Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

KONSEP SEKSUALITAS

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. SUHARIYANTO, M.Kep

DISUSUN OLEH:

JADA TRI YOPI NADIANI 191111007

JESY 191111008

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
mahasiswa dari mata kuliah MAKALAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM
KEPERAWATAN di Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Singkawang, Poltekkes Kemenkes
Pontianak.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns.


SUHARIYANTO, M.Kep selaku dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan demi terselesaikannya tugas ini. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan pendahuluan ini yang berjudul “KONSEP SEKSUALITAS”

Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya pada makalah ini, dan saya
berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca,
dengan segala kerendahan hati saran dan kritik dari pembaca guna peningkatan pembuatan
laporan pada tugas yang lain diwaktu mendatang.

Singkawang , April 2022

.Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................i

Daftar Isi........................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Seksualitas...........................................................................3


B. Dimensi Seksualitas............................................................................................3
C. Perkembangan Seksualitas..................................................................................4
D. Siklus Respon Seksualitas..................................................................................7
E. Macam-macam Penyakit Seksualitas..................................................................9
F. Faktor Yang Mempengaruhi Seksualitas............................................................11
G. Seksualitas Dalam Proses Keperawatan.............................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.Seksualitas


di defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari
lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri
manusia sebagai mahluk seksual. Karena itu pengertian dari seksualitas
merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan
kegiatan fisik hubungan seksual. Seksualitas merupakan aspek yang sering di bicarakan
dari bagian personalitas total manusia, dan berkembang terus dari mulai lahir
sampai kematian. Banyak elemen-elemen yang terkait dengan keseimbangan seks
dan seksualitas. Elemen-elemen tersebut termasuk elemen biologis; yang terkait
dengan identitas dan peran gender berdasarkan ciri seks sekundernya dipandang dari
aspekbiologis. Elemen sosiokultural, yang terkait dengan pandangan masyarakat
akibat pengaruh kultur terhadap peran dan kegiatan seksualitas yang dilakukan
individu. Sedangkan elemen yang terakhir adalah elemen perkembanganpsikososial laki-
laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang
kaitannya antara identitas dan peran gender dari aspek psikososial. Termasuk tahapan
perkembangan psikososial yang harus dilalui oleh oleh individu berdasarkan gendernya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan seksualitas?


2. Apa saja dimensi seksualitas?
3. Bagaimana perkembangan seksualitas?
4. Bagaiana siklus respon seksualitas?
5. Apa saja macam-macam penyakit seksual?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi seksualitas?
7. Bagaimana seksualitas dalam proses keperawatan?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian seksualitas
2. Mengetahui dimensi seksualitas
3. Mengetahui perkembangan seksualitas
4. Mengetahui siklus respon seksualitas
5. Mengetahui macam-macam penyakit seksual
6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi seksualitas
7. Mengetahui seksualitas dalam proses keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Seksualitas
Seks merupakan kegiatan fisik, sedangkan seksualitas bersifat total, multi-
determined dan multi-dimensi. Oleh karena itu, seksualitas bersifat holistik yang
melibatkan aspek biopsikososial kultural dan spiritual.
Identitas seksual adalah pengenalan dasar tentang seks diri sendiri secara
anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi biologis, yaitu kondisi anatomis dan
fisiologis, organ seks, hormon dan otak dan saraf pusat. Seorang anak dapat menafsirkan
secara jelas perilaku orang lain yang sesuai dengan identitas seksualnya, yang bagaimana
seorang memutuskan untuk menafsirkan identitas seksual untuk dirinya sendiri atau citra
diri seksual (sexual self-image) dan konsep diri.
Peran jender berhubungan dengan bagaimana identitas jender seseorang
diekspresikan secara sosial dalam perilaku jenis seks yang sama atau berbeda. Identitas
jender mulai berkembang sejak usia 2 hingga 3 tahun yang dipengaruhi oleh faktor
biologis (embrionik dan sistem saraf pusat), anatomi genital dan pola orang tua terhadap
anak. Dengan demikian, sebenarnya peran jender terbina melalui pengamatan.
Dalam hal ini dapat disimpulkan, bahwa pada dasarnya seksualitas tidak terbatas
hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja, tetapi merupakan ekspresi kepribadian,
perasaan fisik dan simbolik tentang kemesraan, menghargai dan saling memperhatikan
secara timbal balik. Perilaku seksual seseorang sangat ditentukan oleh berbagai
kebutuhan, antara lain kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, rasa aman psikologis, serta
harga diri sebagai wanita atau pria. Pada kondisi dimana kesehatannya mengalami
gangguan, seseorang kemungkinan besar akan mengalami gangguan pemenuhan
kemenuhan kebutuhan seksualitasnya, yang dapat ditampilkan melalui berbagai perilaku
seksual.

B. Dimensi Seksualitas
1. Dimensi Sosiokultural
Dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah perilaku
yang diterima didalam kultur. Seorang individu dipengaruhi oleh jaringan sosial

3
mereka dan cenderung untuk melakukan apa yang digariskan oleh lingkungan
sosial mereka. Kehidupan sosial melekat erat dalam kehidupan sosial yang
memberikan kesempatan dan batasan. Contoh:
a. Perilaku yang diperbolehkan selama pacaran, hal-hal yang dianggap
merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi & larangan dalam perilaku seksual,
atau menemukan orang yang boleh atau tidak boleh dinikahi.
b. Tradisi seksual kultural adl sirkumsisi. Di AS masih merupakan kontroversial,
akan tetapi 80% neonatus di AS disirkumsisi, karena alasab higienis, atau
simbol keagamaan &identitas etnik tertentu.
2. Dimensi Agama dan Etik
Jika kepuasan seksual melewati batas kode etik individu,maka akan menimbulkan
konflik internal, seperti perasaan bersalah,berdosa dll. Meskipun agama memegang
peranan penting, keputusan seksual akhirnya diserahkan pada individu,shg sering
terjadi pelanggaran etik atau agama.
3. Dimensi Biologis
Merupakan dimensi yang berkaitan dengan anatomi dan fungsional organ
reproduksi termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara
optimal. Contoh:
- Kesehatan reproduksi pria & wanita berbeda, membutuhkan perawatan yang
berbeda pula baik interna maupun eksternal.
4. Dimensi Psikologis
a. Seksualitas mengandung sesuatu yang dipelajari.
b. Orangtua mempunyai pengaruh signifikan pertama pada anak-anaknya.

C. Perkembangan Seksualitas
1. Masa bayi
Baik bayi perempuan maupun bayi laki-laki dilahirkan dengan kapasitas
untuk kesenangan dan respon sosial. Genetalia bayi sensitif terhadap sentuhan
sejak lahir. Dengan stimulasi bayi laki-laki berespon dengan ereksi penis dan bayi
perempuan dengan lubrikasi vaginal. Anak laki-laki juga mengalami ereksi
nogtural spontan tanpa stimulasi. Dengan memberikan bentuk stimulasi taktil

4
melalui menyusu, memeluk, dan menyentuh atau membuai, membantu bayi dalam
mendefinisikan pengalaman kesenangan dan kenyamanan melalui interaksi
manusia dan dari kontak tubuh.
2. Masa usia bermain dan prasekolah
Anak dari usia 1 sampai 5 atau 6 tahun menguatkan rasa identitas gender dan
mulai membedakan perilaku sesuai gender yang didefinisikan secara sosial. Proses
pembelajaran ini terjadi dalam perjalanan interaksi normal. Anak juga mengamati
perilaku orang dewasa, mulai untuk menirukan tindakan orang tua yang berjenis
kelamin sama, dan mempertahankan atau memodifikasi perilaku yang didasarkan
pada umpan balik manusia.
Eksplorasi tubuh terus berlanjut dalam kelompok usia ini. Eksplorasi dapat
mencakup mengelus diri sendiri, manipulasi genital, memeluk boneka, hewan
peliharaan, atau orang di sekitar mereka dan percobaan seksual lainnya. Sementara
mempelajari bahwa tubuh itu baik dan bahwa stimulasi tertentu itu menyenangkan,
anak dapat diajarkan tentang perbedaan perilaku yang bersifat pribadi versus
publik.
Pertanyaan tentang darimana bayi berasal atau perilaku seksual yang diamati
oleh anak harus dijelaskan dengan terbuka, jujur, dan sederhana. Anak usia 4-6
tahun mulai menginternalisasikan seksualitas mereka akan bermain dan berpakaian
sesuai dengan gender masing-masing. Usia ini akan rentang untuk mulai terlibat
masturbasi. Orang tua dapat menimbulkan ansietas pada anak –anak usia 4-6 tahun
dengan tidak mentoleransi terhadap idiosin krasi (karakteristik atau keanehan,
perilaku atau fisik) mental perilaku peran seks. Orang tua yang memberikan reaksi
berlebihan terhadap masturbasi anak, dapat menimbulkan keyakinan bahwa genetal
dan seks adalah buruk dan kotor.
3. Masa usia sekolah
Bagi anak-anak dari usia 6-10 tahun, edukasi dan penekanan tentang
seksualitas datang dari orang tua dan gurunya. Tetapi lebih signifikan dari
kelompok teman sebayanya. Anak-anak usia sekolah sepertinya akan terus
melanjutkan perilaku stimulasi diri. Orang tua dan anak-anak dapat diinformasikan
bahwa masturbasi tidak mempunyai efek fisik atau emosional yang membahayakan.

5
Anak-anak dalam kelompok usia ini akan terus mengajukan pertanyaan
tentang seks dan menunjukkan kemandirian mereka dengan menguji perilaku yang
sesuai. Batas pengujian mungkin ditunjukkan dengan menggunakan kata-kata kotor
dengan konotasi seksual sambil mengamati reaksi orang dewasa.
Anak-anak sampai usia 10 tahun juga memiliki kebutuhan privasi, banyak
anak gadis dan anak laki-laki sudah mulai mengalami sebagian dari perubahan
pubertas. Sebagaimana anak memasuki pubertas, tubuh mereka berubah dan mereka
mengalami peningkatan kesopanan.
Anak usia 6-10 tahun mempunyai keterikatan emosional dengan kedua
orangtuanya dengan jenis seks yang berbeda. Mereka cederung untuk berteman
dengan jenis seks yang sama. Anak usia ini memiliki keinginantahuan mengenai
seks dan berbagi rasa takut serta mulai meningkatnya kesadaran diri.
4. Pubertas dan masa remaja
Awitan pubertas pada anak gadis biasanya ditandai dengan perkembangan
payudara. Setelah pertumbuhan awal jaringan payudara, puting dan aerola
ukurannya meningkat. Proses ini yang sebagian dikontrol oleh hereditas, mulai
pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplit sampai akhir usia 10
tahunan. Kadar estrogen yang meningkat juga mempengaruhi genital. Uterus mulai
membesar, dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut dapat terjadi
secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut
pubis dan aksila mulai tumbuh. Menarke dapat terjadi secepatnya pada usia 8 tahun
dan tidak sampai usia 16 tahun atau lebih.
Kadar testosteron yang meningkat pada anak laki-laki selama pubertas
ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis.
Anak laki-laki dan anak gadis mungkin mengalami orgasmus sebelum masa
pubertas, tetapi ejakulasi pada anak laki-laki tidak terjadi sampai organ seksnya
matur, yaitu sekitar usia 12-14 tahun. Ejakulasi mungkin terjadi pertama kali
selama tidur (emisi nokturnal dan ini disebut mimpi basah. Pada saatnya terjadi
pengembangan genital, rambut pubis, wajah, dan tubuh mulai tumbuh. Pada remaja
usia 13-19 tahun mereka mulai menjalin hubungan dengan jenis kelamin yang
berbeda, fantasi seksual dan mastrubasi merupakan hal yang biasa bagi mereka.

6
5. Masa Dewasa
Dewasa telah mencapai maturasi tetapi terus untuk mengeksplorasi dan
menemukan maturasi emosional dalam hubungan. Keintiman dan seksualitas juga
merupakan masalah bagi orang dewasa yang memilih untuk tidak melakukan
hubungan seks.
Dewasa muda (20-35 tahun) masuk dalam masa melakukan hubungan
seksual. Pengetahuan mengenai respons seksual meningkatkan kepuasan hubungan.
Pada masa ini, dewasa muda mungkin akan mencoba berbagai ekspresi seksual,
mengembangkan sistem nilai dan menghargai sistem nilai orang lain juga berbagi
tanggung jawab finansial dan tugas rumah tangga dengan pasangan hidupnya.
Masa dewasa (35-55 tahun) mulai terjadi perubahan tubuh karena menopause.
Pasangan memusatkan hubungan seksualitas pada kualitas bukan kuantitas
pengalaman seksual.
6. Masa dewasa ( lansia) usia lebih dari 55 tahun
Seksualitas dalam usia tua beralih dari penekanan pada prokreasi menjadi
penekanan pada pertemanan, kedekatan fisik, komunikasi intim, dan hubungan fisik
mencari kesenangan. Hal ini dapat secara aktif di penuhi dengan mempertahankan
aktivitas seksual secara teratur sepanjang hidup. Terutama bagi wanita, hubungan
senggama teratur membantu mempertahankan elastisitas vagina, mencegah atrofi,
dan mempertahankan kemampuan untuk lubrikasi. Namun demikian, proses
penuaan mempengaruhi perilaku seksual, Lansia menghadapi penurunan kekuatan
kesehatan yang menghambat aktifitas seksual. Lansia harus menyesuaikan tindakan
seksual terhadap penyakit kronis, medikasi, sakit dan nyeri, atau masalah kesehatan
lainnya. Orgasme mungkin lebih jarang dicapai baik bagi suami maupun istri.
Sekresi vagina berkurang dan masa resolusi bagi pria memanjang.

D. Siklus Respon Seksualitas


Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut-turut.
Normal pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase, dan hasil
bercinta yang memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual: Kegembiraan, Plateau,
Orgasme, Resolusi.

7
Keempat fase yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, meskipun waktu dan
panjang durasi dari masing-masing bervariasi antara kedua jenis kelamin. Selain itu,
intensitas dari masing-masing fase dapat bervariasi antara setiap orang, dan antara laki-
laki dan perempuan.
1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menit
sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
a. Peningkatan ketegangan otot
b. Peningkatan denyut jantung
c. Perubahan warna kulit
d. Aliran darah ke daerah genital
e. Mulainya pelumasan Vagina
f. Testis membengkak dan skrotum mengencang
2. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yang
terjadi dalam fase ini meliputi:
a. Fase kegembiraan meningkat
b. Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c. Klitoris menjadi sangat sensitive
d. Testis naik ke dalam skrotum
e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan
darah
f. Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan fase
terpendek, hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik seperti
berikut:
a. Kontraksi otot tak sadar
b. Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
c. Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
d. Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
e. Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahan
kembali ke tingkat fisiologis normal. Fase resolusi ditandai dengan relaksasi,

8
keintiman,dan seringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan fase
resolusi sebelum kembali ke aktivitas seksual dan kemudian orgasme, sedangkan
laki-laki memerlukan waktu pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring
pertambahan usia laki-laki, panjang dari fase refraktori akan sering meningkat.

E. Macam-Macam Penyakit Seksualitas


1. Pengertian Menular Seksual PMS
Penyakit menular seksual kini dikenal dengan infeksi menular seksual, yaitu
infeksi yang umumnya ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman.
Penyebaran pun bisa dari darah, sperma, atau cairan tubuh lainnya. Selain itu,
penyebaran tanpa hubungan seksual juga bisa dari pemakaian jarum suntik secara
berulang atau bergantian bagi diantara beberapa orang, serta berisiko menularkan
infeksi.
2. Gejala Menular Seksual PMS
Berikut ini gejala penyakit menular seksual lain yang perlu diwaspadai:
a. Mengalami perubahan pada urine. 
b. Rasa nyeri selama berhubungan seks.
c. Kutil atau memar.
d. Sakit panggul atau perut bagian bawah.
e. Miss V terasa panas atau gatal.
f. Keputihan abnormal atau perdarahan vaginal.
g. Keluar cairan dari Mr P.
h. Buang air kecil terasa menyakitkan atau panas.
3. Jenis PMS
Terdapat 3 penyakit menular seksual, yaitu:
a. Sifilis
Penyakit seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri treponema pallidum ini
mempunyai gejala seperti munculnya luka pada alat kelamin atau pada mulut.
Luka ini pada umumnya akan bertahan antara 1 - 2,5 bulan dengan tidak ada rasa
sakit namun mudah ditularkan. Segera tangani sifilis, karena jika tidak, maka
infeksi ini akan berlanjut ke tahap berikutnya yang mirip dengan

9
gejala flu, kerontokan rambut, hingga pitak. Jika dibiarkan, maka sifilis bisa
menyebabkan kelumpuhan, kebutaan, impotensi dan bahkan terkena masalah
pendengaran serta hilangnya nyawa seseorang.
b. Gonore
Penyakit menular seksual kedua ini disebabkan oleh bakteri neisseria
gonorrhoeaedengan tidak ada gejala apapun yang ditunjukkan.
Gejala gonore bisa berbeda antara pria dan wanita, seperti:
1) Pria: sering buang air kecil, rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air
kecil dan rasa sakit sekitar testikel.
2) Wanita: sering buang air kecil, rasa sakit pada perut bagian bawah saat
berhubungan intim, demam dan siklus menstruasi terganggu.
c. Chlamydia
Jenis penyakit seksual yang biasanya disebabkan oleh klamidia trachomatis.
Gejalanya memang tidak akan terasa, namun penularannya bisa terjadi tanpa
disadari oleh orang yang terkena infeksi.
Jenis penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus:
a. Kutil Kelamin
Kutil kelamin, merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebab
dari virus yang biasanya muncul di sekitar alat kelamin. Penyakit ini tidak
menimbulkan rasa sakit, tetapi biasanya akan muncul rasa gatal dan memerah.
b. HIV
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dengan dapat
menular melalui hubungan intim yang tidak aman, berbagi alat suntik maupun
jarum, maupun melalui transfusi darah.
4. Pengobatan Menular Seksual PMS
Biasanya dokter akan menyarankan dua jenis pengobatan saat telah terdiagnosis
penyakit menular seksual. Yaitu pengobatan menggunakan antibiotik dan konsumsin
obat anti virus. Antibiotik berfungsi untuk menyembuhkan infeksi menular seksual
karena bakteri dan parasit, termasuk gonore, sifilis, klamidia, dan trichomoniasis.
Sementara mengonsumsi obat antivirus setiap hari mampu mengurangi risiko infeksi
atau kekambuhan.

10
5. Pencegahan Menular Seksual PMS
Mencegah penularan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara, 
a. Hindari melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang
b. Selalu gunakan kondom
c. Vaksinasi

F. Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas


Keinginan seksual beragam diantara individu: sebagian orang menginginkan dan
menikmati seks setiap hari, sementara yang lainnya menginginkan seks hanya sekali satu
bulan, dan yang lainnya lagi tidak memiliki keinginan seksual sama sekali dan cukup
merasa nyaman dengan fakta tersebut.
1. Faktor fisik
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Aktivias
seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya
membayangkan bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks.
Penyakit minor dan keletihan adalah alasan seseorang untuk tidak merasakan
seksual. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk,
terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang
mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara
seksual.
2. Faktor hubungan
Masalah dalam berhubungan dapat mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan
seks. Setelah kemesraan hubungan telah memudar, pasangan mungkin mendapati
bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai atau gaya
hidup mereka. Tingkat seberapa jauh mereka masih merasa dekat satu sama lain dan
berinteraksi pada tingkat intim bergantung pada kemampuan mereka untuk
bernegosiasi dan berkompromi. Keterampilan seperti ini memainkan peran yang
sangat penting ketika menghadapi keinginan seksual dalam berhubungan. Penurunan
minat dalam aktivitas seksual dapat mengakibatkan ansietas hanya karena harus
mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa yang diterima atau
menyenangkan.

11
3. Faktor gaya hidup
Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau penyalahgunaan alcohol atau tidak
punya waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dapat mempengaruhi
keinginan seksual. Dahulu perilaku seksual yang dikiatkan dengan periklanan,
alcohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap awal seks.
Namun demikian, banyak bukti sekarang ini menunjukkan bahwa efek negatif
alcohol terhadap seksualitas jauh melebihi cuforia yang mungkin dihasilkan pada
awalnya.
Menemukan waktu yang tepat untuk aktivitas seksual adalah factor gaya hidup
yang lain. Sebagian klien tidak mengetahui bagaimana menetapkan waktu bekerja
dan di rumah untuk mencakupkan perilaku seksual. Pasangan yang bekerja, misalnya
mungkin merasa terlalu terbeban sehingga mereka cumbuan seksual dari
pasangannya sebagai tuntutan tambahan bagi mereka. Klien seperti ini sering
mengungkapkan bahwa mereka perlu waktu untuk menyendiri untuk berpikir dan
istirahat sebagai hal yang lebih penting dari seks. Individu yang lain mungkin tidak
memiliki pasangan seksual.
4. Faktor harga diri
Tingkat harga diri klien juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan
seksualitas. Jika harga diri seksual tidak pernah dipelihara dengan mengembangkan
perasaan yang kuat tentang seksual diri dan dengan mempelajari keterampilan
seksual, seksualitas mungkin menyebabkan perasaan negatif atau menyebabkan
tekanan perasaan seksual. Harga diri seksual dapat menurun dalam banyak cara.
Perkosaan, inses, dan penganiayaan fisik atau emosi meninggalkan luka yang dalam.
Rendahnya harga diri seksual dapat juga diakibatkan oleh kurang adekuatnya
pendidikan seks.

G. Seksualitas dalam Proses Keperawatan


1. Pengkajian

12
a. Riwayat Kesehatan Seksual
Pertanyaan masa lalu atau tidak mengetahui apakah klien mempunyai masalah
kekhawatiran seksual.
b. Pengkajian Fisik
Inspeksi dan palpasi.
c. Identfkasi klien yang beresiko
1) Adanya gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat trauma, dll
2) Riwayat pnganiayaan seksual.
3) Kondisi yang tidak menyenangkan
4) Terapi medikasi spesifik yang dapat menyenangkan masalah seksual.
5) Gangguan aktivitas fisik sementara maupun permanen
6) Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan religi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan
1) Ketakutan kehamilan
2) Efek antihipertensi
3) Depresi perpisahan dengan perceraian
b. Disfungsi seksual
1) Cedera medulla spinalis
2) Penyakit kronis
3) Nyeri
4) Ansietas mengenai penempatan di RS
c. Gangguan Citra tubuh
1) Efek masektomi
2) Disfungsi seksual
3) Perubahan pasca persalinan
d. Ganguan harga diri
1) Kerentanan yang dirasakan setelah mengalami serangan infrak miokardium
2) Pola penganiayan ketika masih kecil

13
3. Perencanaan
a. Mempertahankan, memperbaiki, atau meningkatkan kesehatan seksual
b. Meningkatkan pengtahuan seksualitas dan kesehatan
c. Mencegah PMS
d. Mecegah kehamilan yang tidak diinginkan
e. Meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual
f. Memperbaiki konsep seksual diri

4. Implementasi
a. Proses kesehatan seksual
b. Perawat: keterampilan komuniksi yang baik
c. Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik dan faktor yang berhubungn
d. Rujukan mungkin diperlukan

5. Evaluasi
a. Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan
b. Klien, pasangan perawat mungkin harus mengubah harapan atau menetapkan
jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
c. Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif dalam artian penting.

BAB III

14
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Pada dasarnya
seksualitas tidak terbatas hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja, tetapi merupakan
ekspresi kepribadian, perasaan fisik dan simbolik tentang kemesraan, menghargai dan
saling memperhatikan secara timbal balik. Pada kondisi dimana kesehatannya mengalami
gangguan, seseorang kemungkinan besar akan mengalami gangguan pemenuhan
kemenuhan kebutuhan seksualitasnya, yang dapat ditampilkan melalui berbagai perilaku
seksual.

B. Saran
Diharapkan pemahaman mengenai kebutuhan seksualitas dan reproduksi di
informasikan sejak dini, agar dapat menjaga kesehatan seksual dan reproduksi, sehingga
tidak terjadi gangguan pada kebutuhan seksualitas dan reproduksinya. Selain itu, kita
sebagai calon perawat harus lebih memahami tentang kebutuhan dasar seksualitas agar
dapat memberikan intervensi yang tepat kepada klien gangguan seksualitas dan
reproduksi sehingga klien dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

15
Agusthia, Mira dkk. 2010. Aspek Seksualitas dalam Keperawatan. Padang: Unand.

Prasetyanti, K. Nurindah dkk. 2012. Konsep Seksualitas. Semarang: Undip.

Angelina, Norma. 2012. Pengertian Konsep Seksualitas. Semarang: Undip.

Halodoc. (2019, 22 Mei). “Penyekit Menular Seksual PMS”. Diperoleh 24 Agustus 2019, dari
https://www.halodoc.com/kesehatan/penyakit-menular-seksual-pms

Academia. (2010). “Aspek Seksualitas dalam Keperawatan”. Diperoleh 12 Agustus 2019, dari
https://www.academia.edi/9396616/aspek_seksualitas_dalam_keperawatan_ok

16

Anda mungkin juga menyukai