Dosen Pengampu :
Drs. Pangestu, M.Kes.
Beben Syaiful Bahri, SKM., MKM
Disusun Oleh :
Kelompok 5 - 2D3B
1. Muhammad Ryan Rifa'i (P21345121048)
2. Niko Prakoso (P21345121056)
3. Safira Wahdania (P21345121066)
4. Tiara Jamilah Jilan (P21345121075)
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
Kesimpulan ......................................................................................................................... 11
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan vektor dan tikus di lingkungan kehidupan manusia sudah dimulai sejak
pertama kali manusia menciptakan tempat untuk bermukim. Bangunan tempat tinggal manusia
memberikan tempat pula bagi berbagai vektor dan tikus untuk berlindung, memperoleh
makanan dan berkembang biak. Dengan kondisi lingkungan yang relatif tidak ekstrim dan
bebas dari musuh-musuh alaminya serta tercukupinya kebutuhan makanan, maka populasi
vektor dan tikus di permukiman dapat terus meningkat sedemikian rupa sehingga menimbulkan
masalah bagi kesehatan manusia.
Vektor dan tikus dapat merugikan kesehatan manusia, merusak lingkungan hidup manusia
dan pada gilirannya akan mengganggu kesejahteraan hidup manusia, oleh karena itu
keberadaan vektor dan tikus tersebut harus dikendalikan. Pengendalian vektor dan tikus adalah
suatu upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor dan tikus tersebut ke suatu
tingkat yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia.
Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar
dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata,
tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan
lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang
biaknya vektor penyakit
1.2 Rumusan Masalah
1. Menambah wawasan penulis dan pembaca materi mata kuliah Pengendalian Vektor dan
Tikus tentang Pengertian, peran dan pengendalian Vektor dan Binatang Penganggu.
2. Memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Vektor dan Tikus untuk membuat makalah
tentang Pengertian, peran dan pengendalian Vektor dan Binatang Penganggu.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Vektor dan Binatang Pengganggu
2
suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Sedangkan
menurut Soemirat (2005), keberadaan vektor penyakit dapat mempermudah penyebaran agent
penyakit. Hal ini menentukan bahwa masuknya agent baru ke dalam suatu lingkungan akan
merugikan kesehatan masyarakat setempat.
Binatang pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu, menyerang/ menularkan
penyakit kepada manusia, binatang/ tumbuhan. Atau binatang pengganggu adalah binatang
bukan serangga yang menganggu (kenyamanan) hidup manusia.
Ada dua jenis vektor yaitu vektor biologis dan vektor mekanis. Vektor disebut vektor
biologis jika sebagian siklus hidup parasitnya terjadi dalam tubuh vektor tersebut. Vektor
disebut sebagai vektor mekanis jika sebagian siklus hidup parasitnya tidak terjadi dalam tubuh
vektor tersebut (Natadisastra dan Agoes, 2005). Contohnya lalat sebagai vektor mekanis dalam
penularan penyakit diare, trakoma, keracunan makanan, dan tifoid, sedangkan nyamuk
Anopheles sebagai vektor biologis dalam penularan penyakit malaria (Chandra, 2006).
2.2 Jenis Vektor
Vektor adalah jenis serangga dari filum Arthropoda yang dapat memindahkan/
menularkan suatu penyakit (infectiuous agent) dari sumber infeksi kepada induk semang yang
rentan (susceptible host). Binatang pengganggu dalam hal ini termasuk filum Chordata yang
umumnya merupakan binatang mengerat yang dapat merusak tanaman, harta benda, makanan,
dan yang lebih penting lagi dapat menjadi induk semang (host) bagi beberapa penyakit tertentu.
Induk semang adalah suatu media yang paling baik untuk hidup dan berkembang biaknya bibit
penyakit menular di dalam tubuh host tersebut kemudian setelah dewasa/matang akan
menularkan kepada host lain melalui gigitan, sengatan, sekresi/kotoran dari host terinfeksi
tersebut.
Arthropoda berarti kaki yang beruas-ruas/bersendi-sendi (arthron=sendi, poda=kaki).
Dari filum Arthropoda tersebut yang menjadi vektor adalah :
e) Lalat Tse-tse sebagai vektor penyakit sleeping sickness (penyakit tidur abadi).
3
f) Lalat kuda (tomoxys calcitrans) sebagai vektor penyakit antraks.
3. Ordo Anoplura. Contohnya, kutu kepala (Pediculus humanus capitis) sebagai vektor
penyakit relapsing fever (demam balik-balik).
4. Kelas Aracnoidea.
b) Mite sebagai vektor penyakit scrub thypus, endemic thypus, dan scabies.
4
Gambar beberapa jenis vektor yang lainnya
5
Gambar Tikus Rumah
6
Sumber : https://www.breakdengue.org/vector-net-disease-vectors-europe/
Vektor penyakit dari arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit dikenal sebagai
arthropod – borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases.
Vektor penyakit adalah penyakit yang disebabkan oleh patogen ini dan parasit pada
populasi manusia. Mereka yang paling sering ditemukan di daerah tropis dan tempat di mana
akses terhadap air minum dan sanitasi yang sehat terhambat .1
1. Arthropods Borne Disease
Istilah ini mengandung pengertian bahwa arthropoda merupakan vektor yang bertanggung
jawab untuk terjadinya penularan penyakit dari satu host (pejamu) ke host lain. Paul A.
Ketchum, membuat klasifikasi arthropods borne diseases pada kejadian penyakit epidemis di
Amerika
Park & Park, membagi klasifikasi arthropods borne diseases yang sering menyebabkan
terjadinya penyakit pada manusia sebagai berikut :
No. Arthropoda Penyakit Bawaan
1 Nyamuk Merupakan vektor dari penyakit Malaria, Filaria, Demam
kuning Demam berdarah, Penyakit otak, demam
haemorhagic
2 Lalat Merupakan vektor dari penyakit tipus dan demam
paratipus,diare, disentri, kolera, gastro-enteritis,
amoebiasis, penyakit lumpuh, conjunctivitis, anthrax
3 Lalat pasir Merupakan vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci
dan bartonellosisi, Leishmania donovani,
4 Lalat hitam Merupakan vektor penyakit Oncheocerciasis
1
https://dinkes.tegalkota.go.id/berita/detail/vectorborne-diseases-jadi-tema-hari-kesehatan-sedunia14 Mar
2018
7
2. Arthropoda Sebagai Intemediate Host
Arthropoda sebagai intermediate host artinya arthropoda berperan hanya sebagai tuan
rumah ataupun tempat perantara agent infeksius tanpa memindahkan ataupun menularkan
agent infeksius tersebut ke tubuh inang (host).
No. Arthropoda Penyakit Bawaan
1 Lalat tse2 Merupakan vektor dari penyakit tidur
2 Kutu Merupakan vektor dari penyakit tipus mewabah, relapsing
demam, parit
3 Pinjal penyakit sampar, endemic typhus
4 Sengkenit Penyakit Rickettsia (Rickettsia Rickettsii)
5 Tungau Penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang disebabkan
oleh Rickettsia tsutsugamushi
8
manusia atau mencegah tertularnya suatu penyakit menular kepada manusia melalui peranan
vektor penyakit.
Upaya pengendalian vektor lebih dititikberatkan pada kebijakan pengendalian vektor
terpadu melalui suatu pendekatan pengendalian vektor dengan menggunakan satu atau
kombinasi beberapa metode pengendalian vector: Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)
merupakan pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metode pengendalian vektor
yang dilakukan berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta
dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan).
Pengendalian vektor terpadu dilatarbelakangi karena masalah penggunaan pestisida
sintetis yang semakin mahal dan beresiko bagi manusia dan lingkungan. Pengendalian vektor
terpadu mengintegrasikan semua cara pengendalian hama yang potensial, ekonomis, efisien
dan ekologis untuk mengedalikan serangga (vektor) pada tingkat yang tidak membahayakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah program pengendalian vektor terpadu
dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, bukan insidental, populasi vektor (hama) harus
dimonitor secara berkala, tempat perindukan dan perilaku vektor harus dapat diidentifikasi,
strategi, metode serta teknik pengendalian harus bijaksana dan tepat guna, masyarakat perlu
dilibatkan sejauh mungkin. Hasil yang diharapkan dalam pengendalian vektor secara terpadu
adalah :
1. Populasi vektor dapat terus ditekan dibawah ambang.
2. Penggunaan pestisida dapat dikurangi sehingga mengurangi bahaya dan akibat
samping.
3. Penggunaan metode non pestisida dapat ditingkatkan dimana mungkin diterapkan.
4. Keseluruhan program pengendalian itu efektif, efisien, aman, tidak berbahaya dan
diterima masyarakat.
Agar dapat memperoleh hasil yang maksimal, maka dalam pengendalian vektor secara
terpadu memperhatikan hal-hal berikut ini :
9
3. Penggunaan materi untuk pengendalian harus tepat, apakah pestisida (toksikologi dan
persistensinya), organisme musuh alami (biologi, ekologi dan perilakunya) ataupun
cara-cara non pestisida lainnya.
4. Kondisi lingkungan, tata ruang dan struktural.
Berdasarkan uraian diatas maka konsep dasar pengendalian vektor dan binatang
pengganggu adalah:
1. Menitik beratkan pada kebijakan pengendalian vektor terpadu melalui suatu
pendekatan pengendalian vektor dengan menggunakan satu atau kombinasi beberapa
metode pengendalian vektor dan binatang pengganggu.
2. Berdasarkan azas keamanan terhadap semua faktor lingkungan, rasionalitas dan
efektifitas pelaksanaannya serta mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya.
3. Memutuskan rantai penularan antara sumber penyakit dengan manusia atau mencegah
tertularnya suatu penyakit menular kepada manusia melalui peranan vektor penyakit
dan binatang pengganggu.
10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Vektor adalah hewan avertebrata yang bertindak sebagai penular penyebab penyakit
(agen) dari host pejamu yang sakit ke pejamu lain yang rentan. Vektor digolongkan menjadi 2
(dua) yaitu vektor mekanik dan vektor biologik. Vektor dan tikus dapat merugikan kesehatan
manusia, merusak lingkungan hidup manusia dan pada gilirannya akan mengganggu
kesejahteraan hidup manusia, oleh karena itu keberadaan vektor dan tikus tersebut harus
dikendalikan. Pengendalian vektor dan tikus adalah suatu upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor dan tikus tersebut ke suatu tingkat yang tidak mengganggu
ataupun membahayakan kehidupan manusia.
Secara umum, vektor mempunyai peranan yaitu sebagai pengganggu dan penular
penyakit. Vektor yang berperan sebagai pengganggu yaitu nyamuk, kecoa/lipas, lalat, semut,
lipan, kumbang, kutu kepala, kutu busuk, pinjal, dll. Penularan penyakit pada manusia melalui
vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod – borne diseases atau sering juga
disebut sebagai vector – borne diseases. Agen penyebab penyakit infeksi yang ditularkan pada
manusia yang rentan dapat melalui beberapa cara yaitu :
• Dari orang ke orang
• Melalui udara
• Melalui makanan dan air
• Melalui hewan
• Melalui vektor arthropoda (Chandra,2003).
Upaya pengendalian vektor lebih dititikberatkan pada kebijakan pengendalian vektor
terpadu melalui suatu pendekatan pengendalian vektor dengan menggunakan satu atau
kombinasi beberapa metode pengendalian vector: Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)
merupakan pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metode pengendalian vektor
yang dilakukan berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta
dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan).
11
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, K. (2019). Pengendalian Vektor dan Tikus. Badan PPSDM Kes, 36.
Buku Ajar Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu
Khairiyati, Laily; Marlinae, Lenie; Waskito, Agung; Nur Rahmat, Anugerah; Ridha, M.
Rasyid; Andiarsa, Dicky
https://media.neliti.com/media/publications/57449-ID-vektor-dan-reservoir.pdf
https://www.academia.edu/11431938/Binatang_Pengganggu_PRINT
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/585481/mod_resource/content/1/%281%2
9%20Pengantar%20Pengendalian%20Vektor%20Penyakit.pdf
http://winbonang.com/wp-content/uploads/2019/12/MATERI-modul-Bahan-Ajar-PVBP-
B.pdf
12