Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN

“Pengendalian Vektor”
Dosen Pengampuh : Yasnani, S.Si.,M.Kes

Oleh :

Kelompok 4

1. Komang Sri Puspitasari Dewi ( J1A120310 )


2. Jelin Natalia Fahira Delo ( J1A120309 )
3. Leonefri B. Sirappa ( J1A120312 )
4. Jabal Rudin ( J1A120308 )
5. Irawan Angkasa Putra ( J1A120305 )
6. Irmasari ( J1A120306 )
7. Imam Rohimat ( J1A120304 )
8. Hestina ( J1A120302 )
9. La Ofudin ( J1A120311 )
10. Irvan ( J1A120307 )
11. Ika Aditya ( J1A120303 )
12. Hesty Syukur ( J1A120301 )
13. Hesti ( J1A120300)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................ii
Kata Pengantar....................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................3
D. Manfaat Penulisan.....................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................4
A. Vektor Penyakit.........................................................................4
B. Hal-hal yang mempengaruhi timbulnya penyakit......................4
C. Transmisi penyakit dari vektor penyakit...................................6
D. Pengendalian vektor..................................................................7
E. Ruang lingkup dan tujuan pengendalian vektor........................8
F. Pengendalian vector nyamuk.....................................................9
G. Pengendalian vector tikus........................................................10
H. Pengendalian vector lalat.........................................................11
I. Cara pengendalian vector penyakit..........................................12
J. Upaya pengendalian vektor penyakit di daerah
tanggap darurat........................................................................13

BAB III PENUTUP............................................................................15


A. Kesimpulan.............................................................................15
B. Saran.......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................16

ii
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengendalian Vektor” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  pada  mata kuliah Dasar
Kesehatan Lingkungan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Pengendalian Vektor” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Yasnani, S.Si.,M.Kes
selaku dosen kami yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 28 Maret 2021

Kelompok 4

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam pengendalian penyakit


menular adalah dengan pengendalian vektor (serangga penular penyakit) untuk
memutuskan rantai penularan penyakit. Faktor yang penting dalam pengendalian
vektor adalah mengetahui bionomik vektor, yaitu tempat perkembangbiakan,
tempat istirahat, serta tempat kontak vektor dan manusia.Upaya pengendalian
vektor dengan menggunakan bahan kimia ternyata tidak cukup aman, karena
walaupun dapat menurunkan populasi vektor dengan segera, penggunaan bahan
kimia yang berlebihan juga mempunyai dampak yang merugikan terhadap
lingkungan, yaitu menurunnya kualitas lingkungan.Selain menggunakan bahan
kimia, pengendalian vektor juga bisa dilakukan dengan pengubahan lingkungan,
yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial,ekonomi, dan budaya.
Pengubahan lingkungan fisik dilakukan agar vektor tidak dapat
berkembangbiak, istirahat, ataupun menggigit. Misalnya dengan Pembersihan
Sarang Nyamuk (PSN) untuk pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue
(DBD) yang terkenal dengan sebutan 3M yaitu Menguras Tempat Penampungan
Air (TPA), Menutup TPA dan Menimbun barang-barang yang dapat menampung
air hujan yang bisa menjadi tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti.
Contoh lain yaitu dengan membersihkan saluran air menggenang yang dapat
menjadi tempat berkembangbiak nyamuk penular penyakit kaki gajah
(filariasis).Pengubahan lingkungan sosial,ekonomi, dan budaya yaitu dengan
mengubah perilaku masyarakat agar tidak terjadi kontak antara manusia dan
vektor,misalkan dengan memasang kawat kasa pada ventilasi rumah agar
nyamuk tidak masuk ke dalam rumah, atau memakai kelambu untuk mencegah
gigitan nyamuk.Selama ini sebenarnya sebagian masyarakat sudah mengetahui
cara pengendalian vektor penyakit dengan pengubahan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Namun
demikian perlu kiranya peningkatan upaya-upaya tersebut agar pengendalian

1
vektor sebagai salah satu cara pengendalian penyakit menular dapat berhasil
dengan baik. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama dari berbagai sektor terkait
agar peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian vektor ini dapat berjalan
dengan baik, sehingga mengurangi resiko terjadinya penularan penyakit di
masyarakat.
Keadaan-keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat. Banyak sekali aspek-aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh
lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau
dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis adalah keracunan
Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk sekitar Minamata (Jepang) akibat
mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang tercemar mercury (air raksa).
Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi
yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi
Mercury tersebut. Dengan alasan tersebut, interaksi antara manusia dengan
lingkungannya merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud vektor penyakit ?
2. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi timbulnya penyakit ?
3. Bagaimana transmisi penyakit dari vector penyakit ?
4. Apa yang dimaksud pengendalian vektor ?
5. Apa saja ruang lingkup dan tujuan pengendalian vektor ?
6. Bagaimana cara pengendalian vector nyamuk?
7. Bagaimana cara pengendalian vector tikus?
8. Bagaimana cara pengendalian vector lalat?
9. Cara pengendalian vector penyakit?
10. Bagaimana upaya pengendalian vektor penyakit di daerah tanggap
darurat?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian vektor penyakit.
2. Untuk mengetahui hak-hal yang mempengarui timbulnya penyakit.
3. Untuk mengetahui transmisi penyakit dari vektor penyakit.
4. Untuk mengetahui pengertian pengendalian vektor.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup dan tujuan pengendalian vektor.
6. Untuk mengatuhui cara pengendalian vector nyamuk
7. Untuk mengetahui cara pengendalian vector tikus
8. Untuk mengetahui cara pengendalian vector lalat
9. Untuk mengetahui cara pengendalian vektor.
10. Untuk mengetahui upaya pengendalian vektor di daerah tanggap darurat.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan bagi


penulis maupun pembaca tentang vektor penyakit dan pengendalian vekor
penyakit.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Vektor Penyakit

Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari


seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang atau seorang manusia
kepada binatang lainnya atau manusia lainnya. Sedangkan vektor penyakit
yang (sering) disebabkan anthropoda dikenal sebagai arthopodborne disease atau
vectorborne disease merupakan arthropoda yang dapat menularkan,
memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia.
Di Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui serangga
merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah
Dengue (DBD), malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran pencernaan
seperti disenteri, kolera, demam tipoid dan paratipoid yang ditularkan secara
mekanis oleh lalat rumah.

B. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit


Ada 5 faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit:
a. Cuaca
Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya
penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah geografis tertentu,
sebab mereka butuh reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim dan variasi musim
mempengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir dan vektor. Di samping itu
perilaku manusia pun dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan rentan
terhadap penyakit infeksi. Wood tick adalah vektor arthropoda yang
menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan ricketsia.

4
b. Vektor

Organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu hewan
kehewan lain atau manusia disebut dengan vektor, arthropoda merupakan
vektorpenting dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik.Nyamuk
merupakan vektor penting untuk penularan virus yang menyebabkanencephalitis
pada manusia, nyamuk menghisap darah dari reservoir yang terinfeksiagen
penyakit ini kemudian ditularkan pada reservoir yang lain atau pada
manusia.Ricketsia merupakan parasit intrasellular obligate yang mampu hidup di
luarjaringan hewan dan dapat ditularkan di antara hewan oleh. Rat fleas, Body
lice danWood tick adalah vektor arthropoda yang menyebabkan penularan
penyakit yangdisebabkan ricketsia.

c. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri
tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods borne
disease adalah hewan-hewan dimana kuman patogen dapat hidup bersama.
Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus encephalitis.
Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di dalam
reservoir alamiah.seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang menjadi
reservoir untuk penyakit ini. Pada banyak kasus,kuman patogen mengalami
multifikasi di dalam vektor atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada
intermediate host.

d. Geografis
Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung
dengan daerah geografis dimana reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya
agen penyakit tergantung pada iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan
fauna lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky Mountains spotted fever
merupakan penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis.
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi.oleh ricketsia
dibawa oleh tungau kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke

5
bagian timur Amerika Serikat. Variasi musim juga mempengaruhi penyebaran
penyakit melalui arthropoda. Sepertihalnya virus dengue ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes selama musimpenghujan karena merupakan saat terbaik
bagi myamuk berkembang biak sehinggawabah penyakit terjadi antara akhir
tahun sampai awal tahun depan (bulanSeptember sampai bulan.Maret)
e. Perilaku Manusia
Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia.membuang sampah secara
sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab
penularan penyakit arthropoda borne diseases.

C. Transmisi Penyakit dari Vektor Penyakit


Masuknya agen penyakit kedalam tubuh manusia sampai terjadi atau
timbulnya gejala penyakit disebut masa inkubasi atau incubation period, khusus
pada arthropods borne diseases ada dua periode masa inkubasi yaitu pada tubuh
vektor dan pada manusia.
 Inokulasi (Inoculation)
Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam
tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membran mukosa
disebut sebagai inokulasi.
 Infestasi (Infestation)
Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang
biak disebut sebagai infestasi, sebagai contoh scabies.
 Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period
Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh
vektor Disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik, sebagai contoh parasit
malaria dalam tubuh nyamuk anopheles berkisar antara 10 – 14 hari
tergantung dengan temperatur lingkungan dan masa inkubasi intrinsik dalam
tubuh manusia berkisar antara 12 – 30 hari tergantung dengan jenis
plasmodium malaria.
 Definitive Host dan Intermediate Host

6
Disebut sebagai host definitif atau intermediate tergantung dari apakah dalam
tubuh vektor atau manusia terjadi perkembangan siklus seksual atau siklus
aseksual pada tubuh vektor atau manusia, apabila terjadi siklus sexual maka
disebut sebagai host definitif, sebagai contoh parasit malaria mengalami
siklus seksual dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk anopheles adalah host
definitive dan manusia adalah host intermediate.
 Propagative, Cyclo – Propagative dan Cyclo – Developmental
Pada transmisi biologik dikenal ada 3 tipe perubahan agen penyakit dalam
tubuh vektor yaitu propagative, cyclo – propagative dan cyclo -
developmental, bila agen penyakit atau parasit tidak mengalami perubahan
siklus dan hanya multifikasi dalam tubuh vektor disebut propagative seperti
plague bacilli pada kutu tikus, dengue (DBD) bila agen penyakit mengalami
perubahan siklus dan multifikasi dalam tubuh vektor disebut cyclo –
propagative seperti parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles dan
terakhir bila agen penyakit mengalami perubahan siklus tetapi tidak
mengalami proses multifikasi dalam tubuh vektor seperti parasit filarial
dalam tubuh nyamuk culex.

D. Pengertian Pengendalian Vektor


Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan penyakit menular
antara manusia atau hewan ke manusia. Banyak dari vector ini adalah serangga
penghisap darah, yang memakan mikroorganisme penghasil penyakit selama
makan darah dari inang yang terinfeksi (manusia atau hewan) dan kemudian
menyuntikannya ke inang baru selama makan darah berikutnya. Menurut
Chandra (2007, vector penyakit adalah organisme hidup yang dapat menularkan
agent penyakit satu hewan ke hewan lain atau ke manusia. Penularan penyakit
pada manusia melalui vector berupa serangga dikenal sebagai vectorborne
disease.
Pengendalian vector adalah semua kegiatan atau tindakan yang
ditunjukan untuk menurunkan populasi vector serendah mungkin sehingga
keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular

7
vector di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vector
sehingga penularan penyakit tular vector dapat dicegah.

E. Ruang Lingkup dan Tujuan Pengendalian Vektor


a. Ruang Lingkup
Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam upaya
pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat
besar seperti lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan
pengendalian vektor dapat berupa penyemprotan, biological control,
pemusnahan sarang nyamuk, dan perbaikan lingkungan. Banyaknya tenda-
tenda darurat tempat penanmpungan sementara para pengungsi yang
diperkirakan belum dilengkapai dengan berbagai fasilitas sanitasi dasar yang
sangat diperlukan, akibatnya banyak kotoran dan sampah yang tidak
tertangani dengan baik dan akan menciptakan breeding site terutama untuk
lalat dan serangga pangganggu lain. Hal ini akan menambah faktor resiko
terjadinya penularan berbagai penyakit.
Keberadaan lalat dan serangga-serangga pengganggu lain merupakan
vektor mekanik dari berbagai penyakit tertentu dan dari sisi lain keberadaan
serangga tersebut menyebabkan gangguan bagi sebagaian orang.
Pengendalian dilakukan secepatnya setelah kegiatan survei vektor dilakukan
dengan berbagai cara termasuk menggunakan insektisida.

b. Tujuan Pengendalian Vektor


1) Menurunkan populasi vektor serendah mungkin secara cepat sehingga
keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular
vektor di suatu wilayah.
2) Menghindari kontak dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor
dapat dicegah.
3) Meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh binatang atau serangga
pengganggu.

F. Pengendalian Vektor Nyamuk

8
Pengendalian vector dari nyamuk terdiri dari beberapa langkah. Langkah
awal dengan menurunkan polusi nyamuk, dengan memberantas tempat
perindukan nyamuk dan juga aktivitas untuk membunuh nyamuk dewasa atau
pun larva nyamuk dengan insektisida dan mencegah gigitan nyamuk agar
terhindar dari penyaki-penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk. Dalam
pengendalian ventor nyamuk ini adalah kegiatan yang sangat komplek karena
spesies nyamuk ini sangat beragam tempat perindukannya dan kebiasaan mereka
menggigit dan hubungannya terhadap penyakit.
Perilaku nyamuk berkaitan dengan gejala biologis dan selalu ada variasi.
Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal,baik di daerah yang
sama maupun yang berbeda. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh factor
lingkungan yang dikenal sebagai rangsangan dari luar. Sesudah nyamuk
melakukan kegitan mencari darah/menggigit mangsa maka nyamuk memerlukan
tempat istirahat. Berjenis-jenis spesies nyamuk beristirahat pada siang hari
ditempat-tempat yang sepi, gelap,dingin, dan basah. Dengan mengamati perilaku
nyamuk pada saat istirahat dapat memberikan gambaran tentang kepadatan
populasi nyamuk,car aini baik untuk jenis Anopheline. Tempat istirahatnya biasa
di dalam rumah, kendang kerbau,kendang ayam, dibawah jembatan, didalam gua
dan lain-lain.

Pengetahuan tentang tempat istirahat juga penting untuk menentukan di


tempat mana sebaiknya digunakan suatu insektisida yang mempunyai efek residu
Pada penyemprotan. Selain itu, juga penting untuk mengetahui hal hal tentang
nyamuk dewasa misalnya angka infeksi dan analisa darah yang dihisap oleh
nyamuk.

 Cara Pengendalian Vektor Nyamuk


Pengendalian nyamuk bisa dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan
cara hilangkan sarang nyamuk, membersikan kontainer, tambak, dan sebagainya
membersikan lingkungan. Pengendalian fisika dengan cara Penyinaran radiasi
pengendalian Hayati dengan cara memakai Predator atau parasit Pengendalian
biologi adalah pengendalian faktor nyamuk dengan menggunakan bakteri

9
Patogen B. Thuringiensis, cara ini adalah cara yang paling efektif dan potensial
serta tidak mempunyai efek samping, dengan menggunakan B. Thuringiensis
Yang yang di isolasi di dalam habitat tanah dan dibiarkan dalam media lokal air
cucian beras terhadap nyamuk Aedes aegpty dan anopheles acoitus akan
menurun secara signifikan. Pengendalian secara terpadu terhadap faktor nyamuk
dalam hal ini dengan melibatkan masyarakat dan pemerintah dalam hal ini lintas
sektoral yaitu dengan melakukan beberapa kegiatan seperti secara rutin
melakukan pembersihan lingkungan seperti Jumat bersih di sekolah dan kantor
dan kegiatan penyemprotan atau pengasapan yang melibatkan masyarakat dan
pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan.

G. Pengendalian Vektor Tikus


Tikus dan mencit adalah hewan mengerat (rodrbsia) Yang lebih dikenal
sebagai hama tanaman pertanian, merusak barang dang dan hewan pengganggu
yang menjadikan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa
kelompok hewan ini juga membawa menyebarkan dan menularkan berbagai
penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Rodensia komen Sal
yaitu rodensia yang hidup di dekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu
dari diperlihat perhatikan dalam penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan
dapat disebabkan oleh infeksi berbagai agen penyakit dari kelompok virus,
rickettsia, bakteri, Protozoa dan cacing. Penyakit tersebut dapat ditularkan
kepada manusia secara langsung oleh ludah, Urin dan Feses nya atau melalui
gigitan Ektoparasitnya.

 Cara Pengendalian Vektor Tikus

Pengendalian tikus secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan


umpan beracun. Pengendalian tikus dengan menggunakan umpan beracun atau
Penang Perangkap perempuan raja mempunyai efek sementara, rajin perut adalah
umpan racun yang hanya dianjurkan digunakan di daerah atau tempat yang tidak
dapat dicapai oleh hewan SosMed dan anak anak. Dengan mempelajari sebaiknya

10
sebagai pilihan terakhir. Bila tidak teliti cara ini sering menimbulkan bau yang
tidak sedap akibat bangkai tikus yang tidak segera ditemukan.

H. Pengendalian Vektor Lalat


Dalam sistem kesehatan nasional dan rencana program reformasi di
bidang kesehatan Bkt tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu
Bkt nasional. Sampai basah atau kering yang memenuhi syarat kesehatan, selain
itu benar benar masih banyak data oleh masyarakat. Untuk mengatasi permasalan
tersebut di atas telah di rumuskan Bkt Bkt hatian yang serius karena masih tinggi
penyakit tanggapan dan ditularkan lalat.
Penyakit penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain Disentri, kolera,
di bus perut, diare dan lainnya yang berkaitan dengan kondisi Sanitasi
lingkungan yang buruk. Ini terjadi secara mekanis, di mana Bkt tadi, merupakan
tempat menempelnya mikro organisme penyakit yang kemudian lalu tersebut
hingga pada makanan. Oleh karena demikian besar penyebaran penyakit yang
dapat ditularkan melalui lalat, maka perlu dilakukan pengendalian lalat dengan
cermat.

 Cara Pengendalian Vektor Lalat


a. Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat
b. Memgurangi sumber yang menarik bagi lalat.

F. Cara Pengendalian Vektor Penyakit


Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan
secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik kimiawi, baik terhadap vektor
maupun tempat perkembangbiakannya dan atau perubahan perilaku masyarakat
serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai
alternative. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan
penyakit bersumber binatang antara lain adanya perubahan iklim, keadaan social-
ekonomi dan perilaku masyarakat. Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko
kejadian penyakit tular vektor.

11
Faktor risiko lainnya adalah keadaan rumah dan sanitasi yang buruk,
pelayanan kesehatan yang belum memadai, perpindahan penduduk yang non
imun ke daerah endemis. Masalah yang di hadapi dalam pengendalian vektor di
Indonesia antara lain kondisi geografis dan demografi yang memungkinkan
adanya keragaman vektor, belum teridentifikasinya spesies vektor ( pemetaan
sebaran vektor) di semua wilayah endemis, belum lengkapnya peraturan
penggunaan pestisida dalam pengendalian vektor, peningkatan populasi resisten
beberapa vektor terhadap pestisida tertentu, keterbatasan sumberdaya baik
tenaga, logistik maupun biaya operasional dan kurangnya keterpaduan dalam
pengendalian vektor.

Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan


pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha
mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan
kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan
dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik.
Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhana
pun yang penting di dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Ada beberapa cara
pengendalian vector penyakit yaitu:

 Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)


Mengingat keberadaan vektor dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologis
dan social budaya, maka pengendaliannya tidak hanya menjadi tanggung jawab
sector kesehatan saja tetapi memerlukan kerjasama lintas sector dan program.
Pengendalian vektor dilakukan dengan memakai metode pengendalian vektor
terpadu yang merupakan suatu pendekatan yang menggunakan kombinasi
beberapa metoda pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan pertimbangan
keamanan, rasionalitas, efektifitas pelaksanaannya serta dengan
mempertimbangkan kesinambungannya.
Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) :
 Dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi sebagai metode atau cara
pengendalian.

12
 Dapat meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu
penyakit tular vector.
 Melalui kerjasama lintas sector hasil yang dicapai lebih optimal dan
saling menguntungkan.
Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian
vektor menggunakan prinsip-prinsip dasar management dan pertimbangan
terhadap penularan dan pengendalian peyakit. Pengendalian Vektor Terpadu
dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar
sumberdaya yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan
terjaga.
 Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) yaitu dengan
memanfaatkan kondisi alam yang dapat mempengaruhi kehidupan vector. Ini
dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
 Pengendalian terapan (applied control) yaitu dengan memberikan
perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan vektor. Ini hanya dapat
dilakukan sementara.

G. Upaya Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat


Jika di sekitar lokasi penampungan pengungsi belum ada saluran air,
harus dibuat saluran air darurat sederhana untuk mengalirkan air ke saluran
umum atau lubang peresapan, dengan ketentuan konstruksi saluran atau lubang
peresapan tidak menjadi tempat perindukan lalat dan nyamuk.
Jenis vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi adalah
lalat, tikus serta nyamuk. Upaya yang dilakukan berupa:

Pembuangan sampah/sisa makanan dengan baik.


Bilamana diperlukan dapat menggunakan insektisida.
Tetap menjaga kebersihan individu selama berada di lokasi pengungsi.
Penyediaan sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan pembuangan sampah
yang baik.
Kebiasaan penanganan makanan secara higienis.

13
Pelaksanaan pengendalian vektor pada kejadian bencana dapat dilakukan
melalui:
1) Pengelolaan Lingkungan
 Menghilangkan tempat perindukan vektor seperti genangan air, tumpukan
sampah.
 Bersama sama pengungsi melakukan :
 Memberi tutup pada tempat sampah.
 Menimbun sampah yang dapat menjadi sarang nyamuk.
 Membuat saluran air limbah.
 Menjaga kebersihan lingkungan.
 Membersihkan dan menjaga kebersihan jamban.
2) Pengendalian dengan bahan kimia
Dilakukan dengan cara penyemprotan, pengasapan/pengkabutan diluar
tenda pengungsi dengan menggunakan insektisida. Penyemprotan dengan
insektisida sedapat mungkin dihindari dan hanya dilakukan untuk
menurunkan populasi vektor secara drastis apabila dengan cara lain tidak
memungkinkan. Frekuensi penyemprotan, pengasapan/peng-kabutan serta
jenis insektisida yang digunakan sesuai dengan rekomendari dari Dinas
Kesehatan setempat .

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor
binatang atau seorang manusia kepada binatang atau seorang manusia kepada
binatang lainnya atau manusia lainnya. Sedangkan vektor penyakit yang (sering)
disebabkan anthropoda dikenal sebagai arthopodborne disease atau vectorborne
diseasemerupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau
menjadi sumber penularan penyakit pada manusia.
Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan
secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik kimiawi, baik terhadap vektor
maupun tempat perkembangbiakannya dan atau perubahan perilaku masyarakat
serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai
alternative. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan
penyakit bersumber binatang antara lain adanya perubahan iklim, keadaan social-
ekonomi dan perilaku masyarakat. Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko
kejadian penyakit tular vektor.

B. Saran
Untuk mewujudkan kualitas dan kuantitaslingkungan yang bersih dan
sehat serta untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimalsebagai
salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional, sangat diperlukan
pengetahuan yang cukup serta mendalam pengetahuan tentang vektor penyakit
dan pengendalianvektor penyakit,sehingga kita dapat meminimalisir dan
memutus rantai penyebaran penyakit dan menuju Indonesia yang sehat.

15
DAFTAR PUSTAKA

 http://winbonang.com/wp-content/uploads/2019/12/MATERI-modul-Bahan-
Ajar-PVBP-B.pdf
 http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/kamu/kurmod/sandar/MODU
L%20MI%206%20PENGENDALIAN%20VEKTOR.pdf
 https://repository.unsri.ac.id/9450/2/pengendalian_vektor.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai