990, antara lain
(Anonim, 1990):
1. Tidak berbau dan tidak berasa
2. Kekeruhannya tidak lebih dari skala 5 NTU
3. Nilai pH diantara 6,5-8,5
4. Kandungan besi sebagai Fe kurang dari 0,3 mg/lt
5. Kandungan mangan sebagai Mn kurang dari 0,1 mg/lt
6. Terdapat zat organik sebagai KMnO4 kurang dari 10 mg/lt
7. Bebas bakteri indikator penyakit yang disebarkan
Demi pemenuhan kebutuhan air bersih, dilakukan pencarian sumber-sumber air
untuk diolah.Salah satu sumber air yang biasanya digunakan adalah sungai.Sebelum
digunakan sebagai sumber air dalam pengolahan air bersih, air sungai terlebih dulu
7
diperiksa secara fisika dan kimia untuk mengetahui kelayakan kualitas dan kuantitas
air tersebut.Selanjutnya, agar dapat ditentukan metode pengolahan dan perencanaan
instalasi pengolahan yang tepat(Immanuel, 2013).
memperhatikan
kebocoran-kebocoran
pipa
rumahnya
dan
6. Ukuran Kota
Penggunaan air per kapita pada kota besar yang mempunyai sistem jaringan
limbah lebih banyak daripada di kota kecil yang memiliki sistem jaringan limbah
yang sama. Secara umum, perbedaan tersebut diakibatkan oleh pemakaian air yang
lebih banyak pada sektor industri, taman, dan perdagangan kota besar.
10
Untuk mendapatkan proyeksi total jumlah kebutuhan air bersih pada wilayah
layanan dapat dilakukan dengan memperkirakan jumlah kebutuhan air untuk berbagai
macam tujuan dengan perkiraan kehilangan airnya. Kebutuhan air untuk berbagai
macam tujuan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kebutuhan domestik (terdiri
dari sambungan rumah dan kran umum) dan kebutuhan non domestik (terdiri dari
fasilitas sosial, fasilitas perdagangan/industri, dan fasilitas perkantoran) (Linsley dan
Franzini, 1995).
Besarnya kebutuhan air domestik ditentukan oleh banyaknya jumla konsumen
domestik.Kebutuhan air domestik diperoleh dari kebutuhan air untuk sambungan
rumah (SR) dan kebutuhan air untuk sambungan umum (SU). Pada kebutuhan air non
domestik, penentuan besar kebutuhan berasal dari banyaknya jumlah konsumen non
domestik berupa fasilitas-fasilitas perkantoran, tempat ibadah, pendidikan, kesehatan,
komersial, umum atau bisnis, dan industri (Al-Layla, dkk., 1978)
Kehilangan air dapat diartikan sebagai selisih antara jumlah air yang disediakan
dengan jumlah air yang dikonsumsi.Dalam setiap sistem penyediaan air besih,
menghindari kemungkinan terjadi kehilangan air dari sistem sangat sulit untuk
dilakukan (Maulidia, 2008).Kehilangan air dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu
kehilangan air akibat faktor teknis dan non teknis (Linsley dan Franzini,
1995).Kehilangan air akibat faktor teknis disebabkan oleh kebocoran air pada pipa
distribusi atau adanya kerusakan pada meter air.Sedangkan kehilangan air akibat
faktor non teknis disebabkan ada pencurian air melalui pipa distribusi air minum atau
pemenuhan kebutuhan air untuk kejadian kebakaran (Maulidia, 2008).
11
Penampungan
Penyaluran
Pengolahan
Distribusi
Gambar2.1 Hubungan Unsur Pembentuk Sistem Penyediaan Air Bersih Kota
(Sumber: Joko, 2010)
Fungsi pokok dari jaringan distribusi adalah mendistribusikan air ke seluruh
pelanggan dengan tetap memperhatikan factor kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
serta tekanan air yang memenuhi standar (Al-Layla, dkk., 1978). Pendistribusian air
dilakukan dengan saluran tertutup atau dengan perpipaan dengan tujuan menghindari
12
kontaminasi terhadap air yang mengalir di dalam pipa. Selain itu, menggunakan
sistem perpipaan lebih memudahkan air untuk dialirkan karena adanya tekanan air
sebagai tenaga pendorong.
Menurut Al-Layla, dkk., 1978, terdapat dua macam sistem distribusi air, yaitu
sistem continuous dan sistem intermitten.Sistem continuous menyediakan air minum
dan mendistribusikannya kepada konsumen secara terus menerus selama 24 jam.Pada
umumnya, sistem ini diterapkan pada keadaan sumber air minum yang mampu
menyediakan seluruh kebutuhan konsumen di daerah pelayanan sistem tersebut. Pada
sistem intermitten, air minum yang disediakan akan didistribusikan kepada konsumen
dalam waktu tertentu selama 24 jam. Umumnya, sistem intermitten mendistribusikan
air selama 2-4 jam di pagi hari dan sore hari. Penerapan sistem ini dilakukan bila
kuantitas dan tekanan air yang cukup tidak tersedia di dalam sistem. Kelebihan dan
kekurangan dari penerapan msing-masing sistem dapat dilihat pad Tabel 2.1 dibawah
ini.
Tabel2.1 Kelebihan dan Kekurangan dari Penerapan Sistem Distribusi Continuous
dan Sistem Distribusi Intermitten
Sistem Distribusi Continuous Sistem Distribusi Intermitten
Kelebihan
a. Konsumen mendapatkan
a. Pemakaian air lebih
air setiap saat
hemat.
b. Kondisi air yang diambil
b. Ketika kebocoran air
dari titik pengambilan di
terjadi,
jumlah
dalam
jaringan
pipa
kehilangan air lebih
distribusi selalu dalam
sedikit.
keadaan segar.
Kekurangan
a. Jumlah pemakaian air
a. Ketika
kebakaran
lebih besar.
terjadi saat sistem
b. Ketika kebocoran air
tidak beroperasi, tidak
terjadi,
jumlah
tersedia cadangan air
kehilangan air menjadi
untuk
pemenuhan
besar.
kebutuhan tersebut.
13
b. Setiap
rumah
memerlukan tempat
penyimpanan
air
sendiri agar kebutuhan
air dalam sehari dapat
tercukupi.
c. Memerlukan dimensi
pipa yang lebih besar
karena
waktu
pemakaian
pipa
distribusi
yang
pendek.
Sumber: (Al-Layla, dkk., 1978)
Komponen dari sistem distribusi air adalah penampungan air (reservoir) dan
sistem perpipaan. Penampungan air atau reservoir adalah suatu bangunan yang
menampung air sementara sebelum didistribusikan ke pelanggan air. Lama
penampungan disesuaikan dengan tingkat pemakaian air pada masa jam pemakaian
puncak dan pemakaian jam rata rata. Volume reservoir dirancang sama dengan
kebutuhan pada waktu defisit pemakaian ataupun surplus pemakaian. Secara praktis,
volume reservoir dapat juga dihitung berdasarkan waktu penampungan atau waktu
retensi dari air pada debit rata rata. Umumnya, waktu penampungan dihitung 2 jam
hingga dengan 8 jam penampungan. Konstruksi bangunan reservoir harus dibuat
cukup untuk menampung air dan terhindar dari kontaminasi dari luar sehingga air
yang disimpan tetap layak untuk dimanfaatkan. Untuk menjaga keadaan tersebut,
dilakukan pembubuhan bahan desinfektan. Jenis desinfektan yang digunakan adalah
kaporit atau Natrium HipoKlorit. Konstruksi reservoir dapat terbuat dari bahan beton,
baja maupun kayu (Dharmasetiawan, 1993).
14
15
16
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah
ketersediaan jumlah air, tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), dan
keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan (Joko, 2010).
Dalam pengembangan persediaan air bagi masyarakat, jumlah dan mutu air
merupakan hal yang paling penting. Hubungan antara kedua faktor ini kepada
masing-masing unsur pembentuk sistem penyediaan air bersih dapat dilihat pada
Tabel 2.2 di bawah ini (Linsley dan Franzini, 1995).
Tabel 2.2 Hubungan Jumlah/Mutu Air Bersih terhadap Unsur Pembentuk Sistem
Penyediaan Air Bersih Kota
Unsur Pembentuk
Keterangan
Sumber-sumber air permukaan bagi penyediaan, misalnya
Sumber Penyediaan
sungai, danau dan waduk atau sumber air tanah.
Sarana-sarana yang dipergunakan untuk menampung air
Penampungan
permukaan biasanya terletak pada atau dekat sumber
penyediaan.
Sarana-sarana untuk menyalurkan air dari tampungan ke
Penyaluran
sarana pengolah.
Sarana-sarana yang dipergunakan untuk memperbaiki atau
Pengolahan
merubah mutu air.
Sarana-sarana untuk menyalurkan air yang sudah diolah ke
Penyaluran dan Penampungan sarana penampungan sementara serta ke satu atau beberapa
titik distribusi.
Sarana-sarana yang dipergunakan untuk membagi air ke
Distribusi
masing-masing pemakai yang terkait di dalam sistem.
Sumber: (Linsley dan Franzini, 1995)
Lebih spesifiknya, pengertian air minum menurut Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.907/menkes/SK/II/2002 adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan langsung dapat diminum. Air minum terdiri atas beberapa jenis, diantaranya
(Joko, 2010):
17
18
seri
berukuran
sangat
kecil
dan
sering
digunakan
untuk
pendistribusian air bersih pada wilayah layanan yang kecil. Sistem perpipaan yang
disusun bercabang merupakan kombinasi dari jaringan perpipaan susunan seri.
Jaringan bercabang terdiri dari satu sumber dan banyak cabang. Sistem ini dapat
memenuhi kebutuhan sebuah wilayah layanan dengan pembiayaan yang ekonomis
(Immanuel, 2013).
Sistem jaringan perpipaan tertutup (Loop) merupakan sistem yang jaringannya
saling terhubung oleh node-node penerima aliran air lebih dari satu bagian.
Penggunaan sistem ini mampu menyelesaikan masalah yang tidak bisa diselesaikan
oleh sistem perpipaan seri dan bercabang. Salah satu masalah tersebut adalah masalah
19
tekanan. Namun penggunaan sistem perpipaan loop lebih rumit dibandingkan dengan
sistem perpipaan lainnya yang menyebabkan pembiayaannya menjadi besar. Sistem
ini umumnya digunakan pada daerah yang luas dengan jumlah pemakai yang besar.
Jenis perpipaan yang lainnya adalah sistem jaringan pemipaan kombinasi. Sistem
perpipan jenis ini merupakan sistem jaringan perpipaan gabungan antara sistem
dengan jaringan bercabang dan loop(Immanuel, 2013).
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan sistem jaringan seri dapat dilihat
pada Tabel2.3 dibawah ini.
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan dalam Penerapan Sistem Jaringan Seri
No.
Kelebihan
Kekurangan
Bentuk system lebih sederhana
Resiko terjadi penimbunan kotoran dan
1. dalam perhitungan dimensi pipa
pengendapan pada ujung pipa.
yang akan dipakai.
Jaringan distribusi relatif sederhana. Memerlukan pembersihan berkala untuk
2.
mengatasi resiko penimbunan dan
pengendapan pada pipa.
Penggunaan pipa lebih sedikit.
Ketika terjadi kerusakan, pengaliran air
3.
dibawahnya akan berhenti.
Ketika terjadi kebakaran atau kerusakan
4.
pada satu bagian sistem, suplai air akan
terganggu.
b
Sumber: (Mangkoedihardjo, 1985 )
20
21
22
BAB III
METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Tempat pelaksanaan
Tempat kegiatan praktek kerja lapangan akan dilaksanakan di Instalasi
Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan PKL dijadwalkan pada bulan Agustus 2014. Lama
Topik
Topik Praktek Kerja Lapangan adalah Kajian Sistem Penyediaan Air Minum
23
Topik
Kajian Sistem Penyediaan Air Minum Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji
PDAM Sidoarjo.
Studi Literatur
Profil Instalasi Pengolahan Air Siwalanpanji PDAM Sidoarjo dan Sistem
Penyediaan Air Minum.
Pengumpulan Data
1. Kinerja Sistem Penyediaan Air Minum di Instalasi Pengolahan Air
Siwalanpanji PDAM Sidoarjo.
2. Wilayah cakupan distribusi air yang dilayani oleh Instalasi Pengolahan Air
Siwalanpanji PDAM Sidoarjo.
Penyusunan Laporan
Gambar 3.1 Kerangka Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Pengolahan Air
Siwalanpanji Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa
Timur
3.2.2 Studi Literatur
Studi literatur berasal dari buku, jurnal ilmiah, serta laporan ilmiah yang
membahas mengenai sistem penyediaan air minum. Studi literatur digunakan untuk
mendapatkan informasi dan pengetahuan dasar yang berkaitan dengan penyediaan air
24
25
Minggu KeI
II
III
Jadwal Kegiatan
Studi Literatur
Observasi dan pengenalan perusahaan
Pengumpulan data
Penyusunan Laporan
26
DAFTAR PUSTAKA
Al-Layla, Anis, M., Ahmad, S. dan Middlebrooks, E. J., 1978. Water Supply
Engineering Design. Ann Arbor Science. Michigan. 71-115.
Anonim, 1962. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah. Presiden Republik Indonesia. 16.
Anonim, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menker/Per/IX/1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Kementerian Kesehatan.
5-10.
Anonim. 2010. Teori dan Konsep Sistem Penyaluran Air Minum. Diktat. Jurusan
Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. 4.
Anonim, 2014. Profil Perusahaan Daerah Air Minum Delta Tirta Sidoarjo.
www.pdamsidoarjo.co.id/. Diakses tanggal 8 Mei 2014.
Asmadi, Khayan, Kasjono, S.. 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum. Gosyen
Publishing. Yogyakarta.22-23.
Dharmasetiawan, M. 1993. Sistem Perpipaan Distribusi Air Minum. Penerbit
Ekamitra Engineering, Jakarta.19-23.
Hariyanti,I. 1997. Rekayasa Lingkungan. Penerbit Universitas Gunadarma. Jakarta.
12.
Immanuel, R. 2013. Analisa Sistem Distribusi Air Bersih Di PDAM Tirta Bulian
Tebing Tinggi Pada Perumahan Griya Prima Menggunakan Metode
Hardycross dengan Kajian Pembanding Analisis Epanet 2.0.Tugas Akhir.
Universitas Sumatra Press. Medan.8-19.
Joko, T. 2010. Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum.Penerbit Graha
Ilmu.Yogyakarta.9-23.
Karsidi. 1999. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pendapatan dengan
Penggunaan Air Sungai oleh Penduduk di sekitar Sungai Kali Jajar Demak.
Semarang.18-19.
Linsley, R. K dan Franzini, J. B..1995. Teknik Sumber Daya Air Edisi Ketiga Jilid II
Terjemahan Sasongko, Penerbit Erlangga.Jakarta.27-29.
27
Mangkoedihardjo, S.. 1985a. Penyediaan Air Bersih II: Dasar-Dasar Perencanaan dan
Evaluasi Kebutuhan Air. Diktat.Jurusan Teknik Penyehatan Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)
Surabaya.79-85.
Mangkoedihardjo, S.. 1985b. Penyediaan Air Bersih II: Dasar-Dasar Perencanaan dan
Evaluasi Sistem. Diktat.Jurusan Teknik Penyehatan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.11-19.
Maulidia, C. I.. 2008. Perencanaan Sistem Distribusi Air Minum IKK Medoyo, Bali.
Tugas Akhir. Jurusan teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.20-21.
28