AMALIA KRISMONICA
PO.71.34.0.17.042
Dosen pembimbing:
Herry Hermansyah, AMAK, SKM, M.Kes
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Tugas Parasitologi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dari beberapa sumber, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga Tugas Parasitologi ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
1
Daftar isi
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar isi............................................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................... 2
D. Manfaat.................................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan..........................................................................................................3
A. Vektor....................................................................................................................... 3
B. Pengendalian vektor.................................................................................................3
1. Kesimpulan...............................................................................................................9
2. Saran........................................................................................................................ 9
Daftar Pustaka................................................................................................................ 10
Glosarium....................................................................................................................... 11
2
3
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu
Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia
kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat merugikan
kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai
perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang
dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan
manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai
perantara penularan penyakit malaria, deman berdarah, dan Phyluml chodata yaitu tikus
sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal
Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk
sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang
berfimgsi sebagai vektor dan binatang pengganggu.
Namun kedua phylum sangat berpengaruh didalam menyebabkan kesehatan pada
manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus di
tanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya
melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya
kesatu tingkat ertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan
manusia. Dalam hal ini untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya suatu
managemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses pelaksanaan yang
bertujuan untuk memurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak
membahayakan.
Jadi Pengendalian vektor adalah semua upaya yang dilakukan untuk menekan,
mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah rendahnya
sehigga tidak membahayakan kehidupan manusia.
1
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud vektor ?
b. Apa yang dimaksud pengendalian vektor ?
c. Apa yang dimaksud pengendalian vektor biologi?
d. Apa macam-macam pengendalian vektor biologi
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian vektor
b. Untuk mengetahui pengertian pengendalian vektor
c. Untuk mengetahui pengertian pengendalian vekor biologi
d. Untuk mengetahui macam-macam dari pengendalian vektor biologi
D. Manfaat
Agar dapat mengetahui pengertian dari vektor, pengendalian vektor, dan
pengendalian vekor biologi. Serta mengetahui macam-macam pengendalian vektor
secara biologi.
2
Bab II Pembahasan
A. Vektor
Vektor merupakan hewan arthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan
suatu patogen dari sumber infeksi kepada individu yang rentan terhadap patogen
tersebut. Hewan yang termasuk kelompok vektor sangat merugikan karena dapat
mengganggu manusia secara langsung dan menjadi perantara penularan penyakit.
Vektor adalah binatang yang membawa patogen atau bibit penyakit berupa parasit dan
virus dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya. Vektor dapat diartikan sebagai
organisme yang dapat menyalurkan sumber penyakit dari hewan ke hewan atau
manusia. Sebagai tambahan, arthropoda juga dianggap sebagai vektor penting dalam
penularan penyakit parasit dan virus tertentu.
Jenis-jenis Vektor.
Seperti telah diketahui vektor adalah Anthropoda yang dapat memindahkan/
menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang
rentan. Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciri-
ciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesar jumlahnya
karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang.
B. Pengendalian vektor
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi
berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau
menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor
dapat dicegah.
Menurut WHO (Juli Soemirat, 2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat
diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :
1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit
yang disebabkan oleh virus.
2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif,
terutama untuk penyakit parasiter.
3
3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit
dikendalikan.
4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.
5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang
bersayap
4
Berbagai contoh yang berhubungan dengan faktor ekologi yang sangat penting
artinya bagi perkembangan serangga adalah:
1. Adanya gunung, lautan, danau dan sungai yang luas yang merupakan rinangan bagi
penyebaran serangga.
2. Ketidakmampuan mempertahankan hidup beberapa spesies serangga di daerah yang
terletak di ketinggian tertentu dari permukaan laut.
3.a. Perubahan musim yang dapat menimbulkan angguan pada beberapa spesies
serangga
b. Iklim yang panas, udara kering dan anah tandus idak memungkinkan
perkembangbiakan sebagian besar serangga. Iklim yang panas atau yang dingin
unuk beberapa spesies tertentu tidak sesuai dengan kelestarian hidupnya.
c. Angin besar dan curah hujan yang tinggi dapat mengurangi jumlah populasi
serangga di suau daerah
4. Adanya burung, katak, cicak, binatang lain yang merupakan pemagsa serangga
5. Penyakit serangga
2. Pengendalian secara buatan
Pengendalian secara buatan dibagi menjadi 6 macam, diantaranya:
a) Pengendalian alami
b) Pengendalian secara buatan
c) Pengendalian biologis
d) Pengendalian kimiawi
e) Pengendalian genetika
f) Pengendalian legilslatif
5
bagaimana caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan
penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b. Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga
steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi
tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggap terlalu mahal dan efisiensinya
masih perlu dikaji.
2. Beberapa parasit dari golongan nematoda, bakteri, protozoa, jamur dan virus
dapat dipakai sebagai pengendali larva nyamuk.
a. Artropoda juga dapat dipakai sebagai pengendali nyamuk dewasa.
Misalnya: Arrenurus madarazzi.
b. Predator atau pemangsa yang baik untuk pengendalian larva nyamuk antara lain
beberapa jenis ikan, larva nyamuk yang berukuran besar, dan larva capung dan
Crustaceae.
c. Parasit dari golongan nematoda: Romanomermis iyengari dan R. culiciforax,
menembus badan larva nyamuk, hidup sebagai parasit sampai larva mati, kemudian
mencari hospes baru.
d. Bakteri :
Bacillus thuringiensis (sero type H-14) untuk pengendalian larva Anopheles.
Bacillus sphaericus untuk pengendalian larva Culex quinquifasciatus.
Bakteri lain yang dapat diharapkan: Bacillus pumilus danClostridium
bifermentans.
e. Protozoa: Pleistophora culicis dan Nosema algerae untuk pengendalian larva
nyamuk.
f. Virus sitoplasmik untuk pengendalian larva kupu.
g. Jamur Langenidium giganticum dan Coelomyces stemomilae baik untuk pengendalian
larva nyamuk. Jamur lainnya yang potensial: Tolypocladium
silindrosporum dan Culicinomyces clavisporus. Jamur-jamur tersebut untuk
pengendalian larva Anopheles, Aedes, Culex, Simulium dan Culicoides.
6
Panchax panchax (ikan kepala timah),
Lebistus reticularis (guppy),
Gambusia affinis (ikan gabus),
Poecilia reticulata,
Trichogaster trichopterus,
Cyprinus carpio,
Tilapia nilotica,
Puntious binotatus,
Rasbora lateristriata
7
ini didasarkan bahwa komponen eksoskeleton nyamuk tersebut tersusundari bahankitin
sehingga secara logika dapat didegradasi oleh enzim kitinase yang dihasilkan oleh
bakteri kitinolitik. Kerusakan struktur eksoskeleton larva nyamuk dapat berakibat pada
gangguan pertumbuhan dan kematian (Sri Pujiyanto, 2008).
Bakteri kitinolitik dapat menyebabkan kematian larva nyamuk.
Isolatbakterikitinolitik (LMB1-5 ) ini sangat berpotensi dikaji dan dikembangkan sebagai
galuruntuk pengendalian larva nyamuk Ae.aegypti. Bakteri kitinolitik merusak struktur
eksosekeleton pada larva, yang mengakibatkan terganggunya proses metabolism dari
larva, yang sangat memungkinkan menyebabkan terjadinya kematian dari larva nyamuk.
Selain berpengaruh terhadap kelangsungan hidup larva, bakteri kitinolitik juga
berpengaruh terhadap perubahan morfologi larva yaitu terbentuknya pupa danimago.
Pada perlakuan larva dengan bakteri kitinolitik, tidak ada satu ekorpun larva yang dapat
berubah menjadi pupa danimago. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa
eksoskeletondari larva telah mengalami kerusakan sehinggga tidak memungkinkan larva
mengalami metamorfosis (Sri Pujiyanto, 2008).
c. Parasit
Romanomermis iyengari. Merupakan organisme yang termasuk jenis cacing
Nematoda dan bersifat parasit pada larva nyamuk. Cacing tersebut tumbuh dan
berkembang jadi dewasa di dalam tubuh larva yang menjadiinangnya. Setelah dewasa
cacing tersebut keluar dari tubuh inangnya (larva) dengan jalan menyobek dinding tubuh
inang sehingga menyebabkan kematian inang tersebut (Hadisuwono, 1997).
8
Bab III Penutup
1. Kesimpulan
Pengendalian vektor adalah upaya untuk menekan, mengurangi, atau
menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah-rendahnya sehingga tidak
membahayakan kehidupan manusia. Pengendalian vektor dibagi menjadi dua, yaitu:
pengendalian vektor secara alami dan pengendalian secara buatan.
Dari pengendalian secara buatan tersebut terdapat pengendalian vektor biologi
yang termasuk dari pengendalian vektor buatan. Pengendalian vektor biologi merupakan
cara mengurangi populasi serangga dengan memperbanyak pemangsa dan parasit
sebagai musuh alami bagi serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang
menjadi vektor atau hospes perantara. Yang diantaranya, memelihara musuh alaminya
dan Mengurangi fertilitas insekta.
2. Saran
1. Pengendalian harus dilakukan secara terpadu direncenakan dan dilaksanakan untuk
jangka panjang, ditunjang dengan pemantauan yang berkelanjutan.
2. Untuk pengendalian vektor tidaklah dapat dilakukan jika pembasmian tidak
dilakukan secara tuntas, makan dapat dilakukan memasang kelambu pada tempat
tidur untuk mengurangi terjadinya penyebaran penyakit.
9
Daftar Pustaka
1. Chan YC, Chan KL, Ho BC. Vector control in Southeast Asia. Proceedings of the first
SEAMEO Workshop,1972.
2. Jonoski ST. Oomycete fungi for vector conrol: current status and prospect. Abstr 5th
ICP and MC, 1990;94-6.
3. Purnama, Sang Gede. (2015). [online]. Tersedia:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/f1712d37210d26689640e6433
276d186.pdf. [21 oktober 2018][22:22].
4. Staf Pengajar Departemen Parasitologi. FKUL 2008. Parasitologi Kedokteran,
Jakarta; Balai Penerbit FKUI.
5. WHO,1972. Vector Control in International Health. Genev.
6. Wongsin S, Ande. Biological Control of Mosquitoes in Thailand. J Sci Soc Thai 1984;
10(2):73-88.
10
Glosarium
11