Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep
seksualitas “dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah
ini mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari teman-
teman dan bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan adanya makalah ini, diharapkan
dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan
serta dukungan dan doa nya,
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang profesi keperawatan. Kami mohon
maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan
penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam
pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi
pembaca maupun kami.

Pontianak, 24 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................6


A. Latar Belakang .............................................................................................6
B. Rumusan Masalah .......................................................................................6
C. Tujuan Makalah ............................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................9
A. Definisi seksualitas.......................................................................................9
B. Faktor yang mempengaruhi seksualitas .....................................................11
C. Permasalahan yang berhubungan dengan seksualitas ................................13
D. Tema kesehatan Reproduksi tentang Pubertas pada siswi SMP................16
BAB III PENUTUP ..............................................................................................17
A. Kesimpulan ................................................................................................17
B. Saran ...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Seksualitas di
definisikan sebagai kualitas manusai, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati
paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan, dan ekspresi diri manusia
sebagai makhluk seksual. Karena itu adalah pengertian dari seksualitas merupakan
sesuatu yang lebih luas dari pada hanya dengan sekedar kata seks yang merupakan
kegiatan hubungan fisik seksual.
Banyak elemen yang terkait dengan seksualitas dan seks. Elemen-elemen yang termasuk,
yakni elemen biologis, yang terkait dengan identitas seks. Elemen sosiokultural, yang
terkait dengan pandangan masyarakat akibat pengaruh kultur terhadap peran dan
kegiatan seksualitas yang dilakukan individu. Elemen yang terakhir adalah elemen
perkembangan psikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini berdasarkan pendapat
terkemuka para ahli tentang kaitannya antara identitas dan operan gender dari aspek
psikososial.
Kesehatan reproduksi merupakan keadan seksualitas yang sehat yang berhubungan
dengan fungsi dan proses sistem reproduksi. Seksualitas dalam hal ini berkaitan dengan
masa pubertas pada siswa/i SMP.

B. Tujuan
Tujuan umum
Untuk mengidentifikasi dan menjelaskan tentang konsep seksualitas
Tujuan khusus
1. Untuk menjelaskan tentang definisi seksualitas, seks, dan gender.
2. Untuk menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi seksualitas
3. Untuk menjelaskan permasalahan yang berhubungan dengan seksualitas
4. Untuk menjelaskan tentan pubertas kepada siswa/i SMP
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Seksualitas
Menurut Irwan (2012), seksualitas merupakan suatu komponen integral dari
kehidupan seorang perempuan normal. Hubungan seksual yang nyaman dan
memuaskan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam hubungan
perkawinan bagi banyak pasangan.
Menurut Steven (1999), seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam
manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi.
Menurut Bobak (2004), seksualitas adalah komponen identitas personal individu
yang tidak terpisahkan dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan
individu. Seksualitas tidak sama engan seks. Seksualitas adalah interaksi faktor-
faktor bilogis, psikologis personal, dan lingkungan. Fungsi biologis mengacu pada
pemahaman dalam diri individu tentang seksualitas seperti cinta diri, identifikasi
sebagai pria atau perempuan,dan pembelajaran peran-peran maskulin atau feminim.
Nilai atau aturan sosial budaya membantu dalam membentuk individu berhubungan
dengan dunia dan bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan orang
lain.
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak terpisahkan,
berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas tidak
smaa dengan seks. Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis, personal
psikologis, dan lingkungan. Hubungan seksual yang nyaman dan memuaskan
merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam hubungan perkawinan bagi
banyak pasangan.
2. Seks
Pengertian seks menurut para ahli :
a. Menurut Budianto (1993) seks berasal dari kata sexe atau secare yang berati
memotong atau memisahkan, seks mumbuat garis pemisah yang tegas antara
jenis kelamin jantan dan betina atau laki-laki dan perempuan. Kata “seks” lebih
banyak mengacu pada alat kelamin (genetalia) gairah, libido seksual dan aktifitas
seks.
b. Menurut Thontowi (2002) seks da;am ari sempit berarti kelamin sedang dalam
arti luas sering disebut dengan seksualitas tidak hanya menyangkut kelamin saja
tetapi semua aspek perbedaa antara laki-laki dan perempuan dari sisi fisik
biologis, psikis serta sosial yang berhubungan dengan manusia.
c. Menurut WHO (2006) seks dialami dan diekspresikan salah satunya melalui
sikap seksual. Sikap seksual seorang akan memengaruhi keputusan dan bentuk
perilaku seksual yang dipihnya. Seks berarti kelamin yang sedang dalam arti luas
sering disebut dengan seksualitas tidak hanya menyangkut kelamin saja tetapi
semua aspek perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari sisi fisik biologis,
psikis, dan sosial yang berhubungan dengan manusia serta diekspresikan salah
satunya melalui dikap seksual yang dipilihannya.
3. Gender
Pada awal perkembangannya, kata gender kalau dilihat dari kamus khusus bahasa
indonesia, tidak dibedakan dari konsep seks, sehingga terjadi kerancuan pemahaman
dan penggunaan konsep gender dan seks di masyarakat. Menurut para ahli:
a. menurut Mansur Fakih (1996) belum ada uraian yang mampu menjelaskan
secara singkat dan jelas mengenai konsep gender kepada masyarakat, khususnya
dikaitkannya dengan pentingnya perosalan gender dikaitkan dengan ketidakadilan
sosial.
b. Menurut Fakih (2006) mengemukakan bahwa jenis kelamin merupakan suatu
sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan
secara sosial maupun kultural. Perubahan ciri dan sifat – sifat yang terjadi dari
waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lainnya disebut konsep gender.
c. Menurut John M. Echols& Hassan Sadhily mengemukakan kata gender berasal
dari dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin (rahmawati, 2004). Secara
umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan
perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.
d. Menurut Santrock (2003) mengemukakan bahwa istilah jenis kelamin dan seks
memiliki perbedaan dari segi dimensi. Istilah seks (jenis kelamin) mengacu pada
dimensi biologis seorang laki-laki dan perempuan, sedangkan gender mengacu
pda dimensi sosial-budaya seorang laki-laki dan perempuan.
4. Rangkuman
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering
disebut jenis kelamin (ing: sex). Sedangkan seksualits menyangkut berbagai dimensi
yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikososial, dan kultural.

B. Faktor yang mempengaruhi seksualitas


Keinginan seksual beragam di antara individu: sebagian orang menginginkan dan
menikmati seks setiap hari, sementara yang lainnya menginginkan eks hanya sekali satu
bulan, dan yang lainnya lagi tidak memiliki keinginan seksual sama sekali dan cukup
merasa nyaman dengan fakta tersebut. Faktor yang mempengaruhi seksualita menurut
potter & perry (2010), yakni:
1. Faktor fisik
Klien dapat mengalami penuruna keinginan seksual karena alasan fisik. Aktivitas
seksaul dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya
membayangkan bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks.
Penyakit minor dan keletihan seseorang adalah alasan seorang untuk tidak merasakan
seksual. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk
terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang
menugubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara
seksual.
2. Faktor Hubungan
Masalah dalam perhubungan dapat mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan
seks. Setelah kemesraan hubungan telah memudar, pasangan mungkin mendapati
bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai atau gaya
hiup mereka. Tingkat seberapa jauh mereka untuk bernegosiasi dan berkompromi.
Keterampilan seperti ini memainkan peran yang sangat penting ketika menghadapi
keinginan seksual peran yang sangat penting ketika menghadapi keinginan seksaul
dalam berhubungan. Penurunan minat dalam aktivitas seksual dapat mengakibatkan
ansietas hanya karean harus mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa yang
diterima atau menyenangkan.
3. Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau penyalahgunaan alkohol atau tidak punya
waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dapat mempengaruhi
keinginan seksual. Dahulu perilaku seksual yang dikaitkan dengan, terutama dalam
periklanan, alkohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap
awal sek. Namun demikian, banyak bukti sekarang ini menunjukkan bahwa efek
negatif alkohol terhadap seksualitas jauh melebihi euvoria yang mungkin di hasilkan
pada awal nya. Menemukan waktu yang tepat untuk beraktivitas seksual adalah
faktor gaya hidup yang lain. Sebagian klien tidak mengetahui bagaimana menetapkan
waktu bekerja dan dirumah untuk mencakupkan perilaku seksual. Pasangan yang
bekerja, misalnya mungkin merasa terlalu terbeban sihingga mereka merasa cumbuan
seksual dari pasangannya sebagai tuntutan tambahan bagi meraka klien seperti ini
sering mengungkapkan bahwa mereka perlu waktu untuk menyendiri, untuk berfikir
dan istirahat sebagai hal yang lebih penting dari seks: individu yang lain mungkin
tidak memiliki pasangan seksual.
4. Faktor Harga-Diri. Tingkat harga-diri klien juga dapat menyebabkan konflik yang
melibatkan seksualitas. Jika harga-diri seksual tidak pernah di pelihara dengan
menggembangkan perasaan yang kual tentang seksual-diri dan dengan mempelajari
keterampilan seksual, seksualitas mungkin menyebabkan perasaan negatif atau
menyebabkan tekanan perasaan seksual. Harga-diri sekusal dapat menurun dalam
banyak cara. Perkosaan, inses, dan penganiayaan fisik atau emosi meninggalkan luka
yang sangat dalam. Rendahnya harga-diri seksual dapat juga diakibatkan oleh
kurangnya adekuatnya pendidikan sek, model peran yang negatif, dana upaya untuk
hidup dalam mengharapkan pribadi atau kultural yang tidak realistik. Mungkin ada
baiknya untuk menggali faktor fisik, hubungan, gaya hidup, dan harga diri secara
lebih mendalam bergantung pada aspek-aspek lain dari pengakajian.

C. Permasalahan yang berhubungan dengan seksualitas


Menurut Potter & Perry (2010), permasalahan yang disebabkan oleh seksualitas meliputi:
penyakit menular seksual, penyakit menular seksual karena bakteri, penyakit menular
seksual karena virus.
1. Penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual (PMS) telah menjadi kekuatiran hampir selama
individu terlibat dalam melakukan hubungan seksual. Human immunodeficiency
virus (HIV), yang merupakan PMS, menyerang kelompok yang kecil yang
mempunyai epidemik yang berbeda dibanding epidemik semua PMS lainnya. Oleh
karenanya, untuk pembahasan dalam bab ini, topik ini akan di bahas secara terpisah.
Seperti nama yang terkandung, PMS ditularkan dari individu terinfeksi kepsangannya
selama kontak seksual yang intim. Tepat penularan biasanya adalah genital, tetapi
mungkin juga oral-genital atau anal-genital. satu dari enam orang Amerika
menyatakan bahwa amerika mengalami penyakit menural seksual setidaknya sekali
dalam hidup meraka ( mechael et al, 1994).
Orang yang hampir pasti terinfeksi mempunyai satu karakteristik yang sama :
hubungan sek yang tidak terlindung banyak pasangan. Empat dari penyakit yang di
bahas disini disebabkan oleh bakteri dan biasanya dapat disembuhkan dengan
antibiotik : yaitu gonorea, kelamedia, fisilis, dan penyakit inflamsi pelviks. Klien
harus memahami bahwa antibiotik harus di habiskan seluruhnya sepanjang poroses
pengubatan. Namun demikian, kekuatiran yang timbuk adalah bahwa sebagian diri
infeksi bakteri ini ( mis.gonorea dam sifilis) sekarang mengalami strain resisten
terhadap antibiotik. Dua dari penyakit yang di diskusikan di sebabkan oleh virus dan
tidak dapat di sembuhkan: herpes genital dan kutil gental.
Masalah utama adalah meghadapi PMS adalah menemukan dan mengubati
orang yang mengalaminya. Sebagian orang mungkin bhahwa tidak mengetahui
bahwa mereka terinfeksi karena gejala tidak ada atau hilang tanpa disari. Karena
perilaku seksual dapat mencakup seluruh dan tidak hanya genital, banyak bagian
tubuh adalah tempat potensial untuk PMS. Telinga,mulut, tenggorokan,lidah, hidung,
dan kelopak mata dapat di gunakan untuk kesenangan seksual. Perinium, anus, dan
rektum juga sering digunakan dalam aktivitas seksual. Lebih jauh lagi, setiap kontak
dengan carian tubuh orang lain sekitar kepala atau suatu lesi terbuka pada kulit.
Anus.atau genitalia dapat menularkan PMS.
Kadang seseorang tidak mencari pengobatan karena meraka merasa sangat
malu. Meraka mungkin juga enggan untuk membicaran tentang perilaku seksual
mereka jika mereka merasa hal tersebut tidak normal sek oral ganital, sek anal
ganital, atau setiap prilaku seksual yang memalukan klien dapat menghambat deteksi
PMS. PMS spesifik dari tengorok dan usus kecil oleh karenanya tidak terdeteksi
sehingga sangat merugikan klien. Alat yang paling bermanfaat yang dapt digunakan
perawat untuk memberikan perawatan dalam bidang seksualitas adalah keterampilan
komunikasi. Dengan menanyakan dan membicarkan dengan klien dengan cara yang
halus dan dapat menimbulkan rasa percaya, perawat dapat menemukan isayrat yang
sangat bernilai tantang PMS. Yang mungkin terabaikan klien. Perawat dapat juga
mulai mengkaji sikap klien yang di tunjukan terhadap sekusalitas dan menyesuaikan
intevensi sehingga memungkinkan dapat diterima kedalam sistem nilai seksual klien.
5. Penyakit menular seksual karena bakteri.
Gonorea dan klamedia. Meskipun gonorea adalah penyakit yang terpisah dan
menumbuhkan pengobatan anti biotik yang berbeda, keduanya mempunyai gejala
konsekkuensi, dan kekuatiran yang mirip. Pria lebih mungkin untuk diagnosa konoria
dibanding wanita, sementara lebih banyak wanita dibanding pria yang mengalami
inveksi klamedia. Klemedia sekarang ini adalah yang paling umum ( michaeal et al,
1994).
Gejala timbul pada 90% pria yang terinfeksi dalam beberapa minggu
terpanjang. Gejalanya adalah rasa panas seperti terbakar atau geajala pada saat
berkemih dan pengeluarkan pus dari penis. Wanita dengan penyakit ini yang
mengalami gejala hanya 25% sampai 30% dari kasus. Gejala ini termaksuk rasa
panas atau sangat sakit pada anus dan rektum atau tengorok.
Gonorea dan klamidia didiagnosis melalui kultur atau “smear” dari organ yang
terkena. Individu penderita harus diobati dan diangap mampu untuk menularan
penyakit sampai gejala menghilangan. Tidak diobati atau diobati dengan tidak
memadai, penyakit ini berkembang untuk menginfeksi organ-organ reproduktif, yang
dapat mengakitbatkan pembentukan jaringan parut dan jaringan organ reproduktif
dan menyebabkan sterilitas permanen.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mempunyai gonorea aktif berisiko untuk
mengalama kebutaan. Pengobatan mata rutin bagi bayi baru lahir dengan salep
antiobiotik diperlukan untuk mencegah infeksi ini. Klamedia pada ibu dapat untuk
menyebabkan pneumonia dan infeksi mata pada bayi setelah dilahirkan. Pengobatan
selama kehamilan lebih mudah dibandingkan dengan upaya untuk menyebuhkan
penyakit lain pada bayi.
6. Penyakit inflamasi pelviks.
Penyakit inflamasi pelviks (PIP) adalah kelainan infeksius yang menyebkan
inflamasi, abses, dan pembentukan jaringan parut pada ovarium, tuba fallopii, dan
struktur pelviks lainya. Kelainan sering disebabkan oleh gonorea atau klamidia
progresif yang tidak diketaui atau tidak diobati. PIP biasanya menyebabkan nyeri
pelviks, nyeri tekan, dan demam. Bergantung pada beratnya gejala, pengobatan
antibiotik mungkin diberikan secara intravena di rumah sakit atau melalui asuhan
keperawatan di rumah. Kasus PIP yang parah sering mengharuskan pembedahan
untuk mengeluarkan akses, tuba yang terinveksi atau ovarium dan pada saatnya
melakukan fisterektomi dengan mengangkat ovarium dan tuba ini adalah penyakit
serius yang membutuhkan pengobatan konferensif yang lama. Kehamilan ektopik
dan pembentukan jaringan parut dan sterilitas sekalipun. Klien mungkin mengalami
rasa bersalah dan defresi yang diakibatkan oleh aktivitas seksual sebelumnya,
penyakit, dan kemungkinan timbulnya sterilitas. Oleh karenanya, selain pemberian
dan pemantawan trapi antibiotik dan pemberian penyuluhan, perawat juga harus juga
menciptkan iklim untuk memberikan kenyamanan dan dukungan emosional.
7. Sifilis.
Gejala dari penyakit ini membutuhkan waktu sampai 3 bulan setelah pemajanan
untuk tampak jelas. Gejala awal adalah lesi kecil tidak nyeri dan dikenal dengan
syanker, yang telah terjadi pada tempat penularan. Lesi ini sembuh secara sempontan
dalam beberapa munggu atau bulan.
Tanpa pengobatan, sfilis berkembang menjadi fasesistemik sekunder. Sfilis
sekunder menunjukkan gejala seperti salesma yaitu demam, nyeri otot, dan sakit
tengorok. Gambaran nyata adalah ruam umum yang dapat berlangsung selama
beberapa bulan. Sifilis dapat disembuhkan pada fase primer dan skunder. Tanpa
pengobatan individu yang trinfeksi menaluri pasangan seknya sepanjang waktu ini.
Jika benar tidak diobati. Sifilis dapat berkembang menjadi fase ke tiga yang tidak
dapat diobati. Sifilis tersier mencangkup efek pada sistem saraf pusat dan jantung
meskipun oragnismi penyebab tidak dapat ditularkan pada fase ini. Kerusakan yang
ditimbulkan bersifat menetap.
Janin mungkin tertular sifilis didalam uterus dan dilahirkan dengan sfilis
sekunder. Perawatan prenatal rutin mencangkup pemeriksaan darah untuk sifilis
sehingga pengobatan prenatal yang sesuai dapat dilakukan.
8. Penyakit menular seksual karna virus.
Virus herpes simpleks. Virus herpes simpleks (VHS) sangat banyak
dilingkungan. Oraganisme spesifik adalah VHS tipe II, yang menjadi penyebab
umum herpes genetal. Sakit salesma disebabkan oleh VHS tipe I, dan bukan
merupakan VHS : namun demikian, inveksi silang dapat terjadi sehingga
menyebabkan VHS genital tipe I dan VHS oral tipe II, untuk alasan ini, kontak
seksual intim harus dihindari dengan orang yang mempunyai lesi.
Lesi herpetik dapat terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah
pemajanan. Harpes tampak sebagai kumpulan atau lepuh kecil yang berulserasi dan
sembuh dalam beberapa minggu. Lesi cukup menyakitkan selain lesi setempat,
pemajanan awal terhadap VHS sering menimbulkan gejala umum seperti influenza.
Umumnya, VHS harus dianggap sebagai masalah sepanjang hidup. Penyakit tidak
mengalami perkembangan tetapi terjadi berulang sebagai lepuh mengelompok yang
berulserasi dan menyembuh. Kekambuhan paling mungkin pada waktu terjdi
penyakit atau setres tetapi frekuensinya dapat berkurang sepanjang tahun. Sebagian
besar individu mengenali tanda ini sebagai berdaging, nyeri, atau gatal pada area
yang trinveksi. Hal ini dilanjutkan dengan pembentukan lesi sampai beberapa jam
atau hari. Klien harus dianggap mampuh untuk menularkan virus dari saat gejala
awal timbul sampai lesi disembuhkan. Selama priode intervensi, VHS tidak dapat
ditularkan. Medikasi, seperti asiklovis, tersedia untuk menurunya ketidaknyamanan
karena lesi dan menurunkan frekuensi kekambuhan. Jika lesi genital maternal timbul
dekat waktu persalinan, maka bayi dapat tertular VHS selama persalinan vagina.
Herpes merupakan virus yang sangat serius dan kemungkinan fatal bagi neunatus.
Saat cukup bulan, pemberian perawatan kesehatan harus memeriksa adanya lesi
genital; jika ada, dianjurkan melahiran sesar.
9. Kutil genital
Kutil venereal atau genital, atau kondiloma akuminata, disebkan oleh human
papiloma virus (HPV). Kondisi ini mungkin asimptomatik atau menyebabkan lesi
lunak berwarna mengkilat pada area yang menjadi tempat kontak seksual. HPV
adalah infeksi virus yang paling umum dan PMS kedua yang paling umum dari
semua PMS (Micheal et al, 1994).
Kutil genital dapat terjadi sampai 6 bulan setelah pemajanan dan mungkin sulit
untuk diobati. Pengobatannya termasuk pengolesan berulang medikasi seperti
podofilum, atau lesi harus diangkat melalui bedah beku atau beda laser. Infeksi HPV
juga mempunyai hubungan dengan peningkatan angka kejadian kanker, terutama
pada wanita.
Pada wanita, pemeriksaan pap sering mengidentifikasi sel-sel serviks atipik atau
displasia ( perkembangan abnormal) yang mebutuhkan penyelidikan lebih jauh.
Kolposkopi adalah prosedur yang memungkinkan pemeriksa untuk melihat serviks
melalui pembesaran dan mengidentifikasi dan kemudian membiopsi area yang
dicurigai. Sering kali, tidak ada kutil atau lesi yang tampak sempai diolesi asam
asetat untuk memperjelas pertumbuhan selular abnormal. Setelah mengidentifikasi
displasia wanita ini harus mengulang pemeriksaan pap untuk mengamati progres
perubahan selular. Pada kasus dimna displasia hebat atau perubahan syankerosa dini,
wanita ini mengkin membuthkan pembedahan untuk mengangkat lesi, sel-sel
abnormal, atau bagian dari serviks. Displasia serviks yang tidak diobati selama
bebrapa tahun dapat berkembang menjadi kanker serviks invasif.

D. Tema Kesehatan Reproduksi tentang Pubertas dan masa remaja


Awitan pubertas pada anak gadis biasanya ditandai dengan perkembangan payudara.
Setelah pertumbuhal awal jaringan payudara, puting dan areola ukurannya meningkat.
Proses ini yang sebagian di kontrol oleh hereditas, mulai dari pada paling muda usia 8
tahun dan mungkin tidak komplet sampai akhir 10 tahunan.kadar estorogen yang
meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai membesar, dan menjadi
peningkatan lubrikasi vagina, hal tersebut dapat terjadi secara spontan atau akibat
perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh.
Menarke sangat berveriasi, menarke dapat terjadi secepatnya pada usia 8 tahun dan tidak
sampai usia 16 Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh. Menarke
sangat berveriasi, menarke dapat terjadi secepatnya pada usia 8 tahun dan tidak sampai
usia 16 tahun atau lebih. Meskipun siklus mensturasi pada awalnya tidak teratur dan
tidak ovuluasi mungkin tidak terjadi saat mensturasi pertama, fasilasi harus selalu
diwaspadai kecuali dilakukan hal lain,
kadar testosteron yang meningkat pada anak laki-laki selama pubertas ditandai
dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis. Anak laki-laki
dan anak gadis mungkin mengalami orgasmus sebelum masa pubertas, tetapi ejakulasi
pada anak laki-laki tidak terjadi sampai organ seksnya matur,, yaitu sekitar usia 12 atau
14 tahun.. Ejakulasi mungkin terjadi pertama kali selama tidur (emisi nokturnal). Hal ini
dapat diinterpretasikan sebagai suatu episode mimpi basah dan bahkan bagi anak laki-
laki yang berpengetahuan mungkin sangat memalukan.Anak laki-laki harus mengetahui
bahwa, meski mereka tidak menghasilkan sperma saat pertama eja kulasi,mereka segera
akan menjadi subur. Pada saatnya terjadi perkembangan genital, rambut pubis,, wajah,,
dan tubuh mulai tumbuh.
Perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti
perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab
dan asimilasi pengharapan masyarakat. Remaja dihadapkan pada keputusan dan dengan
demikian membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan
aktivitas seksual, penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, dan kehamilan.
Informasi faktual ini rumah sekolah, buku-buku, atau teman sebaya.
Bahkan dengan informasi seperti ini pun, remaja mungkin tidak mengintegrasikan
pengetahuan ini ke dalam gaya hidupnya. Mereka mempunyai orientasi saat ini dan rasa
tidak rentan. Karakteristik ini dapat menye babkan mereka percaya bahwa kehamilan
atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka, dan karenanya tindak ke waspadaan tidak
diperlukan. Penyuluhan kesehatan harus diberikan dalam konteks perkembangan
ini. Yang lebih penting dari hal faktual adalah pedoman dalam menetapkan sistem nilai
atau keyakinan pribadi untuk digunakan sebagai kerangka kerja pembuatan ke putusan.
Sebagian besar dari pedoman ini sudah ditunjukkan oleh orangtua baik secara verbal
maupun nonver bal. Sikap-sikap orangtua mengenai peran dan perilaku sesuai jender
mempengaruhi karier dan pilihan keluarga remaja dan dapat juga mempengaruhi
keputusan mengenai aktivitas seksual dan pilihan menjadi orangtua dan pasangan
(Gambar 24-5).
Masa ini mungkin merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual. Banyak
remaja mempunyai se tidaknya satu pengalaman homoseksual dengan seorang individu
atau dalam kelompok Remaja tau dalam kelompok Remaja mungkin takut bahwa
pengalaman ini mendefinisikan seksualitas total mereka.
Ini tidak benar, banyak individu terus berorientasi heteroseksual secara ketat setelah
pengalaman demikian, Namun demikian, beberapa remaja mungkin mengenali preferensi
mereka sebagai homoseksual yang jelas. Hal ini dapat sangat menakutkan dan
pengenalan yang membi ngungkan bagi remaja dan keluarga serta membutuhkan banyak
dukungan. Dukungan dapat datang dari berbagai sumber seperti konselor di sekolah,
penasihat spiritual, keluarga, dan profesional kesehatan mental.
Pada masa remaja mungkin pertama kalinya bagi anak mencari perawatan kesehatan
tanpa ditemani oleh orang tua. Agar dapat efektif dalam intervensi dengan kelompok usia
ini, pemberi perawatan kesehatan harus menciptakan suatu lingkungan yang menyayangi
dan saling percaya dan keinginan untuk mendengarkan.
Masalah kerahasiaan harus diklarifikasi dan dihormati. Perawat harus dapat
memisahkan nilai pribadi mengenai seksualitas remaja sebelum mereka dapat bertindak
efektif. Mendapatkan kontraseptif atau melakukan suatu aborsi tanpa izin dari orangtua
mungkin merupakan hal yang legal pada beberapa negara bagian di Amerika Serikat,
tetapi hal tersebut selalu merupakan masalah etik. Mereka yang memberikan perawatan
kesehatan pada remaja atau perawatan kesehatan reproduktif harus menghadapi hal-hal
yang berkait an dengan etik dan hukum dan mempunyai pengetahuan yang mendalam
tentang perkembangan remaja.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Padadasarnya seksualitas
tidak terbatas hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja,tetapi merupakan ekspresi
kepribadian, perasaan fisik dan simbolik tentangkemesraan, menghargai dan saling
memperhatikan secara timbal balik. Pada kondisi dimana kesehatannya mengalami
gangguan, seseorang kemungkinan besar akan mengalami gangguan pemenuhan
kemenuhan kebutuhan seksualitasnya, yang dapat ditampilkan melalui berbagai perilaku
seksual.
Seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi sek,
identitas dan peran orientasi seksual,erotisme,kenikmatan,kemesraan dan reproduksi.
Fungsi dari seksualitas itu sendiri yaitu sebagai kesuburan,kenikmatan,mempeerat ikatan
dan meningkatkan intiman pasangan,menegaskan maskulinitas atau feminitas,
meningkatan harga dirimencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan,mengurangi
ansietas atau ketegangan,pengambilan resiko,keuntungan materi.Seksualitas di pengaruhi
oleh beberapa dimensi yakni dimensi sosiokultural,dimensi agama dan etik,dimensi
psikologis,dan dimensi biologis.Ada banyak permasalahan seksualitas yang antara lain di
sebabkan oleh ketidaktahuan mengenai seks,kelelahan,konflik dan kebosanan.
B. SARAN
Diharapakan pemahaman mengenai kebutuhan seksualitas dan reproduksi di
informasikan sejak dini, agar dapat menjaga kessehatan seksual dan reproduksi, sehingga
tidak terjadi gangguan pada kebutuhan seksualitas dan reproduksinya. Selain itu, kita
sebagai calon perawat harus lebih memahami tentang kebutuhan dasar seksualitas agar
dapat memberikan intervensi yang tepat kepada klien gangguan seksualitas dan
reproduksi sehingga klien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai