Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN MASALAH PSIKOSEKSUAL

Makalah ini Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I

yang di bina oleh Bapak Rully Andika,MAN

Disusun oleh:
1. Khotijah Safinaturrohmah (108116040)
2. Myelinda Ariyanti (108116047)
3. Icha Cahya Puspita (108116065)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN 2B

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN AKADEMK 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN MASALAH PSIKOSEKSUA” sebagai tugas
Keperawatan Jiwa I program studi S1 Keperawatan semester 4 STIKES Al Irsyad
AL Islamiyyah Cilacap tahun pelajaran 2017/2018.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah berpartisipasi dan membantu dalam penyelesaian penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan penulis bersedia menampung kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
dan bagi para pembaca.

Cilacap,10 Maret 2018

Penulis

KEPERAWATAN JIWA I ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Psikoseksual ...................................................................................... 6
2.2 Teori Psikoseksual .............................................................................................. 7
2.3 Seksualitas Normal dan Penyesuaian Seks Sehat ............................................. 10
2.4 Tingkatan Respon Faaliyah Seksual ................................................................. 12
2.5 Organ Seksualitas.............................................................................................. 14
2.6 Dorongan Seksual dan Transmutasi Seksual ......................................................... 15
2.7 Disfungsi Seksual.................................................................................................... 16
2.8 Deviasi Seksual dan Seksual Abnormal ............................................................ 17
2.9 Faktor Predisposisi Penyimpangan Seksual ............................................................ 19
2.10 Faktor Presipitasi ................................................................................................. 21
2.11 Manifestasi Klinik pada Depriasi Seksual ........................................................... 21
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH PSIKOSEKSUAL .. 22
BAB III............................................................................................................................. 28
PENUTUP........................................................................................................................ 28
3.1 Simpulan ................................................................................................................ 28
3.2 Saran ....................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 29

KEPERAWATAN JIWA I iii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia dan juga merupakan ekspresi dan
pengalaman diri sebagai makhluk seksual. Dalam menerapkan pendekatan yang
holistik, aspek sosial perlu diperhatikan perawat.
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan terapeutik pada
klien dengan masalah psikoseksual. Dalam bab ini dibahas pengertian
psikoseksual,Teori psikoseksual,seksualitas normal dan penyesuaian seks,
tingkatan respon faaliyah seksual,organ seksualitas, dorongan seksual dan
transmutasi seksual, disfungsi seksual,deviasi seksual dan sesksual
abnormal,faktor predisposisi dan presipitasi penyimpangan seksual serta
pengkajian dan asuhan keperaeatan dengan masalah psikoseksual.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang di maksud dengan masalah psikoseksual?
2. Bagaimanakah teori psikoseksual?
3. Bagaimanakah seksualitas yang normal dan penyesuaian seks yang sehat?
4. Apa saja tingkatan respon faaliyah seksul?
5. Apa saja organ seksualitas?
6. Bagaimanakah dorongan seksual dan transmutasi seksual?
7. Apakah yang di maksud dengan disfungsi seksual?
8. Apakah yang di maksud dengan deviasi seksual dan sesksual abnormal?
9. Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi penyimpangan seksual?
10. Bagaimana pengkajian dan Asuhan Keperawatan dengan masalah
psikoseksual?

KEPERAWATAN JIWA I 4
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan masalah psikoseksual.


2. Untuk mengetahui teori psikoseksual.
3. Untuk mengetahui seksualitas yang normal dan penyesuaian seks yang
sehat.
4. Untuk mengetahui tingkatan respon faaliyah seksul.
5. Untuk mengetahui organ seksualitas.
6. Untuk mengetahui dorongan seksual dan transmutasi seksual.
7. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan disfungsi seksual.
8. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan deviasi seksual dan sesksual
abnormal.
9. Untuk mengetahui faktor predisposisi dan presipitasi penyimpangan
seksual.
10. Bagaimana pengkajian dan Asuhan Keperawatan dengan masalah
psikoseksual?

KEPERAWATAN JIWA I 5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikoseksual


Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badaniah, psikologik dan
kebudayaan yang berhubungan langsung dengan seks dan hubungan seks
manusia. Seksologi ialah ilmu yang mempelajari segala aspek ini. Seksualitas
adalah keinginan untuk berhubungan, kehangatan, kemesraan dan cinta,
termasuk di dalamnya memandang, berbicara, bergandengan tangan. Seksualitas
mengandung arti yang luas bagi manusia, karena sejak manusia hadir ke muka
bumi ini hal tersebut sudah menyertainya.
Dengan demikian, maka seks juga bio-psiko-sosial, karena itu pendidikan
mengenai seks harus holistik pula. Bila dititikberatkan pada salah satu aspek
saja, maka akan terjadi gangguan keseimbangan dalam hal ini pada individu atau
pada masyarakat dalam jangka pendek atau jangka panjang, umpamanya hanya
aspek biologi saja yang diperhatikan atau hanya aspek psikologik ataupun sosial
saja yang dipertimbangkan.
Kita membedakan beberapa pengertian yang berkaitan dengan psikoseksual
yang meliputi:
1. Sexual identity (identitas kelamin)
Identitas kelamin adalah kesadaran individu akan kelaki-lakiannya atau
kewanitaan tubuhnya. Hal ini tergantung pada ciri-ciri seksual biologiknya,
yaitu kromosom, genitalia interna dan eksterna, komposisi hormonal, tetstis
dan ovaria serta ciri-ciri sex sekunder. Dalam perkembangan yang normal,
maka pola ini bersatu padu sehingga seorang individu sejak umur 2 atau 3
tahun sudah tidak ragu-ragu lagi tentang jenis seksnya.
2. Gender identity (identitas jenis kelamin)
Identitas jenis kelamin atau kesadaran akan jenis kelamin kepribadiannya
merupakan hasil isyarat dan petunjuk yang tak terhitung banyaknya dari
pengalaman dengan anggota keluarga, guru, kawan, teman sekerja, dan dari
fenomena kebudayaan. Identitas jenis kelamin dibentuk oleh ciri-ciri fisik

KEPERAWATAN JIWA I 6
yang diperoleh dari seks biologik yang saling berhubungan dengan suatu
sistem rangsangan yang berbelit-belit, termasuk pemberian hadiah dan
hukuman berkenaan dengan hal seks serta sebutan dan petunjuk orangtua
mengenai jenis kelamin. Faktor kebudayaan dapat mengakibatkan konflik
tentang identitas jenis kelamin dengan secara ikut-ikutan memberi cap
maskulin atau feminim pada perilaku nonseksual tertentu. Umpamanya
minat seorang anak laki-laki pada kesenian atau pakaian dicap feminin oleh
orangtuanya dan mungkin ia sendiri sudah menganggap demikian. Seorang
gadis yang suka olahraga, bersaing, dan berdiri sendiri menjadi ragu-ragu
bila ia dicap maskulin.
3. Gender role behaviour (Perilaku peranan jenis kelamin)
Perilaku peranan jenis kelamin ialah semua yang dikatakan dan dilakukan
seseorang yang menyatakan bahwa dirinya itu seorang pria atau wanita,
meskipun faktor biologik penting dalam mencapai peranan yang sesuai
dengan jenis kelaminnya, faktor utama ialah faktor belajar. Bila suami-istri
menjadi tua, maka hubungan seks memegang peranan penting dalam
mempertahankan kestabilan perkawinan. Dorongan seksual wanita
meningkat antara umur 30-40 tahun dan orgasme dapat saja dicapai sampai
pada usia tua. Seorang pria dapat melakukan aktivitas seksual sampai umur
tua juga. Faktor paling penting dalam mempertahankan seksualitas yang
efektif ialah ekspresi seksual yang aktif secara tetap.

2.2 Teori Psikoseksual


Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu teori
yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling kontroversial.
Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui serangkaian tahapan masa
kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi dari id menjadi fokus pada
area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau libido , digambarkan
sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.

KEPERAWATAN JIWA I 7
Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima
tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian
dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.
Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah
kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang
tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal
psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap “terjebak”
dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral mungkin
terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui
merokok, minum, atau makan.
Tahap Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud :
1. Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga
perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting
untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui
kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi
sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk
memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan
kenyamanan melalui stimulasi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi
kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini,
Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau
agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok
makan, atau menggigit kuku.
2. Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada
pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap
ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan
kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa
prestasi dan kemandirian.

KEPERAWATAN JIWA I 8
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara
di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang
memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat
yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu
dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini
menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten,
produktif dan kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa
anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan
menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut
Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika
orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan
bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu
memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu
ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian
kuat-analberkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan
obsesif.
3. Fase Phalic
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-
anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya
bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu
kasih sayang itu. Kompleks Oedipus menggambarkan perasaan ini ingin
memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah. Namun, anak juga
khawatir bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud
disebut pengebirian kecemasan.
Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set
sama perasaan yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun,
percaya bahwa gadis-gadis bukan iri pengalaman penis.
Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang sama-
seks sebagai alat vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk anak
perempuan, Namun, Freud percaya bahwa penis iri tidak pernah sepenuhnya

KEPERAWATAN JIWA I 9
terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku pada tahap ini.
Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya baik tidak
akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan
bahwa laki-laki mengalami perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa
melahirkan anak-anak.
4. Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi
diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial.
Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan
komunikasi dan kepercayaan diri.
Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil.
Tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar
banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan
dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode
terpisah.
5. Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan
minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal
fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain
tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses,
individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini
adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.

2.3 Seksualitas Normal dan Penyesuaian Seks Sehat


Normal dalam hal ini diartikan sehat atau tidak patologik dalam hal fungsi
keseluruhan. Perilaku seksual yang normal ialah yang dapat menyesuaikan diri,
bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan individu
mengenai kebahagiaan dan pertumbuhan, yaitu perwujudan diri sendiri atau
peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan kepribadiannya
menjadi lebih baik.

KEPERAWATAN JIWA I 10
Penyesuaian diri seksual yang sehat ialah kemampuan memperoleh
penagalaman seksual tanpa rasa takut dan salah, jatuh cinta pada waktu yang cocok
dan menikah dengan partner yang dipilihnya serta mempertahankan rasa cinta kasih
dan daya tarik seksual terhadap partner-nya. Partnernya itu tidak mempunyai
gangguan atau kesukaran yang serius yang dapat mengganggu, merusak atau
meniadakan suatu hubungan bahagia.
1. Rentang Respon
Para pakar yang mendalami masalah seksual tidak setuju dengan tipe perilaku
seksual yang disebut ”normal”. Ekspresi seksual merupakan rentang adaptif dan
maladaptif.
a. Respon Adaptif
b. Respon Maladaptif
c. Perilaku seksual yang memuaskan dengan menghargai pihak lain
d. Gangguan perilaku seksual karena kecemasan yang disebabkan oleh
penilaian pribadi atau masyarakat
e. Disfungsi penampilan seksual
f. Perilaku seksual yang berbahaya, tidak dilakukan di tempat tertutup atau
tidak dilakukan antara orang dewasa
2. Rentang Perilaku Seksual
Respon seksual yang paling adaptif terlihat dari perilaku yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Terjadinya antara dua orang dewasa.
b. Memberikan kepuasan timbal balik bagi pihak yang terlibat.
c. Tidak membahayakan kedua belah pihak baik secara psikologis maupun
fisik
d. Tidak ada paksaan.
e. Tidak dilakukan di tempat umum.
Respon perilaku seksual maladaptif meliputi perilaku yang tidak memenuhi satu
atau lebih kriteria yang diuraikan terdahulu.

KEPERAWATAN JIWA I 11
2.4 Tingkatan Respon Faaliyah Seksual
Pada pria dan wanita normal terdapat tingkat-tingkat perangsangan seksual
dengan masing-masing tingkat disertai perubahan-perubahan faaliah yang khas.
1) Tingkat 1 (perangsangan)
Ditimbulkan oleh rangsangan psikologik (fantasi, kehadiran objek cinta)
atau rangsangan faaliah (usapan, kecupan) atau gabungan keduanya. Terjadilah
ereksi pada pria dan lubrikasi (pelumasan lendir) vaginal, keduanya dalam waktu
10 detik sejak rangsangan efektif dimulai. Puting susu menjadi tegang, seperti
pada wanita. Klitoris menjadi keras dan bengkak serta labia mayora dan minora
menjadi tebal. Fase perangsangan dapat berlangsung beberapa menit sampai
beberapa jam.
2) Tingkat 2 (dataran)
Bila rangsangan berlangsung terus, testis menjadi lebih besar 50% dan
terangkat, seperti bagian bawah vagina mengecil (dikenal sebagai ”panggung
orgasmik”, ”orgasmic platform”. Klitoris terangkat dan masuk ke belakang
sismfisis pubis sehingga tidak mudah dicapai. Buah dada wanita bertambah
besar 25%. Timbul gerakan-gerakan volunter kelompok-kelompok otot besar.
Fase dataran berlangsung 30 detik sampai beberapa menit.
3) Tingkat 3 (orgasme)
Pada pria orgasme timbul sebagai ”reflek bersin” yang tidak dapat ditahan
dan diikuti dengan penyemprotan sperma. Terjadi 4-5 kali spasme ritmik pada
prostat, vesika, seminalis, vas deferens, dan uretra dalam interval 0,8 detik. Pada
wanita terjadi 3-12 kali kontraksi ”panggung orgasmik” dan uterus berkontraksi
secara tetanik yang terjadi dari fundus ke servix dengan interval 0,8 detik.
Pada kedua seks timbul kontraksi involunter pada sfinkter ani interna dan
eksterna. Terdapat juga gerakan-gerakan volunter dan involunter pada kelompok
otot besar, termasuk otot muka (grimas) dan spasme karpopedal. Tekanan darah
naik dengan 20-40 mm (sistolik dan diastolik) dan denyutan jantung meningkat
sampai 120-160 per menit. Orgasme berlangsung 3-15 detik dengan kesadaran
yang sedikit berkabut.

KEPERAWATAN JIWA I 12
Kemampuan orgasme pada pria paling tinggi pada kira-kira umur 18 tahun
(6-8 kali orgasme dalam waktu 24 jam) dan pada wanita sekitar umur 35 tahun
terutama sesudah melahirkan anak (mungkin karena berkurangnya hambatan
psikologik). Pada pria sesudah berumur 30 tahun sering kemampuan orgasme
menjadi satu kali dalam 24 jam.
Orgasme merupakan betul-betul suatu pengalaman psikofisiologik dengan
perasaan subjektif mengenai suatu puncak reaksi fisik terhadap rangsangan
seksual dan dengan suatu masa singkat pembebasan fisik dari pembendungan
pembuluh darah dan ketegangan otot yang tertimbun sewaktu fase.
Orgasme pada wanita sama saja, tidak ada hubungan dengan cara dan
daerah rangsangan. Ternyata orgasme vaginal tidak berbeda dari orgasme
klitoris. Secara anatomik dan fisiologik hanya terdapat satu macam orgasme,
yaitu, kontraksi ritmik pada sepertiga bagian bawah vagina.
Kekuatan nafsu seksual Sangat bervariasi menurut umur, jenis kelamin, dan
keadaan individu, pada pria dewasa yang normal biasanya dua atau tiga kali
seminggu, wanita mempunyai potensi orgasme yang lebih besar.
4) Tingkat 4 (resolusi)
Dalam fase penyelesaian atau resolusi (resolution) terjadi pengaliran darah
ke luar dari genitalia sehingga badan kembali ke dalam keadaan istirahat. Jika
terjadi orgasme, maka resolusi cepat, jika tidak, maka resolusi berlangsung 2-4
jam dengan rasa nyeri pada genitalia dan iritabilitas.
Resolusi yang berhasil pada kedua sex ditandai dengan perasaan sejahtera,
senang dan lega serta reaksi pengeluaran keringat di seluruh badan.Periode
refrakter: sesudah orgasme, pria mengalami periode refrakter selama beberapa
menit sampai berjam-jam lamanya. Selama masa ini ia tidak dapat dirangsang
untuk orgasme lagi. Periode refrakter bertambah panjang dengan bertambahnya
usia.
Pada wanita tidak terdapat periode refrakter, sehingga wanita mampu
mencapai orgasme ganda berturut-turut. Beberapa wanita mencapai 20 sampai
30 orgasme bila rangsangan berlangsung terus.

KEPERAWATAN JIWA I 13
2.5 Organ Seksualitas
1. Organ seksual pria
a. Organ seksual pria bagian luar :
a) Testis
Testis ini memiliki 2 fungsi, sebagai tempat menghasilkan
spermatozoa dan mengeluarkan androgen. Masing-masing testis
terletak dalam kantong pelir atau buah zakar.
b) Penis
Ukuran dan bentuknya setiap orang bervariasi. Ukuran ini tidak bisa
diterka berdasarkan pengalaman seksuil, masturbasi, dan postur
tubuh seseorang. Rata-rata ukuran orang dewasa Indonesia dalam
keadaan ereksi adalah 13-18 cm dengan diameter 4 cm, sedangkan
selama istirahat panjangnya 5 – 10 cm dengan diameter 2-3 cm.
fungsinya sebagai tempat keluarnya sperma.
b. Organ seksual pria bagian dalam :
a) Kelenjar Prostat
Fungsi prostat adalah menghasilkan semen atau air mani yang
menjadi nutrisi bagi sperma saat keluar dari penis menuju rahim
wanita.
b) Seminal Vesicle
Seminal Vesicle atau vesikula seminali disebut juga kantung semen
atau kantung mani. Seminal vesicle adalah sebuah kantung kecil di
bawah prostat yang berfungsi menghasilkan cairan yang disebut
semen atau air mani. Cairan ini membuat sel-sel sperma yang
dikeluarkan oleh testis menjadi lebih encer sehingga mudah
disemprotkan keluar.
2. Organ seksual wanita
a. Organ seksual wanita bagian luar :
a) Mons Veneris
b) Labia mayora
c) Labia minora

KEPERAWATAN JIWA I 14
d) Klitoris
e) Vestibulum
b. Organ seksual wanita bagian dalam :
a) Vagina
b) Uterus
c) Tuba falopii
d) Ovarium
2.6 Dorongan Seksual dan Transmutasi Seksual
Dorongan seksual, seperti dorongan lain pada manusia, merupakan kejadian
yang normal dan netral. Dorongan seks menimbulkan rasa ingin tahu pada anak
sedang tumbuh (menjadi lebih besar) dan yang sedang berkembang atau
berubah. Transumatsi seks adalah perubahan atau pemindahan suatu bentuk
energi seksual seseorang menjadi unsur yang lainnya secrara positif (Hill,
1994:162).
Tiga potensi yang dapat ditimbulkan oleh energi seksual :
1) Kelestarian umat manusia atau regenerasi
2) Penjagaan kesehatan sebagai sarana terapi yang tidak ada tandingannya
3) Membuat individu menjadi genius melalui transmutasi atau pemindahan
energi
Hasrat pemuasan seksual adalah yang paling kuat diantara semua
keinginan manusia. Kekuatan seksualitas ini mengandung ketajaman imajinasi
serta keberanian yang biasa digunakan sebagai daya kreatif yang kuat dalam
bidang sastra, seni, profesi, dan dalam bidang usaha (Hill 1994 : 163)
Menurut Hill, ada 10 tingkatan yang paling mempengaruhi atau memberikan
stimulus bagi manusia :
1) Keinginan ekspresi seksual
2) Perasaan cinta
3) Keinginan untuk mendapatkan kemasyuran, kekuasaan, dan kekayaan
4) Keinginan untuk menikmati musik
5) Persahabatn dua orang dengan jenis kelamin sama atau berbeda
6) Perkumpulan ahli pikir untuk tujuan spiritual atau temporal

KEPERAWATAN JIWA I 15
7) Adanya kesamaan senasib atau penderitaan bersama
8) Sugesti pribadi
9) Keinginan terhindar dari rasa takut
10) Narkotika dan alkohol

2.7 Disfungsi Seksual


Disfungsi seksual merupakan kondisi di mana fungsi seksual dalam
tubuh seseorang sudah mulai melemah. Kondisi itu dapat terjadi ketika kita
masih muda, maupun pada usia lanjut karena kondisi fisik dan mental yang
semakin berkurang.
Kondisi disfungsi seksual dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pada
pria dapat berupa hiposeksualitas (hasrat seks yang berkurang), impotensia
(kemampuan ereksi berkurang atau tidak mampu sama sekali), ejakulasi dini,
dan anorgosmia (tidak dapat orgasme). Sedangkan pada wanita, disfungsi
seksual dapat berupa hiposeksualitas (hasrat seks berkurang), frigiditas (dingin
terhadap seks atau tidak bergairah sama sekali), fobio seksualis (takut dan muak
pada hubungan seksual), vaginismus, disparuenia (nyeri saat berhubungan), dan
anorgasmia (tidak dapat organsme).
Disfungsi seksual disebabkan oleh berbagai gangguan dan penyakit, baik
fisik maupun mental. Penyakit fisik yang menyebabkan disfungsi seksual adalah
diabetes mellitus (kencing manis), anemia, kurang gizi, penyakit kelamin,
penyakit otak dan sumsum tulang, akibat operasi prostat pada pria, tumor atau
kanker rahim pada wanita, menurunnya hormon (pada pria maupun wanita),
akibat pembedahan indung telur, penggunaan narkoba, obat penenang, alkohol,
dan rokok. Sedangkan penyakit mental yang menyebabkan disfungsi seksual
adalah psikosis, schizoprenia, neurosis cemas, histerik, obsesif-kompulsif,
depresif, fobia, gangguan kepribadian atau psiko-seksual, serta retardasi mental
dan gangguan intelegensia.

KEPERAWATAN JIWA I 16
Ada beberapa ciri-ciri umum orang dikatakan menderita disfungsi seksual, antara
lain:
1. Takut akan kegagalan
Dimana masalah terjadi ketika adanya ketakutan yang terkait dengan
kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi atau kegagalan
mencapai orgasme.
2. Asumsi peran sebagai penonton dan bukan sebagai pelaku
Memonitor dan mengevaluasi reaksi tubuh saat melakukan hubungan seks.
3. Kurangnya harga diri
4. Efek emosional
5. Rasa bersalah, rasa malu, frustasi, depresi, kecemasan.
6. Perilaku menghindar
Menghindari kontak seksual karena takut gagal menunjukkan performa yang
adekuat, membuat berbagai macam alasan kepada pasangan.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi disfungsi seksual :
a) Terapi obat, yaitu mengkonsumsi obat-obatan yang bisa menangani
disfunsi seksual.
b) Cara lain adalah dengan pendekatan psikologis, yaitu dengan psikoterapi.
salah satunya adalah terapi kognitif-behavioral (CBT). Dalam hal ini
terapi seks menjadi pilihan. Tujuan terapi ini adalah untuk membantu
klien individu atau pasangan untuk mengembangkan hubungan seksual
yang lebih memuaskan dan mengurangi kecemasan akan performa yang
kurang maksimal.

2.8 Deviasi Seksual dan Seksual Abnormal


Macam-Macam / Jenis-Jenis Penyimpangan Seksual :
1. Homoseksual / Homo / Homoseks
Homosexual adalah kelaianan di mana seseorang menyukai ornag lain
sesama jenis. Pada laki-laki disebut gay dan pada wanita disebut lesbian /
lesbi.

KEPERAWATAN JIWA I 17
2. Sadomasokisme dan Masokisme
Sadomasokisme adalah penyimpangan seksual yang mendapat kenikmatan
seks setelah menyakiti pasangan seksnya. Sedangkan Masokisme adalah
kelianan seks yang menikmati seks jika terlebih dahulu disiksa oleh
pasangannya.
3. Ekshibisionisme / Ekshibisionis
Adalah penyimpangan seks yang senang memperlihatkan alat vital / alat
kelamin kepada orang lain. Penderita penyimpangan seksual ini akan suka
dan terangsang jika orang lain takjub, terkejut, takut, jijik, dan lain
sebagainya.
4. Fetishisme / Fetishi
Fetishisme adalah suatu perilaku seks meyimpang yang suka menyalurkan
kepuasan seksnya dengan cara onani / masturbasi dengan benda-benda mati
seperti gaun, bando, selendang sutra, bh, sempak, kancut, kaus kaki, dsb.
5. Voyeurisme / Voyeur
Pelaku penyimpangan seks ini mendapatkan kepuasan seksual dengan
melihat atau mengintip orang lain yang sedang melakukan hubungan suami
isteri (Scoptophilia), sedang telanjang, sedang mandi, dan sebagainya.
6. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan seks / kontak
fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur.
7. Bestially
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan
binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing,
dan lain sebagainya.
8. Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami
istri seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengna anak cowok.
9. Necrophilia / Necrofil
Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks denganorang yang
sudah menjadi mayat / orang mati.

KEPERAWATAN JIWA I 18
10. Zoophilia
Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan
melakukan hubungan seks dengan hewan.
11. Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan
seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan
perempuan.
12. Frotteurisme / Frotteuris
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki
mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-
gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik / umum seperti
di kereta, pesawat, bis, dll.
Untuk mengobati bentuk penyimpangan aktivitas seks diperlukan suatu
bimbingan konseling yang baik, dukungan orang-orang terdekat serta peran
serta masyarakat untuk memberantas segala bentuk penyimpangan seks
yang tidak normal.

2.9 Faktor Predisposisi Penyimpangan Seksual


1) Faktor biologis
Penyimpangan hasrat seksual hipoaktif telah dihubungkan dengan kadar
testosteron serum yang rendah pada seorang pria ( Sadock, 1989 ), dan
untuk meningkatkan kadar serum prolaktin pada wanita (segrafes,
1988). Berbagai obat-obatan seperti, anti psikotik, anti depresan,
ansiolitik, anti kompulsan, dan juga penggunaan obat obatan yang
kronik seperti alkohol dan kokain, juga mempunyai implikasi dalam
penyimpangan hasrat seksual (Abel 1985).
2) Faktor Psikososial
Penyimpangan hasrat seksual dapat berhubungan dengan sejumlah
konflik perkembangan awal yang telah membiarkan individu dengan
hubungan bawah sadar antara impul seksual dan perasaan malu,
bersalah dengan berlebihan (sadock 1989).

KEPERAWATAN JIWA I 19
Perkosaan atau penganiayaan pada anak-anak, dan juga pengalaman
yang menyakitkan dengan coitus yang berulang, depresi mental,
masalah yang berhubungan dengan proses penuaan, dan kesulitan
menjalin hubungan mungkin juga adalah hal yang berhubungan dalam
masalah ini. Penyimpangan hasrat seksual pada wanita mungkin
dihubungkan dengan keragu raguan dan ketakutan, rasa bersalah, malu,
ansietas, konflik, pelecehan, tegang, kejijigan, kebencian kesedian,
marah terhadap pasangan dan didikan keagamaan atau moralistik yang
terlalu kuat (Tollison dan Adams 1979).
3) Pandangan Psikoanalitis
Seorang ahli mengusulkan bahwa perkembangan seksualitas secara
spesifik berhubungan dengan perkembangan hubungan objek selama
perkembangan fase psikoseksual.
Fase-fase psikoseksual dari anak hingga remaja : Ada fase fase
psikologis yang harus dilalui tiap individu antara lain fase psikoseksual
yaitu tahap-tahap pertumbuhan psikologis individu tersebut.
Bila individu tersebut gagal melewati suatu masa yang harus dilaluinya
sesuai dengan tahap perkembangannya maka akan terjadi gangguan
pada diri orang tersebut.
Fase-fase tersebut adalah : fase oral/mulut (0-18 bulan), fase anal (1,5 –
3 tahun), fase uretral, fase phallus (3-5 tahun), fase latensi (5/6 tahun –
11/13 tahun), fase genital (11/13 tahun – 18 tahun).
4). Pandangan Perilaku
Perspektif ini memandang perilaku seksual sebagai suatu respon yang
dapat diukur dengan komponen fisiologis maupun psikologis terhadap
stimulus yang dipelajari atau kejadian yang mendukung. Bantuan yang
diberikan untuk mengatasi masalah seksual melibatkan proses merubah
perilaku melalui intervensi langsung tanpa perlu mengidentifikasi
penyebab ataupsikodinamikanya.

KEPERAWATAN JIWA I 20
2.10 Faktor Presipitasi
Identitas seksual tidak dapat dipisahkan dari konsep diri atau gambaran diri
seseorang. Oleh karena itu apabila terjdi sesuatu perubahan pada tubuh atau
emosi individu akan menyebabkan suatu perubahan dalam respon seksual
individu pula. Faktor presipitasi spesifik meliputi :
1) Penyakit fisik dan emosional
2) Efek samping dari pengobatan
3) Kecelakaan atau pembedahan
4) perubahan karena proses penuaan

2.11 Manifestasi Klinik pada Depriasi Seksual


1) Memperlihatkan alat kelamin pada orang lain atau asing
2) Getaran seksual pada kehadiran objek-objek yang tidak hidup
3) Menyentuh atau menggosokan alat kelamin seseorang terhadap orang yang
tidak mengijinkan
4) Tertarik kepada atau melakukan tindakan seksual dengan anak pra pubertas
5) Getaran seksual melalui mempermalukan, memukul, melempar, atau
sebaliknya untuk membuat menderita (melalui fantasi membuat diri sendiri
menderita atau dengan pasangan seksual)
6) Getaran seksual dengan membuat penderitaan psikologis atau fisik pada
individu lain baik dengan yang mengizikan atau yang tidak mengizinkan
7) Getaran seksual melalui memakai pakaian lawan jenis
8) Getaran seksual melalui mengamati orang-orang yang tidsk dicurigai baik
yang telanjang atau terlibat dalam aktivitas seksual.
9) Masturbasi yang seringkali disertai dengan aktivitas-aktivitas yang
digambarkan saat mereka melakukannya seorang diri
10) Individu tersebut tampak sekali distres dengan aktivitas-aktivitas ini

KEPERAWATAN JIWA I 21
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH
PSIKOSEKSUAL
1. Pengkajian
Data 1:
a. Klien mengatakan tidak adanya hasrat untuk aktifitas
b. Ada perasaan jijik,anxietas,panik sebagai respon terhadap kontak genital
c. Tidak adanya pelumasan atau sensasi subjektif dari rangsangan seksual
d. Gagal untuk mencapai atau mempertahankan ereksi selama aktifitas
seksual
e. Ketidakmampuannya unruk mencapai orgasme atau ejakulasi
f. Ejakulasinya prematur
g. Nyeri genital selama coitus
h. Adanya konstriksi vaginal yang mencegah penetrasi penis
Data 2:
a. Klien mengatakan adanya kesukaran,pembatasan atau perubahan dalam
berperilaku atau beraktifitas seksual
b. Klien mengeluh tidak mampu mengekspresikan perilaku seksual
c. Klien merasakan bahwa getaran seksual hanya dapat di capai melalui
praktik yang berbeda, seperti phedophilia, fetishisme, masokisme,
sadisme, frotteurisme, ekshibisionisme, foyepurisme
d. Klien merasakan bahwa hasrat untuk mengalami hbungan seksual yang
memuaskan dengan individu lain tanpa butuh getaran melalui praktek
yang berbeda
2. Diagnosa Keperawatan
No. Dx Tujuan
Dx
1 Gangguan Disfungsi Tujuan Jangka Pendek:
Seksual 1. Pasien akan mengidentifikasikan stressor
stressor yang berperan dalam penurunan
fungsi seksual dalam satu minggu

KEPERAWATAN JIWA I 22
2. Pasien akan lebih mendiskusikan
patofisiologi penyakitnya yang
menimbulkan disfungsi seksual dalam satu
minggu
3. Untuk pasien dengan disfungsi
permanen,karena proses penyakit,pasien
akan mengatakan keinginan untuk mencari
bantuan profesional dan seorang terapis
seks supaya belajar alternatif cara untuk
mencapai kepuasan seksual dengan
pasangannya (dalam dimensi waktu di
tentukan sesuai individu)
Tujuan Jangka Panjang :
Pasien akan mendapatkan kembali aktofitas
seksual pada tingkat yang memuaskan untuk
dirinya dan pasangannya (dimensi waktu
disesuaikan dengan individu)
2 Perubahan pola Tujuan Jangka Pendek :
Seksualitas 1. Klien akan mengatakan aspek-aspek
seksualitas yang ingin diubahnya
2. Klien dan psangannya akan saling
berkomunikasi tentang cara-cara dimana
masing-masing meyakini hubungan
seksual mereka dapat di perbaiki
Tujuan Jangka Panjang :
1. Klien akan memperlihatkan epuasan
dengan pola seksualitasnya sendiri
2. Klien dan pasangannya akan
memperlihatkan kepuasan dengan
hubungan seksualnya

KEPERAWATAN JIWA I 23
3. Intervensi dan Rasionalnya
No.Dx Intervensi Rasional
1 1. Kaji riwayat seksual dan tingkat 1. Hal ini menetapkan suatu data
kepuasn sebelumnya dalam hubungan dasar untuk bekerja dan
seksual memberikan dasar untuk tujuan
2. Kaji persepsi pasien terhadap masalah 2. Ide tentang pasien tentang apa
3. Bantu pasien menetapkan dimensi yang merupakan suatu masalah
waktu yang berhubungan dengan mungkin berbeda dari ide
awitan masalah dan diskusikan ap yng perawat.Ide adalah persepsi
terjadi dalam situasi kehidupannya pasien yang darinya tujuan
pada waktu itu perawat harus di tetapkan
4. Kaji alam perasaan dan tingkat energi 3. Stress pada beberapa area
pasien kehidupan mempengaruhi
5. Tinjau aturan pengobatan dan fungsi seksual.Pasien mungkin
observasi efek samping tidak menyadari hubungan
6. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan anatara stress dan disfungsi
proses peyakit yang mungkin seksual
menambah disfungsi seksual 4. Depresi dan kelelahan
7. Dorong pasien untuk menanyakan hal- menurunkan hasrat dan
hal yang berkenan dengan seksual antusisme untuk berpartisipasi
dengan fungsi yang mungkin dalam aktifitas seksual
menyusahkan dirinya 5. Banyaknya obat-obatan dapat
8. Buat ruukan ke terapi sex jika mempengaruhi fungsi seksual.
dibutuhkan 6. Pasien mungkin tidak
menyadari bahwa kepuasan
perubahan dapat di buat dalam
kehidupan seks nya.
7. Peningkatan pengetahuan dan
membenarkan kesalahan
konsep dapat menurunkan
perasaan tidak berdaya dan

KEPERAWATAN JIWA I 24
anxietas dan memudahkan
solusi masalah
8. Pasien dan pasangannya
mungkin agak malu untuk
mencari bantuan jenis
ini.Bantuan dari seorang
perawat yang di percaya dapat
memberikan dorongan pada
mereka untuk mencari bantuan
yang mereka butuhkan
2 1. Kaji riwayat seksual,perhatikan area 1. Pengetahuan tentang apa yang
ketidakpuasan klien terhadap pola klien terima sebagai maslah
seksual adalah yang utama untuk
2. Kaji area stress dalam kehidupan dan memberikan jenis bantuan
priksa hubungan dengan pasangan yang mungkin di butuhkan
seksualnya klien
3. Catat faktor-faktor budaya, etnik, 2. Perilaku seksual yang berbeda
rasial, dan religius, yang mungkin seringkali di hubungkan
menambah konflik yang berkenaan dengan pasangannya mungkin
dengan praktik seksual yang berbeda memburuk sebagai pasangan
4. Terima dan jangan menghakimi akhir kepuasan seksual
5. Bantu terapis dengan perencanaan individual anya dari praktik
modifikasi perilaku untuk membantu yang berbeda
klien yang berhasrat untuk 3. Klien mungkin tidak
menurunkan perilaku-perilaku seksual menyadari pengaruh faktor-
yang berbeda. faktor ini mendesak dalam
6. Berikan informasi untuk klien dan menghasilkn perasaan-
pasangannya berkenaan dengan perasaan tidak nyaman,malu,
hubungan antara penyakit dan dan bersalah berkenaan dengan
perubahan seksual sikap dan perilaku seksual

KEPERAWATAN JIWA I 25
7. Jelskan pada klien bahwa seksualitas 4. Seksualitas adalah subyek yang
suatu respon manusiawi yang normal sangat pribadi dan sensitive
5. Individu-individu dengan
parafilia di tangani oleh
spesialis yang mengalami
pengalaman-pengalaman
dalam memodifikasi perilaku
seksual yang berbeda
6. Klien dan pasangannya
mungkin tidak menyadari
kemungkinan alternatif untuk
mencapai kepuasan seksual
atau anxietas yang
berhubungan dengan
pembatasan,mungkin
mengganggu pemecahan
masalah yang rasional
7. Jika klien merasa
abnormal/sangat tidak
menyukai orang lain,konsep
diri mungkin sangat rendah, ia
mungkin tetap merasa tidak
berharga untuk meningkatkan
harga diri dn hasrat untuk
mengubah perilaku.

KEPERAWATAN JIWA I 26
4. Evaluasi berdasarkan Kriteria Hasil/Pasien Pulang

No.Dx Kriteria Hasil


1 1. Pasien mampu menghubungkan faktor-faktor fisik atau psikososial yang
mengganggu fungsi seksual
2. Pasien mampu berkomunikasi dengan pasangannya tentang hubungan
seksual mereka tanpa merasa tidak nyaman
3. Pasien dan pasangannya mengatakan keinginan dan hasrat untuk mencari
bantuan dan terapis seks profesional
4. Pasien mengatakan kembali bahwa aktifitas seksualnya ada pada tahap yang
memuaskan dirinya dan pasangannya
2 1. Klien mampu mengatakan rasa takutnya akan abnormalitas dan
ketidaksesuaian perilaku seksual
2. Klien mengekspresikan hasrat untuk mengubah perilaku seksual yang
berbeda dan koopratif dengan rencana modifikasi perilaku
3. Klien dan pasangannya mengatakan modifikasi dalam aktifitas-aktifitas
seksual dalam berespon pada keterbatasan karena penyakit atau tindakan
medis
4. Klien mengekspresikan kepuasan dengan pola seksualitasnya sendiri atau
kepuasan hubungan seksual dengan orang lain

KEPERAWATAN JIWA I 27
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia dan juga merupakan ekspresi dan pengalaman
diri sebagai makhluk seksual.Makna perkembangan kepribadian menurut Freud
adalah belajarnya individu dalam setiap tahap perkembangannya dalam mengatasi
kematangan dan ketegangan yang dialaminya. Adapun tahapan perkembangan
menurut Freud disebut tahapan-tahapan perkembangan Psikoseksual Freud. Tahap-
tahap perkembangan psikosesksual Freud adalah tahap oral, anal, phalik, laten, dan
genital.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan-kekurangan baik dari bentuk maupun isinya, maka dari itu
penulis menyarankan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya yang
membangun agar pembuatan makalah ini bisa lebih baik kedepannya serta studi
meluangkan waktunya untuk membaca dan mempelajari tentang Teori
Psikoseksual. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
cakrawala ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

KEPERAWATAN JIWA I 28
DAFTAR PUSTAKA

Yosep,Iyus.2007.Keperawatan Jiwa.Bandung:PT.Refika Aditama

KEPERAWATAN JIWA I 29

Anda mungkin juga menyukai