Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PARASITOLOGI II

“PENGENDALIAN VEKTOR BIOLOGI”

AMALIA KRISMONICA
PO.71.34.0.17.042

Dosen pembimbing:
Herry Hermansyah, AMAK, SKM, M.Kes

PRODI DIII NALIS KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2018-2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Tugas Parasitologi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dari beberapa sumber, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga Tugas Parasitologi ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Palembang, Oktober 2018

Penyusun

1
Daftar isi

Kata Pengantar.................................................................................................................. i

Daftar isi............................................................................................................................ ii

Bab I Pendahuluan........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................2

C. Tujuan...................................................................................................................... 2

D. Manfaat.................................................................................................................... 2

Bab II Pembahasan..........................................................................................................3

A. Vektor....................................................................................................................... 3

B. Pengendalian vektor.................................................................................................3

D. Pengendalian Vektor Biologi.....................................................................................5

Bab III Penutup................................................................................................................. 9

1. Kesimpulan...............................................................................................................9

2. Saran........................................................................................................................ 9

Daftar Pustaka................................................................................................................ 10

Glosarium....................................................................................................................... 11

2
3
Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu
Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia
kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan
kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai
perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang
dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan
manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai
perantara penularan penyakit malaria, deman berdarah, dan Phyluml chodata yaitu tikus
sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal
Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk
sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang
berfimgsi sebagai vektor dan binatang pengganggu.
Namun kedua phylum sangat berpengaruh didalam menyebabkan kesehatan pada
manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus di
tanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya
melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya
kesatu tingkat ertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan
manusia. Dalam hal ini untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya suatu
managemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses pelaksanaan yang
bertujuan untuk memurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak
membahayakan.
Jadi Pengendalian vektor adalah semua upaya yang dilakukan untuk menekan,
mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah rendahnya
sehigga tidak membahayakan kehidupan manusia.

1
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud vektor ?
b. Apa yang dimaksud pengendalian vektor ?
c. Apa yang dimaksud pengendalian vektor biologi?
d. Apa macam-macam pengendalian vektor biologi

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian vektor
b. Untuk mengetahui pengertian pengendalian vektor
c. Untuk mengetahui pengertian pengendalian vekor biologi
d. Untuk mengetahui macam-macam dari pengendalian vektor biologi

D. Manfaat
Agar dapat mengetahui pengertian dari vektor, pengendalian vektor, dan
pengendalian vekor biologi. Serta mengetahui macam-macam pengendalian vektor
secara biologi.

2
Bab II Pembahasan
A. Vektor
Vektor merupakan hewan arthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan
suatu patogen dari sumber infeksi kepada individu yang rentan terhadap patogen
tersebut. Hewan yang termasuk kelompok vektor sangat merugikan karena dapat
mengganggu manusia secara langsung dan menjadi perantara penularan penyakit.
Vektor adalah binatang yang membawa patogen atau bibit penyakit berupa parasit dan
virus dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya. Vektor dapat diartikan sebagai
organisme yang dapat menyalurkan sumber penyakit dari hewan ke hewan atau
manusia. Sebagai tambahan, arthropoda juga dianggap sebagai vektor penting dalam
penularan penyakit parasit dan virus tertentu.
Jenis-jenis Vektor.
Seperti telah diketahui vektor adalah Anthropoda yang dapat memindahkan/
menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang
rentan. Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciri-
ciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesar jumlahnya
karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang.

B. Pengendalian vektor
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi
berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau
menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor
dapat dicegah.
Menurut WHO (Juli Soemirat, 2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat
diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :
1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit
yang disebabkan oleh virus.
2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif,
terutama untuk penyakit parasiter.

3
3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit
dikendalikan.
4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.
5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang
bersayap

Ruang Lingkup Pengendalian Vektor


Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam upaya pengendalian
penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat besar seperti lalat, nyamuk,
tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan pengendalian vektor dapat berupa penyemprotan,
biological control, pemusnahan sarang nyamuk, dan perbaikan lingkungan.
Banyaknya tenda-tenda darurat tempat penanmpungan sementara para
pengungsi yang diperkirakan belum dilengkapai dengan berbagai fasilitas sanitasi dasar
yang sangat diperlukan, akibatnya banyak kotoran dan sampah yang tidak tertangani
dengan baik dan akan menciptakan breeding site terutama untuk lalat dan serangga
pangganggu lain. Hal ini akan menambah faktor resiko terjadinya penularan berbagai
penyakit.
Keberadaan lalat dan serangga-serangga pengganggu lain merupakan vektor
mekanik dari berbagai penyakit tertentu dan dari sisi lain keberadaan serangga tersebut
menyebabkan gangguan bagi sebagaian orang. Pengendalian dilakukan secepatnya
setelah kegiatan survei vektor dilakukan dengan berbagai cara termasuk menggunakan
insektisida.

Tujuan pengendalian vektor


1) menurunkan populasi vektor serendah mungkin secara cepat sehingga
keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di
suatu wilayah atau menghindari kontak dengan vektor sehingga penularan penyakit tular
vektor dapat dicegah.
2) Meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh binatang atau serangga pengganggu

Pengendalian vektor dibagi 2 macam:


1. Pengendalian secara alami

4
Berbagai contoh yang berhubungan dengan faktor ekologi yang sangat penting
artinya bagi perkembangan serangga adalah:
1. Adanya gunung, lautan, danau dan sungai yang luas yang merupakan rinangan bagi
penyebaran serangga.
2. Ketidakmampuan mempertahankan hidup beberapa spesies serangga di daerah yang
terletak di ketinggian tertentu dari permukaan laut.
3.a. Perubahan musim yang dapat menimbulkan angguan pada beberapa spesies
serangga
b. Iklim yang panas, udara kering dan anah tandus idak memungkinkan
perkembangbiakan sebagian besar serangga. Iklim yang panas atau yang dingin
unuk beberapa spesies tertentu tidak sesuai dengan kelestarian hidupnya.
c. Angin besar dan curah hujan yang tinggi dapat mengurangi jumlah populasi
serangga di suau daerah
4. Adanya burung, katak, cicak, binatang lain yang merupakan pemagsa serangga
5. Penyakit serangga
2. Pengendalian secara buatan
Pengendalian secara buatan dibagi menjadi 6 macam, diantaranya:
a) Pengendalian alami
b) Pengendalian secara buatan
c) Pengendalian biologis
d) Pengendalian kimiawi
e) Pengendalian genetika
f) Pengendalian legilslatif

D. Pengendalian Vektor Biologi


Pengendalian biologi adalah dengan memperbanyak pemangsa dan parasit
sebagai musuh alami bagi serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang
menjadi vektor atau hospes perantara
1. Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :
a. Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab
penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana
yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari

5
bagaimana caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan
penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b. Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga
steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi
tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggap terlalu mahal dan efisiensinya
masih perlu dikaji.

2. Beberapa parasit dari golongan nematoda, bakteri, protozoa, jamur dan virus
dapat dipakai sebagai pengendali larva nyamuk.
a. Artropoda juga dapat dipakai sebagai pengendali nyamuk dewasa.
Misalnya: Arrenurus madarazzi.
b. Predator atau pemangsa yang baik untuk pengendalian larva nyamuk antara lain
beberapa jenis ikan, larva nyamuk yang berukuran besar, dan larva capung dan
Crustaceae.
c. Parasit dari golongan nematoda: Romanomermis iyengari dan R. culiciforax,
menembus badan larva nyamuk, hidup sebagai parasit sampai larva mati, kemudian
mencari hospes baru.
d. Bakteri :
 Bacillus thuringiensis (sero type H-14) untuk pengendalian larva Anopheles.
 Bacillus sphaericus untuk pengendalian larva Culex quinquifasciatus.
 Bakteri lain yang dapat diharapkan: Bacillus pumilus danClostridium
bifermentans.
e. Protozoa: Pleistophora culicis dan Nosema algerae untuk pengendalian larva
nyamuk.
f. Virus sitoplasmik untuk pengendalian larva kupu.
g. Jamur Langenidium giganticum dan Coelomyces stemomilae baik untuk pengendalian
larva nyamuk. Jamur lainnya yang potensial: Tolypocladium
silindrosporum dan Culicinomyces clavisporus. Jamur-jamur tersebut untuk
pengendalian larva Anopheles, Aedes, Culex, Simulium dan Culicoides.

3. Ikan untuk pengendalian larva nyamuk :

6
 Panchax panchax (ikan kepala timah),
 Lebistus reticularis (guppy),
 Gambusia affinis (ikan gabus),
 Poecilia reticulata,
 Trichogaster trichopterus,
 Cyprinus carpio,
 Tilapia nilotica,
 Puntious binotatus,
 Rasbora lateristriata

4. Pembahasan Pengendalian Biologis


a. Predator
Pengendalian Biologi dilakukan dengan cara menyebarkan predator dan patogen
nyamuk di daerah endemis. Predator pemakan larva yang dapat digunakan untuk
mengendalikan nyamuk adalah ikan Poeciliareticulata, Gambussiaaffinis, ikan mas, ikan
lele dan larva nyamuk Toxorrhynchites, ke dalam tempat perindukan dari larva nyamuk
sehingga larva nyamuk yang ada di makan predator pemakan larva, sehingga populasi
larva di daerah perindukan larva menurun.
Labellula, atau masyarakat awam mengenal organisme tersebut sebagai Capung
(dragonfly) termasuk golongan serangga Anisoptera. Nimfa serangga tersebut yang
hidup di dalam air telah lama diketahui sebagai predator larva nyamuk baik di
laboratorium maupun di alam(Hadisuwono, 1997).
b. Patogen
Pengendalian vector menggunakan pathogen contohnya adalah pemanfaatan
bakteri Bacillusthuringiensis. Bacillus thuringiensistoksik terhadap larva nyamuk dan
hasilnya sangat efektif serta tidak menimbulkan kerugian pada manusia maupun hewan.
Bacillus thuringiensis memproduksi toksin yang menghancurkan sel-sel epitel inang
sehingga inang mati (Wakhyulianto, 2005).
Bakteri kitinolitik berpotensi pula sebagai pengendali biologi beberapa jenis fungi
patogen. Potensi lain dari bakteri kitinolitik yang sampai saat ini belum pernah dilaporkan
adalah kemungkinannya digunakan sebagai agen pengendali hayati terhadap nyamuk
khususnya As.Aegypti yang merupakan vector penyebab penyakit demam berdarah. Hal

7
ini didasarkan bahwa komponen eksoskeleton nyamuk tersebut tersusundari bahankitin
sehingga secara logika dapat didegradasi oleh enzim kitinase yang dihasilkan oleh
bakteri kitinolitik. Kerusakan struktur eksoskeleton larva nyamuk dapat berakibat pada
gangguan pertumbuhan dan kematian (Sri Pujiyanto, 2008).
Bakteri kitinolitik dapat menyebabkan kematian larva nyamuk.
Isolatbakterikitinolitik (LMB1-5 ) ini sangat berpotensi dikaji dan dikembangkan sebagai
galuruntuk pengendalian larva nyamuk Ae.aegypti. Bakteri kitinolitik merusak struktur
eksosekeleton pada larva, yang mengakibatkan terganggunya proses metabolism dari
larva, yang sangat memungkinkan menyebabkan terjadinya kematian dari larva nyamuk.
Selain berpengaruh terhadap kelangsungan hidup larva, bakteri kitinolitik juga
berpengaruh terhadap perubahan morfologi larva yaitu terbentuknya pupa danimago.
Pada perlakuan larva dengan bakteri kitinolitik, tidak ada satu ekorpun larva yang dapat
berubah menjadi pupa danimago. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa
eksoskeletondari larva telah mengalami kerusakan sehinggga tidak memungkinkan larva
mengalami metamorfosis (Sri Pujiyanto, 2008).
c. Parasit
Romanomermis iyengari. Merupakan organisme yang termasuk jenis cacing
Nematoda dan bersifat parasit pada larva nyamuk. Cacing tersebut tumbuh dan
berkembang jadi dewasa di dalam tubuh larva yang menjadiinangnya. Setelah dewasa
cacing tersebut keluar dari tubuh inangnya (larva) dengan jalan menyobek dinding tubuh
inang sehingga menyebabkan kematian inang tersebut (Hadisuwono, 1997).

8
Bab III Penutup

1. Kesimpulan
Pengendalian vektor adalah upaya untuk menekan, mengurangi, atau
menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah-rendahnya sehingga tidak
membahayakan kehidupan manusia. Pengendalian vektor dibagi menjadi dua, yaitu:
pengendalian vektor secara alami dan pengendalian secara buatan.
Dari pengendalian secara buatan tersebut terdapat pengendalian vektor biologi
yang termasuk dari pengendalian vektor buatan. Pengendalian vektor biologi merupakan
cara mengurangi populasi serangga dengan memperbanyak pemangsa dan parasit
sebagai musuh alami bagi serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang
menjadi vektor atau hospes perantara. Yang diantaranya, memelihara musuh alaminya
dan Mengurangi fertilitas insekta.

2. Saran
1. Pengendalian harus dilakukan secara terpadu direncenakan dan dilaksanakan untuk
jangka panjang, ditunjang dengan pemantauan yang berkelanjutan.
2. Untuk pengendalian vektor tidaklah dapat dilakukan jika pembasmian tidak
dilakukan secara tuntas, makan dapat dilakukan memasang kelambu pada tempat
tidur untuk mengurangi terjadinya penyebaran penyakit.

9
Daftar Pustaka

1. Chan YC, Chan KL, Ho BC. Vector control in Southeast Asia. Proceedings of the first
SEAMEO Workshop,1972.
2. Jonoski ST. Oomycete fungi for vector conrol: current status and prospect. Abstr 5th
ICP and MC, 1990;94-6.
3. Purnama, Sang Gede. (2015). [online]. Tersedia:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/f1712d37210d26689640e6433
276d186.pdf. [21 oktober 2018][22:22].
4. Staf Pengajar Departemen Parasitologi. FKUL 2008. Parasitologi Kedokteran,
Jakarta; Balai Penerbit FKUI.
5. WHO,1972. Vector Control in International Health. Genev.
6. Wongsin S, Ande. Biological Control of Mosquitoes in Thailand. J Sci Soc Thai 1984;
10(2):73-88.

10
Glosarium

1. Vektor : anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu


Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang
rentan.
2. Phylum : cabang. Biasanya kata ini dipakai dalam ilmu bahasa
perbandingan atau dalam ilmu biologi dalam menguraikan atau
mengklasifikasikan hubungan 'keluarga' antar jenis atau bahasa .
3. anthropoda : filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup
serangga, laba-laba, udang, lipan, dan hewan sejenis lainnya.
4. hospes : inang. hewan yang menderita kerugian akibat harus menberikan
makan parasit.
5. virus : parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
6. Panchax panchax : ikan kepala timah, sejenis ikan kecil penghuni perairan tawar,
anggota suku Aplocheilidae.
7. Cyprinus carpio : Ikan mas (Cyprinus carpio) termasuk jenis ikan konsumsi air
tawar. Ikan mas memiliki badan berbentuk memanjang dan
sedikit pipih ke samping (Compresed) dan mulutnya terletak di
ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil),
memiliki dua pasang sungut serta warna badan yang sangat
beragam.
8. Tilapia nilotica : dengan nama lain ikan nila, ikan pemakan segala (omnivora)
yang hidup di air tawar.

11

Anda mungkin juga menyukai