Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MASALAH SOSISAL BUDAYA DAN KESEHATAN


WANITA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Sosioantroplogi Kesehatan


Dosen Pengampu : Zulfadli Lingga, S.Sos.I, M.Psi

Disusun oleh:
Kelompok 5 (IKM-9)

1. Avio Andhara Perdana Putra (0801222418)


2. Vazira Nurul Assyfa (0801221130)
3. Widya Sari (0801221133)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN

MASYARAKAT UIN SUMATERA UTARA MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Masalah Sosial Budaya Dan Kesehatan
Wanita" ini dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Sosioantropologi kesehatan.


Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi kami sendiri.

Tak lupa pula, kami sebagai pemakalah mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Zulfadli Lingga, S.Sos.I, M.Psi selaku dosen Mata kuliah Sosiantroplogi kesehatan. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.

Kami selaku pemakalah, menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 15 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................................................2
BAB II .....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN .....................................................................................................................................3
2.1 Kekerasan Terhadap Wanita ................................................................................................3
2.2 Fakta Kekerasan Terhadap Wanita di Sepanjang Siklus Hidupnya ................................5
2.3 Kesehatan Jiwa Wanita .........................................................................................................8
2.4 Teknik Meningkatkan Kesejahteraan Jiwa ............................................................................. 10
BAB III ................................................................................................................................................ 13
PENUTUP ........................................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 13
B. Saran ...................................................................................................... …………………………….…13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi1. World Health Organization (WHO)
dalam Nikmah menyatakan bahwa masalah kesehatan reproduksi wanita yang buruk telah
mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang menyerang para wanita di seluruh dunia 2.
Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sejak lama menjadi persoalan bagi wanita adalah
masalah keputihan3.
Keputihan atau yang disebut juga dengan istilah white discharge atau vaginal discharge,
atau leukore atau flour albus. Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina
yang dapat menyebabkan rasa gatal di area kewanitaan. Keputihan ada yang bersifat fisiologis
dan patologis. Keputihan bersifat fisiologis yaitu keputihan yang timbul akibat proses alami
dalam tubuh4. Keputihan bersifat patologis yaitu keputihan yang timbul karena infeksi dari
jamur, bakteri dan virus. Keputihan patologis merupakan tanda dari adanya kelainan alat
repoduksi sehingga jumlah, warna, dan baunya perlu diperhatikan. Keputihan patologis yang
tidak tertangani dengan baik dan dialami dalam waktu yang lama akan berdampak pada
terjadinya infeksi saluran reproduksi5.

Pribakti dalam Kursani menyebutkan data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita
menunjukan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan
45% diantaranya bisa mengalami sebanyak dua kali atau lebih. Data statistik Jawa Tengah tahun
2010 menunjukkan bahwa 45% remaja putri mengalami keputihan6.

1 Indianto Muin. 2004. Sosiologi. Jakarta: Erlangga. hal. 48


2 Pitirin A. Sorokin. 1998. Social Stratification. New York: Harper. hal. 36.
3 Robert, M.Z. Lawang. 1998. Teori Sosiologi Mikro dan Makro Jilid I. Jakarta: Rineka Cipta. hal. 42.
4 Horton, Paul B., Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga. hal. 5.
5 Horton, Paul B., Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga. hal. 36.
6 S. Nasution. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian stratifikasi social ?
2. Bentuk bentuk stratifikasi social ?
3. Pengertian mobilitas social ?
4. Bentuk bentuk mobilitas social ?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai antara lain:
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan stratifikasi social.
2. Untuk mengetahui bentuk bentuk stratifikasi social.
3. Untuk mengetahui pengertian mobilitas social.
4. Untuk mengetahui bentuk bentuk mobilitas social.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kekerasan Terhadap Wanita


KDRT merupakan permasalahan yang telah mengakar sangat dalam dan terjadi di
seluruh negara dunia. Dalam hal ini, masyarakat internasional telah menciptakan standar
hukum yang efektif dan khusus memberikan perhatian terhadap KDRT. Tindakan untuk
memukul perempuan, misalnya, telah dimasukan di dalam konvensi HAM internasional
maupun regional yang mempunyai sifat hukum mengikat terhadap negara yang telah
meratifikasinya. Dokumen HAM Internasional tersebut meliputi, Universal Declaration of
Human Rights (“UDHR”), the International Covenant on Civil and Political Rights (“ICCPR”),
dan the International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (“ICESCR”) yang
menjadi standar umum mengenai Hak Asasi Manusia, di mana para korban dari KDRT dapat
menggugat negaranya masing-masing7.

Berbagai pertistiwa kekerasan dalam rumah tangga telah menunjukkan bahwa negara
telah gagal untuk memberi perhatian terhadap keluhan para korban. Maka negara dapat
dikenakan sanksi jika negara tersebut merupakan anggota dari instrumen internasional
sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Hal yang sama dapat pula dilakukan di bawah
Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (“CEDAW”)
beserta dengan Protokolnya, dan juga melalui Convention Against Torture and Other Cruel,
Inhuman, or Degrading Treatment or Punishment (“CAT”). Demikian juga, instrumen regional
dapat memberikan perlindungan terhadap perempuan yang menjadi korban. The European
Convention for the Protection of Human Rights and Fundamental Freedoms (“ECHR”), the
American Convention on Human Rights (“ACHR”), bersama dengan the Inter-American
Convention on the Prevention, Punishment and Eradication of Violence Against Women
(“Inter-American Convention on Violence Against Women”), dan the African Charter on
Human and Peoples' Rights (“African Charter”) merupakan dokumen utama HAM regional
yang dapat dijadikan landasan bagi korban KDRT.8

7
Soerjono Soekanto. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Media Utama. h. 227.
8 Huky, D.A Wila. 1982. Pengantar Sosiologi. Surabaya: Usaha Nasional. H. 128

3
Pengaruh negatif dari KDRT pun beraneka ragam dan bukan hanya bersifat hubungan
keluarga, tetapi juga terhadap anggota dalam keluarga yang ada di dalamnya. Dalam hal luka serius
fisik dan psikologis yang langsung diderita oleh korban perempuan, keberlangsungan dan sifat
endemis dari KDRT akhirnya membatasi kesempatan perempuan untuk memperoleh persamaan
hak bidang hukum, sosial, politik dan ekonomi di tengah-tengah masyarakat. Terlepas dari
viktimisasi perempuan, KDRT juga mengakibatkan retaknya hubungan keluarga dan anak-anak
yang kemudian dapat menjadi sumber masalah sosial. Tindak kekerasan pada istri dalam rumah
tangga merupakan masalah sosial yang serius, akan tetapi kurang mendapat tanggapan dari
masyarakat dan para penegak hukum karena beberapa alasan, pertama: ketiadaan statistik kriminal
yang akurat, kedua: tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga memiliki ruang lingkup sangat
pribadi dan terjaga privacynya berkaitan dengan kesucian dan keharmonisan rumah tangga
(sanctitive of the home), ketiga: tindak kekerasan pada istri dianggap wajar karena hak suami
sebagai pemimpin dan kepala keluarga, keempat: tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga
terjadi dalam lembaga legal yaitu perkawinan. (Hasbianto, 1996)

Perspektif gender beranggapan tindak kekerasan terhadap istri dapat dipahami melalui
konteks sosial. Menurut Berger (1990), perilaku individu sesungguhnya merupakan produk sosial,
dengan demikian nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat turut membentuk prilaku
individu artinya apabila nilai yang dianut suatu masyarakat bersifat patriakal yang muncul adalah
superioritas laki-laki dihadapan perempuan, manifestasi nilai tersebut dalam kehidupan keluarga
adalah dominasi suami atas istri.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan khususnya terhadap perempuan
oleh pasangannya maupun anggota keluarga dekatnya, terkadang juga menjadi permasalahan yang
tidak pernah diangkat ke permukaan. Meskipun kesadaran terhadap pengalaman kekerasan
terhadap wanita berlangsung setiap saat, fenomena KDRT terhadap perempuan diidentikkan
dengan sifat permasalahan ruang privat. Dari perspektif tersebut, kekerasan seperti terlihat sebagai
suatu tanggung jawab pribadi dan perempuan diartikan sebagai orang yang bertanggung jawab baik
itu untuk memperbaiki situasi yang sebenarnya didikte oleh norma-norma sosial atau
mengembangkan metode yang dapat diterima dari penderitaan yang tak terlihat 9.

Pemahaman dasar terhadap KDRT sebagai isu pribadi telah membatasi luasnya solusi
hukum untuk secara aktif mengatasi masalah tersebut. Di sebagian besar masyarakat,

9Janu Murdiyatmoko. 2010. Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
hlm. 13.

4
KDRT belum diterima sebagai suatu bentuk kejahatan. Bagaimanapun juga, sebagai suatu
hasil advokasi kaum feminis dalam lingkup HAM internasional, tanggung jawab sosial
terhadap KDRT secara bertahap telah diakui sebagian besar negara di dunia. Kekerasan
dalam rumah tangga seringkali menggunakan paksaan yang kasar untuk menciptakan
hubungan kekuasaan di dalam keluarga, di mana perempuan diajarkan dan dikondisikan
untuk menerima status yang rendah terhadap dirinya sendiri. KDRT seakan-akan
menunjukkan bahwa perempuan lebih baik hidup di bawah belas kasih pria. Hal ini juga
membuat pria, dengan harga diri yang rendah, menghancurkan perasaan perempuan dan
martabatnya karena mereka merasa tidak mampu untuk mengatasi seorang perempuan yang
dapat berpikir dan bertindak sebagai manusia yang bebas dengan pemikiran dirinya sendiri.
Sebagaimana pemerkosaan, pemukulan terhadap istri menjadi hal umum dan menjadi suatu
keadaan yang serba sulit bagi perempuan di setiap bangsa, kasta, kelas, agama maupun
wilayah.

2.2 FAKTA – FAKTA KEKERASAN TERHADAP WANITA


SEPANJANG SIKLUS HIDUPNYA

Bentuk tindak kekerasan ini mempengaruhi kesehatan reproduksi wanita, yaitu


berperan dalam meningkatkan risiko IMS (Infeksi Menular Seksual), termasuk HIV. Hal itu
tidak terlepas dari perilaku seksual para pasangaan mereka. Korban KDRT mengakui bahwa
pasangan mereka memiliki mitra seksual lebih dari satu dan menolak untuk menggunakan alat
kontrasepsi kondom. Fakta yang lebih mencengangkan adalah para korban tindak kekerasan
tersebut banyak yang menyatakan telah melakukan aborsi disengaja, bahkan banyak diantara
mereka yang telah mengalami keguguran. Menurut Dr. Charlotte Watts, dari London School
Kekerasan pada pasansgan memiliki kesamaan dampak pada kesehatan wanita dan status
kesehatan dimanapun dia berada, prevalensi kekerasan pada kondisi dimana wanita tersebut
berada atau latar belakang budaya dan ekonomi dimana dia berada. Dr. Watts menambahkan
bahwa tingkat kerugian pada aspek kesehatan yang dialami wanita korban kekerasan rumah
tangga pada studi WHO konsisten di beberapa Negara10.

10
Singgih, D. S. 2007. Prosedur Analisis Stratifikasi Sosial dalam Perspektif Sosiologi. Dalam jurnal Masyarakat,
Kebudayaan, dan Politik. H. 11-2
5
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah
tangga dibedakan kedalam 4 (empat) macam :

1. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat. Prilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah
menampar, memukul, meludahi, menarik rambut (menjambak), menendang, menyudut
dengan rokok, memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan
ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya.

2. Kekerasan psikologis / emosional

Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang mengakibatkan


ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa
tidak berdaya dan / atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah


penghinaan, komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri,
mengisolir istri dari dunia luar, mengancam atau ,menakut-nakuti sebagai sarana
memaksakan kehendak.

3. Kekerasan seksual

Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari kebutuhan


batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak
memperhatikan kepuasan pihak istri.

4. Kekerasan ekonomi

Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya,


padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian
ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
Contoh dari kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan
uang istri

Khasus kekerasan perempuan pun masih banyak terjadi di Indonesia. I Gusti Ayu
Bintang Darmawat atau yang akrab disapa Bintang Puspayoga, selaku Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia memaparkan sejumlah fakta dan data
bahwa 1 dari 3 perempuan di dunia pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual oleh
pasangan, non-pasangan, atau keduanya, setidaknya sekali dalam hidupnya.

6
Serupa dengan kondisi global, 1 dari 3 perempuan Indonesia berusia 15-64 tahun pernah
mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual dalam hidupnya. “Indonesia yang aman bagi
perempuan tidak akan tercipta tanpa dukungan dan sinergi dari seluruh pihak, khususnya media.
Dalam hal ini, kami sangat berharap media bisa menjalankan kode etik pemberitaan yang ramah
perempuan, serta mulai mengembangkan kebijakan media untuk mendorong pencegahan kasus
kekerasan terhadap perempuan”, jelas Bintang.

• Dalam kurun waktu 12 tahun, kekerasan terhadap perempuan meningkat sebanyak 792%
(hampir 800% atau 8x lipat). Dalam kurun waktu 10 tahun (2010-2019), jumlah kekerasan
terhadap perempuan sebanyak 2.775.042 kasus. Artinya 760 kasus per hari atau 31 kasus
per jam. Sepanjang 2011-2020, tercatat kekerasan seksual di ranah privat dan komunitas
49.643 kasus. Fenomena kekerasan adalah seperti gunung es dimana jumlah yang
sebenarnya dapat lebih besar dari yang dilaporkan. Dapat diartikan juga bahwa dalam
situasi yang sebenarnya, kondisi perempuan Indonesia jauh mengalami kehidupan yang
tidak aman

• Kekerasan terhadap perempuan di masa pandemi meningkat, dimana berdasarkan


CATAHU 2021, pengaduan melalui Unit Pelayanan dan Rujukan (UPR) Komnas
Perempuan meningkat, menjadi 2.389 kasus, dengan catatan 2.341 kasus berbasis gender.
Dari Januari hingga Oktober 2021, tercatat kekerasan terhadap perempuan di masa pandemi
sebanyak 4.711 kasus.

• Dalam data pengaduan langsung ke Komnas Perempuan, tercatat kenaikan yang cukup
signifikan yakni pengaduan kasus cybercrime 281 kasus (2018 tercatat 97 kasus) atau naik
sebanyak 300%. Kasus siber terbanyak berbentuk ancaman dan intimidasi penyebaran foto
dan video porno korban11.

11 Robert M. Z. Lawang. 1994. Pengantar SOSIOLOGI. Jakarta: Universitas Terbuka. H. 6


7
2.3 KESEHATAN JIWA WANITA

Menurut penelitian Homewood Health United Kingdom, 47 persen perempuan berisiko


tinggi mengalami gangguan mental dibanding dengan 36 persen pria. Perempuan hampir dua kali
lebih mungkin didiagnosis depresi dibandingkan dengan pria.

Pakar Psikologi UNAIR Dr. Ike Herdiana, M.Psi. menyebut bahwa perempuan seringkali
menghadapi banyak faktor pemicu masalah kesehatan mental. Dalam ranah domestik, perempuan
lebih banyak terlibat dalam pengasuhan anak dibandingkan pria. Begitu pula dengan peran
perempuan yang sering mengambil tanggung jawab jika ada keluarga yang mengalami kecacatan
atau lanjut usia.

“Kultur masyarakat kita selalu membebankan pengasuhan anak pada perempuan saja.
Padahal pengasuhan itu tugas sangat berat yang seharusnya dilakukan secara seimbang oleh ibu
dan ayah. Hal ini penting karena tidak hanya terkait kesetaraan peran, tapi juga tumbuh kembang
anak,” terang Ketua Program Studi Magister Psikologi UNAIR tersebut.

Perempuan yang memiliki tanggung jawab lebih seperti itu umumnya akan mudah
mengalami kecemasan dan depresi. Kedua, perempuan cenderung hidup dalam kemiskinan
dibandingkan dengan pria. Fakta tersebut menimbulkan rasa tidak aman serta terisolasi. Faktor
lainnya adalah kenyataan bahwa kasus kekerasan maupun pelecehan seksual hampir selalu terjadi
pada perempuan dan anak-anak. Perempuan yang mengalami pengalaman traumatis lebih rentan
terkena PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) dan dampak mental jangka panjang.

Situasi lain tidak menguntungkan bagi perempuan adalah tuntutan lingkungan, khususnya
beauty standard. Penelitian menunjukkan bahwa hampir 80 persen perempuan pernah mengalami
gangguan makan akibat stres maupun keinginan untuk diet. Hal tersebut dapat memicu eating disorder
hingga masalah mental lain. Tingginya risiko akan gangguan kesehatan mental tersebut membuat Ike
mendorong para perempuan untuk lebih terbuka. Hal itu bisa dimulai dengan terlibat pada kegiatan
support group maupun mencari sumber dukungan dari keluarga dan orang terdekat.

Kesehatan reproduksi menurut ICPD (1994) adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya12.

12 Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. h. 219

8
Sehubungan dengan dampak tindak kekerasan terhadap kehidupan seksual dan repro-
duksi perempuan, penelitian yang dilakukan oleh Rance (1994) yang dikutip oleh Heise, Moore
dan Toubia (1995) kekerasan dan dominasi laki-laki dapat membatasi dan membentuk
kehidupan seksual dan reproduksi perempuan. Selain itu, laki-laki juga sangat berpengaruh
dalam pengambilan keputusan tentang alat kontrasepsi yang dipakai oleh pasangannya.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan di Norwegia oleh Schei dan Bakketeig (1989) yang
dikutip oleh Heise, Moore dan Toubia (1995) juga menyatakan bahwa perempuan yang tinggal
dengan pasangan yang suka melakukan tindak kekerasan menunjukkan masalah- masalah
ginekologis yang lebih berat ketim-bang dengan yang tinggal dengan pasangan/suami normal ;
bahkan problem gineko-logis ini bisa berlanjut dalam rasa sakit terus menerus.

Tindak kekerasan terhadap istri perlu diungkap untuk mencari alternatif pemberdayaan
bagi istri agar terhindar dari tindak kekerasan yang tidak semestinya terjadi demi terwujudnya
hak perempuan untuk memperoleh kesehatan reproduksi yang sehat.

Perempuan terganggu kesehatan reproduksinya bila pada saat tidak hamil mengalami
gangguan menstruasi seperti menorrhagia, hipomenorrhagia atau metrorhagia bahkan wanita
dapat mengalami menopause lebih awal, dapat mengalami penurunan libido, ketidakmampuan
mendapatkan orgasme, akibat tindak kekerasan yang dialaminya 13.

Dampak lain yang juga mempengaruhi kesehatan organ reproduksi istri dalam rumah
tangga diantaranya adalah perubahan pola fikir, emosi dan ekonomi keluarga. Dampak terhadap
pola fikir istri. Tindak kekerasan juga berakibat mempengaruhi cara berfikir korban, misalnya
tidak mampu berfikir secara jernih karena selalu merasa takut, cenderung curiga (paranoid), sulit
mengambil keputusan, tidak bisa percaya kepada apa yang terjadi. Istri yang menjadi korban
kekerasan memiliki masalah kesehatan fisik dan mental dua kali lebih besar dibandingkan yang
tidak menjadi korban termasuk tekanan mental, gangguan fisik, pusing, nyeri haid, terinfeksi
penyakit menular.. Dampak lain dari tindakan kekerasan meskipun tidak selalu adalah persoalan
ekonomi, menimpa tidak saja perempuan yang tidak bekerja tetapi juga perempuan yang
mencari nafkah. Seperti terputusnya akses ekono-mi secara mendadak, kehilangan kendali
ekonomi rumah tangga, biaya tak terduga untuk hunian, kepindahan, pengobatan dan terapi serta
ongkos perkara14.

13Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FakultasEkonomi Universitas
Indonesia. h. 108
14 A. Zamhari. 2012. Pengaruh Pendidikan terhadap Mobilitas Sosial. Ta’limuna. Vol. 1, No. 2, ISSN 2085-2975

9
2.4 TEKNIK MENINGKATAKAN KESEHATAN JIWA

Untuk meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan, tidak bisa hanya berfokus pada
kesehatan fisik. Kesehatan mental juga memainkan peran yang besar dalam kehidupan.
Kesehatan mental sebagai kemampuan diri sendiri untuk mengelola perasaan dan menghadapi
kesulitan sehari-hari.
Beberapa langkah sederhana bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
mental. Dengan melakukan perubahan ini, maka dapat dipastikan hal ini memengaruhi semua
aspek kehidupan. Dengan menjaga kesehatan mental, maka kamu merasakan beberapa efeknya
seperti suasana hati yang membaik, membangun ketahanan, dan membantu menikmati hidup
secara keseluruhan.
1. Katakan Hal Positif pada Diri Sendiri
Penelitian menunjukkan bahwa cara kamu berpikir tentang diri sendiri dapat memiliki
efek yang kuat pada kejiwaan kamu. Ketika kita memandang diri kita dan hidup kita secara
negatif, maka kita juga merasakan efek negatifnya. Sebaliknya, jika membiasakan diri
menggunakan kata-kata yang membuat lebih positif, maka hal ini membuat kamu lebih optimis.
2. Tuliskan Hal-Hal yang Patut Disyukuri
Rasa bersyukur dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan, kualitas kesehatan mental,
serta kebahagiaan. Cara sederhana untuk meningkatkan rasa bersyukur adalah membuat jurnal
dan menuliskan berbagai hal yang patut disyukuri setiap harinya. Secara umum merenungkan
rasa terima kasih juga efektif, tetapi kamu perlu berlatih secara teratur untuk mendapatkan
manfaat jangka panjang. Temukan sesuatu untuk disyukuri dan nikmati perasaan tersebut dalam
hatimu.
3. Fokus pada Satu Hal pada Satu Waktu
Fokus kepada tujuan mampu melepaskan emosi negatif atau sulit dari pengalaman masa
lalu yang membebani. Mulailah dengan membawa kesadaran bahkan untuk hal-hal sederhana
seperti mandi, makan siang, atau berjalan pulang. Memberi perhatian pada sensasi fisik, suara,
bau, atau rasa dari pengalaman ini membantu kamu untuk fokus. Ketika pikiran kamu terbang
melayang hingga menyebabkan kamu overthinking, maka bawa saja kembali ke apa yang kini
kamu tengah lakukan.
4. Olahraga
Tubuh akan melepaskan endorfin yang membantu menyingkirkan stres dan
meningkatkan suasana hati kamu sebelum dan sesudah berolahraga. Itulah sebabnya olahraga
adalah cara penangkal stres, kecemasan, dan depresi yang ampuh. Carilah cara-cara kecil untuk
menambah aktivitas olahraga, seperti naik tangga, atau jalan kaki ke tempat yang dekat. Untuk

10
mendapatkan manfaat maksimal, lakukan olahraga setidaknya 30 menit setiap hari, dan coba
melakukannya di luar ruangan. Paparan sinar matahari juga membantu tubuh menghasilkan
vitamin D, yang meningkatkan tingkat serotonin di otak.
5. Makanlah Makanan yang Enak
Selain memberikan nutrisi yang dibutuhkan, makan lezat dan sehat juga menyehatkan
otak. Karbohidrat (dalam jumlah sedang) meningkatkan serotonin, bahan kimia yang terbukti
memiliki efek menenangkan pada suasana hati. Sementara itu makanan kaya protein membantu
kamu tetap waspada.
Sayuran dan buah-buahan dipenuhi dengan nutrisi yang memberi makan setiap sel tubuh,
termasuk yang mempengaruhi bahan kimia otak yang mengatur suasana hati. Sertakan makanan
dengan asam lemak tak jenuh ganda Omega-3 (ditemukan dalam ikan, kacang-kacangan, dan biji
rami). Nutrisi ini dapat meningkatkan suasana hati dan mengembalikan integritas struktural pada
sel-sel otak yang diperlukan untuk fungsi kognitif.
6. Terbukalah pada Seseorang
Mengetahui bahwa kamu dihargai oleh orang lain adalah penting untuk membantu kamu
berpikir lebih positif. Belajar terbuka kepada orang lain, yang membuat kamu lebih mampu
berpikir positif dan semakin mengenal diri sendiri.
7. Lakukan Sesuatu untuk Orang Lain
Penelitian menunjukkan bahwa membantu orang lain memiliki efek menguntungkan
pada perasaan kamu tentang diri sendiri. Bersikap membantu dan ramah adalah cara yang baik
untuk membangun harga diri. Makna yang ditemukan dalam membantu orang lain memperkaya
dan memperluas hidupmu.

Pada saat-saat semua pekerjaan terasa seperti terlalu banyak, menjauhlah, dan lakukan
apa pun kecuali hal yang membuat kamu semakin stres, setidaknya sampai kamu merasa sedikit
lebih baik. Terkadang hal terbaik untuk dilakukan adalah latihan pernapasan sederhana: Tutup
mata dan ambil 10 tarikan napas dalam-dalam. Untuk masing-masing tarikan napas, hitung
sampai empat saat menarik napas, tahan selama empat hitungan, dan buang napas untuk empat
hitungan. Hal ini bekerja baik untuk membantu kamu melawan stres.
9. Tidur Tepat Waktu
Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur memiliki efek negatif yang
signifikan pada suasana hati. Coba tidur pada waktu yang teratur setiap hari. Hindari bermain
gadget sebelum waktu tidur dan membatasi minuman berkafein untuk pagi hari.

11
10. Mengurangi Stres
Stres adalah faktor risiko utama bagi masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, kurangi
stres dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kesehatan mental yang lebih baik. Susunlah
rencana, atur waktu dengan bijaksana, bicaralah bersama orang tepercaya, dan lakukan aktivitas yang
mengurangi stres seperti yoga atau kegiatan seni untuk kesehatan mental yang optimal.

Masalah mental health bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan. Masalah ini perlu mendapat
perhatian sedini mungkin agar tidak berkembang menjadi depresi atau penyakit yang lebih serius.
Lakukanlah 10 cara mengatasi masalah mental health yang dibagikan di atas dalam kehidupan
Anda.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tindak kekerasan dalam rumah tangga merupakan jenis kejahatan yang kurang
mendapat perhatian dan jangkauan hukum pidana. Bentuk kekerasannya dapat berupa
kekerasan fisik, psikis, seksual, dan verbal serta penelantaran rumah tangga.

Faktor yang mendorong terjadinya tindak kekerasan pada istri dalam rumah
tangga yaitu pembelaan atas kekuasaan laki-laki, diskriminasi dan pembatasan bidang
ekonomi, beban pengasuhan anak, wanita sebagai anak-anak, dan orientasi peradilan
pidana pada laki-laki.

Dampak tindak kekerasan pada istri terhadap kesehatan reproduksi dapat


mempengaruhi psikologis ibu sehingga terjadi gangguan pada saat kehamilan dan
bersalin, serta setelah melahirkan dan bayi yang dilahirkan.

Asuhan kebidanan yang harus dilakukan adalah sesuai dengan peran bidan
antara lain mesupport secara psikologis korban. Melakukan pendamping-an, melakukan
perawatan fisik korban dan merekomendasikan crisis women centre.

Fenomena gunung es KDRT mulai terungkap setelah undang-undang KDRT


tahun 2004 diberlakukan, dimana KDRT yang sebelumnya masalah privacy manjadi
masalah publik ditandai laporan kasus KDRT semakin meningkat setiap tahunnya dan
pelaku mendapat hukuman pidana walaupun saat ini kultur Indonesia masih dominasi
laki-laki

B. Saran
Menyadari bahwa penulis jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih focus dan detail dalam menjelaskan makalah ini dengan sumber yang lebih
terpercaya. Kritik atau saran penulisan juga dapat berupa tanggapan terhadap
kesimpulan pembahasan makalah yang diuraikan. Bagian akhir makalah adalah daftar
pustaka

13
DAFTAR PUSTAKA

Diana Ribka, Pangemaran, Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Keluarga, Hasil
Penelitian di Jakarta, Program Studi Kajian Wanita Program Pasca SarjanaUniversitas Indonesia,
1998

Dep. Kes. RI. (2009). Profil Kesehatan Reproduksi Indonesia 2009. Jakarta: Dep. Kes. RI

Hasbianto, Elli N., Kekerasan Dalam Rumah Tangga Kejahatan yang Tersembunyi, dalam Syafiq
Hasyim (ed.), Menakar “Harga” Perempuan: Eksplorasi Lanjut Terhadap Hak-Hak Reproduksi
Perempuan dalam Islam, Bandung: Mizan, 1999

Heise Lori L. Wits Jacquline Pitanguy and Adrianne Germain, Violence Againts Women,
Washington DC: World Bank Discussion Paper, 1994

Humm, Maggi, The Dictionary Of Feminist Theory, London: Harvester Wheatsheaf, 1989

Kumaralingam Amirthalingam, Women’s Rights, International Norms, and Domestic Violence:


Asian Perspectives, Human Rights Quarterly 27 (2005), hal. 684.

Monemi Kajsa Asling et.al. (2006). Violence Againts Women Increases The Risk Of

Infant and Child Mortality: a case-referent Study in Niceragua. The

International Journal of Public Health, 81, (1), 10-18.

Sciortino, Rosalia dan Ine Smyth. (1997). Harmoni: Pengingkaran

Kekerasan Domestik di Jawa. Jurnal Perempuan, Edisi: 3, Mei-Juni.

WHO. (2006). Menggunakan Hak Asasi Manusia Untuk Kesehatan Maternal

dan Neunatal: Alat untuk Memantapkan Hukum, Kebijakan, dan Standar

Pelayanan. Jakarta: Dep. Kes. RI.

World Health Organization, World Report on Violence and Health 93 (2002), dapat diakses melalui
www.who.int/violence_injury_prevention/violence/world_report/en/.

Yuhong Zhao, Domestic Violence in China: In Search of Legal and Social Responses, 18 UCLA
PAC. BASIN L.J. 211. 2001, hal. 223.

(2007). Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga Bagi Wanita. www.depkes.go.id.

14

Anda mungkin juga menyukai