Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENULAR PENYAKIT


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Kesehatan Lingkungan Dasar
Dosen Pengampu : Yulia Khairina Ashar, SKM, MKM

Disusn Oleh:
Sem. III / Kelompok 12
1. Mawar Aryulika (0801221119)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UINSU MEDAN 2023/2024

0
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha esa yang senantiasa
memberikan nikmat iman dan sehat. Berkat rida-Nya, Kami dapat menyelesaikan salah
satu tugas makalah dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Penyusun
makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Kesehatan
Lingkungan dasar yang berjudul “PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG
PENULAR PENYAKIT” Makalah ini kami susun sebagai upaya untuk memberikan
wawasan mendalam tentang strategi serta pentingnya pengendalian vektor dan peran
binatang dalam penyebaran penyakit.
Dalam makalah ini, kami berharap pembaca dapat mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang bagaimana upaya-upaya pengendalian ini dilakukan, serta bagaimana
pentingnya peran kolaborasi antarinstansi dan masyarakat dalam meminimalisir risiko
penularan penyakit.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi
pemahaman kita bersama tentang strategi pengendalian vektor dan binatang penular
penyakit, serta mendorong kesadaran akan pentingnya peran preventif dalam menjaga
kesehatan masyarakat. Kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber informasi yang
bermanfaat bagi pembaca, terutama dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya
ergonomi pada lanjut usia. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan tugas kelompok makalah ini, khususnya kepada ibu Yulia
Khairina Ashar, SKM, MKM, selaku dosen pengampu mata kuliah Kesehatan
Lingkungan Dasar.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami
mohon maaf. Kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa
membuat karya makalah lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Medan, 13 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Definisi Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit..............................................3
A. Metode Pengendalian Vektor............................................................................................4
B. Macam Pengendalian Vektor.............................................................................................5
2.2 Definisi Biomonik dan Cara Penularannya.......................................................................7
2.3 Ekologi dan Penyakit akibat Vektor..................................................................................9
2.4 Langkah- langkah Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit.......................11
BAB III PENUTUP......................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vektor adalah organisme, seperti nyamuk, tikus, atau serangga lainnya, yang
membawa dan menyebarkan penyakit dari satu individu ke individu lainnya atau dari satu
tempat ke tempat lainnya. Binatang penular penyakit juga dapat menjadi reservoir atau
tempat penyimpanan penyakit yang dapat menularkan penyakit kepada manusia. Penyakit
yang ditularkan oleh vektor dan binatang ini, seperti malaria, demam berdarah,
chikungunya, Lyme, dan Zika, memiliki dampak yang serius terhadap kesehatan manusia.
Hal ini dapat mengakibatkan kematian, menurunkan produktivitas, dan membebani
sistem kesehatan masyarakat.

Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit menjadi fokus utama dalam
bidang kesehatan masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit. Pendekatan
pengendalian ini mencakup beberapa strategi, seperti penggunaan insektisida untuk
mengendalikan populasi vektor, penghapusan tempat perindukan atau perkembangbiakan
vektor, penggunaan jaringan atau perlindungan tubuh, serta pendidikan masyarakat
tentang cara pencegahan penyakit. Namun, pengendalian vektor juga memiliki tantangan
tersendiri, termasuk resistensi vektor terhadap insektisida, masalah lingkungan terkait
penggunaan insektisida yang berlebihan, serta perubahan iklim yang dapat mempengaruhi
persebaran vektor dan penyakit yang mereka bawa.

Dalam makalah ini, akan dibahas secara mendalam tentang berbagai strategi
pengendalian vektor dan binatang penular penyakit, tantangan yang dihadapi, serta
pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat dalam
upaya pencegahan penyebaran penyakit yang ditularkan oleh vektor dan binatang
penular. Diharapkan pemahaman yang lebih baik tentang pengendalian ini akan
membantu dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat secara global.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengendalian vektor dan binatang penular penyakit?

2. Definisi biomonik dan cara penularannya?

3. Apa yang dimaksud dengan Ekologi dan penyakit Akibat Vektor?

4. Langkah -Langkah Pengendalian Vektor dan Binatang penular penyakit?

1.3 Tujuan
1. Memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pembaca mengenai konsep, pentingnya,
dan implikasi manajemen sarana, peralatan, dan logistik dalam konteks organisasi
kesehatan.
2. Memberikan upaya mengendalikan penyakit yang ditularkan oleh vektor dan binatang
penular
3. Mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam pengendalian vektor dan binatang
penular penyakit
4. Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian vektor dan binatang penular penyakit

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit


Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit merupakan serangkaian tindakan atau
strategi yang dilakukan untuk mengurangi atau mengontrol populasi vektor (organisme
penular) dan binatang yang berperan dalam penyebaran penyakit tertentu pada manusia,
hewan, atau tanaman.

1. Vektor Penyakit: Vektor adalah organisme, seperti nyamuk, kutu, kecoa, tikus, atau
serangga lainnya, yang bertindak sebagai pembawa atau penyebar penyakit dari satu individu
ke individu lain atau dari satu tempat ke tempat lain. Contohnya adalah nyamuk yang
membawa virus malaria atau demam berdarah.

2. Binatang Penular: Binatang penular penyakit adalah hewan yang dapat menjadi
reservoir (tempat penyimpanan) penyakit dan menularkannya kepada manusia. Contoh
termasuk hewan pengerat yang membawa bakteri penyebab penyakit seperti leptospirosis.

Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit melibatkan beberapa strategi:

o Penggunaan Insektisida dan Pestisida: Penggunaan zat kimia untuk


membunuh atau mengurangi populasi vektor yang bertindak sebagai
pembawa penyakit.
o Pengelolaan Lingkungan: Mengurangi tempat perindukan atau habitat
vektor dan binatang penular untuk menghambat perkembangbiakan
mereka.
o Pencegahan dan Perlindungan: Menggunakan jaringan atau perlindungan
tubuh seperti kelambu anti nyamuk atau pakaian pelindung untuk
mencegah gigitan vektor.
o Pendidikan Masyarakat: Memberikan pengetahuan kepada masyarakat
tentang cara-cara pencegahan penyakit dan pentingnya menjaga
lingkungan yang bersih.

3
Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit merupakan bagian penting dari upaya
pencegahan penyakit yang menular dan dapat berperan dalam mengurangi dampaknya
terhadap kesehatan manusia, hewan, dan ekosistem secara keseluruhan. Strategi ini seringkali
memerlukan kolaborasi lintas sektor, termasuk lembaga kesehatan, lingkungan, pertanian,
serta partisipasi aktif dari masyarakat untuk mencapai keberhasilan dalam mengendalikan
penyebaran penyakit.

Pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk menekan angka kesakitan dan


kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat.
Masalah umum yang dihadapi adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka
pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan
lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang
biaknya vektor penyakit. Penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara endemis maupun sebagai penyakit baru
yang berpotensi menimbulkan wabah.

Dalam PERMENKES RI No 374/MENKES/PER/III/2010, pengendalian vektor adalah

semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk:

1) Menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi


beresiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau
2) Menghindari kontak dengan vekor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicapai
dengan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) merupakan pendekatan yang menggunakan
kombinasi beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas
keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan
kelestarian keberhasilannya.

A. Metode Pengendalian Vektor

Metode pengendalian vektor bertujuan untuk memutuskan rantai kehidupan vektor pada
tingkat kehidupan yang paling lemah, baik tingkat pradewasa maupun dewasa. Tujuan
pengendalian vektor adalah :

4
a) Menghindari atau mengurangi gigitan vektor
b) Membunuh vektor terinfeksi parasit (utama)
c) Membunuh vektor stadium pradewasa
d) Menghilangkan atau mengurangi habitat vektor

Pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam

penyakit karena berbagai alasan :

a) Penyakit ada belum ada vaksin atau obatnya, seperti hampir semua penyakit yang
disebabkan oleh virus.
b) Belum ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif,
teruama untuk penyakit parasiter.
c) Berbagai penyakit didapat pada anyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan
d) Penyakit epat manjalar, karena vektornya yang bergerak cepat, seperti insekta yang
bersayap.
e) Sering menimbulkan cacat dan kematian, seperti filariasis, malaria, dan demam berdarah
dengue (DBD).

B. Macam Pengendalian Vektor


1. Pengendalian Kimiawi

Pengendalian vektor selama 30-40 tahun terakhir ini dilakukan secara kimiawi dengan
menggunakan insektisida. Hasil yang dicapai cukup memadai, tetapi karena pemberantasan
tersebut terputus-putus akibat masalah politis, maka terjadi resistensi vektor terhadap insektisida.
Selain itu, insektisida yang digunakan bersifat persisten (DOT) sehingga terjadi pencemaran
lingkungan. Karenanya dibutuhkan jenis insektisida yang baru lagi mudah terurai. Jadi
pemberantasan kimiawi ini menjadi semakin mahal. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang
cepat membutuhkan lebih banyak lahan untuk bercocok tanam, bermukim dan berkarya,
sehingga terjadi sarang-sarang insekta baru, terutama di daerah kumuh dan persawahan,
persampahan dan

drainase.

2. Pengendalian Biologi

5
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni:

1) Memelihara musuh alaminya

Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk
ini perlu diteliti lebih Ian jut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan
efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ini perlu juga dicari bagaimana caranya untuk
melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini apabila populasi
vektor sudah terkendali jumlahnya.

2) Mengurangi fertilitas insekta.

Untuk cara kedua ini pemah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan
menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat
menetas. Cara kedua ini dianggap masih terlalu mahal, dan efisiensinya masih perlu dikaji.

3) Pengendalian Rekayasa

Pengendalian secara rekayasa pada hakekatnya ditujukan untuk mengurangi sarang insekta
(breeding places) dengan melakukan pengelolaan lingkungan, yakni melakukan manipulasi dan
modifkasi lingkungan. Manipulasi adalah tindakan sementara sehingga keadaan tidak menunjang
kehidupan vektor. Sebagai contoh adalah perubahan niveau air atau membuat pintu air sehingga
salinitas air dapat diatur. Modifikasi adalah tindakan untuk memperbaiki kualitas lingkungan
secara permanen, seperti pengeringan, penimbunan genangan, perbaikan tempat pembuangan
sampah sementara maupun akhir (TPS,TPA), dan konstruksi serta pemeliharaan saluran drainase.

Pada hakekatnya pengelolaan ini bersifat lebih permanen ( jangka panjang) dibanding dengan
cara kimiawi, tetapi memerlukan modal awal yang cukup tinggi, sehingga di negara berkembang
pengendalian vektor secara rekayasa sering kali menjadi terkebelakang. Saat ini, pengendalian
vektor sebaiknya menjadi suatu program kerja yang terpadu dalam semua proyek pembangunan,
mengingat bahwa pembangunan dapat menimbulkan sarang insekta, sehingga di satu fihak
diinginkan peningkatan kesejahteraan ataupun mencegah penyakit (penyakit diare dengan
memberi penyediaan air bersih), tetapi di lain pihak proyek tadi menimbulkan penyakit baru,
bawaan vektor (genangan air buangan, bak mandi sebagai sarang nyamuk Aedes penyebar DHF).

6
2.2 Definisi Biomonik dan Cara Penularannya
Bionomik atau bionomi adalah studi tentang interaksi antara organisme hidup dengan
lingkungannya, terutama dalam konteks perilaku, distribusi, reproduksi, dan adaptasi mereka
terhadap lingkungan. Dalam konteks pengendalian vektor dan penularan penyakit, bionomik
sering kali digunakan untuk memahami siklus hidup, perilaku perkembangbiakan, dan pola
distribusi populasi vektor atau binatang penular.

Cara penularan penyakit oleh vektor atau binatang penular bisa bervariasi tergantung pada
spesiesnya dan jenis penyakit yang dibawanya. Beberapa cara penularan yang umum melalui
vektor atau binatang penular antara lain:

a) Gigitan atau Sengatan: Vektor seperti nyamuk, kutu, lalat, atau serangga lainnya bisa
menularkan penyakit melalui gigitan atau sengatan. Mereka dapat menginfeksi
inangnya dengan patogen (virus, bakteri, parasit) yang kemudian ditularkan ke inang
lain saat mereka menggigit untuk makan.
b) Kontak Langsung: Beberapa penyakit dapat ditularkan melalui kontak langsung
dengan binatang penular yang terinfeksi. Misalnya, penyakit dapat ditularkan melalui
air liur, air seni, atau feses hewan yang terinfeksi.
c) Penggunaan Darah yang Terkontaminasi: Beberapa penyakit, seperti demam kuning
atau penyakit Lyme, dapat ditularkan melalui gigitan serangga atau kutu yang
terinfeksi dan menularkan patogen melalui darahnya.
d) Paparan Lingkungan yang Terkontaminasi: Kadang-kadang, penyakit dapat
ditularkan melalui paparan lingkungan yang terkontaminasi oleh vektor atau binatang
penular. Contohnya adalah parasit yang menyebar melalui tanah atau air yang telah
terkontaminasi oleh tinja hewan yang terinfeksi.
e) Perantaraan Tertentu: Beberapa vektor atau binatang penular bertindak sebagai
perantara yang memungkinkan penyakit untuk berkembang dalam tubuh mereka
sebelum ditularkan ke inang lain. Contoh klasik adalah nyamuk yang bertindak
sebagai perantara antara manusia dan parasit penyebab malaria.

7
Studi bionomik membantu dalam memahami siklus hidup, habitat, dan perilaku vektor
atau binatang penular, yang pada gilirannya memungkinkan pengembangan strategi pengendalian
yang lebih efektif untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan oleh mereka.

Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa vektor merupakan arthropoda
yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia.
Vektor adalah adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tapi menyebarkannya dengan
membawa patogen dari satu inang ke yang lain. Berbagai jenis nyamuk, sebagai contoh, berperan
sebagai vektor penyakit malaria yang mematikan. Dalam terapi gen, virus dapat dianggap
sebagai vektor jika telah direkayasa ulang dan digunakan untuk mengirimkan suatu gen ke sel
targetnya. "Vektor" dalam pengertian ini berfungsi sebagai kendaraan untuk menyampaikan
materi genetik seperti DNA ke suatu sel.

a. Cara penularan penyakit oleh vektor ini dapat secara mekanik atau disebut juga
penyebaran pasif, yakni pindahnya bibit penyakit yang dibawa vektor kepada bahan-
bahan yang digunakan manusia (umumnya makanan), dan jika makanan tersebut
dimakan oleh manusia maka timbul penyakit.Contoh :

• Lalat rumah : Desentri, Kolera, Tipus

• Kecoa/Kecoa : sda

• Kutu busuk : iritasi

b. Penularan secara biologik yang disebut pula penyebaran aktif. Disini bibit penyakit hidup
serta berkembang biak di dalam tubuh vektor dan jika vektor tersebut menggigit manusia,
maka bibit penyakit masuk ke dalam tubuh sehingga timbul penyakit. Contoh :

• Nyamuk : Malaria, Filariasis, DBD, Chikungunya, JE

• Tungau : Demam semak

• Pinjal : pes

Vektor biologi merupakan vektor yang membawa agent penyakit dimana agent
penyakitnya mengalami perubahan bentuk dan jumlah dalam tubuh vektor. Vektor Biologi
terbagi atas 3 berdasarkan perubahan agent dalam tubuh vektor, yaitu :

8
a) Cyclo Propagative

Cyclo propagative yaitu dimana infeksius agent mengalami perubahan bentuk dan
pertambahan jumlah dalam tubuh vektor maupun dalam tubuh host. Misalnya, plasmodium
dalam tubuh nyamuk anopheles betina.

b) Cyclo Development

Cyclo development yaitu dimana infeksius agent mengalami perubahan bentuk namun tidak
terjadi pertambahan jumlah dalam tubuh vektor maupun dalam tubuh host. Misalnya,
microfilaria dalam tubuh manusia.

c) Propagative

Propagative yaitu dimana infeksius agent tidak mengalami perubahan bentuk namun terjadi
pertambahan jumlah dalam tubuh vektor maupun dalam tubuh host. Misalnya, Pasteurella pestis
dalam tubuh xenopsila cheopis

2.3 Ekologi dan Penyakit akibat Vektor


Hubungan antara ekologi dan penyakit yang disebabkan oleh vektor (seperti nyamuk,
kutu, lalat, dan serangga lainnya) sangat erat. Ekologi memainkan peran penting dalam
penyebaran, perkembangan, dan prevalensi penyakit yang ditularkan oleh vektor. Beberapa
aspek hubungan ini meliputi:

1. Habitat dan Perilaku Vektor:

 Tempat Perindukan: Lingkungan tempat vektor berkembang biak, seperti genangan air
untuk nyamuk, mempengaruhi jumlah populasi vektor. Ekosistem yang menyediakan
tempat perindukan yang baik dapat menyebabkan peningkatan populasi vektor,
meningkatkan risiko penularan penyakit.

9
 Perilaku Makan: Pola makan vektor (misalnya, nyamuk yang menyukai darah manusia
atau hewan tertentu) juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti keberadaan inang
atau sumber makanan yang cocok.

2. Ketersediaan Sumber Daya:

 Faktor Iklim: Variabilitas iklim, seperti suhu, curah hujan, dan musim, mempengaruhi
persebaran vektor dan penyakit yang mereka bawa. Misalnya, peningkatan suhu dapat
memperluas wilayah geografis di mana vektor dapat hidup dan berkembang biak.
 Lingkungan Manusia: Perubahan dalam lingkungan manusia, seperti urbanisasi atau
perubahan pola penggunaan lahan, juga dapat mempengaruhi ekologi vektor dan
menyebabkan peningkatan atau penurunan risiko penularan penyakit.

3. Interaksi dengan Inang:

 Keberadaan Inang dan Reservoir: Ekologi vektor terkait erat dengan keberadaan inang
atau reservoir penyakit. Reservoir adalah organisme yang menyimpan patogen dan dapat
mentransmisikannya ke vektor, mempengaruhi tingkat penyebaran penyakit.

4. Kontrol Penyakit dan Pengendalian Vektor:

 Pendekatan Ekologis dalam Pengendalian: Strategi pengendalian penyakit yang berbasis


ekologi sering kali mengintegrasikan pengetahuan tentang lingkungan vektor dengan
usaha pencegahan. Ini bisa termasuk pengelolaan habitat, penggunaan insektisida yang
tepat, atau pendekatan yang lebih holistik untuk mengurangi risiko penularan.

Penyakit yang ditularkan oleh vektor memiliki keterkaitan erat dengan prinsip-prinsip
ekologi. Beberapa konsep ekologi yang penting dalam pemahaman penyakit akibat vektor antara
lain:

a. Habitat dan Distribusi Vektor: Pemahaman tentang habitat dan distribusi vektor
merupakan bagian penting dari ekologi. Ini membantu dalam memahami di mana
vektor dapat ditemukan, bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungannya, dan
bagaimana penyebaran penyakit dapat diprediksi.
b. Siklus Hidup Vektor dan Patogen: Ekologi memainkan peran penting dalam
memahami siklus hidup vektor dan patogen penyakit yang mereka bawa. Studi

10
ekologi membantu dalam mengidentifikasi tempat perindukan, perilaku
perkembangbiakan, dan interaksi antara vektor dan patogen, yang pada gilirannya
mempengaruhi penyebaran penyakit.
c. Interaksi Antara Spesies: Ekologi juga mempelajari interaksi antara spesies, termasuk
interaksi antara vektor, patogen, dan inang. Interaksi ini dapat mempengaruhi
keberadaan penyakit dalam populasi inang dan menyebabkan perubahan dalam
dinamika penyakit.
d. Perubahan Lingkungan dan Penyakit: Perubahan lingkungan, termasuk perubahan
iklim atau perubahan habitat, dapat mempengaruhi distribusi vektor dan patogen.
Ekologi membantu dalam memahami dampak perubahan lingkungan terhadap
penyebaran penyakit.

Dengan pemahaman tentang ekologi, termasuk faktor-faktor lingkungan dan interaksi


antara organisme, kita dapat mengembangkan strategi pengendalian yang lebih efektif untuk
mencegah dan mengurangi penyebaran penyakit yang ditularkan oleh vektor.

2.4 Langkah- langkah Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit


Terdapat beberapa langkah yang umumnya dilakukan dalam pengendalian vektor dan
binatang penular penyakit. Ini meliputi pendekatan yang beragam untuk mengurangi populasi
vektor, menghambat penularan penyakit, dan melindungi masyarakat dari risiko penyebaran
penyakit yang ditularkan oleh vektor dan binatang penular. Beberapa langkah utama meliputi:

a. Pengawasan dan Pemantauan Populasi Vektor: Melakukan pemantauan terhadap populasi


vektor yang terlibat dalam penularan penyakit. Ini meliputi pengumpulan data tentang
distribusi, kelimpahan, dan aktivitas vektor untuk membantu dalam perencanaan strategi
pengendalian yang tepat.
b. Pengendalian Lingkungan: Mengurangi atau mengelola habitat tempat vektor
berkembang biak. Ini dapat mencakup menghilangkan genangan air yang menjadi tempat
berkembang biak nyamuk atau mengurangi vegetasi yang menjadi tempat persembunyian
vektor.
c. Penggunaan Insektisida dan Pestisida: Penggunaan zat kimia seperti insektisida atau
pestisida untuk mengurangi populasi vektor. Penggunaan ini biasanya dilakukan secara

11
selektif dan dengan pertimbangan yang hati-hati terhadap dampak lingkungan dan
resistensi vektor terhadap zat kimia tersebut.
d. Metode Biologis: Menerapkan metode biologis untuk mengendalikan populasi vektor.
Contohnya adalah penggunaan agen pengendali hayati (misalnya, bakteri atau jamur)
yang secara alami mengontrol populasi vektor tanpa menimbulkan dampak yang
berlebihan pada lingkungan.
e. Pencegahan Personal: Memberikan perlindungan pribadi kepada individu, seperti
menggunakan kelambu anti-nyamuk, menggunakan repelan serangga, atau mengenakan
pakaian pelindung untuk menghindari gigitan vektor.
f. Vaksinasi dan Pengobatan: Menerapkan program vaksinasi jika tersedia untuk penyakit
yang ditularkan oleh vektor. Selain itu, pengobatan yang tepat diberikan kepada individu
yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.
g. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
cara-cara pencegahan, tanda dan gejala penyakit, serta pentingnya partisipasi aktif dalam
upaya pengendalian vektor dan binatang penular. Hal ini penting untuk memotivasi
masyarakat dalam melaksanakan tindakan pencegahan.

Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit sering kali merupakan usaha yang
kompleks dan memerlukan pendekatan terpadu serta kerja sama lintas sektor dan lintas disiplin
ilmu untuk mencapai hasil yang optimal. Strategi pengendalian yang dipilih harus
mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat secara
holistik.

12
BAB III

PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dalam kesimpulan tentang pengendalian vektor dan binatang penular penyakit, ada
beberapa poin kunci yang dapat disampaikan:
a. Peran Penting Pengendalian Vektor dan Binatang Penular: Pengendalian vektor dan
binatang penular penyakit memiliki dampak yang signifikan dalam menjaga kesehatan
masyarakat. Upaya ini tidak hanya melibatkan pengurangan populasi vektor, tetapi juga
pemahaman mendalam tentang perilaku, habitat, dan siklus hidup mereka.
b. Kompleksitas Tantangan: Tantangan dalam mengendalikan vektor dan binatang penular
sangat beragam. Resistensi terhadap insektisida, perubahan lingkungan, mobilitas global,
dan kemampuan adaptasi vektor menjadi beberapa kendala utama yang harus diatasi.
c. Strategi Terpadu dan Multidisiplin: Pentingnya strategi terpadu yang melibatkan
pendekatan multidisiplin dari berbagai bidang, termasuk kesehatan, lingkungan,
pertanian, dan pendidikan masyarakat. Kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan untuk
memperkuat upaya pengendalian.
d. Pencegahan Lebih Baik dari Pengobatan: Pendidikan masyarakat tentang pencegahan
penyakit yang ditularkan oleh vektor menjadi kunci. Kesadaran akan tindakan
pencegahan, seperti penggunaan kelambu anti nyamuk, sanitasi yang baik, dan
pemantauan lingkungan, dapat secara signifikan mengurangi risiko penularan penyakit.
e. Penelitian Lanjutan dan Inovasi: Keterlibatan dalam penelitian yang berkelanjutan dan
inovasi menjadi esensial. Pengembangan teknologi baru, penemuan vaksin, atau strategi
pengendalian yang lebih efektif akan memainkan peran penting dalam mengatasi
tantangan yang terus berkembang.
f. Implikasi Global: Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit memiliki implikasi
global. Dalam era mobilitas yang tinggi, ancaman penyakit menular dapat menyebar
dengan cepat di seluruh dunia. Kolaborasi internasional dan upaya bersama menjadi
sangat penting untuk menghadapi ancaman global ini.

Dalam kesimpulan, penting untuk diingat bahwa pengendalian vektor dan binatang
penular penyakit adalah upaya yang memerlukan komitmen jangka panjang, koordinasi yang
solid, inovasi berkelanjutan, dan partisipasi aktif dari masyarakat. Hanya dengan
menggabungkan berbagai strategi ini, kita dapat mengurangi beban penyakit yang ditularkan

13
oleh vektor dan binatang penular serta meningkatkan kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.

1.2 Saran

Semoga makalah ini memiliki banyak manfaat bagi mahasiswa maupun kalangan
umum dalam menambah wawasan ataupun pengetahuan terkait dengan latar belakang,
bentuk-bentuk, dan sistem pendidikan luar di negara maju yang dimana agar pendidikan
luar sekolah dapat dikenali seluruh lapisan masyarakat tidak hanya mahasiswa. Dan
semoga makalah ini berguna untuk memperbanyak pengetahuan terkait pendidikan luar
sekolah dan penerapan nya dalam dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Hershey, A. E., Lima, A. R., Niemi, G. J., & Regal, R. R. (1998). Effects of Bacillus

thuringiensis israelensis (BTI) and methoprene on nontarget macroinvertebrates in

Minnesota wetlands. Ecological Applications, 8(1), 41-60.

Kartohardjono, A. (2011). Penggunaan musuh alami sebagai komponen pengendalian hama

padi berbasis ekologi. Pengembangan Inovasi Pertanian, 4(1), 29-46.

Kurucz, N., Whelan, P. I., Carter, J. M., & Jacups, S. P. (2009). A geospatial evaluation of

Aedes vigilax larval control efforts across a coastal wetland, Northern Territory,

Australia. Journal of Vector Ecology, 34(2), 317-323.

Kemenkes RI. (2017). Permenkes Nomor 50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu

Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor Dan Binatang

Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya.

Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Penggunaan Insektisida (Pestisida) Dalam

Pengendalian Vektor. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan. Jakarta

Walton, W. E., Workman, P. D., Randall, L. A., Jiannino, J. A., & Offill, Y. A. (1998).

Effectiveness of control measures against mosquitoes at a constructed wetland in

southern California. Journal of vector ecology, 23, 149-160

World Health Organization. Pesticides and Their Aplication For The Control vectors and
Pest
14
of public Health Importance. Sixth Edition. Departemen of Control of Neclated

Tropical Disease , WHO Pesticide evaluation schemes (WHOPES), WHO, Geneva

Wirawan Indrosancoyo Adi. 2006. Insektisida Pemukiman. Dalam Sigit HS, Hadi UK. Hama

Pemukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Unit Kajian

Pengendalian Hama Pemukiman Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor (ID). Hlm

315-356

15

Anda mungkin juga menyukai