Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pada hakekatnya merupakan proses perubahan terencana
sistematik dan berkesinambungan. Disini pihak pembangunan bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dilain pihak proses
pembangunan sering terkandung proses dampak samping berupa dampak
negative yang harus diantisipasi agar tidak menimbulkan masalah. Salah satu
dampak negative akibat pembangunan adalah potensi bahaya kesehatan
masyarakat yang mengancam terpeliharanya unsure utama kualitas sumber
daya manusia.
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu dalam
upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia diperlukan tingkat kesehatan manusia yang optimal.
Oleh sebab itu untuk menjamin kualitas sumber daya manusia dalam segi
kesehatan agar mampu berkompetisi diperlukan suatu perencanaan program
kesehatan dan perlindungan hukum yang memadai.
Untuk menjaga perubahan – perubahan lingkungan agar tidak berisiko
terhadap kesehatan masyarakat maka perlu adanya analisis resiko terhadap
kesehatan lingkungan. Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan ditujukan untuk
pemantauan wilayah setempat ( PWS ), kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan
serta dalam pelaksanaan investigasi pada KLB, wabah bencana, kejadian
pencemaran serta kasus keracunan.
Pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan merupakan
implementasi dari undang – undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Undang – undang No.24 tahun 1994 tentang penataan ruang dan undang –
undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup serta
sebagai tindak lanjut dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 872 tahun 1997 tentang pedoman teknis analisis dampak kesehatan
lingkungan yang mengamanatkan dalam melaksanakan kajian dampak
kesehatan masyarakat baik dalam kontek rencana usaha dan atau kegiatan,
maupun pemantauan dan pengelolaan program kesehatan wajib menerapkan
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL).
Kegiatan survey ADKL luas diarahkan pada kegiatan pengumpulan
data, analisis dan interpretasi sebagai landasan dalam proses pengambilan
keputusan baik antara program maupun antar sektor serta berbagai pihak
terkait dalam upaya pemberantasan penyakit menular, penyelamatan
lingkungan maupun upaya peningkatan kesehatan.
Perlunya ADKL pada perlindungan terhadap lingkungan hidup dari
rencana usaha/kegiatan dijelaskan pula oleh organisasi kesehatan dunia
(WHO). Pertemuan WHO pada tahun 1987 di Copenhagen yang bertema
“Health and Safety Component of Environmental Inpact Assessment”
menyatakan bahwa perlunya model Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
(“Environmental Health Inpact Assessment/EHIA”) untuk memadukan
program analisis kesehatan dengan analisis dampak lingkungan yang lebih
menekankan komponen kesehatan.
Analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL) pada industry semen di
PT. Semen Bosowa Maros dalam proses produksinya menghasilkan banyak
komponen baik berupa gas, cair atau padatan yang berpotensi menimbulkan
pencemaran terhadap lingkungan secara langsung dan tidak langsung jika
tidak bisa diatasi dengan baik.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL)
industri PT. Semen Bosowa Maros
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Gambaran Umum PT. Semen Bosowa Maros
b. Mengetahui Pengertian dan Jenis Semen
c. Mengetahui Konsep ADKL
d. Mengetahui Langkah-Langkah ADKL
e. Mengetahui Dasar Hukum ADKL
f. Mengetahui Identidikasi Resiko dan Pemajanan Berdasarkan Teori
Simpul
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum PT. Semen Bosowa Maros
Bosowa merupakan perusahaan perdagangan yang didirikan oleh H.M.
Aksa Mahmud pada tanggal 22 Februari 1973. Pada awal berdirinya
perusahaan ini bernama CV Moneter yang terletak di Makassar, Sulawesi
Selatan. Dengan visi Menjadi pemain utama ekonomi nasional yang didukung
oleh tenaga kerja yang prima, produk berkualitas, pelayanan terbaik, dan
sistem yang terintegrasi, perusahaan ini melakukan perluasan industri yang
dibagi dalam beberapa unit bisnis, yakni otomotif, semen, logistik &
transportasi, pertambangan, properti, jasa keuangan, infrastruktur,
energi,media, dan multi bisnis.
Salah satu unit bisnis Bosowa adalah PT Semen Bosowa Maros. Unit
ini merupakan salah satu unit usaha andalan yang dimiliki oleh Bosowa
Grup. Produksi unit ini meliputi proses penggunaan bahan baku, proses
produksi semen hingga proses pengiriman kepada konsumen. Setiap tahapan
proses dilakukan secara profesional dengan bantuan para tenaga ahli di
bidangnya. Dengan itu Semen Bosowa telah berhasil mendapatkan sertifikat
ISO 9001 dan 14001.
PT Semen Bosowa Maros adalah perusahaan semen yang menguasai
produksi di Indonesia bagian Timur selain, PT. Tonasa. PT. Semen Bosowa
Maros berlokasi di desa Baruga Kab. Maros Sulawesi Selatan dengan
memiliki luas daerah operasi sekitar 2.354 hektar dengan kapasitas produksi
semen mencapai 4 juta ton per tahun.
Bosowa berasal dari 3 kata yaitu BO berarti bone, SO berarti Soppeng,
dan WA berarti Wajo. satu-satunya korporasi swasta nasional yang
memproduksi semen di KTI. Selebihnya, industri semen diramaikan oleh
investor asing dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Unit usaha Semen Bosowa sendiri terbagi menjadi dua perusahaan
yakni PT Semen Bosowa Maros dan PT Semen Bosowa Indonesia. Kedua
perusahaan cabang ini memiliki tugas masing-masing dalam mengelola bisnis
semen. Di antaranya PT Semen Bosowa Maros memproduksi semen secara
full integrated dengan total produksi sebesar 2 juta ton klinker semen per
tahun dan 2,4 juta ton semen per tahun. Pabrik semen ini berpusat di Maros,
Sulawesi Selatan.
Sedangkan PT Semen Bosowa Indonesia memproduksi semen secara
semi integrated (grinding). Pabrik ini mampu menghasilkan semen sebesar
1,2 juta ton per tahun. Selain itu, Semen Bosowa juga membangun beberapa
pabrik semen di beberapa tempat lainnya, seperti Baru (Sulawesi Selatan),
Ciwandan (Banten), Banyuwangi (Jawa Timur), Rembang (Jawa Tengah),
dan Sorong (Papua Barat).
Dalam perkembangannya, Semen Bosowa juga ikut andil dalam dunia
pesepakbolaan Indonesia. Salah satunya dengan menjadi sponsor utama bagi
klub sepakbola asal Makassar yakni PSM Makassar pada musim 2013 ini.
Semen Bosowa sempat menemui sedikit kendala pada awal tahun 2013
ini. Perusahaan mengalami kemunduran saat cuaca ekstrem melanda
Indonesia. Hal ini terjadi lantaran distribusi bahan baku yang terhambat
karena kapal pengangkut bahan baku terhenti di pelabuhan. Dengan
terjadinya ini, membuat produksi semen anjlok hingga mencapai 20%.
Penyebab lain adalah belum diselesaikannya tender proyek penambahan
kapasitas di beberapa pabrik.
Selain itu pabrik semen ini selalu melakukan kegiatan-kegiatan guna
mendukung Pemerintahan, salah satu yang baru saja diluncurkan pada bulan
Februari 2013 adalah pengoperasian Batching Plant atau mesin pembuat
beton untuk men-suplai kebutuhan semen bagi pembangunan Bandara
Samarinda Baru (BSB).
B. Pengertian Semen
Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang
mampu mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu
kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan
perekat antara dua atau lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang
kompak atau dalam pengertian yang luas adalah material plastis yang
memberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi bangunan.
Usaha untuk membuat semen pertama kali dilakukan dengan cara
membakar batu kapur dan tanah liat. Joseph Aspadain yang merupakan orang
inggris, pada tahun 1824 mencoba membuat semen dari kalsinasi campuran
batu kapur dengan tanah liat yang telah dihaluskan, digiling, dan dibakar
menjadi lelehan dalam tungku, sehingga terjadi penguraian batu kapur (CaCO3)
menjadi batu tohor (CaO) dan karbon dioksida(CO2). Batu kapur tohor (CaO)
bereaksi dengan senyawa-senyawa lain membemtuk klinker kemudian digiling
sampai menjadi tepung yang kemudian dikenal dengan Portland. Semen
portland adalah semen yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton.
Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-
81 atau standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut.
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan
dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. jika ditambah air, semen
akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan
menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi
campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras
(concrete).
Jenis – jenis semen
Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran
serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi duka
kelompok yaitu : 1). Semen non-hidrolik dan 2). Semen hidrolik.
1. Semen non hidrolik
Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan
tetapi dapat mengeras diudara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah
kapur.
Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis dialam. Kapur telah
digunakan selama berabad-abad lamanya sebagai bahan adukan dan plesteran
untuk bangunan. Hal tersebut terlihat pada piramida-piramida di Mesir yang
dibangun 4500 tahun sebelum masehi. Kapur digunakan sebagai bahan
pengikat selama zaman Romawi dan Yunani.
Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsium
oksida yang tinggi ketika maish berbentuk kapur tohor (belum berhubungan
dengan air) dan akan mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah
berhubungan dengan air.
g. Semen hidrolik
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras
didalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen
pozollan,semen terak, semen alam, semen portland, semen portland-pozollan,
semen portland terak tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif.
C. Konsep ADKL
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
(UU No. 23 Tahun 1997 Psl 1 ayat (21)
Rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) adalah upaya upaya
penanganan dampak besar dan penting, terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) adalah upaya
pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan
penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan) merupakan suatu
pendekatan dalam kajian kesehatan masyarakat pada sumber dampak, media
Lingkungan, populasi terpajan dan dampak kesehatan yang meliputi kegiatan
identifikasi, pemantauan, dan penilaian secara cermat terhadap parameter
lingkungan, karakteristik masyarakat, kondisi sanitasi lingkungan, status gizi,
dan sumber daya kesehatan yang berhubungan potensi besarnya risiko
kesehatan (Kepmenkes No.872/MENKES/SK/VIII/1997)
Konsepsi ADKL pada dasarnya merupakan model pendekatan guna
mengkaji dan atau menelaah secara mendalam untuk mengenal, memahami,
dan meprediksi kondisi dan karakteristik lingkungan yang berpotensi
terhadap timbulnya risiko kesehatan, mengembangkan tatalaksana pemecahan
dan pengelolaan masalah serta upaya mitigasinya yang dilaksanakan terhadap
sumber perubahan, media lingkungan, masyarakat terpajan dan dampak
kesehatan yang terjadi.
Dengan demikian penerapan ADKL dapat dilakukan guna : menelaah
rencana usaha atau kegiatan dalam tahapan pelaksanaan atau pengelolaan
kegiatan serta untuk melakukan penilaian guna menyusun atau
mengembangkan upaya pemantauan maupun pengelolaan guna mencegah,
mengurangi atau mengelola dampak kesehatan masyarakat akibat suatu usaha
atau kegiatan pembangunan.
Penerapan ADKL dapat dikembangkan dalam dua hal pokok yaitu
sebagai :
a. Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam rencana usaha atau
kegiatan pembangunan baik yang wajib menyusun studi AMDAL,
meliputi dokumen : Kerangka Acuan (KA ANDAL), Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) atau yang
tidak wajib menyusun studi AMDAL, meliputi dokumen RKL dan
RPL.
b. Kajian aspek kesehatan masyarakat dan atau kesehatan lingkungan
dalam rangka pengelolaan kualitas lingkungan hidup yang terkait
erat dengan masalah kesehatan masyarakat.
ADKL merupakan salah satu tugas pokok instansi kesehatan dalam
konteks pencemaran lingkungan. ADKL tidak saja dirancang untuk
mengevaluasi dampak kesehatan, tetapi juga untuk mengidentifikasi populasi
yang memerlukan studi atau tindakan kesehatan masyarakat, lihat Gambar. 1
(Ditjen PL, 2002:1-16)
Berdasarkan Kep.Menkes Nomor :872/MENKES/SK/VIII/1997
telaah ADKL sebagai pendekatan kajian aspek kesehatan masyarakat meliputi
a. Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana
pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.
b. Proses dan potensi terjadinya pemajanan
c. Potensi besarnya risiko penyakit (angka kesakitan dan angka kematian.
d. Karakteristik penduduk yang berisiko
e. Sumber daya kesehatan
Telaah tersebut di atas dilakukan dengan pengukuran pada :
a. Sumber dampak atau sumber perubahan (emisi)
b. Media lingkungan (ambien) sebelum kontak dengan manusia
c. Penduduk terpajan (biomaker)
d. Potensi dampak kesehatan
Konsep ADKL mengacu pada Paradigma Kesehatan Lingkungan, yang
mencakup 4 simpul pengamatan dinamika perubahan komponen lingkungan
yang berpotensi timbulnya dampak kesehatan masyarakat, yaitu (Ditjend PL,
2002:2-2)
a. Simpul 1 (sumbernya)
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian sumber pencemar : emisi
untuk pencemaran udara (mobil, industri, pembangkit listrik dan lain-
lain), sumber penyakit menular (penderita TB, pendrita DBD, penderita
malaria, dll). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam simpul 1 antara lain
adalah :
1) Jenis dan volume kegiatan yang dilakukan di lokasi
2) Lamanya kegiatan di lokasi
3) Bahaya fisik yang ada di lokasi
4) Perubahan-perubahan yang dilakukan baik dalam ukuran maupun
bentuk
5) Kegiatan penanggulangan yang direncanakan dan yang telah
dikerjakan.
6) Laporan pelaksanaan pengendalian mutu
b. Simpul 2 (media lingkungan)
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian bila komponen lingkungan
tersebut sudah berada di sekitar manusia seperti konsentrasi parameter
pencemaran di udara, kadar kandungan residu pestisida dalam sayur
mayur, bakteri E coli dalam air minum, dll). Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam simpul 2 antara lain :
1) Riwayat latar belakang
a) Deskripsi lokasi
b) Rona geografik lokal
c) Situasi lokasi dalam kaitannya dengan masyarakat
d) Gambar visual ruang (RUTR, peta topografi, peta udara)
e) Lamanya pencemar telah ada di lokasi
f) Perubahan yang dilakukan, baik dalam ukuran maupun bentuk
g) Kegiatan pembersihan yang direncanakan dan yang telah
dikerjakan
2) Kepedulian kesehatan masyarakat
a) Keluhan terhadap lingkungan yang kotor dan tercemar
b) Gangguan kesehatan ringan maupun berat dan tindakan yang
telah dilakukan untuk mengatasinya baik oleh masyarakat
maupun pemerintah
3) Penduduk
a) Demografi (jumlah & sifat penduduk)
c) Sosio-psikologi
4) Penggunaan lahan dan sumber daya alam
a) Akses terhadap lokasi dan akses terhadap media tercemar.
b) Daerah industri
c) Daerah pemukiman
d) Daerah rekreasi
e) Daerah produksi makanan
f) Penggunaan air pemrukaan
g) Penggunaan air tanah
h) Sarana pemancingan
5) Pencemaran lingkungan
a) Konsentrasi bahan kimia
b) Inventarisasi B3 (bahan berbahaya & beracun) yang terlepaskan
6) Jalur penyebaran pencemar di lingkungan
a) Topografi
b) Jenis tanah dan lokasi
c) Permukaan tanah penutup
d) Curah hujan tahunan
e) Kondisi suhu
f) Faktor lain : kecepatan angin
g) Komposisi hidrogeologi dan struktur
h) Lokasi badan air permukaan dan penggunaan badan air.
c. Simpul 3 (tubuh manusia)
Pengamatan dan pengukuran kadar parameter bahan pencemar di dalam
tubuh manusia (dalam darah, urine, rambut, lemak, jaringan, sputum).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah :
1) Fitrah pemajanan
Fitrah pemajanan perlu dicatat secara detil spesifik untuk menjamin
teramatinya adanya asosiasi dan memungkinkan untuk dilakukan
inferensi aetologik spesifik. Variabel harus spesifik sehingga dapat
dipisah-pisahkan ke dalam tingkat klasifikasi pemajanan.
2) Dosis
Dosis dapat diukur dalam dosis total atau dalam kecepatan pemajanan
atau pemajanan kumulatif. Dosis perlu dinyatakan sehubungan
dengan terjadinya pemajanan pada subyek, apakah dosis ambient
dalam interval waktu pendek atau lama.
3) Waktu
Setiap pemajanan perlu dijelaskan kapan pemajanan itu terjadi dan
kama akhirnya terhenti dan bagaimana pemajanan itu tersebar selama
periode itu (periodik, kontinyu, bervariasi).
4) Dosis representatif dan waktu pemajanan
Dosis representatif umumnya diwakili oleh tiga macam yaitu
pemjanan puncak, pemajanan kumulatif, dan pemajanan rata-rata.
d. Simpul 4 (dampak kesehatan)
Pengamatan, pengukuran, dan pengendalian prealensi penyakit menular
dan tidak menular yang ada pada kelompok masyarakat (keracunan,
kanker paru, kanker kulit, penderita penyakit menular, dll). Data terbaik
dampak kesehatan adalah community base, berdasarkan survai, dapat
juga dengan data sekunder dari Dinas Kesehatan, Rumah sakit ataupun
Puskesmas. Data tersebut berupa : rekam medis, data kesakitan &
kematian, pencatatan kanker dan penyakit lain, statistik kelahiran dan
data surveilans.
D. Langkah-Langkah ADKL
ADKL dapat dimulai berdasarkan keluhan masyaran atau kecurigaan
yang terbaca dari hasil pemantauan lingkungan dan sirveilans penyakit,
dilanjutkan dengan langkah-langkah ADKL. Dengan demikian, ADKL tidak
berhenti sekali sejalan, melainkan merupakan kegian berulang yang dinamis
sesuai dengan tipe data yang tersedia dari berbagai perspektif. Kadang –
kadang perlu dilakukan studi kasus lanjutan untuk mengalisis dampak
kesehatan secara lebih dalam. Langkah –langkah ADKL umumnya dibedakan
dalam langkah yaitu :
1. Evaluasi data dan informasi yang berkaiatan dengan lokasi kegiatan
Evaluasi informasi kajian pencemaran dilakukan untuk mengenal lebih
baik hal – hal yang berkaitan dengan kejadian dimaksud. Merujuk pada
paradigm kesehatan lingkungan, evaluasi diarahkan pada 4 simpul .
2. Mempelajari kepedulian terhadap pencemaran
Perlu juga ditangkap suasana dan respons yang berkembang dilapangan
untuk melengkapi 4 simpul informasi pada langkah 1. Mempelajari
kepedulian dan respons tentang kejadian pencemaran dari masyarakat,
LSM, media maupun kepedulian dari sector lain baik yang bersifat negatif
(keluhan) atau positif (upaya tindakan penganggulangan).
3. Menetapkan bahan pencemar sasaran kajian
Menetapkan pencemara sasaran adalah menetapkan bahan pemcemar yang
akan dijadikan sasaran kajian lebih jauh tentang dampaknya pada
kesehatan. Penetapan ini mungkin tidak cukup dilakukan sekali tetapi
perlu berulang sehingga diperoleh keyakinan bahwa bahan tersebut benar
sebagai bahan pencemar penting.
4. Identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan
Identifakasi dan evaluasi jalur pemajanan adalah suatu proses dimana
seseorang mingkin terpajan oleh bahan pencemar. Jalur pemajanan
mencakup semua elemen yang menghubungkan sumber pencemar
kependuduk terpajan. Jalur pemajanan itu sendiri terdiri dari 5 elemen
yaitu:
a. Sumber pencemar adalah asal pencemar (missal: pabrik yang
membuang limbah ke lingkungan) atau media lingkungan
(timbunan sampah)
b. Media lingkungan dan mekanisme penyebaran adalah lingkungan
dimana pencemar dilepaskan: air, tanah, udara dan biota yang
kemudian disebarkan dengan mekanisme penyebaran tertentu ketitik –
titik pemajanan
c. Titik pemajanan adalah suatu area potensial atau riel dimana terjadi
kontak antara manusia dengan media lingkungan tercemar, missal
sumur atau lapangan bermain.
d. Cara pemajanan adalah cara dengan mana pencemar masuk atau
kontak tubuh manusia: tertelan, pernapasan atau kontak kulit.
e. Penduduk berisiko adalah orang – orang yang terpajan atau berpotensi
terpajan oleh pencemar pada titik – titik pemajanan
5. Memperkirakan dampak kesehatan masyarakat
Memperkirakan damapk kesehatan adalah memebuat perkirakan apakah
pencemar yang lepas dan/ tau berada dimedia lingkungan berpotensi atau
telah menimbulkan damapk kesehatan. Karena demikian banyak pencemar
yang ada dimedia lingkungan, maka kemunginnan damapak kesehatan
juga banyak. Karena itu perlu dicari untuk mempersempit analisis. Ada 3
cara yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Evaluasi toksikologi
b. Evaluasi jenis dampak
c. Evaluasi kepedulian masyarakat
d. kesimpulan dan rekomendasi
6. kesimpulan dan rekomendasi
adalah menyusun kesimpulan tentang dampak kesehatan yang berkaitan
dengan kejadian pencemaran dan menyiapkan rekomendasi dengan
merinci tindakan yang telah di ambil dan yang masih perlu diambil.
7. Pengelolaan risiko
Pengelolaan risiko adalah upaya yang secara sadar dilakukan untuk
mengendalikan risiko. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pengelolaan
resiko lingkungan adalah pengelolaan situasi dan atau kondisi lingkungan
yang mengandung risiko yang diketahui dari hasil analisis sebelumnya.
Banyak hal perlu memperoleh pertimbangan secara proporsional
mengingat kompleksitasnya.
8. Laporan
E. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
antara lain adalah :
a. Undang-undang RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang RI No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
c. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
d. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : 17
Tahun 2001 Tanggal 22 Mei 2001 tentang Jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
e. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor ;
KEP-124/12/1997 tanggal 29 Desember 1997 tentang Panduan Kajian
Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 872/MENKES/SK/VIII/1997
tanggal 15 Agustus 1997 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jenis Industri
Nama Industri : PT. Semen Bosowa Maros
Lokasi Industri : Desa Baruga Kab. Maros
B. Proses Produksi
Bagan Proses Pengolahan Bahan Baku
Bahan Baku

Dryer (pengeringan)

Crusing ( Penghancuran)

Raw Milling dan Blending ( penggilingan


material)

Burning (pembakaran material menjadi


klinker)

Finish Milling (penggilingan klinker dan


gypsum)

Hasil produksi
Gambar 3.1 ( Bagan Alur Proses Produksi )
PENGEPAKAN

PENGISIAN KANTONG

PENJAHITAN

PENGANGKUTAN KE TRUK
BAB IV

DISTRIBUSI

Gambar 3.2 Bagan Pengepakan


Langkah Utama Proses Produksi Semen adalah:
1. Penggalian/Quarrying
Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: Pertama adalah
material yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur
(calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll.
Kedua adalah material yang kaya akan silika atau material mengandung tanah
liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat
dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat
penghancur.
2. Penghancuran (crushing)
Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer
bagi material yang digali.
3. Pencampuran Awal
Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk menentukan
komposisi tumpukan bahan.
4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku
Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap
awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan
jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan
yang diinginkan.
5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker
Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-heater,
yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon
dimana terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan
gas panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada
pre‐heater ini dan berlanjut dalam kiln, dimana bahan baku berubah menjadi
agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400°C,
bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan
sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, dimana udara
pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 °C.
6. Penghalusan Akhir
Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan
dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran
bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke
klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan
gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan untuk
semen jenis P dihancurkan dalam sistim tertutup dalam penggiling akhir untuk
mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan
pipa menuju silo semen.
C. Pemajanan Berdasarkan Simpul
No SIMPUL 1 SIMPUL 2 SIMPUL 3 SIMPUL 4
(Sumber (Media (Pemajanan pada (Dampak Kesehatan)
Pencemar) Lingkungan) manusia)
Mesin Gangguan
Paparan daerah
Produksi di pendengaran (tuli
1. Kebisingan dekat dengan
bagian sementara dan tuli
mesin
produksi kerja permanen)
Gangguan psikologis
Mesin
karyawan karena suhu
Produksi
Daerah dekat tinggi yang berada di
b. Suhu dan (Limbah cair
2 dengan mesin dalam ruangan akibat
Kelembaban dan mesin
mesin dan lingkungan
produksi
luar yang dekat
semen)
dengan mesin
Terhirup udara Gangguan pernafasan
Debu dan polutan
Udara tercemar ketika (ISPA), gangguaan
3 udara dari
berada di luar mata (iritasi mata)
cerobong asap
ruangan
Bahan kimia yang
digunakan untuk
pengolahan air jika
Melaui oral atau
tidak dikontrol dengan
4 Pengolahan Air Air mulut ketika
baik dana hati-hati
diminum
akan berpengaruh
terhadap sumber yang
akan digunakan
Identifikasi Resiko
1. Proses pembuatan semen
Kegiatan pada proses ini diperkirakan akan meningkatkan kadar debu di
udara dan meningkatkan risiko kesehatan akibat kandungan parameter
polutan di udara yang semakin tinggi disamping itu juga meningkatkan
resiko gangguan pendengaran akibat kebisingan yang dihasilkan selama
proses produksi.
2. Transportasi bahan baku, clinker, semen, bahan bakar dalam lokasi pabrik
Kegiatan pada proses ini diperkirakan dapat menurunkan kualitas udara
ambien serta dapat meningkatkan risiko kesehatan akibat kandungan
parameter polutan di udara yang semakin tinggi, pada tahap ini juga
menghasilkan tingkat kebisingan yang dapat menimbulkan gangguan pada
system pendengaran baik pekerja maupun masyarakat disekitar pabrik.
3. Proses operasional pabrik dan kegiatan laboratorium
Pada proses ini diperkirakan akan menurunkan kualitas air buangan
sehingga dapat menyebabkan gangguan terhadap biota air dan pada tahap
selanjutnya dapat menyebabkan turunnya kualitas air pada badan air atau
air permukaan dan bila air ini dipakai sebagai sumber air bersih bagi
masyarakat tentunya akan menimbulkan gangguan gangguan lain pada
manusia seperti gangguan pada kulit, gangguan estetika dan bila air
tersebut dikonsumsi akan menimbulkan dapat negative pada kesehatan.
4. Penilaian terhadap dampak adanya industri semen terhadap kualitas
kesehatan masyarakat:
a. Peningkatan kebisingan akibat suara bising yang ditimbulkan oleh mesin
produksi
b. Peningkatan emisi debu sumber tidak bergerak pada proses pembuatan
semen dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi karyawan.
c. Peningkatan emisi gas buang sumber emisi tidak bergerak (PM10,
PM25, SO2, NO2, CO, O3, HC, Pb) pada proses pembuatan semen
memiliki potensi untuk meningkatkan risiko kesehatan akibat kandungan
parameter polutan di udara.
d. Penurunan kualitas udara ambien (kadar debu) pada kegiatan
transportasi bahan baku, clinker, semen dan BBMA di dalam lokasi
pabrik dapat menimbulkan peningkatan kadar debu di udara dan
gangguan terhadap kesehatan akibat kandungan debu di udara.
e. Peningkatan kebisingan pada proses pembuatan semen memiliki potensi
bahaya kesehatan seperti gangguan pendengaran pada karyawan.
f. Perubahan kualitas air buangan dan air limbah (parameter fisika, kimia
anorganik, biologi) pada kegiatan operasional pabrik dapat
memungkinkan timbulnya pencemaran terhadap badan air dan ekosistem
perairan.
g. Persepsi negatif masyarakat dengan adanya ketidakpuasan masyarakat
terhadap perusahaan dalam hal kesempatan kerja bagi penduduk lokal
untuk kegiatan operasional pabrik semen.
h. Peningkatan angka kesakitan akibat gangguan kesehatan yang dialami
masyarakat sekitar Industri.

D. Identifikasi Dampak Penting


Jenis Dampak Sumber Dampak Lokasi
Peningkatan emisi debu Proses pembuatan  Stack EP Raw Mill
sumber tidak bergerak semen  Stack EP Cooler
 Stack Coal Mill
 Stack Finish Mill
Peningkatan emisi gas buang Proses pembuatan  Stack EP Raw Mill
sumber emisi tidak bergerak semen  Stack EP Cooler
(PM10, PM25, SO2, NO2, CO,
O3, HC, Pb)
Penurunan kualitas udara Penyimpanan dan  Olay Storage
ambien (kadar debu) bongkar muat bahan  Open coal yard
baku, bahan bantu dan  Silica and iron
bahan bakar storage
 Biomass storage
 Additive storage
 Limestone storage
 Coal roofed storage
Peningkatan kebisingan Proses operasional  Cement mill
pabrik dan kegiatan  Paper bag plant
laboratorium  Kiln
 Raw mill
 Coal mill
 Biomass feeding
facility
Penurunan kualitas air Proses operasional  Settling pond
buangan dan air limbah pabrik dan kegiatan  Bak Penangkap
laboratorium Minyak / pengendap

Sikap dan persepsi Kegiatan Operasioanal  Masyarakat disekitar


masyarakat pabrik pabrik
Peningkatan angka kesakitan Kegiatan operasional  Di klinik PT. Holcim
dan angka kecelakaan yang pabrik Indonesia Tbk.
terjadi akibat kerja Pabrik Cilacap dan
Puskesmas
kecamatan Cilacap
utara, Tengah,
Selatan
E. Evaluasi Dampak Potensial

Evaluasi dampak
Jenis Dampak Sumber Dampak Lokasi
potensial
Peningkatan emisi Proses  Stack EP  Peningkatan
debu sumber tidak pembuatan Raw Mill kadar debu di
bergerak semen  Stack EP udara
Cooler  Peningkatan
 Stack Coal risiko
Mill gangguan
 Stack Finish pernapasan
Mill pada karyawan
Peningkatan emisi gas Proses  Stack EP  Peningkatan
buang sumber emisi pembuatan Raw Mill kadar
tidak bergerak (PM10, semen  Stack EP parameter
PM25, SO2, NO2, CO, Cooler polutan di
O3, HC, Pb) udara
 Peningkatan
risiko
kesehatan
akibat
kandungan
parameter
polutan di
udara
Penurunan kualitas Penyimpanan  Olay  Peningkatan
udara ambien (kadar dan bongkar Storage kadar debu di
debu) muat bahan  Open coal udara
baku, bahan yard  Peningkatan
bantu dan bahan  Silica and risiko
bakar iron storage kesehatan
 Biomass akibat
storage kandungan
 Additive debu di udara
storage
 Limestone
storage
 Coal roofed
storage
Peningkatan Proses  Cement mill  Peningkatan
kebisingan operasional  Paper bag gangguan
pabrik dan plant pendengaran
kegiatan  Kiln pada karyawan
laboratorium  Raw mill
 Coal mill
 Biomass
feeding
facility
Penurunan kualitas air Proses  Settling  Timbulnya
buangan dan air operasional pond pencemaran
limbah pabrik dan  Bak badan air dan
kegiatan Penangkap ekosistem air
laboratorium Minyak /
pengendap
Sikap dan persepsi Kegiatan  Masyarakat  Adanya ketidak
masyarakat Operasioanal disekitar puasan
pabrik pabrik masyarakat
terhadap
perusahaan
dalam hal
kesempatan
kerja
penduduk
lokal
Peningkatan angka Kegiatan  Di klinik  Peningkatan
kesakitan dan angka operasional PT. Holcim angka
kecelakaan yang pabrik Indonesia kesakitan dan
terjadi akibat kerja Tbk. Pabrik kecelakaan
Cilacap dan kerja karyawan
Puskesmas
kecamatan
Cilacap
utara,
Tengah,
Selatan
F. Pemusatan Dampak Potensial

Dampak Penting Permasalahan Risiko Kesehatan


Lingkungan Hidup
Kualitas Udara  Peningkatan kadar Menimbulkan
emisi debu gangguan pernapasan
 Penurunan kualitas akut dan gangguan
udara ambien pendengaran pada
 Peningkatan karyawan dan
kebisingan masyarakat disekitar
pabrik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai