Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

GENDER DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


DOSEN PENGAMPU :
Drs. ROSTA MAILIS M.Pd

DISUSUN OLEH :
MAHARANI SYAFIRA PRATIWI
19078018

JURUSAN TATARIAS DAN KECANTIKAN


FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………..…………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………..……………………1
C. Tujuan……………………………………….…………….…………………..1

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Gender………………………………………………..………………2
1. Pengertian Gender………………………………………….………………2
2. Pengertian Jenis Kelamin…………………………………………………..2
3. Perbedaan antara Gender dan Jenis Kelamin………………………………2
B. Kesejahteraan Keluarga…………………………………………………...…..3
1. Pengertian Kesejahteraan Keluarga………………………………………..3
2. Pengaruh Gender dalam Kesejahteraan Keluarga…………………………4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpilan ………………………………………………………………….5
B. Saran…………………………………………………………………………5

DAFTAR KEPUSTAKAAN……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan
biologis dan bukan kodrat Tuhan, proses sosial budaya yang panjang. Perbedaan perilaku antara
laki-laki dan perempuan, selain disebabkan oleh faktor biologis sebagian besar justru terbentuk
melalu proses sosial dan kultural. Gender bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional
dalam melakukan measure (pengukuran) terhadap persoalan laki-laki dan perempuan terutama
yang terkait dengan pembagian peran dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah gender telah menjadi isu penting dan sering diperbincangkan akhir-akhir ini.
Banyak orang yang mempunyai persepsi bahwa gender selalu berkaitan dengan perempuan,
sehingga setiap kegiatan yang bersifat perjuangan menuju kesetaraan dan keadilan gender hanya
dilakukan dan diikuti oleh perempuan tanpa harus melibatkan laki-laki.
Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi
antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil
dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan
untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap
cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan
penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga
memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Hak untuk hidup secara terhormat, bebas
dari rasa ketakutan dan bebas menentukan pilihan hidup tidak hanya diperuntukan bagi para laki-
laki, perempuan pun mempunyai hak yang sama pada hakikatnya (buletin uny:2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu gender?
2. Apa saja jenisnya ?
3. Apa pengaruh gender dalam kesejahteraan keluarga ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemgertismn gender
2. Untuk mengetahui pengaruh gender dalam kesejahteraan keluarga

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Gender
1. Pengertian Gender
Gender diadopsi dlm bhs Perancis dan Inggris menjadi Gender. Gender berarti perbedaan
antara laki-laki dan perempuan dlm peran,fungsi,hak, tanggung jawab,dan perilaku yang
dibentuk oleh tata nilai sosial budaya dan adat istiadat. Gender dapat diartikan sebagai perbedaan
peran, fungsi status, dan tanggung jawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari
konstruksi sosial budaya yang tertanam melalui proses sosialisasi dari suatu generasi ke generasi
berikutnya.
Gender adalah hasil kesepakatan antara manusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karena
itu, gender bervareasi dari suatu tempat dengan tempat lain dari satu waktu ke waktu berikutnya.
Gender menyangkut aturan sosial yang berkaitan dengan jenis kelamin manusia laki-laki dan
perempuan. Perbedaan biologis dalam hal alat reproduksi antara laki-laki dan perempuan
memang membawa konsekuensi fungsi reproduksi yang berbeda (perempuan mengalami
menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui, sedangkan laki-laki membuahi dengan
spermatozoa).

2. Pengertian Jenis Kelamin


Seks atau jenis kelamin merupakan karakteristik genetic atau fisiologik atau biologis
seseorang yang menunjukkan apakah dia seorang perempuan laki – laki. Jenis kelamin inilah
merupakan ciptaan Tuhan yang bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan,
dan berlaku sepanjang zaman (Puspitawati 2012).

3. Perbedaan antara Gender dan Jenis Kelamin


Istilah gender seringkali tumpang tindih dengan seks (jenis kelamin), padahal dua kata itu
merujuk pada bentuk yang berbeda.
Seks merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan
secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu.
Contohnya jelas terlihat, seperti laki-laki memiliki penis, scrotum, memproduksi sperma.
Sedangkan perempuan memiliki vagina, rahim, memproduksi sel telur. Alat-alat biologis
tersebut tidak dapat dipertukarkan sehingga sering dikatakan sebagai kodrat atau ketentuan dari
Tuhan (nature),
2
Sedangkan konsep gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki
maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural.
Misalnya, laki-laki itu kuat, rasional, perkasa. Sedangkan perempuan itu lembut, lebih
berperasaan, dan keibuan. Ciri-ciri tersebut sebenarnya bisa dipertukarkan. Artinya ada laki-laki
yang lembut dan lebih berperasaan. Demikian juga ada perempuan yang kuat, rasional, dan
perkasa. Perubahan ini dapat terjadi dari waktu ke waktu dan bisa berbeda di masing-masing
tempat. Jaman dulu, di suatu tempat, perempuan bisa menjadi kepala suku, tapi sekarang di
tempat yang sama, laki-laki yang menjadi kepala suku. Sementara di tempat lain justru
sebaliknya. Artinya, segala hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki,
yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari suatu kelas ke kelas yang lain,
komunitas ke komunitas yang lain, dikenal dengan gender.

B. Kesejahteraan Keluarga
1. Pengertian Kesejahteraan Keluarga
Menurut Soetjipto (1992), kesejahteraan keluarga adalah terciptanya suatu keadaan yang
harmonis dan terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial bagi anggota keluarga, tanpa
mengalami hambatan yang serius di dalam keluarga, dan dalam menghadapi masalah-masalah
keluarga akan mudah untuk di atasi secara bersama oleh anggota keluarga, sehingga standar
kehidupan keluarga dapat terwujud.
Jadi kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi di mana kehidupan secara materil,
mental spiritual, dan sosial dapat dipenuhi secara seimbang bagi para anggota keluarga dalam
situasi penuh kebahagiaan dan ketenteraman hidup bersama Kesejahteraan keluarga merupakan
output dari berjalannya sebuah ketahanan keluarga, yaitu kemampuan keluarga mengelola
sumberdaya baik yang miliki maupun yang tidak dimiliki namun dapat diakses keluarga, serta
mengelola masalah yang dihadapi keluarga untuk memenuhi tujuan keluarga (Sunarti 2009).
Kerjasama antara suami dan isteri yang semakin baik akan meningkatkan keseajahteraan
keluarga yang diharapkan.
Indikator kesejahteraan keluarga dapat dibagi menjadi dua cluster, yaitu
kesejahteraanobjektif yangdapat dilihat secara kualitatif, dan kesejahteraan keluarga
subjektifyang dapat dilihat secara kualitatif (Puspitasari 2012).
a. Kesejahteraan keluarga objektif terdiri atas :
1. Kesejahteraan keluarga berdasarkan kriteria Sayogyo (1971) diacu dalam Puspitawati
(2012)
 Menggunakan tingkat konsumsi ekuivalen beras perkapita sebagai indikator
kemiskinan (membedakan daerah pedesaan dan perkotaan)
3
 b. Untuk daerah pedesaan apabila seorang hanya mampu mengonsumsi ekuivalen
beras kurangdari240 kg/orang per kapita per tahun, yang bersangkutan
digolongkan sangat miskin, sedangkan untuk daerah perkotaan ditentukan
sebesar ekuivalen 360kg beras per kapita per tahun.
2. Kesejahteraan keluarga berdasarkan kriteria kemiskinan dari Badan Pusat Statistik
(BPS)
3. Kesejahteraan keluarga berdasarkan 14 kriteria kemiskinan penerima Bantuan
Langsung Tunai (BLT).
4. Kesejahteraan keluarga berdasarkan ktriteria Badan Koordinasi Keuangan Berencana
Nasional yang didasarkan atas kebutuhan dasar, kebutuhan psikologis,dan kebutuhan
pengembangan.
5. Kesejahteraan keluarga berdasarkan Uniter Nation Devolopment Program (UNDP)

b. Kesejahteraan Keluarga Subyektif


Devenisi kesejahteraan keluarga subjektif atau family subjective quality of life sama
dengan kualitas hidup baik individu atau keluarga dengan defenisi sebagai berikut :
1. Kualitas hidup manusia meliputi domain kehidupan manusia (Universitas Toronoto
2003) diacu dalam Puspitawati (2012) adalah sebagai berikut:
a. Domainbeing (domain berkaitan dengan keadaan badan)
 Kesejahteraan fisik : badan secara fisik maupun untuk bergerak, nutrisi dan
makanan yang dimakan, kesehatan fisik, higienis personal, nutris, latihan,
keadaan pakaian dan penampilan, keadaan pakaian dan penampilahn fisik secara
umum.
 Kesejahteraan psikologis: merasa bebas dari rasa khawatir dan stres, mood yang
biasa dirasakan,kesehatan psikologis dan penyesuaiannya, kognisi, perasaan,
penghargaan diri, konsep diri, dan kontrol diri.
 Kesejahteraan spiritual: mempunyai harapan untuk masa depan, nilai persnal
tentang perilaku, keyakinans piritual.
Andriyani (2000) menjelaskan bahwa kontribusi ekonomi wanita ditentukan oleh jumlah
anggota rumah tangga yang bekerja mencari nafkah dan memperoleh pendapatan berupa uang.
Apabila kontribusi ekonmi yang diberikan istri tinggi terhadap pendapatan keluarga maka
kebutuhan keluarga dapat terpenuhi dan kesejahteraan subjektif keluarga akan meningkat.
Kerjasama antara suami dan istri yang semakin baik akan meningkatkan kesejahteraan keluarga
yang diharapkan (Puspitawati 2012).
4
2. Pengaruh Gender dalam Kesejahteraan Keluarga
Perbedaan peran gender sangat membantu untuk memikirkan kembali tentang pembagian
peran yang selama ini dianggap telah melekat pada perempuan dan laki-laki untuk membangun
gambaran relasi gender yang dinamis dan tepat serta cocok dengan kenyataan yang ada dalam
masyarakat. Pembagian peran dan keseimbangan sistem keluarga dan masyarakat. Ada sebagian
masyarakat yang sangat kaku membatasi peran yang pantas dilakukan naik oleh laki-laki maupun
perempuan, misalnya tabu bagi seorang laki-laki masuk ke dapur atau menggendong anaknya
didepan umum dan tabu bagai seorang perempuan untuk sering keluar rumah untuk bekerja.
Namun demikian, ada juga masyarakat yang fleksibel dalam memperbolehkan laki-laki dan
perempuan melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya perempuan diperbolehkan bekerja sebagai
kuli bangunan sampai naik ke atap rumah atau memanjat pohon kelapa, sedangkan laki-laki
sebagian besar menyabung ayam untuk berjudi (Puspitawati 2012). Guhardja (1992).
Tingkat sosial ekonomi keluarga yang semakin kompleks yang sekaligus menuntut
adanya pembagian peran dalam keluarga yang semakin baik. Pembagian kerja antara sesama
anggota keluarga dalam keluarga inti menunjukkan adanya diferensiasi gender yang merupakan
suatu prasyarat struktural untuk kelangsungan keluarga inti (Megawangi 1999). (Scanzoni dan
Upriyantini 2002; Rachmawatin 2010) membedakan pandangan peran gender melalui dua bagian
yaitu peran gender tradisional dan gender modern.
1. Peran gender tradisional Pandangan ini membagi tugas secara tegas berdasarkan jenis
kelamin. Laki-laki yang mempunyai pandangan peran gender yang tradisional, tidak ingin
perempuan menyamakan kepentingan dan minat diri sendiri dengan kepentingan keluarga secara
keseluruhan.
2. Peran gender modern Tidak ada lagi pembagian tugas yang berdasarkan jenis kelamin
secara kaku, kedua jenis kelamin diperlakukan sejajar atau setingkat. Laki-laki mengakui minat
dan kepentingan perempuan sama pentingnya dengan minat laki-laki, menghargai kepentingan
pasangannya dalam setiap masalah rumahtangga dan memutuskan masalah yang dihadapi secara
bersama-sama. Perempuan yang berpandangan modern, berusaha memusatkan perhatiannya
untuk mencapai minatnya sendiri yang tidak lebih rendah dari minat suami.
4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Gender diadopsi dlm bhs Perancis dan Inggris menjadi Gender. Gender berarti
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dlm peran,fungsi,hak, tanggung jawab,dan perilaku
yang dibentuk oleh tata nilai sosial budaya dan adat istiadat. Gender dapat diartikan sebagai
perbedaan peran, fungsi status, dan tanggung jawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil
dari konstruksi sosial budaya yang tertanam melalui proses sosialisasi dari suatu generasi ke
generasi berikutnya.
2. Seks atau jenis kelamin merupakan karakteristik genetic atau fisiologik atau biologis
seseorang yang menunjukkan apakah dia seorang perempuan laki – laki. Jenis kelamin inilah
merupakan ciptaan Tuhan yang bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan,
dan berlaku sepanjang zaman (Puspitawati 2012).
3. Gender adalah karakteristik pria dan wanita yang terbentuk dalam masyarakat.
Sementara itu, seks atau jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara pria dan
wanita. Perbedaan biologis tersebut dapat dilihat dari alat kelamin serta perbedaan genetik.
4. Indikator kesejahteraan keluarga dapat dibagi menjadi dua cluster, yaitu
kesejahteraanobjektif yangdapat dilihat secara kualitatif, dan kesejahteraan keluarga
subjektifyang dapat dilihat secara kualitatif (Puspitasari 2012).

B. Kesimpulan
Dapat disimpulksn bahwa gender dan jenis kelamin itu bukanlah hal yang sama. Setiap
gender dan jenis kelamin sangat berpengaruh dalam kesejahteraan keluarga.
5
.DAFTAR KEPUSTAKAAN

https://www.google.com/search?
q=perbedaan+gender+dan+jenis+kelamin+adalah&oq=perbedaan+gender+dan+jenos&aqs=chro
me.1.69i57j0l7.13127j0j7&sourceid=chrome&i
https://www.google.com/search?
q=pengertian+kesejahteraan+keluarga&oq=pengertian+kesejahteraan+keluarga&aqs=chrome..6
9i57j0l7.7716j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/84930/1/I16dna.pdf

Anda mungkin juga menyukai