Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Vektor Penyebab penyakit

Disusun Oleh :
ILMI NURUL MIRAJ
PO.71.4.203.18.1.012

PRODI D-IV AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa rahmat


dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Vektor Penyebab Penyakit”.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai


hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna.

Terselesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,oleh


karena itu pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Apabila banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan
materi kami mohon maaf sebesar- besarnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan
berguna bagi yang membacanya.
Makassar, 14 April 2020
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... 
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 
DARTAR ISI....................................................................................................... 
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……….......................................................................... 
B.  Rumusan Masalah............................................................................... 
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Vektor Penyakit..................................................................
B.  Peranan Vektor Penyakit....................................................……….......
C.  Mekanisme Transmisi Penyakit oleh Vektor Penyakit..........................
D.  Pengendalian Vektor Penyakit.............................................................
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan ..........................................................................................
B.   Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka
kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin
meningkat. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah
penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi dan
penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis
yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit
(Menkes, 2010).
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi
menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lainnya. Vektor
juga merupakan anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu
Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia
kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat merugikan
kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai
perantara penularan penyakit seperti yang sudah di jelaskan di atas. Penyakit yang
ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat menimbulkan
wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan
masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor
tersebut.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan vektor penyakit ?


2. Bagaimana peran Vektor dalam penyebaran penyakit
3. Bagaimana mekanisme Transimisi suatu Penyakit oleh vector penyakit?
4. Bagaimana cara pengendalian vektor penyakit ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Vektor Penyakit


Vektor dalam arti luas yaitu pembawa/pengangkut. vektor dalam arti lain
adalah hewan avertebrata yang berperan sebagai penular penyebab penyakit (agen)
dari host pejamu yang sakit ke pejamu lain yang rentan(28). Vektor dapat berupa
vektor mekanis dan biologis, dan juga berupa vektor primer dan sekunder. Vektor
mekanis yaitu hewan yang menularkan penyakit tanpa agen tersebut mengalami
perubahan, vektor mekanis ini sangat penting bagi penyebaran penyakit karena
dalam tubuh vektor mekanis biasanya parasit telah mencapai stadium infektif. Daya
tahan tubuh parasit di dalam tubuh vektor mekanis terbatas karena, maka dari itu
vektor mekanis berfungsi sebagai pemindah.
Vektor biologis parasit mengalami tumbuh dan berkembang dalam tubuh
vektor, contohnya seperti nyamuk Aedes aegypti yang bertindak sebagai vektor
demam berdarah. Vektor biologis juga mempunyai peran sebagai tuan rumah, dalam
penyebaran parasit oleh vektor biologis, arthropoda sebagai inang sangat diperlukan
dalam siklus hidup parasit(28).
Vektor primer merupakan penyebab utama terjadinya penularan penyakit,
baik pada orang maupun hewan yang secara klinis telah terbukti sakit, sedangkan
vektor sekunder adalah vektor yang dianggap tidak penting sebagai penyebaran
penularan penyakit, dalam keadaan wabah, karena situasinya menyebabkan lebih
dekatnya hubungan vektor sekunder dengan inang, maka vektor sekunder dianggap
sebagai vektor penting.
Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa vektor
merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber
penularan penyakit pada manusia. Sedangkan menurut Nurmaini (2001), vektor
adalah arthropoda yang dapat memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari
sumber infeksi kepada induk semang yang rentan.
B. Peranan Vektor Penyakit

Secara umum, vektor mempunyai peranan yaitu sebagai pengganggu dan


penular penyakit. Vektor yang berperan sebagai pengganggu yaitu nyamuk,
kecoa/lipas, lalat, semut, lipan, kumbang, kutu kepala, kutu busuk, pinjal, dll.
Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal
sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector–borne
diseases.Agen penyebab penyakit infeksi yang ditularkan pada manusia diantaranya
adalah :

No Vektor Penyakit Penyakit Bawaan


1 Nyamuk penyakit Malaria, Filaria, Demam kuning Demam
berdarah,Penyakit otak, demam haemorhagic
2. Lalat penyakit tipus dan demam paratipus, diare, disentri,
kolera, gastro-enteritis, amoebiasis, penyakit
lumpuh, conjunctivitis, anthrax
3. Lalat Pasir vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan
bartonellosisi, Leishmania donovani,
4. Lalat Hitam penyakit Oncheocerciasis
5. Lalat Tse-tse penyakit tidur
6. Kutu penyakit tipus mewabah, relapsing
demam, parit
7. Pinjal penyakit sampar, endemic typhus
8. Sengkenit Penyakit Rickettsia (Rickettsia Rickettsii
9. Tungau penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang
disebabkanoleh Rickettsia tsutsugamushi,

Menurut sumbernya penyakit akibat vektor dibagi dua yaitu:

1. Penyakit Bawaan Vektor

Perpindahan penyakit melalui organisme hidup, seperti nyamuk, lalat, atau kutu.
Penularannya dapat berlangsung secara mekanis, melalui bagian mulut yang
terkontaminasi atau kaki vector, atau secara biologis, yang melibatkan perubahan
multiplikasi atau perkembangan agens dalam vector sebelum penularan
berlangsung. Pada penularan mekanis, penggandaan dan perkembangan
organisme penyakit biasanya tidak terjadi. Contoh, organisme penyebab disentri,
kolera, dan demam tifoid telah diisolasi dari serangga seperti kecoak dan lalat rumah
dan diperkirakan tersimpan pada makanan yang disiapkan untuk konsumsi manusia.
Contoh lain, vector penyakit dan penyakit yang disebarkannya mencakup nyamuk
(malaria, filariasis).

2. Penularan biologis

Perubahan multiplikasi dan/atau perkembangan agens penyakit berlangsung dalam


vector sebelum penularan terjadi. Contoh vector biologis antara lain nyamuk, pinjal,
kutu, tungau, lalat. Nyamuk sampai saat ini merupakan vector paling penting dalam
penyakit manusia. Nyamuk menularkan virus yang menyebabkan yellow fever dan
demam berdarah dengue, sekaligus menularkan 200 virus lainnya. Tungau, vector
penting lainnya, menularkan Rocky Mountain spotted fever, demam berulang dal
Lyme Disease. Vektor serangga lainnya adalah lalat (African sleeping sickness),
pinjal (pes), kutu (tifus epidemic dan trench fever).

C. Transmisi Penyakit dari Vektor Penyakit

Masuknya agen penyakit kedalam tubuh manusia sampai terjadi


atauntimbulnya gejala penyakit disebut masa inkubasi atau incubation period,
khusus pada arthropoda borne diseases ada dua periode masa inkubasi yaitu pada
tubuh vektor dan pada manusia.B erikut ini ada 3 jenis cara penularan Antrophoda
disease:

1. Kontak langsung

Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu


orang ke orang lain melalui kontak langsung. Contoh: scabies dan pedikulus

2. Transmisi secara mekanis

Misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh
lalat. Secara karakteristik, arthropoda sebagai vector mekanis membawa agens
penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial atau
eksudat.
3. Transmisi secara biologis

Agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di


dalam tubuh arthropoda. Ada 3 cara transmisi biologis yaitu:

a. Propagative, agens penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi


bermultiplikasi didalam tubuh vector. Contoh: plague bacilli pada pinjal tikus.

b. Cyclo-propagative, agens penyakit mengalami perubahan siklus dan


bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasit malaria pada
nyamuk anopheles.

c. Cyclo-developmental, agens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi


tidak bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda. Contoh: parasil filarial pada
nyamuk culex, dan cacing pita pada Cyclops.

D. Pengendalian Vektor Penyakit

Pengendalian vektor adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau


menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau memberantas penyakit
yang ditularkan oleh vektor atau ganguan (nuisanse) yang diakibatkan oleh vektor.
Penegendalian vektor dan binatang pengganggu harus menerapakan bermacam-
macam cara pengendalian, sehingga tetap berada di bawah garis batas yang tidak
merugikan dan membahayakan. Serta pengendalian tidak menimbulkan kerusakan
atau gangguan ekologis terhadap tata lingkungan hidup.

1. Pengendalian lingkungan

Merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat


bersifat permanen. Contoh, membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda.
Terbagi atas dua cara yaitu :

a. Perubahan lingkungan hidup (environmental management), sehingga


vektor dan binatang penggangu tidak mungkin hidup. Seperti penimbunan
(filling), pengeringan (draining), dan pembuatan (dyking).
b. Manipulasi lingkungan hidup (environmental manipulation), sehingga
tidak memungkinkan vektor dan binatang penggangu berkembang dengan
baik. Seperti pengubahan kadar garam (solinity), pembersihan tanaman air,
lumut, dan penanaman pohon bakau (mangrouves) pada tempat
perkembangbiakan nyamuk.

2. Pengendalian biologi

Pengendalian ini ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat


pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. Cara yang
dilakukan dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan atau hewan, parasit,
predator maupun kuman patogen terhadap vector. Contoh pendekatan ini
adalah pemeliharaan ikan.

3. Pengendalian Genetik

Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi populasi vektor dan binatang


penggangu melalui teknik-teknik pemandulan vektor jantan (sterila male
techniques), pengunaan bahan kimia penghambat pembiakan
(chemosterilant), dan penghilangan (hybiriditazion). Masih ada usaha yang
lain seperti :

a. Perbaikan sanitasi : bertujuan menghilangkan sumber-sumber


makanan(food preferences), tempat perindukan (breeding places), dan tempat
tinggal (resting paces), yang dibutuhkan vektor.

b. Peraturan perundangan : mengatur permasalahan yang menyangkut


usaha karantina, pengawasan impor-ekspor, pemusnahan bahan makanan
atau produk yang telah rusak karena vektor dan sebagainya.

c. Pencegahan (prevention) : menjaga populasi vektor dan binatang


pengganggu tetap pada suatu tingkat tertentu dan tidak menimbulkan
masalah.

d. Penekanan (supresion) : menekan dan mengurangi tingkat populasinya.


e. Pembasmian (eradication) : membasmi dan memusnakan vektor dan
binatang pengganggu yang menyerang daerah/wilayah tertentu secara
keseluruhan.

4. Pengendalian kimia

Pada pendekatan ini, dilakukan beberapa golongan insektisida seperti


golongan organoklorin, golongan organofosfat, dan golongan karbamat.
Namun, penggunaan insektisida ini sering menimbulkan resistensi dan juga
kontaminasi pada lingkungan. Macam – macam insektisida yang digunakan:

a. Mineral (Minyak), misalnya minyak tanah, boraks, solar, dsb.

b. Botanical (Tumbuhan), misalnya Pyrethum, Rotenone, Allethrin, dsb.


Insektisida botanical ini disukai karena tidak menimbulkan masalah residu
yang toksis.

c. Chlorined Hyrocarbon, misalnya DDT, BHC, Lindane, Chlordane,


Dieldrin, dll. Tetapi penggunaan insektisida ini telah dibatasi karena
resistensinya dan dapat mengkontaminasi lingkungan.

d. Organophosphate, misalnya Abate, Malathion, Chlorphyrifos, dsb.


Umumnya menggantikan Chlorined Hydrocarbon karena dapat melawan
vektor yang resisten dan tidak mencemari lingkungan.

e. Carbamate, misalnya Propoxur, Carbaryl, Dimetilen, Landrin, dll.


Merupakan suplemen bagi Organophosphate.

f. Fumigant, misalnya Nophtalene, HCN, Methylbromide, dsb. Adalah


bahan kimia mudah menguap dan uapnya masuk ke tubuh vektor melalui
pori pernapasan dan melalui permukaan tanah.

g. Repelent, misalnya diethyl toluemide. Adalah bahan yang menerbitkan


bau yang menolak serangga, dipakaikan pada kulit yang terpapar, tidak
membunuh serangga tetapi memberikan perlindungan pada manusia.

5. Upaya pengendalian binatang pengganggu


Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan,
diantaranya steril technique, citoplasmic incompatibility, dan choromosom
translocation. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

a. Menempatkan kandang ternak di luar rumah

b. Merekonstruksi rumah

c. Membuat ventilasi

d. Melapisi lantai dengan semen

e. Melapor ke puskesmas bila banyak tikus yang mati

f. Mengatur ketinggian tempat tidur setidaknya >20 cm dari lantai.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Vektor merupakan antropoda organisme hidup yang dapat memindahkan atau


menularkan agen penyakit dari seekor binatang atau seorang manusa kepada
binatang lainnya atau manusia lainnya.

Transmisi sebuah vektor saat menularkan penyakit adalah dengan cara,


sebagai berikut:

a. Kontak langsung, yaitu Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit


atau infestasi dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung.

b. Transmisi secara mekanis, misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan


makanan, dan trakoma oleh lalat. Secara karakteristik, arthropoda sebagai vector
mekanis membawa agens penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah,
ulkus superfisial atau eksudat.

c. Transmisi secara biologis, yaitu agens penyakit mengalami perubahan siklus


dengan atau tanpa multiplikasi di dalam tubuh arthropoda.

Metode yang digunakan dalam pengendalian vektor penyakit adalah dengan


melakukan pengendalian di lingkungan, pengendalian secara biologi, pengendalian
secara genetik, pengendalian secara kimia, dan upaya pengendalian binatang
pengganggu seperti menempatkan kandang ternak di luar rumah.

B. SARAN

Tiada kesempurnaan di dunia ini, kami sangat mengharapkan kritik maupun


saran dari makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Dan semoga
makalah yang telah kami susun bermanfaat bagi kita semua, Amiin.

DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Chandra. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kedokteran

EGC.

McKenzi, James F. Robert R. Pinger. dan Jerome E. Kotecki. 2007. Kesehatan

Masyarakat Suatu Pengantar Edisi 4. Jakarta : Kedokteran EGC.

Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin Nurul. 2009. ILmu Kesehatan Masyrakat : Teori

dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Soemirat, Slamet Juli. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada University.

Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan

Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.

Lampiran Soal Pilihan Ganda


1. Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa arthropoda
yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan
penyakit pada manusia disebut….
a. Vektor Penyakit
b. Kurir
c. Reservoir
d. Serangga penyakit
e. Hospes Penyakit
2. Pengendalian vector adalah Usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau memberantas
penyakit yang ditularkan oleh vektor atau ganguan (nuisanse) yang
diakibatkan oleh vector. Dibawah ini merupakan jenis pengendalian yang
dapat dilaukan adalah…
a. Pengendalian Biologis
b. Pengendalian Lingkungan
c. Pengendalian kimia
d. Pengendalian Kekuatan
e. Pengendalian genetik
3. Dibawah ini table yang menunjukkan hubungan yang benar antara vector
penyakit dan penyakit yang ditularkannya, kecuali…

Pilihan Vektor Penyakit


A. Nyamuk Malaria
B. Lalat Tse Tse Penyakit tidur ( Trypanosomiasis)
C. Anjing Rabies
D. Pinjal Pes
E. Nyamuk Kolera
4. Transmisi penyakit oleh vector dapat dilakukan melalui hal hal dibawah ini,
kecuali …
a. Gigitan oleh vector
b. Air liur anjing
c. Makanan terkontaminasi
d. Minuman Terkontaminasi
e. Kontak mata dengan vector
5. Penegendalian vektor dan binatang pengganggu harus menerapakan
bermacam-macam cara pengendalian, sehingga tetap berada di bawah garis
batas yang tidak merugikan dan membahayakan. Serta pengendalian tidak
menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologis terhadap tata lingkungan
hidup. Dibawah ini bentuk nyata pengendalian vector penyakit yang dapat
diterapkan dalm kehidupan sehari hari, kecuali
a. Penggunaan Insektisida yang sesuai dan ramah lingkungan
b. Menjaga kebersihan tempat tinggal
c. Menempatkan kandang peliharaan diluar rumah
d. Menyediakan ventilasi
e. Membiarkan wadah berisi air genangan hujan tanpa dibersihkan
selama berhari-hari

Anda mungkin juga menyukai