Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN

“Pengendalian Vektor”
Dosen Pengampuh : Yasnani, S.Si.,M.Kes

Oleh :

Kelompok 4

1. Komang Sri Puspitasari Dewi ( J1A120310 )


2. Jelin Natalia Fahira Delo ( J1A120309 )
3. Leonefri B. Sirappa ( J1A120312 )
4. Jabal Rudin ( J1A120308 )
5. Irawan Angkasa Putra ( J1A120305 )
6. Irmasari ( J1A120306 )
7. Imam Rohimat ( J1A120304 )
8. Hestina ( J1A120302 )
9. La Ofudin ( J1A120311 )
10. Irvan ( J1A120307 )
11. Ika Aditya ( J1A120303 )
12. Hesty Syukur ( J1A120301 )
13. Hesti ( J1A120300)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................ii
Kata Pengantar....................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................3
D. Manfaat Penulisan.....................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................4
A. Vektor Penyakit.........................................................................4
B. Hal-hal yang mempengaruhi timbulnya penyakit......................4
C. Transmisi penyakit dari vektor penyakit...................................6
D. Pengendalian vektor..................................................................7
E. Ruang lingkup dan tujuan pengendalian vektor........................8
F. Cara pengendalian vektor penyakit...........................................9
G. Upaya pengendalian vektor penyakit di daerah
tanggap darurat........................................................................10

BAB III PENUTUP............................................................................12


A. Kesimpulan.............................................................................12
B. Saran.......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................13

ii
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengendalian Vektor” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  pada  mata kuliah Dasar
Kesehatan Lingkungan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Pengendalian Vektor” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Yasnani, S.Si.,M.Kes
selaku dosen kami yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 28 Maret 2021

Kelompok 4

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam pengendalian penyakit


menular adalah dengan pengendalian vektor (serangga penular penyakit)
untuk memutuskan rantai penularan penyakit. Faktor yang penting dalam
pengendalian vektor adalah mengetahui bionomik vektor, yaitu tempat
perkembangbiakan, tempat istirahat, serta tempat kontak vektor dan
manusia.Upaya pengendalian vektor dengan menggunakan bahan kimia
ternyata tidak cukup aman, karena walaupun dapat menurunkan populasi
vektor dengan segera, penggunaan bahan kimia yang berlebihan juga
mempunyai dampak yang merugikan terhadap lingkungan, yaitu menurunnya
kualitas lingkungan.Selain menggunakan bahan kimia, pengendalian vektor
juga bisa dilakukan dengan pengubahan lingkungan, yaitu lingkungan fisik
dan lingkungan sosial,ekonomi, dan budaya.
Pengubahan lingkungan fisik dilakukan agar vektor tidak dapat
berkembangbiak, istirahat, ataupun menggigit. Misalnya dengan Pembersihan
Sarang Nyamuk (PSN) untuk pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue
(DBD) yang terkenal dengan sebutan 3M yaitu Menguras Tempat
Penampungan Air (TPA), Menutup TPA dan Menimbun barang-barang yang
dapat menampung air hujan yang bisa menjadi tempat berkembangbiak
nyamuk Aedes aegypti. Contoh lain yaitu dengan membersihkan saluran air
menggenang yang dapat menjadi tempat berkembangbiak nyamuk penular
penyakit kaki gajah (filariasis).Pengubahan lingkungan sosial,ekonomi, dan
budaya yaitu dengan mengubah perilaku masyarakat agar tidak terjadi kontak
antara manusia dan vektor,misalkan dengan memasang kawat kasa pada
ventilasi rumah agar nyamuk tidak masuk ke dalam rumah, atau memakai
kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk.Selama ini sebenarnya sebagian
masyarakat sudah mengetahui cara pengendalian vektor penyakit dengan
pengubahan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial,

1
ekonomi, dan budaya. Namun demikian perlu kiranya peningkatan upaya-
upaya tersebut agar pengendalian vektor sebagai salah satu cara pengendalian
penyakit menular dapat berhasil dengan baik. Untuk itu diperlukan adanya
kerjasama dari berbagai sektor terkait agar peran serta masyarakat dalam
upaya pengendalian vektor ini dapat berjalan dengan baik, sehingga
mengurangi resiko terjadinya penularan penyakit di masyarakat.
Keadaan-keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat. Banyak sekali aspek-aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi
oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau
dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis adalah keracunan
Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk sekitar Minamata (Jepang) akibat
mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang tercemar mercury (air
raksa). Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari
bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan yang
terkontaminasi Mercury tersebut. Dengan alasan tersebut, interaksi antara
manusia dengan lingkungannya merupakan komponen penting dari kesehatan
masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud vektor penyakit ?
2. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi timbulnya penyakit ?
3. Bagaimana transmisi penyakit dari vector penyakit ?
4. Apa yang dimaksud pengendalian vektor ?
5. Apa saja ruang lingkup dan tujuan pengendalian vektor ?
6. Bagaimana cara pengendalian vektor penyakit ?
7. Bagaimana upaya pengendalian vektor penyakit di daerah tanggap
darurat ?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian vektor penyakit.
2. Untuk mengetahui hak-hal yang mempengarui timbulnya penyakit.
3. Untuk mengetahui transmisi penyakit dari vektor penyakit.
4. Untuk mengetahui pengertian pengendalian vektor.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup dan tujuan pengendalian vektor.
6. Untuk mengetahui cara pengendalian vektor.
7. Untuk mengetahui upaya pengendalian vektor di daerah tanggap
darurat.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan


bagi penulis maupun pembaca tentang vektor penyakit dan pengendalian
vekor penyakit.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Vektor Penyakit

Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari


seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang atau seorang manusia
kepada binatang lainnya atau manusia lainnya. Sedangkan vektor penyakit
yang (sering) disebabkan anthropoda dikenal sebagai arthopodborne disease
atau vectorborne disease merupakan arthropoda yang dapat menularkan,
memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia.
Di Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui serangga
merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah
Dengue (DBD), malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran
pencernaan seperti disenteri, kolera, demam tipoid dan paratipoid yang
ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.

B. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit


Ada 5 faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit:
a. Cuaca
Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi
terjadinya penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah
geografis tertentu, sebab mereka butuh reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim
dan variasi musim mempengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir dan
vektor. Di samping itu perilaku manusia pun dapat meningkatkan transmisi
atau menyebabkan rentan terhadap penyakit infeksi. Wood tick adalah vektor
arthropoda yang menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan ricketsia.

4
b. Vektor

Organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu


hewan kehewan lain atau manusia disebut dengan vektor, arthropoda
merupakan vektorpenting dalam penularan penyakit parasit dan virus yang
spesifik.Nyamuk merupakan vektor penting untuk penularan virus yang
menyebabkanencephalitis pada manusia, nyamuk menghisap darah dari
reservoir yang terinfeksiagen penyakit ini kemudian ditularkan pada reservoir
yang lain atau pada manusia.Ricketsia merupakan parasit intrasellular obligate
yang mampu hidup di luarjaringan hewan dan dapat ditularkan di antara
hewan oleh. Rat fleas, Body lice danWood tick adalah vektor arthropoda yang
menyebabkan penularan penyakit yangdisebabkan ricketsia.

c. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka
sendiri tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods
borne disease adalah hewan-hewan dimana kuman patogen dapat hidup
bersama. Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus
encephalitis. Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne disease yang
hidup di dalam reservoir alamiah.seperti tikus, anjing, serigala serta manusia
yang menjadi reservoir untuk penyakit ini. Pada banyak kasus,kuman patogen
mengalami multifikasi di dalam vektor atau reservoir tanpa menyebabkan
kerusakan pada intermediate host.

d. Geografis
Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung
dengan daerah geografis dimana reservoir dan vektor berada. Bertahan
hidupnya agen penyakit tergantung pada iklim (suhu, kelembaban dan curah
hujan) dan fauna lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky Mountains spotted
fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis.
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi.oleh ricketsia
dibawa oleh tungau kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke

5
bagian timur Amerika Serikat. Variasi musim juga mempengaruhi penyebaran
penyakit melalui arthropoda. Sepertihalnya virus dengue ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes selama musimpenghujan karena merupakan saat terbaik
bagi myamuk berkembang biak sehinggawabah penyakit terjadi antara akhir
tahun sampai awal tahun depan (bulanSeptember sampai bulan.Maret)
e. Perilaku Manusia
Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia.membuang sampah secara
sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab
penularan penyakit arthropoda borne diseases.

C. Transmisi Penyakit dari Vektor Penyakit


Masuknya agen penyakit kedalam tubuh manusia sampai terjadi atau
timbulnya gejala penyakit disebut masa inkubasi atau incubation period,
khusus pada arthropods borne diseases ada dua periode masa inkubasi yaitu
pada tubuh vektor dan pada manusia.
 Inokulasi (Inoculation)
Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam
tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membran
mukosa disebut sebagai inokulasi.
 Infestasi (Infestation)
Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian
berkembang biak disebut sebagai infestasi, sebagai contoh scabies.
 Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period
Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh
vektor Disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik, sebagai contoh parasit
malaria dalam tubuh nyamuk anopheles berkisar antara 10 – 14 hari
tergantung dengan temperatur lingkungan dan masa inkubasi intrinsik
dalam tubuh manusia berkisar antara 12 – 30 hari tergantung dengan jenis
plasmodium malaria.

6
 Definitive Host dan Intermediate Host
Disebut sebagai host definitif atau intermediate tergantung dari apakah
dalam tubuh vektor atau manusia terjadi perkembangan siklus seksual atau
siklus aseksual pada tubuh vektor atau manusia, apabila terjadi siklus
sexual maka disebut sebagai host definitif, sebagai contoh parasit malaria
mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk anopheles
adalah host definitive dan manusia adalah host intermediate.
 Propagative, Cyclo – Propagative dan Cyclo – Developmental
Pada transmisi biologik dikenal ada 3 tipe perubahan agen penyakit dalam
tubuh vektor yaitu propagative, cyclo – propagative dan cyclo -
developmental, bila agen penyakit atau parasit tidak mengalami perubahan
siklus dan hanya multifikasi dalam tubuh vektor disebut propagative
seperti plague bacilli pada kutu tikus, dengue (DBD) bila agen penyakit
mengalami perubahan siklus dan multifikasi dalam tubuh vektor disebut
cyclo – propagative seperti parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles
dan terakhir bila agen penyakit mengalami perubahan siklus tetapi tidak
mengalami proses multifikasi dalam tubuh vektor seperti parasit filarial
dalam tubuh nyamuk culex.

D. Pengertian Pengendalian Vektor


Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan penyakit
menular antara manusia atau hewan ke manusia. Banyak dari vector ini adalah
serangga penghisap darah, yang memakan mikroorganisme penghasil penyakit
selama makan darah dari inang yang terinfeksi (manusia atau hewan) dan
kemudian menyuntikannya ke inang baru selama makan darah berikutnya.
Menurut Chandra (2007, vector penyakit adalah organisme hidup yang dapat
menularkan agent penyakit satu hewan ke hewan lain atau ke manusia.
Penularan penyakit pada manusia melalui vector berupa serangga dikenal
sebagai vectorborne disease.
Pengendalian vector adalah semua kegiatan atau tindakan yang
ditunjukan untuk menurunkan populasi vector serendah mungkin sehingga

7
keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular
vector di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vector
sehingga penularan penyakit tular vector dapat dicegah.

E. Ruang Lingkup dan Tujuan Pengendalian Vektor


a. Ruang Lingkup
Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam upaya
pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat
besar seperti lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan
pengendalian vektor dapat berupa penyemprotan, biological control,
pemusnahan sarang nyamuk, dan perbaikan lingkungan. Banyaknya tenda-
tenda darurat tempat penanmpungan sementara para pengungsi yang
diperkirakan belum dilengkapai dengan berbagai fasilitas sanitasi dasar
yang sangat diperlukan, akibatnya banyak kotoran dan sampah yang tidak
tertangani dengan baik dan akan menciptakan breeding site terutama untuk
lalat dan serangga pangganggu lain. Hal ini akan menambah faktor resiko
terjadinya penularan berbagai penyakit.
Keberadaan lalat dan serangga-serangga pengganggu lain
merupakan vektor mekanik dari berbagai penyakit tertentu dan dari sisi
lain keberadaan serangga tersebut menyebabkan gangguan bagi sebagaian
orang. Pengendalian dilakukan secepatnya setelah kegiatan survei vektor
dilakukan dengan berbagai cara termasuk menggunakan insektisida.

b. Tujuan Pengendalian Vektor


1) Menurunkan populasi vektor serendah mungkin secara cepat sehingga
keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit
tular vektor di suatu wilayah.
2) Menghindari kontak dengan vektor sehingga penularan penyakit tular
vektor dapat dicegah.
3) Meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh binatang atau serangga
pengganggu.

8
F. Cara Pengendalian Vektor Penyakit
Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan
secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik kimiawi, baik terhadap
vektor maupun tempat perkembangbiakannya dan atau perubahan perilaku
masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal
sebagai alternative. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka
kesakitan penyakit bersumber binatang antara lain adanya perubahan iklim,
keadaan social-ekonomi dan perilaku masyarakat. Perubahan iklim dapat
meningkatkan risiko kejadian penyakit tular vektor.
Faktor risiko lainnya adalah keadaan rumah dan sanitasi yang buruk,
pelayanan kesehatan yang belum memadai, perpindahan penduduk yang non
imun ke daerah endemis. Masalah yang di hadapi dalam pengendalian vektor
di Indonesia antara lain kondisi geografis dan demografi yang memungkinkan
adanya keragaman vektor, belum teridentifikasinya spesies vektor ( pemetaan
sebaran vektor) di semua wilayah endemis, belum lengkapnya peraturan
penggunaan pestisida dalam pengendalian vektor, peningkatan populasi
resisten beberapa vektor terhadap pestisida tertentu, keterbatasan sumberdaya
baik tenaga, logistik maupun biaya operasional dan kurangnya keterpaduan
dalam pengendalian vektor.

Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan


pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha
mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak
membahayakan kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar
segala kegiatan dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai
hasil yang baik. Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan
teknologi sederhana pun yang penting di dasarkan prinsip dan konsep yang
benar. Ada beberapa cara pengendalian vector penyakit yaitu:

 Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)


Mengingat keberadaan vektor dipengaruhi oleh lingkungan fisik,
biologis dan social budaya, maka pengendaliannya tidak hanya menjadi

9
tanggung jawab sector kesehatan saja tetapi memerlukan kerjasama lintas
sector dan program. Pengendalian vektor dilakukan dengan memakai metode
pengendalian vektor terpadu yang merupakan suatu pendekatan yang
menggunakan kombinasi beberapa metoda pengendalian vektor yang
dilakukan berdasarkan pertimbangan keamanan, rasionalitas, efektifitas
pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kesinambungannya.
Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) :
 Dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi sebagai metode atau
cara pengendalian.
 Dapat meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu
penyakit tular vector.
 Melalui kerjasama lintas sector hasil yang dicapai lebih optimal dan
saling menguntungkan.
Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan
pengendalian vektor menggunakan prinsip-prinsip dasar management dan
pertimbangan terhadap penularan dan pengendalian peyakit. Pengendalian
Vektor Terpadu dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang
rasional agar sumberdaya yang ada digunakan secara optimal dan
kelestarian lingkungan terjaga.
 Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) yaitu dengan
memanfaatkan kondisi alam yang dapat mempengaruhi kehidupan vector.
Ini dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
 Pengendalian terapan (applied control) yaitu dengan memberikan
perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan vektor. Ini hanya
dapat dilakukan sementara.

G. Upaya Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat


Jika di sekitar lokasi penampungan pengungsi belum ada saluran air,
harus dibuat saluran air darurat sederhana untuk mengalirkan air ke saluran
umum atau lubang peresapan, dengan ketentuan konstruksi saluran atau
lubang peresapan tidak menjadi tempat perindukan lalat dan nyamuk.

10
Jenis vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi
adalah lalat, tikus serta nyamuk. Upaya yang dilakukan berupa:

Pembuangan sampah/sisa makanan dengan baik.


Bilamana diperlukan dapat menggunakan insektisida.
Tetap menjaga kebersihan individu selama berada di lokasi pengungsi.
Penyediaan sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan pembuangan
sampah yang baik.
Kebiasaan penanganan makanan secara higienis.
Pelaksanaan pengendalian vektor pada kejadian bencana dapat
dilakukan melalui:
1) Pengelolaan Lingkungan
 Menghilangkan tempat perindukan vektor seperti genangan air,
tumpukan sampah.
 Bersama sama pengungsi melakukan :
 Memberi tutup pada tempat sampah.
 Menimbun sampah yang dapat menjadi sarang nyamuk.
 Membuat saluran air limbah.
 Menjaga kebersihan lingkungan.
 Membersihkan dan menjaga kebersihan jamban.
2) Pengendalian dengan bahan kimia
Dilakukan dengan cara penyemprotan, pengasapan/pengkabutan diluar
tenda pengungsi dengan menggunakan insektisida. Penyemprotan dengan
insektisida sedapat mungkin dihindari dan hanya dilakukan untuk
menurunkan populasi vektor secara drastis apabila dengan cara lain tidak
memungkinkan. Frekuensi penyemprotan, pengasapan/peng-kabutan serta
jenis insektisida yang digunakan sesuai dengan rekomendari dari Dinas
Kesehatan setempat .

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari
seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang atau seorang manusia
kepada binatang lainnya atau manusia lainnya. Sedangkan vektor penyakit
yang (sering) disebabkan anthropoda dikenal sebagai arthopodborne disease
atau vectorborne diseasemerupakan arthropoda yang dapat menularkan,
memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia.
Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan
secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik kimiawi, baik terhadap
vektor maupun tempat perkembangbiakannya dan atau perubahan perilaku
masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal
sebagai alternative. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka
kesakitan penyakit bersumber binatang antara lain adanya perubahan iklim,
keadaan social-ekonomi dan perilaku masyarakat. Perubahan iklim dapat
meningkatkan risiko kejadian penyakit tular vektor.

B. Saran
Untuk mewujudkan kualitas dan kuantitaslingkungan yang bersih dan
sehat serta untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimalsebagai
salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional, sangat diperlukan
pengetahuan yang cukup serta mendalam pengetahuan tentang vektor penyakit
dan pengendalianvektor penyakit,sehingga kita dapat meminimalisir dan
memutus rantai penyebaran penyakit dan menuju Indonesia yang sehat.

12
DAFTAR PUSTAKA

 http://winbonang.com/wp-content/uploads/2019/12/MATERI-modul-
Bahan-Ajar-PVBP-B.pdf
 http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/kamu/kurmod/sandar/MO
DUL%20MI%206%20PENGENDALIAN%20VEKTOR.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai