Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DASAR KESEHATAN REPRODUKSI


“KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PRESPEKTIF
GENDER”

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Melvia Solfia Ningsih 1803011
2. Nada Malya 1803014
3. Putri Rahmadani 1803018
4. Riri Arsamiranda 1803021

Dosen Pembimbing:
Meldafia Idaman, M.Keb

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran allah SWT,karena dengan rahmat
dan karunia-Nyakami masih diberi kesempatan untuk bekerja sama
menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas
kuliah yaitu “Dasar Kesehatan Reproduksi”.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan


teman-teman yang memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan,oleh sebab itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Aamiin....

Padang, 25 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Seksual dan Gender .................................................................... 3
B. Keterkaitan Antara Gender Dengan Kesehatan Reproduksi ........................ 4
C. Isu Gender Dalam Lingkungan Kesehatan Reproduksi ............................... 5
BAB IIIPENUTUP ................................................................................................ 7
A. Kesimpulan .................................................................................................. 7
B. Saran ............................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gender adalah peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki


yang ditentukan secara social. Gender berhubungan dengan persepsi dan
pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki
yang dibentuk masyarakat, bukan karena perbedaan biologis (WHO,
1998).
Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran,
fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai
social, budaya dan adat istiadat (Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003).
Seringkali orang mencampur adukkan ciri-ciri manusia yang bersifat
kodrati (tidak berubah) dengan yang bersifat non kondrati (gender) yang
bisa berubah dan diubah .
Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh
perbedaan kelamin. Oleh karena itu, pembagian peranan antara pria
dengan wanita dapat berbeda diantara satu masyarakat dengan masyarakat
yang lainnya sesuai dengan lingkungan . Peran gender juga dapat berubah
dimasa kemasa, karena pengaruh kemajuan seperti pendidikan, teknologi,
ekonomi, dll. Hal itu berarti, peran gender dapat ditukarkan antara pria dan
wanita (Agung Aryani, 2002 dan Tim Pusat Studi Wanita Universitas
Udayana, 2003).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian seksual dan gender


2. Keterkaitan antara gender dengan kesehatan reproduksi
3. Isu gender dalam lingkungan kesehatan reproduksi

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian seksual dan gender

1
2. Untuk mengetahui apa keterkaitan antara gender dengan kesehatan
reproduksi
3. Untuk mengetahui apa isu gender dalam lingkungan kesehatan
reproduksi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Seksual dan Gender

1. Seksual
Deklarasi cairo tahun 1994 pasal VII butir 7.34 menyatakan bahwa
seksualitas dan hubungan gender saling berkaitan dan sama-sama
mempengaruhi kemampuan laki-laki dan perempuan untuk mencapai dan
mempertahankan kesehatan seksual dan mengelola kehidupan reproduksi
mereka.
Seksual adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis,
yakni alat kelamin pria ( penis) dan alat kelamin wanita ( vagina). Sejak lahir
sampai meninggal dunia, pria akan tetap berjenis kelamin pria dan wanita tetap
berjenis kelamin wanita ( kecuali dioperasi untuk berganti jenis kelamin)jenis
kelamin itu tidak dapat ditukarkan antara pria dan wanita. Seks melekat secara
fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat atau
ketentuan tuhan sehingga bersifat permanen dan universal.
2. Gender
Istilah gender dikemukakan oleh para ilmuan social yang maksud untuk
menjelaskan perbedaan perempuan dan lai-laki yang mempunyai sifat bawaan
(ciptaan tuhan) dan bentukan budaya ( kontruksi social). Sering kali orang
mencampur adukan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dengan yang bersifat
non kodrati ( Gender).
Gender berasal dari bahasa inggris yang diartikan ssebagai perbedaan
peranan antara pria dan wanita yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
norma social dan nilai social budaya masyarakat yang bersangkutan.
Gender menurut menneg pemerdayaan perempuan, BKKBN,UNFPA (2001)
adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab, antara laki-laki dan
perempuan yang dibentuk, dibuat, dan di kontruksi oleh masyarakat serta dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman akibat kontruksi sosial.

3
B. Keterkaitan Antara Gender Dengan Kesehatan Reproduksi

Pendekatan gender dalam kesehatan mengenali bahwa faktor sosial budaya,


serta hubungan kekuasaan antar laki-laki dan perempuan, merupakan faktor
penting yang berperan dalam mendukung atau mengancam kesehatan
seseorang. Hal ini dinyatakan dengan jelas oleh WHO dalam koferensi
perempuan sedunia ke IV diBejing pada tahun 1995.
1. Jenis Kelamin, Gender, dan Kesehatan
Berbagai penyakit atau gangguan hanya menyerang perempuan, misalnya
gangguan yang berkaitan dengan kehamilan dan kanker serviks, sementara itu
hanya laki-laki yang terkena kanker prostat.Kapasitas perempuan untuk hamil
dan melahirkan menunjukkan bahwa mereka memerlukan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berbeda, baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Perempuan
memerlukan kemampuan untuk mengendalikan fertilitas dan melahirkan
dengan selamat, sehingga akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas sepanjang siklus hidupnya sangat menentukan kesejahteraan
dirinya. Kombinasi antara faktor jenis kelamin dan peran gender dalam
kehidupan sosial, ekonomi dan budaya seseorang dapat meningkatkan resiko
terhadap terjadinya beberapa penyakit, sementara di sisi lain memberikan
perlindungan terhadap penyakit lainnya. Perbedaan yang timbul dapat berupa
keadaan sebagai berikut :
a) Perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan
b) Sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu penyakit
c) Sikap masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan yang sakit
d) Sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengobatan dan akses pelayanan
kesehatan
e) Sikap petugas kesehatan dalam memperlakukan laki-laki dan perempuan.
2. Pengaruh Gender Terhadap Kesehatan Reproduksi Perempuan
Menikah pada usia muda bagi perempuan berdampak negatif terhadap
kesehatannya. Namun menikah di usia muda kebanyakan bukanlah keputusan
mereka, melainkan karena ketidak berdayaannya (isu gender). Di beberapa
tempat di Indonesia, kawin muda dianggap sebagai takdir yang tak bisa ditolak.
Perempuan tidak berdaya untuk memutuskan kawin dan dengan siapa mereka

4
akan menikah. Keputusan pada umumnya ada di tangan laki-laki; ayah ataupun
keluarga laki-laki lainnya.

C. Isu Gender Dalam Lingkungan Kesehatan Reproduksi

Isi gender adalah suatu konsidi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan
perempuan yaitu adanya kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan
(normatif) dengan kondisi yang sebenarnya (subjektif). Adapun isu gender
dalam kesehatan reproduksi meliputi hal-hal berikut:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir (safe motherhood) .
Hal-hal yang sering dianggap sebagai isu gender adalah sebagai berikut.
a. Ketidak mampuan perempuan dalam mangambil keputusan dalam
kaitannya dengan kesehatan wanita.
b. Sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki-laki ;
c. Tuntunan peran ganda.
2. Keluarga berencana.
Hal-hal yangsering dianggap sebagai isu gender adalah sebabagai berikut.
a. Akseptor KB 98% adalah perempuan, sedangkan laki-laki hanya 1,3%
(SDKI, 1997).
b. Perempuan tidak mempunyai kekuatan memutuskan metode
kontrasepsi yang diinginkan.
c. Dalam pengambilan keputusan laki-laki lebih dominan termasuk
control yang dominan dalam memutuskan pilihan kontrasepsi terhadap
istri.
3. Kesehatan repsoduksi remaja, isu gendernya meliputi:
Ketidak adilan dalam membagi tanggung jawab dan ketidak adilan dalam
aspek hukum.
4. Penyakit menular seksual, isu gender meliputi hal sebagai berikut.
a. Perempuan selalu dijadikan objek intervensi dalam program
pemberantasan PMS.
b. Perempuan pelaku prostetusi selalu menjadi objek dan tudingan
sumber permasalahan

5
c. Perempuan (istri) tidak kuasa menawarkan kondom jika suami
erserang IMS.

Penanganan isu gender terhadap kesehatan reproduksi harus menjadi


perhatian karena berkaitan dengan hal-hal berikut:

1. Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup


manusia.
2. Perempuan lebih rentan dalam mengahadapi risiko kesehatan reproduksi.
3. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisah dari hubungan laki-laki dan
perempuan.
4. Perlunya kepedulian dan tanggung jawab laki-laki.
5. Perempuan rentan terhadap kekerasan domestic.
6. Kesehatan reproduksi lebih dikaitkan dengan urusan tertentu dalam hal ini
adalah perempuan.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seksual adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis, yakni
alat kelamin pria ( penis) dan alat kelamin wanita ( vagina). Sejak lahir sampai
meninggal dunia, pria akan tetap berjenis kelamin pria dan wanita tetap berjenis
kelamin wanita ( kecuali dioperasi untuk berganti jenis kelamin)jenis kelamin itu
tidak dapat ditukarkan antara pria dan wanita. Seks melekat secara fisik sebagai
alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat atau ketentuan tuhan
sehingga bersifat permanen dan universal.

Gender menurut menneg pemerdayaan perempuan, BKKBN,UNFPA (2001)


adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab, antara laki-laki dan perempuan
yang dibentuk, dibuat, dan di kontruksi oleh masyarakat serta dapat berubah
sesuai dengan perkembangan zaman akibat kontruksi sosial.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makala ini.

Kami sekelompok berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran
yang membangu kepada kelompok kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan penulis khusunya dan pembaca
umumnya mengenai Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender

7
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari, Intan & Iwan Andyanto. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta:


Selemba Medika. Cet.ke 2

Surachmindari, Rita Yulifah. 2013. Konsep Kebidanan. Jakarta: Selemba Medika

Anda mungkin juga menyukai