Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Melvia Solfia Ningsih 1803011
2. Nada Malya 1803014
3. Putri Rahmadani 1803018
4. Riri Arsamiranda 1803021
Dosen Pembimbing:
Meldafia Idaman, M.Keb
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran allah SWT,karena dengan rahmat
dan karunia-Nyakami masih diberi kesempatan untuk bekerja sama
menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas
kuliah yaitu “Dasar Kesehatan Reproduksi”.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
2. Untuk mengetahui apa keterkaitan antara gender dengan kesehatan
reproduksi
3. Untuk mengetahui apa isu gender dalam lingkungan kesehatan
reproduksi
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Seksual
Deklarasi cairo tahun 1994 pasal VII butir 7.34 menyatakan bahwa
seksualitas dan hubungan gender saling berkaitan dan sama-sama
mempengaruhi kemampuan laki-laki dan perempuan untuk mencapai dan
mempertahankan kesehatan seksual dan mengelola kehidupan reproduksi
mereka.
Seksual adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis,
yakni alat kelamin pria ( penis) dan alat kelamin wanita ( vagina). Sejak lahir
sampai meninggal dunia, pria akan tetap berjenis kelamin pria dan wanita tetap
berjenis kelamin wanita ( kecuali dioperasi untuk berganti jenis kelamin)jenis
kelamin itu tidak dapat ditukarkan antara pria dan wanita. Seks melekat secara
fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat atau
ketentuan tuhan sehingga bersifat permanen dan universal.
2. Gender
Istilah gender dikemukakan oleh para ilmuan social yang maksud untuk
menjelaskan perbedaan perempuan dan lai-laki yang mempunyai sifat bawaan
(ciptaan tuhan) dan bentukan budaya ( kontruksi social). Sering kali orang
mencampur adukan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dengan yang bersifat
non kodrati ( Gender).
Gender berasal dari bahasa inggris yang diartikan ssebagai perbedaan
peranan antara pria dan wanita yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
norma social dan nilai social budaya masyarakat yang bersangkutan.
Gender menurut menneg pemerdayaan perempuan, BKKBN,UNFPA (2001)
adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab, antara laki-laki dan
perempuan yang dibentuk, dibuat, dan di kontruksi oleh masyarakat serta dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman akibat kontruksi sosial.
3
B. Keterkaitan Antara Gender Dengan Kesehatan Reproduksi
4
akan menikah. Keputusan pada umumnya ada di tangan laki-laki; ayah ataupun
keluarga laki-laki lainnya.
Isi gender adalah suatu konsidi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan
perempuan yaitu adanya kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan
(normatif) dengan kondisi yang sebenarnya (subjektif). Adapun isu gender
dalam kesehatan reproduksi meliputi hal-hal berikut:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir (safe motherhood) .
Hal-hal yang sering dianggap sebagai isu gender adalah sebagai berikut.
a. Ketidak mampuan perempuan dalam mangambil keputusan dalam
kaitannya dengan kesehatan wanita.
b. Sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki-laki ;
c. Tuntunan peran ganda.
2. Keluarga berencana.
Hal-hal yangsering dianggap sebagai isu gender adalah sebabagai berikut.
a. Akseptor KB 98% adalah perempuan, sedangkan laki-laki hanya 1,3%
(SDKI, 1997).
b. Perempuan tidak mempunyai kekuatan memutuskan metode
kontrasepsi yang diinginkan.
c. Dalam pengambilan keputusan laki-laki lebih dominan termasuk
control yang dominan dalam memutuskan pilihan kontrasepsi terhadap
istri.
3. Kesehatan repsoduksi remaja, isu gendernya meliputi:
Ketidak adilan dalam membagi tanggung jawab dan ketidak adilan dalam
aspek hukum.
4. Penyakit menular seksual, isu gender meliputi hal sebagai berikut.
a. Perempuan selalu dijadikan objek intervensi dalam program
pemberantasan PMS.
b. Perempuan pelaku prostetusi selalu menjadi objek dan tudingan
sumber permasalahan
5
c. Perempuan (istri) tidak kuasa menawarkan kondom jika suami
erserang IMS.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seksual adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis, yakni
alat kelamin pria ( penis) dan alat kelamin wanita ( vagina). Sejak lahir sampai
meninggal dunia, pria akan tetap berjenis kelamin pria dan wanita tetap berjenis
kelamin wanita ( kecuali dioperasi untuk berganti jenis kelamin)jenis kelamin itu
tidak dapat ditukarkan antara pria dan wanita. Seks melekat secara fisik sebagai
alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat atau ketentuan tuhan
sehingga bersifat permanen dan universal.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makala ini.
Kami sekelompok berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran
yang membangu kepada kelompok kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan penulis khusunya dan pembaca
umumnya mengenai Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender
7
DAFTAR PUSTAKA