Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PROFESIONALISME KEBIDANAN

DISUSUN OLEH :

1. ROSI OKTARIANI (231321218)

2. RISKA PUTRI KHAIRANI (231321215)

3. SITI HARTINA HASIBUAN (231321230)

4. ZHULIANA HARAHAP (231321221)

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI AL INSYIRAH

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANS

PEKANBARU 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas

rahmat-Nya dapat diselesaikann makalah yang berjudul “GENDER ”.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah

PROFESIONALISME KEBIDNAN. Semoga makalah ini dapat menambah

wawasan para pembaca. Penulis halapkan kritik dan saran dari pembaca

untuk menjadi referensi makalah selanjutnya.

Penulis

Pekanbaru, 21 Oktober 2023


DAFTAR ISI

Cover......................................................................................................

Kata pengantar........................................................................................

Daftar isi.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................

A Latar Belakang.....................................................................

B Tujuan ..................................................................................

C RumusanMasalah.................................................................

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................

A Definisi Gender....................................................................

B Kajian Gender Dalam Pelayanan Kebidanan.......................

C Peran Profesionalisme Bidan dalam menyikapi Gender Di

Pelayanan Kebidanan ..........................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................

A Kesimpulan...........................................................................

B Saran.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Kesehatan termasuk salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

tertera pada pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Tahun 1945 alinea ke empat. Pemerintahan perlu bekerja keras

menghadpi kesehatan salah satunya dengan melakukan pemerataan

tenaga kesehatan di setiap wilayah agar seluruh penduduk Indonesia

mendapat pelayanan kesehatan yang optimal.

Bian adalah tenaga kesehatan yang paling dekat dengan msyarakat

yang secara khusus memberi pelayana kebidanan kepada ibu dan sebagai

pengmbil keputusan terhadap seseorang yang telah mempercayakan

dirinya berada dalam asuhan dan penangan bidan. Dalam praktek

kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas juga sangat

diutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengancara bidan membina

hubungan baik sesame rekan sejawat ataupunjuga ditentukan oleh

keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melalukan

konseling yang baik pada klien.

Bebicara mengenai isu gender, adanya diskriminasi terhadap

perempuan dan ketidaksetaraan gender menjadi masalah penting bagi

hampir seluruh Negara di dunia. Dominasi laki-laki di setaip bidang

public maupun privat masih terus terjadi dan bahkan semakin menonjol.
Tidak terkecuali perempuan yag dianggap harus selalu tunduk pada laki-

laki, karena perempuan tersebut sangat rentan menjadi korban sistem

patriarchal dan mengalami diskriminasi di semua tingkatan.

Kesehatan perempuan bergantung pada peningkatan ekonomi dan

sosial dalam bidang pendidikan, kondisi kerja dan standar hidup.

Terdapat keselahan presepsi yang meluas bahwa kesehatan secara

otomatis memasukkan upaya pemberdayaan perempuan. Masyarakat

sering tidak diakui, sehingga mereka sering tidak mendapatkan dukugan

sosial, psikologis dan ekonomi yang sangat diprlukan.

B Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah “bagaimana gender

dalam pelayanan kebidanan”.

C Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui

bagaimana gender dalam pelayanan kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi gender

b. Untuk mengetahui kajian gender dalam pelayanan

kebidanan

c. Untuk mengetahui profesionalisme bidan dalam menyikapi

gender di pelayanan kebidanan,


BAB II

PEMBAHASAN

A Definisi Gender

Pengertian gender menurut Muhtar (2002), bahwa gender dapat diartikan

sebagai jenis kelamin sosial atau konotasi masyarakat untuk menentukan peran

sosial berdasarkan jenis kelamin. Sementara Fakih (2008: 8) mendefinisikan

gender sebagai suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan

yang dikonstruksi secara sosial dan kultural. Istilah gender dibedakan dari istilah

seks. Oakley, ahli sosiologi Inggris, merupakan orang yang mula-mula

memberikan pembedaan dua istilah itu (Saptari dan Halzner, 1997: 88).

stilah gender merujuk kepada perbedaan karakter laki-laki dan

perempuan berdasarkan kontruksi sosial budaya, yang berkaitan dengan sifat,

status, posisi, dan perannya dalam masyarakat. Istilah Seks merujuk kepada

perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan secara biologis terutama yang

berkaitan dengan prokreasi dan reproduksi. Laki-laki dicirikan dengan adanya

sperma dan penis serta perempuan dicirikan dengan adanya sel telur, rahim,

vagina, dan payudara. Ciri jenis kelamin secara biologis tersebut bersifat

bawaan, permanen, dan tidak dapat dipertukarkan(Abdullah, 2004 : 11).

Selanjutnya, yang dimaksud dengan gender adalah cara pandang atau

persepsi

manusia terhadap perempuan atau laki-laki yang bukan didasarkan pada

perbedaan jenis kelamin secara kodrati biologis. Gender dalam segala aspek

kehidupan manusia mengkreasikan perbedaan antara perempuan dan laki-laki


termasuk kreasi sosial kedudukan perempuan yang lebih rendah dari pada laki-

laki.Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional,

atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri

dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada

laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan

yang kuat, rasional dan perkasa ( Hadiati, 2010 : 15).

Dari berbagai pendapat di atas peneliti menyimpuilkan bahwa istilah

gender merujuk pada nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat berdasarkan

jenis kelamin. Nilai-nilai tersebut dapat berubah sesuai dengan perkembangan

zaman dan dapat dipertukarkan. Itu terjadi karena gender tidak melekat pada

jenis kelamin tetapi pada pelabelan masyarakat.

B Kajian Gender Dalam Pelayanan Kebidanan

Keseteraan gender adalah tidak adanya diskriminasi berdasarkan

jenis kelamin seseorang dalam memperoleh kesemptan dan sumber daya,

manfaat atau dalam mengatas pelayanan. Berbeda halnya dengan

keadilan, gender merupakan keadilan perdistribusisian manfaat dan

tanggung jawab perempuan dan laki-laki. Konsep yang mengenali

adanya perbedaan kebutuhan dan kekuasaan antara perempuan dan laki-

laki, yang harus diidentifikasi dan diatasi dengan cara memperbaiki

ketidakseimbangan antara jenis kelamin. Masalah gender muncul bila

ditemukan perbedaan hak. Peran dan tanggung jawab karena adanya

nilai-nilai sosial budaya yang tidak menguntungkan salah satu jenis

kelamin.
Untuk itu perlu dilakukan rekontruksi sosial sehingga nilai-nilai

sosial budaya yang tidak menguntungkan terse but dapat dihilangkan.

Sehingga masalah kesehatan reproduksi yang erat kaitannya dengan

ketidakadilan dan ketidakseteraan gender dapat dihindari, khususnya

kematian ibu dan anak yang masih tinggi di Indonesia.

Pembahasan dalam topik isu gender ini dimaksudkan untuk

memberikan informasi sehingga dapat mengembangkan ide-ide kreatif

dan inovatif yang disesuaikan dengan sosial, budaya, kondisi dan situasi

di wilayah setempat untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi

remaja.

Mengingat masih tingginya 4 terlalu (terlalu muda, terlalu tua,

terlalu banyak, dan terlalu sering untuk hamil dan bersalin) yang

berhubungan dengan penyebab kematian ibu dan anak kondisi ini

sesungguhnya dapat dicegah, dan tidak terjadi kematian yang sia-sia.

Selain itu masalah kesehatan lainnya penularaan dan penyebaran

HIV/AIDS. Dengan upaya pemnberian informasi kesehatan diharapkan

dapat meningggatkan pengetahuan remaja yang pada akhirnya remaja

mempunyai pandangan dan sikap yang baik untuk padat membantu

pencegahan penularan HIV/AIDS, pencegahan kehamilan tidak

diharapkan.

Penyuluhan di berbagai tingkatan tentangperan ibu, keluarga dan

suami dalam menunjang kesehatan ibu:


1. Pemberian informasi/KIP/konseling tentang tanda bahaya obstertri

diberikan di tingkat ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,

PUS/Pasutri/keluarga di tingkat pelayanan dasar dan rujukan (desa,

kecamatan, kabupaten/kota.

2. Pendatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan perempuan

yang responsive gender (dari sisi supply dan demadi) di berbagai

tingkat administrasi.

3. Penyempurnaan protocol pelayanan yang dengan kehamilan,

persalinan, dan nifas dalam memenuhi hak reproduksi perempuan

termasuk melibatkan keluarga/ suami dan masyarakt yang belum

mempunyai wwasan yang benar tentang kesehatan perempuan

termasuk pencegahan hepatitis C, pencegahan dan pengobatan

IMS/HIV-AIDS, TB, Malaria pada sasaran kesehatan ibu yang

terintegrasi dalam pelayanan kesehatan ibu dan aak (KIA).

4. Pemberian informasi tentang hak-hak ibu untuk ber-KB hamil,

bersalin, nifas dalam pengambilan keputusan bagi kesehatan dan

keselamatan diri di tigkat pelayanan dasar dan rujukkan

(desa,kecamatan, kabupaten/desa).

Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secara

fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi,

keadaan ekonomi dan kesejahteran sosial dalam jangan panjang.

Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap


keluarga, masyarakat dan bangsa akhirnya. Prmasalahan prioritas

kesehata reproduksi pada remaja dikelompokan sebagai berikut:

1. Kehamilan tidak dikehendaki, yang sering kai menjurus kepada

aborsi yang tidk ama dan komplikasinya.

2. Resiko baby blues yang cukup tinggi pada ibu postpartum muda

3. Kehamilan dan persalinan usia muda yang membah resiko kesakitan

dan kematian ibu dan bayi

4. Masalah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS

5. Tindakan keerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual,

dan transaksi seks komersial.

C Peran Profesionalisme Bidan Dalam Menyikapi Gender Di

Pelayanan Kebidanan

Profesionalisme adalah tanggung jawab atas tindakan dan kompetensi.

Bagi tenaga kesehatan, profesionalisme sangat diperlukan dalam praktek

kebidanan untuk menjalankan parktek sesuai dengan kewenangan dan

kompetensinya.

Salah satu ciri profesi adalah otonomi. Melalui otonomi, profesi

dipercayakan dengan menjaga masyarakat dari mereka yang kekurangan,

karena alasan apa pun, kompetensi yang diperlukan untuk bekerja dalam

profesi yang relevan. Di sini profesionalisme adalah yang terpenting.

Di rumah sakit, ada risiko bahwa bidan akan berada di posisi asisten

dokter, dan tidak wanita dalam persalinan. Para bidan seperti itu, menegaskan,
menetapkan contoh yang buruk untuk mahasiswa bidan, karena mereka

menumbuhkan kebudayaan kebidanan yang tidak konsisten dengan yang

dinyatakan bertujuan komunitas kebidanan internasional, dan tidak memenuhi

kebutuhan wanita selama proses persalinan. Bidan independen, sebaliknya,

memberikan contoh yang baik. Bidan melihat kelahiran sebagai peristiwa alam,

dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan wanita selama proses melahirkan

dengan membantu mereka menjadi lebih kuat dan meningkatkan kepercayaan

diri dan keyakinan mereka dalam kemampuan mereka sendiri, sementara juga

melindungi mereka dan memastikan keselamatan mereka selama kelahiran.

\ Profesionalisme bidan meliputi bidan kearifan profesional (sebuah

konsep yang melibatkan terjalinnya pengetahuan dan pengalaman), serta

teoritis pengetahuan, keterampilan dan teknik yang dibutuhkan bidan dalam

situasi wanita itu. Bidan telah berkembang secara pribadi dan profesional, dan

berhasil dalam membuat wanita merasa diperhatikan, berkomunikasi

dengannya dalam suatu memberdayakan cara, dan memiliki kemitraan positif

dengannya. Kelima faktor utama yaitu kepedulian profesional, kompetensi dan

kebijaksanaan, memberdayakan interaksi dan kemitraan, bersama dengan

pribadi dan bidan pengembangan profesional digabungkan menjadi satu

kesatuan

Profesionalisme bidan dibangun dari lima aspek utama: bidan

profesional peduli pada wanita yang melahirkan dan keluarganya. Kepedulian

dalam domain profesional ini dilihat sebagai inti kebidanan. Bidan profesional

secara profesional kompeten. Kompetensi profesional ini harus selalu memiliki


keutamaan demi keselamatan wanita dan anak. Bidan profesional memiliki

kearifan profesional dan tahu bagaimana menerapkannya. Kebijaksanaan

profesional adalah konsep baru yang digunakan untuk menunjukkan interaksi

pengetahuan dan pengalaman. Bidan profesional memiliki kompetensi

interpersonal, mampu memberdayakan komunikasi dan kemitraan positif

dengan wanita dan keluarganya. Bidan profesional mengembangkan dirinya

sendiri secara pribadi dan profesional, yang merupakan prasyarat untuk

profesionalisme sejati. Teori yang berkembang ini harus secara teratur

direkonstruksi dalam cahaya pengetahuan saat ini dalam kebidanan. Ini adalah

upaya untuk mengidentifikasi dan mengartikulasikan proses dan komponen

seni dan ilmu praktik kebidanan dalam upaya melanjutkan pengembangan

disiplin dengan membantu dalam pemahaman dan praktik menciptakan wacana

teoritis lebih lanjut, proses dan produk untuk praktik kebidanan. Teori ini

memiliki implikasi untuk pendidikan dan praktik kebidanan.

Profesionalisme dicirikan oleh otonom pengambilan keputusan

berdasarkan bukti oleh anggota dari suatu pekerjaan yang berbagi nilai dan

pendidikan yang sama. Profesionalisme dalam kebidanan terwujud melalui

hubungan yang didukung oleh lingkungan yang memfasilitasi praktik

profesional. Bidan profesional mendemonstrasikan suatu akuntabilitas atas

tindakan mereka

Tujuan dari profesionalisme dalam kebidanan adalah untuk memberikan

pelayanan kebidanan yang aman, nyaman dan efektif untuk mencapai status
kesehatan yang optimal. Pencapaian tujuan ini bisa ditunjukkan melalui hasil

pelayanan yang efektif, memberikan kualitas yang baik dalam pelayanan

kebidanan, perkembangan pengaturan bidan, adanya dukungan dalam

pelayanan kebidanan, penggunaan sumber daya yang lebih baik

Profesionalisme memiliki sifat yang kompleks dengan multi dimensi.

Hal

ini merupakan tantangan besar bagi semua bidan seberapa baik dalam

memberikan kualitas pelayanan kebidanan, model layanan yang akan

digunakan, ketrampilan yang dikembangkan, dan fasilitas pelayanan yang

digunakan.

Nilai yang benar, pendidikan yang benar dan kepemimpinan yang

benar, bidan bisa melaksanakan pelayanan kebidanan dengan baik. Pelayanan

persalinan diharapkan dapat berkualitas lebih baik lagi. Kesehatan masyarakat

yang memiliki pendekatan yang baik, berkesinambungan dan memiliki rasa

menghargai akan menghasilkan pelayanan yang berkualitas tinggi. Dalam

memberikan pelayanan kebidanan yang professional harus dapat menjalankan

indikator profesionalisme

Anda mungkin juga menyukai