Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bias menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini dengan judul “ASKEP KLIEN PSIKOSEKSUALITAS”. Disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
A. Pengertian Psikoseksual.........................................................................................6
B. Teori Psikoseksual..................................................................................................6
C. Faktor Presipitasi....................................................................................................8
D. Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas.................................................................8
E. Seksualitas Normal dan Penyesuaian Seks yang Sehat...........................................9
F. Asuhan Keperawatan...........................................................................................11
BAB III PENUTUP........................................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa
ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling
menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah
hubungan timbal balik antara dua individu tersebut. Seks pada hakekatnya
merupakan dorongan naluri alamiah tentang kepuasan syahwat. Tetapi
banyak kalangan yang secara ringkas mengatakan bahwa seks itu adalah
istilah lain dari Jenis kelamin yang membedakan antara pria dan wanita.
Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan juga merupakan ekspresi
dan pengalaman diri sebagai makhluk seksual. Dalam menerapkan
pendekatan yang holistik, aspek sosial perlu diperhatikan perawat.
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan
terapeutik pada klien dengan masalah psikoseksual. Dalam bab ini dibahas
pengertian psikoseksual,Teori psikoseksual,seksualitas normal dan
penyesuaian seks, tingkatan respon faaliyah seksual,organ seksualitas,
dorongan seksual dan transmutasi seksual, disfungsi seksual,deviasi
seksual dan sesksual abnormal,faktor predisposisi dan presipitasi
penyimpangan seksual serta pengkajian dan asuhan keperaeatan dengan
masalah psikoseksual.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep psikoseksual ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan psikoseksual ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahuai dan memahami apa saja yang ada di konsep
psikoseksual
2. Untuk mengetahuai dan memahami asuhan keperawatan psikoseksual
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Seksualitas
Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badaniah,
psikologik dan kebudayaan yang berhubungan langsung dengan seks dan
hubungan seks manusia. Seksologi ialah ilmu yang mempelajari segala
aspek ini. Seksualitas adalah keinginan untuk berhubungan, kehangatan,
kemesraan dan cinta, termasuk di dalamnya memandang, berbicara,
bergandengan tangan. Seksualitas mengandung arti yang luas bagi
manusia, karena sejak manusia hadir ke muka bumi ini hal tersebut sudah
menyertainya.
Dengan demikian, maka seks juga bio-psiko-sosial, karena itu
pendidikan mengenai seks harus holistik pula. Bila dititikberatkan pada
salah satu aspek saja, maka akan terjadi gangguan keseimbangan dalam
hal ini pada individu atau pada masyarakat dalam jangka pendek atau
jangka panjang, umpamanya hanya aspek biologi saja yang diperhatikan
atau hanya aspek psikologik ataupun sosial saja yang dipertimbangkan.
Kita membedakan beberapa pengertian yang berkaitan dengan
psikoseksual yang meliputi:
1. Sexual identity (identitas kelamin)
Identitas kelamin adalah kesadaran individu akan kelaki-lakiannya atau
kewanitaan tubuhnya. Hal ini tergantung pada ciri-ciri seksual
biologiknya, yaitu kromosom, genitalia interna dan eksterna,
komposisi hormonal, tetstis dan ovaria serta ciri-ciri sex sekunder.
Dalam perkembangan yang normal, maka pola ini bersatu padu
sehingga seorang individu sejak umur 2 atau 3 tahun sudah tidak ragu-
ragu lagi tentang jenis seksnya.
2. Gender identity (identitas jenis kelamin)
Identitas jenis kelamin atau kesadaran akan jenis kelamin
kepribadiannya merupakan hasil isyarat dan petunjuk yang tak
terhitung banyaknya dari pengalaman dengan anggota keluarga, guru,
kawan, teman sekerja, dan dari fenomena kebudayaan. Identitas jenis
kelamin dibentuk oleh ciri-ciri fisik Perkosaan atau penganiayaan
pada anak-anak, dan juga pengalaman yang menyakitkan dengan
coitus yang berulang, depresi mental, masalah yang berhubungan
dengan proses penuaan, dan kesulitan menjalin hubungan mungkin
juga adalah hal yang berhubungan dalam masalah ini. Penyimpangan
hasrat seksual pada wanita mungkin dihubungkan dengan keragu
raguan dan ketakutan, rasa bersalah, malu, ansietas, konflik, pelecehan,
tegang, kejijigan, kebencian kesedian, marah terhadap pasangan dan
didikan keagamaan atau moralistik yang terlalu kuat (Tollison dan
Adams 1979).
3. Pandangan Psikoanalitis
Seorang ahli mengusulkan bahwa perkembangan seksualitas secara
spesifik berhubungan dengan perkembangan hubungan objek selama
perkembangan fase psikoseksual.
Fase-fase psikoseksual dari anak hingga remaja : Ada fase fase
psikologis yang harus dilalui tiap individu antara lain fase psikoseksual
yaitu tahap-tahap pertumbuhan psikologis individu tersebut. Bila
individu tersebut gagal melewati suatu masa yang harus dilaluinya
sesuai dengan tahap perkembangannya maka akan terjadi gangguan
pada diri orang tersebut.
Fase-fase tersebut yaitu :
a. Fase oral/mulut (0-18 bulan)
b. Fase anal (1,5 – 3 tahun)
c. Fase uretral
d. Fase phallus (3-5 tahun)
e. Fase latensi (5/6 tahun – 11/13 tahun)
f. Fase genital (11/13 tahun – 18 tahun).
4. Pandangan Perilaku
Perspektif ini memandang perilaku seksual sebagai suatu respon yang
dapat diukur dengan komponen fisiologis maupun psikologis terhadap
stimulus yang dipelajari atau kejadian yang mendukung. Bantuan yang
diberikan untuk mengatasi masalah seksual melibatkan proses
merubah perilaku melalui intervensi langsung tanpa perlu
mengidentifikasi penyebab ataupsikodinamikanya.
B. Teori Psikoseksual
1. Menurut Teori Libido Freud
Insting seksual dalam perkembangannya dari masa kanak-kanak
menjadi dewasa melalui beberapa fase: oral, anal, falik, dan genital.
Tiap fase didominasi oleh semua organ somatik. Bila pada suatu fase
tertentu tuntutan tidak dipenuhi secara wajar, maka terjadilah fiksasi
atau pemberhentian pada fase itu. Fiksasi pada fase oral berari bahwa
selanjutnya sampai dewasa terdapat tuntutan-tuntutan akan pemuasan
oral yang tak cocok dengan umur.
2. Teori Interpersonal
Memandang gangguan seksual sebagai manifestasi kekacauan
hubungan anatara manusia yang dinyatakan dalam bidang seksual.
Teori kebudayaan menganggap bahwa kepercayaan, adat istiadat, dan
norma yang khas bagi suatu masyarakat tercermin dalam psikologi dan
psikopatologi seseorang, juga dalam bidang seksual. Teori adaptasi
mengatakan bahwa gangguan seksual ialah akibat ketakutan terhadap
hubungan heteroseksual, bahwa ketakutan ini timbul karena
pengalaman hidup yang jelek. Perilaku seksual yang patologik
merupakan adaptasi pada ketakutan ini. Pendekatan lain terhadap
perilaku seksual ialah penelitian sosiologik mengenai praktik seksual
pria dan wanita, seperti telah dilakukan di Amerika Serikat oleh
Kinsey.
3. Teori Biologis
Beberapa faktor organik telah diimplikasikan dalam etiologi dalam
parafilia. Hal ini mencakup abnormalitas dalam sistem limbik otak,
epilepsi lobus temporal, tumor lobus temporal, dan kadar androgen
abnormal (Brarford dan McLean, 1984).
4. Teori Psikoanalitik
Pendekatan psikoanalitik mendefinisikan parafilia sebagai seseorang
yang telah gagal dalam proses perkembangan normal ke arah penilaian
heteroseksual (Abel, 1989). Hal ini terjadi saat individu tersebut gagal
memecahkan krisis oedipal, dengan demikian mempertahankan
perasaan- perasaan seksual pada orangtua yang berlawanan jenis
kelamin dengan dirinya. Hal ini menghasilkan ansietas yang sangat
memandu individu untuk mencari kepuasaan seksual dengan cara
memberikan suatu ”pengertian yang aman” untuk orangtua (Becker
dan Kovoussi, 1988).
C. Faktor Presipitasi
Identitas seksual tidak dapat dipisahkan dari konsep diri atau
gambaran diri seseorang. Oleh karena itu apabila terjdi sesuatu perubahan
pada tubuh atau emosi individu akan menyebabkan suatu perubahan dalam
respon seksual individu pula. Faktor presipitasi spesifik meliputi :
1. Penyakit fisik dan emosional
2. Efek samping dari pengobatan
3. Kecelakaan atau pembedahan
4. perubahan karena proses penuaan
a. Pengertian
berupa:
a. Disfungsi ereksi
Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor fisik dan faktor psikis.
Penyebab fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor hormonal, faktor
vaskulogenik, faktor neurogenik, dan faktor iatrogenik (Pangkahila, 2007).
Faktor psikis meliputi semua faktor yang menghambat reaksi seksual
terhadap rangsangan seksual yang diterima. Walaupun penyebab dasarnya
adalah faktor fisik, faktor psikis hampir selalu muncul dan menyertainya
(Pangkahila, 2007).
a.Ejakulasi dini
1) Pengertian
b. Ejakulasi terhambat
1) Pengertian
Dalam 10 tahun terakhir ini hanya 4 pasien datang dengan keluhan ET.
Sebagian besar ET disebabkan oleh faktor psikis, misalnya fanatisme
agama sejak masa kecil yang menganggap kelamin wanita adalah sesuatu
yang kotor, takut terjadi kehamilan, dan trauma psikoseksual yang
pernah dialami.
4.Disfungsi Orgasme (Pangkahila, 2007)
a.Pengertian
a. Pengertian
Salah satu penyebab dispareunia ini adalah infeksi pada kelamin. Ini
berarti terjadi penularan infeksi melalui hubungan seksual yang terasa
sakit itu. Pada pria, dispareunia hampir pasti disebabkan oleh penyakit
atau gangguan fisik berupa peradangan atau infeksi pada penis, buah pelir,
saluran kencing, atau kelenjar prostat dan kelenjar kelamin lainnya.
2) Batasan Karakteristik
a) Perubahan aktivitas seksual
b) Gangguan eksitasi seksual
c) Gangguan kepuasan seksual
d) Perubahan minat terhadap orang lain
e) Perubahan minat terhadap diri sendiri
f) Perubahan peran seksual
g) Penurunan hasrat seksual
h) Merasakan keterbatasan seksual
i) Mencari informasi tentang kemampuan mencapai hasrat
seksual
j) Perubahan fungsi seksual yang tidak diinginkan
3) Faktor yang berhubungan
a) Tidak ada privasi
b) Model peran tidak adekuat
c) Kurang pengetahuan tentang fungsi seksual
d) Adanya penganiayaan
e) Penganiayaan psikososial
f) Konflik nilai
g) Kerentanan
4) Kondisi Terkait
a) Gangguan fungsi tubuh
b) Gangguan struktur tubuh
c. Ketidakefektifan pola sekusalitas
1) Definisi
Ekspresi kekhawatiran tentang seksualitas individu
2) Batasan Karakteristik
a) Perubahan hubungan dengan orang terdekat
b) Perubahan aktivitas seksual
c) Perubahan perilaku seksual
d) Perubahan peran seksual
e) Kesulitan dalam aktivitas seksual
f) Kesulitan dalam perilaku seksual
g) Konflik nilai
3) Faktor yang berhubungan
a) Konflik dengan orientasi seksual
b) Konflik dengan perbedaan varian
c) Takut hamil
d) Takut infeksi menular seksual
e) Hambatan dalam hubungan dengan orang terdekat
f) Model peran tidak adekuat
g) Kurang pengetahuan tentang alternatif yang berhubungan
dengan seksual
h) Kurang keterampilan tentang alternative yang berhubungan
dengan seksual
i) Tidak ada privasi
Intervensi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
DS : pasien
2. Menginformasikan pada bersedia
08.30 pasien di awal hubungan DO : pasien
bahwa seksualitas kooperatif
merupakan bagian yang
penting dalam kehidupan
dan bahwa penyakit,
medikasi dan stress (atau
masalah lain dan kejadian-
kejadian yang pasien
alami) sering merubah DS : Klien
fungsi seksual pasien. mengeluh tidak
3. Mendorong pasien agar mampu
08. 40 berkenan untuk mengekspresikan
mengungkapkan rasa perilaku seksual
ketakutan dan memberikan DO : klien
kesempatan pasien untuk sedang bertanya
bertanya mengenai fungsi
seksual
4. Memberikan informasi DS : klien
09.10 yang berkaitan dengan bersedia
fungsi seksual, sesuai DO : klien
dengan yang dibutuhkan kooperatif
klien.
2. Ketidakefektifan 10.00 1. Membangun hubungan DS : klien
Pola Seksual b/d terapeutik dengan klien, bersedia
kesulitan dalam yang didasarkan pada DO : klien
perilaku seksual kepercayaan dan rasa kooperatif
10.15 hormat.
2. Menginformasikan pada DS : klien
pasien di awal hubungan bersedia
bahwa seksualitas DO : klien
merupakan bagian yang kooperatif
penting dalam kehidupan
dan bahwa penyakit,
10.30 medikasi dan stress (atau
masalah lain dan kejadian-
kejadian yang pasien
alami) sering merubah
10.50 fungsi seksual pasien.
3. Mendorong pasien agar
berkenan untuk
mengungkapkan rasa
ketakutan dan memberikan
kesempatan pasien untuk
bertanya mengenai fungsi DS : klien
seksual mengatakan
4. Memberikan informasi tidak adanya
yang berkaitan dengan hasrat untuk
fungsi seksual, sesuai aktifitas
dengan yang dibutuhkan DO : klien
klien. sedang bercerita
DS : klien
bersedia
DO : klien
kooperatif
Evaluasi
1. Klien mampu menghubungkan faktor-faktor fisik atau psikososial yang
mengganggu fungsi seksual
2. Klien mampu berkomunikasi dengan pasangannya tentang hubungan seksual
mereka tanpa merasa tidak nyaman
3. Klien dan pasangannya mengatakan keinginan dan hasrat untuk mencari bantuan
dan terapis seks profesional
4. Klien mengatakan kembali bahwa aktifitas seksualnya ada pada tahap yang
memuaskan dirinya dan pasangannya
5. Klien mampu mengatakan rasa takutnya akan abnormalitas dan ketidaksesuaian
perilaku seksual
6. Klien mengekspresikan hasrat untuk mengubah perilaku seksual yang berbeda
dan koopratif dengan rencana modifikasi perilaku
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memperhatikan dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan
timbal balik antara kedua orang individu tersebut.
2. Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasi aspek somatic,
emosional, intelektual dan sosial dari kehidupan seksual dengan cara
yang positif yang memperkaya dan meningkatkan kepribadian,
komunikasi dan cinta (WHO, 1975)
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan-kekurangan baik dari bentuk maupun isinya,
maka dari itu penulis menyarankan kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan sarannya yang membangun agar pembuatan makalah ini bisa
lebih baik kedepannya serta studi meluangkan waktunya untuk membaca
dan mempelajari tentang Teori Psikoseksual. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan bagi para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/acer/Downloads/docdownloader.com-pdf-asuhan-
keperawatan-psikoseksual-dd_01549e6d8608360d5f9f51a9b35559c6.pdf
https://www.scribd.com/document/140153221/ASUHAN-KEPERAWATAN-
psikoseksual