“Pengendalian Vektor”
Dosen Pengampuh : Yasnani, S.Si.,M.Kes
Oleh :
Kelompok 4
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................3
D. Manfaat Penulisan.....................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................4
A. Vektor Penyakit.........................................................................4
B. Hal-hal yang mempengaruhi timbulnya penyakit......................4
C. Transmisi penyakit dari vektor penyakit...................................6
D. Pengendalian vektor..................................................................7
E. Ruang lingkup dan tujuan pengendalian vektor........................8
F. Pengendalian vector nyamuk.....................................................9
G. Pengendalian vector tikus........................................................10
H. Pengendalian vector lalat.........................................................11
I. Cara pengendalian vector penyakit..........................................12
J. Upaya pengendalian vektor penyakit di daerah
tanggap darurat........................................................................13
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengendalian Vektor” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Dasar
Kesehatan Lingkungan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Pengendalian Vektor” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Yasnani, S.Si.,M.Kes
selaku dosen kami yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
vektor sebagai salah satu cara pengendalian penyakit menular dapat berhasil
dengan baik. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama dari berbagai sektor terkait
agar peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian vektor ini dapat berjalan
dengan baik, sehingga mengurangi resiko terjadinya penularan penyakit di
masyarakat.
Keadaan-keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat. Banyak sekali aspek-aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh
lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau
dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis adalah keracunan
Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk sekitar Minamata (Jepang) akibat
mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang tercemar mercury (air raksa).
Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi
yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi
Mercury tersebut. Dengan alasan tersebut, interaksi antara manusia dengan
lingkungannya merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud vektor penyakit ?
2. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi timbulnya penyakit ?
3. Bagaimana transmisi penyakit dari vector penyakit ?
4. Apa yang dimaksud pengendalian vektor ?
5. Apa saja ruang lingkup dan tujuan pengendalian vektor ?
6. Bagaimana cara pengendalian vector nyamuk?
7. Bagaimana cara pengendalian vector tikus?
8. Bagaimana cara pengendalian vector lalat?
9. Cara pengendalian vector penyakit?
10. Bagaimana upaya pengendalian vektor penyakit di daerah tanggap
darurat?
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian vektor penyakit.
2. Untuk mengetahui hak-hal yang mempengarui timbulnya penyakit.
3. Untuk mengetahui transmisi penyakit dari vektor penyakit.
4. Untuk mengetahui pengertian pengendalian vektor.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup dan tujuan pengendalian vektor.
6. Untuk mengatuhui cara pengendalian vector nyamuk
7. Untuk mengetahui cara pengendalian vector tikus
8. Untuk mengetahui cara pengendalian vector lalat
9. Untuk mengetahui cara pengendalian vektor.
10. Untuk mengetahui upaya pengendalian vektor di daerah tanggap darurat.
D. Manfaat Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
b. Vektor
Organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu hewan
kehewan lain atau manusia disebut dengan vektor, arthropoda merupakan
vektorpenting dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik.Nyamuk
merupakan vektor penting untuk penularan virus yang menyebabkanencephalitis
pada manusia, nyamuk menghisap darah dari reservoir yang terinfeksiagen
penyakit ini kemudian ditularkan pada reservoir yang lain atau pada
manusia.Ricketsia merupakan parasit intrasellular obligate yang mampu hidup di
luarjaringan hewan dan dapat ditularkan di antara hewan oleh. Rat fleas, Body
lice danWood tick adalah vektor arthropoda yang menyebabkan penularan
penyakit yangdisebabkan ricketsia.
c. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri
tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods borne
disease adalah hewan-hewan dimana kuman patogen dapat hidup bersama.
Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus encephalitis.
Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di dalam
reservoir alamiah.seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang menjadi
reservoir untuk penyakit ini. Pada banyak kasus,kuman patogen mengalami
multifikasi di dalam vektor atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada
intermediate host.
d. Geografis
Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung
dengan daerah geografis dimana reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya
agen penyakit tergantung pada iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan
fauna lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky Mountains spotted fever
merupakan penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis.
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi.oleh ricketsia
dibawa oleh tungau kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke
5
bagian timur Amerika Serikat. Variasi musim juga mempengaruhi penyebaran
penyakit melalui arthropoda. Sepertihalnya virus dengue ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes selama musimpenghujan karena merupakan saat terbaik
bagi myamuk berkembang biak sehinggawabah penyakit terjadi antara akhir
tahun sampai awal tahun depan (bulanSeptember sampai bulan.Maret)
e. Perilaku Manusia
Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia.membuang sampah secara
sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab
penularan penyakit arthropoda borne diseases.
6
Disebut sebagai host definitif atau intermediate tergantung dari apakah dalam
tubuh vektor atau manusia terjadi perkembangan siklus seksual atau siklus
aseksual pada tubuh vektor atau manusia, apabila terjadi siklus sexual maka
disebut sebagai host definitif, sebagai contoh parasit malaria mengalami
siklus seksual dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk anopheles adalah host
definitive dan manusia adalah host intermediate.
Propagative, Cyclo – Propagative dan Cyclo – Developmental
Pada transmisi biologik dikenal ada 3 tipe perubahan agen penyakit dalam
tubuh vektor yaitu propagative, cyclo – propagative dan cyclo -
developmental, bila agen penyakit atau parasit tidak mengalami perubahan
siklus dan hanya multifikasi dalam tubuh vektor disebut propagative seperti
plague bacilli pada kutu tikus, dengue (DBD) bila agen penyakit mengalami
perubahan siklus dan multifikasi dalam tubuh vektor disebut cyclo –
propagative seperti parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles dan
terakhir bila agen penyakit mengalami perubahan siklus tetapi tidak
mengalami proses multifikasi dalam tubuh vektor seperti parasit filarial
dalam tubuh nyamuk culex.
7
vector di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vector
sehingga penularan penyakit tular vector dapat dicegah.
8
Pengendalian vector dari nyamuk terdiri dari beberapa langkah. Langkah
awal dengan menurunkan polusi nyamuk, dengan memberantas tempat
perindukan nyamuk dan juga aktivitas untuk membunuh nyamuk dewasa atau
pun larva nyamuk dengan insektisida dan mencegah gigitan nyamuk agar
terhindar dari penyaki-penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk. Dalam
pengendalian ventor nyamuk ini adalah kegiatan yang sangat komplek karena
spesies nyamuk ini sangat beragam tempat perindukannya dan kebiasaan mereka
menggigit dan hubungannya terhadap penyakit.
Perilaku nyamuk berkaitan dengan gejala biologis dan selalu ada variasi.
Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal,baik di daerah yang
sama maupun yang berbeda. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh factor
lingkungan yang dikenal sebagai rangsangan dari luar. Sesudah nyamuk
melakukan kegitan mencari darah/menggigit mangsa maka nyamuk memerlukan
tempat istirahat. Berjenis-jenis spesies nyamuk beristirahat pada siang hari
ditempat-tempat yang sepi, gelap,dingin, dan basah. Dengan mengamati perilaku
nyamuk pada saat istirahat dapat memberikan gambaran tentang kepadatan
populasi nyamuk,car aini baik untuk jenis Anopheline. Tempat istirahatnya biasa
di dalam rumah, kendang kerbau,kendang ayam, dibawah jembatan, didalam gua
dan lain-lain.
9
Patogen B. Thuringiensis, cara ini adalah cara yang paling efektif dan potensial
serta tidak mempunyai efek samping, dengan menggunakan B. Thuringiensis
Yang yang di isolasi di dalam habitat tanah dan dibiarkan dalam media lokal air
cucian beras terhadap nyamuk Aedes aegpty dan anopheles acoitus akan
menurun secara signifikan. Pengendalian secara terpadu terhadap faktor nyamuk
dalam hal ini dengan melibatkan masyarakat dan pemerintah dalam hal ini lintas
sektoral yaitu dengan melakukan beberapa kegiatan seperti secara rutin
melakukan pembersihan lingkungan seperti Jumat bersih di sekolah dan kantor
dan kegiatan penyemprotan atau pengasapan yang melibatkan masyarakat dan
pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan.
10
sebagai pilihan terakhir. Bila tidak teliti cara ini sering menimbulkan bau yang
tidak sedap akibat bangkai tikus yang tidak segera ditemukan.
11
Faktor risiko lainnya adalah keadaan rumah dan sanitasi yang buruk,
pelayanan kesehatan yang belum memadai, perpindahan penduduk yang non
imun ke daerah endemis. Masalah yang di hadapi dalam pengendalian vektor di
Indonesia antara lain kondisi geografis dan demografi yang memungkinkan
adanya keragaman vektor, belum teridentifikasinya spesies vektor ( pemetaan
sebaran vektor) di semua wilayah endemis, belum lengkapnya peraturan
penggunaan pestisida dalam pengendalian vektor, peningkatan populasi resisten
beberapa vektor terhadap pestisida tertentu, keterbatasan sumberdaya baik
tenaga, logistik maupun biaya operasional dan kurangnya keterpaduan dalam
pengendalian vektor.
12
Dapat meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu
penyakit tular vector.
Melalui kerjasama lintas sector hasil yang dicapai lebih optimal dan
saling menguntungkan.
Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian
vektor menggunakan prinsip-prinsip dasar management dan pertimbangan
terhadap penularan dan pengendalian peyakit. Pengendalian Vektor Terpadu
dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar
sumberdaya yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan
terjaga.
Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) yaitu dengan
memanfaatkan kondisi alam yang dapat mempengaruhi kehidupan vector. Ini
dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
Pengendalian terapan (applied control) yaitu dengan memberikan
perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan vektor. Ini hanya dapat
dilakukan sementara.
13
Pelaksanaan pengendalian vektor pada kejadian bencana dapat dilakukan
melalui:
1) Pengelolaan Lingkungan
Menghilangkan tempat perindukan vektor seperti genangan air, tumpukan
sampah.
Bersama sama pengungsi melakukan :
Memberi tutup pada tempat sampah.
Menimbun sampah yang dapat menjadi sarang nyamuk.
Membuat saluran air limbah.
Menjaga kebersihan lingkungan.
Membersihkan dan menjaga kebersihan jamban.
2) Pengendalian dengan bahan kimia
Dilakukan dengan cara penyemprotan, pengasapan/pengkabutan diluar
tenda pengungsi dengan menggunakan insektisida. Penyemprotan dengan
insektisida sedapat mungkin dihindari dan hanya dilakukan untuk
menurunkan populasi vektor secara drastis apabila dengan cara lain tidak
memungkinkan. Frekuensi penyemprotan, pengasapan/peng-kabutan serta
jenis insektisida yang digunakan sesuai dengan rekomendari dari Dinas
Kesehatan setempat .
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor
binatang atau seorang manusia kepada binatang atau seorang manusia kepada
binatang lainnya atau manusia lainnya. Sedangkan vektor penyakit yang (sering)
disebabkan anthropoda dikenal sebagai arthopodborne disease atau vectorborne
diseasemerupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau
menjadi sumber penularan penyakit pada manusia.
Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan
secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik kimiawi, baik terhadap vektor
maupun tempat perkembangbiakannya dan atau perubahan perilaku masyarakat
serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai
alternative. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan
penyakit bersumber binatang antara lain adanya perubahan iklim, keadaan social-
ekonomi dan perilaku masyarakat. Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko
kejadian penyakit tular vektor.
B. Saran
Untuk mewujudkan kualitas dan kuantitaslingkungan yang bersih dan
sehat serta untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimalsebagai
salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional, sangat diperlukan
pengetahuan yang cukup serta mendalam pengetahuan tentang vektor penyakit
dan pengendalianvektor penyakit,sehingga kita dapat meminimalisir dan
memutus rantai penyebaran penyakit dan menuju Indonesia yang sehat.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://winbonang.com/wp-content/uploads/2019/12/MATERI-modul-Bahan-
Ajar-PVBP-B.pdf
http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/kamu/kurmod/sandar/MODU
L%20MI%206%20PENGENDALIAN%20VEKTOR.pdf
https://repository.unsri.ac.id/9450/2/pengendalian_vektor.pdf
16