Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASKEP KLIEN PSIKOSEKSUALITAS

Makalah ini Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I

Dosen Pembimbing :

Rulli Andika, MAN

Disusun oleh :

1. Reza Fetri Yuniesa (108119005)


2. Ilmi Sandra Y (108119009)
3. Iin Marlina (108119027)
4. Titin Supriyatin (108119029)
5. Leli Nur Safitriani (108119032)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 3A


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bias menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini dengan judul “ASKEP KLIEN PSIKOSEKSUALITAS”. Disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I.

Kami ucapkan terimakasih kepada Rulli Andika, MAN Selaku dosen


pembimbing mata kuliah Keperawatan Jiwa I serta pihak lain yang mendukung
pembuatan makalah ini. Makalah ini belum sempurna, kami mengharapkan
kritikm dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.

Cilacap, 01 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
A. Pengertian Psikoseksual.........................................................................................6
B. Teori Psikoseksual..................................................................................................6
C. Faktor Presipitasi....................................................................................................8
D. Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas.................................................................8
E. Seksualitas Normal dan Penyesuaian Seks yang Sehat...........................................9
F. Asuhan Keperawatan...........................................................................................11
BAB III PENUTUP........................................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa
ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling
menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah
hubungan timbal balik antara dua individu tersebut. Seks pada hakekatnya
merupakan dorongan naluri alamiah tentang kepuasan syahwat. Tetapi
banyak kalangan yang secara ringkas mengatakan bahwa seks itu adalah
istilah lain dari Jenis kelamin yang membedakan antara pria dan wanita.
Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan juga merupakan ekspresi
dan  pengalaman diri sebagai makhluk seksual. Dalam menerapkan
pendekatan yang holistik, aspek sosial perlu diperhatikan perawat.
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan
terapeutik pada klien dengan masalah psikoseksual. Dalam bab ini dibahas
pengertian  psikoseksual,Teori psikoseksual,seksualitas normal dan
penyesuaian seks, tingkatan respon faaliyah seksual,organ seksualitas,
dorongan seksual dan transmutasi seksual, disfungsi seksual,deviasi
seksual dan sesksual abnormal,faktor predisposisi dan presipitasi
penyimpangan seksual serta  pengkajian dan asuhan keperaeatan dengan
masalah psikoseksual.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep psikoseksual ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan psikoseksual ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahuai dan memahami apa saja yang ada di konsep
psikoseksual
2. Untuk mengetahuai dan memahami asuhan keperawatan psikoseksual
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Seksualitas
Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badaniah,
psikologik dan kebudayaan yang berhubungan langsung dengan seks dan
hubungan seks manusia. Seksologi ialah ilmu yang mempelajari segala
aspek ini. Seksualitas adalah keinginan untuk berhubungan, kehangatan,
kemesraan dan cinta, termasuk di dalamnya memandang, berbicara,
bergandengan tangan. Seksualitas mengandung arti yang luas bagi
manusia, karena sejak manusia hadir ke muka  bumi ini hal tersebut sudah
menyertainya.
Dengan demikian, maka seks juga bio-psiko-sosial, karena itu
pendidikan mengenai seks harus holistik pula. Bila dititikberatkan pada
salah satu aspek saja, maka akan terjadi gangguan keseimbangan dalam
hal ini pada individu atau  pada masyarakat dalam jangka pendek atau
jangka panjang, umpamanya hanya aspek biologi saja yang diperhatikan
atau hanya aspek psikologik ataupun sosial saja yang dipertimbangkan.
Kita membedakan beberapa pengertian yang berkaitan dengan
psikoseksual yang meliputi:
1. Sexual identity (identitas kelamin)
Identitas kelamin adalah kesadaran individu akan kelaki-lakiannya atau
kewanitaan tubuhnya. Hal ini tergantung pada ciri-ciri seksual
biologiknya, yaitu kromosom, genitalia interna dan eksterna,
komposisi hormonal, tetstis dan ovaria serta ciri-ciri sex sekunder.
Dalam perkembangan yang normal, maka pola ini bersatu padu
sehingga seorang individu sejak umur 2 atau 3 tahun sudah tidak ragu-
ragu lagi tentang jenis seksnya.
2. Gender identity (identitas jenis kelamin)
Identitas jenis kelamin atau kesadaran akan jenis kelamin
kepribadiannya merupakan hasil isyarat dan petunjuk yang tak
terhitung banyaknya dari  pengalaman dengan anggota keluarga, guru,
kawan, teman sekerja, dan dari fenomena kebudayaan. Identitas jenis
kelamin dibentuk oleh ciri-ciri fisik Perkosaan atau  penganiayaan
pada anak-anak, dan juga pengalaman yang menyakitkan dengan
coitus yang berulang, depresi mental, masalah yang berhubungan
dengan proses penuaan, dan kesulitan menjalin hubungan mungkin
juga adalah hal yang berhubungan dalam masalah ini. Penyimpangan
hasrat seksual pada wanita mungkin dihubungkan dengan keragu
raguan dan ketakutan, rasa bersalah, malu, ansietas, konflik, pelecehan,
tegang, kejijigan, kebencian kesedian, marah terhadap pasangan dan
didikan keagamaan atau moralistik yang terlalu kuat (Tollison dan
Adams 1979).
3. Pandangan Psikoanalitis
Seorang ahli mengusulkan bahwa perkembangan seksualitas secara
spesifik berhubungan dengan perkembangan hubungan objek selama
perkembangan fase psikoseksual.
Fase-fase psikoseksual dari anak hingga remaja : Ada fase fase
psikologis yang harus dilalui tiap individu antara lain fase psikoseksual
yaitu tahap-tahap pertumbuhan psikologis individu tersebut. Bila
individu tersebut gagal melewati suatu masa yang harus dilaluinya
sesuai dengan tahap perkembangannya maka akan terjadi gangguan
pada diri orang tersebut.
Fase-fase tersebut yaitu :
a. Fase oral/mulut (0-18 bulan)
b. Fase anal (1,5 –  3 tahun)
c. Fase uretral
d. Fase phallus (3-5 tahun)
e. Fase latensi (5/6 tahun –  11/13 tahun)
f. Fase genital (11/13 tahun –  18 tahun).
4. Pandangan Perilaku
Perspektif ini memandang perilaku seksual sebagai suatu respon yang
dapat diukur dengan komponen fisiologis maupun psikologis terhadap
stimulus yang dipelajari atau kejadian yang mendukung. Bantuan yang
diberikan untuk mengatasi masalah seksual melibatkan proses
merubah  perilaku melalui intervensi langsung tanpa perlu
mengidentifikasi  penyebab ataupsikodinamikanya.
B. Teori Psikoseksual
1. Menurut Teori Libido Freud
Insting seksual dalam perkembangannya dari masa kanak-kanak
menjadi dewasa melalui beberapa fase: oral, anal, falik, dan genital.
Tiap fase didominasi oleh semua organ somatik. Bila pada suatu fase
tertentu tuntutan tidak dipenuhi secara wajar, maka terjadilah fiksasi
atau pemberhentian pada fase itu. Fiksasi pada fase oral berari bahwa
selanjutnya sampai dewasa terdapat tuntutan-tuntutan akan pemuasan
oral yang tak cocok dengan umur.
2. Teori Interpersonal
Memandang gangguan seksual sebagai manifestasi kekacauan
hubungan anatara manusia yang dinyatakan dalam bidang seksual.
Teori kebudayaan menganggap bahwa kepercayaan, adat istiadat, dan
norma yang khas bagi suatu masyarakat tercermin dalam psikologi dan
psikopatologi seseorang, juga dalam bidang seksual. Teori adaptasi
mengatakan bahwa gangguan seksual ialah akibat ketakutan terhadap
hubungan heteroseksual, bahwa ketakutan ini timbul karena
pengalaman hidup yang jelek. Perilaku seksual yang patologik
merupakan adaptasi pada ketakutan ini. Pendekatan lain terhadap
perilaku seksual ialah penelitian sosiologik mengenai praktik seksual
pria dan wanita, seperti telah dilakukan di Amerika Serikat oleh
Kinsey.
3. Teori Biologis
Beberapa faktor organik telah diimplikasikan dalam etiologi dalam
parafilia. Hal ini mencakup abnormalitas dalam sistem limbik otak,
epilepsi lobus temporal, tumor lobus temporal, dan kadar androgen
abnormal (Brarford dan McLean, 1984).
4. Teori Psikoanalitik
Pendekatan psikoanalitik mendefinisikan parafilia sebagai seseorang
yang telah gagal dalam proses perkembangan normal ke arah penilaian
heteroseksual (Abel, 1989). Hal ini terjadi saat individu tersebut gagal
memecahkan krisis oedipal, dengan demikian mempertahankan
perasaan- perasaan seksual pada orangtua yang berlawanan jenis
kelamin dengan dirinya. Hal ini menghasilkan ansietas yang sangat
memandu individu untuk mencari kepuasaan seksual dengan cara
memberikan suatu ”pengertian yang aman” untuk orangtua (Becker
dan Kovoussi, 1988).
C. Faktor Presipitasi
Identitas seksual tidak dapat dipisahkan dari konsep diri atau
gambaran diri seseorang. Oleh karena itu apabila terjdi sesuatu perubahan
pada tubuh atau emosi individu akan menyebabkan suatu perubahan dalam
respon seksual individu pula. Faktor presipitasi spesifik meliputi :
1. Penyakit fisik dan emosional
2. Efek samping dari pengobatan
3. Kecelakaan atau pembedahan
4. perubahan karena proses penuaan

D. Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas


1. Pertimbangan Perkembangan
a. Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial,
emosional dan biologik kehidupan yang selanjutnya akan
mempengaruhi seksualitas individu.
b. Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi
2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan
a. Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama
untuk dapat mencapai kepuasan seksual.
b. Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu
untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang
tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk
penyakit.
c. Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup
yang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang
membahagiakan.
3. Peran dan Hubungan
a. Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat
mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya.
b. Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi
rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan
seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan dipercayainya.
c. Pengalaman dalam berhubungan seksual seringkali ditentukan oleh
dengan siapa individu tersebut berhubungan seksual
4. Konsep Diri
a. Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak
langsung terhadap seksualitas
5. Budaya, Nilai dan Keyakinan
a. Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang
seksualitas dapat mempengaruhi individu.
b. Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas
dan perilaku seksual.
c. Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi
seksual dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual

E. Seksualitas Normal dan Penyesuaian Seks yang Sehat


Normal dalam hal ini diartikan sehat atau tidak patologik dalam hal
fungsi keseluruhan. Perilaku seksual yang normal ialah yang dapat
menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi juga
dengan kebutuhan individu mengenai kebahagiaan dan pertumbuhan, yaitu
perwujudan diri sendiri atau peningkatan kemampuan individu untuk
menegmbangkan kepribadinnya menjadi lebih baik.
Penyesuaian diri seksual yang sehat ialah kemampuan memperoleh
penagalaman seksual tanpa rasa takut dan salah, jatuh cinta pada waktu
yang cocok dan menikah dengan partner yang dipilihnya serta
mempertahankan rasa cinta kasih dan daya tarik seksual terhadap partner-
nya. Partner-ya itu tidak mempunyai gangguan atau kesukaran yang serius
yang dapat mengganggu, merusak atau meniadakan suatu hubungan
bahagia.
1. Rentang Respon
Para pakar yang mendalami masalah seksual tidak setuju dengan tipe
perilaku seksual yang disebut ”normal”. Ekspresi seksual merupakan
rentang adaptif dan maladaptif.
a. Respon Adaptif
b. Respon Maladaptif
c. Perilaku seksual yang memuaskan dengan menghargai pihak lain
d. Gangguan perilaku seksual karena kecemasan yang disebabkan
oleh penilaian pribadi atau masyarakat
e. Disfungsi penampilan seksual
f. Perilaku seksual yang berbahaya, tidak dilakukan di tempat
tertutup atau tidak dilakukan antara orang dewasa
2. Rentang Perilaku Seksual Respon seksual yang paling adaptif terlihat
dari perilaku yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terjadinya antara dua orang dewasa.
b. Memberikan kepuasan timbal balik bagi pihak yang terlibat.
c. Tidak membahayakan kedua belah pihak baik secara psikologis
maupun fisik
d. Tidak ada paksaan.
e. Tidak dilakukan di tempat umum.

Respon perilaku seksual maladaptif meliputi perilaku yang tidak


memenuhi satu atau lebih kriteria yang diuraikan terdahulu.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
anamnesa yang baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan
aspek psikoseksual :
a. Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang
menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau
masalah seksual.
b. Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien.
c. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah
seksual, jangan terburu-buru.
d. Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk
mendapatkan informasi mengenai pengetahuan, persepsi dan
dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas.
e. Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas,
biarkan terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang.
f. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum
sakit dapat dipakai untuk mulai membahas masalah seksual.
g. Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang
masalah apa yang dibahas, begitu pula masalah apa yang dihindari
klien.
h. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan
nonverbal yang belum jelas.
i. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai
klien sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya
pertanyaan tentang masalah seksual.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Disfungsi Seksual
1) Definisi
Suatu kondisi ketika individu mengalami suatu perubahan
fungsi seksual selama fase respon seksual berupa hasrat,
terangsang, dan/atau prgasme, yang dipandang tidak
memuaskan, tidak bermakna,, atau tidak adekuat.
Contoh kasus disfungsi seksual:

1.Gangguan Dorongan Seksual (GDS)

a. Pengertian

Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hormon


testosteron, kesehatan tubuh, faktor psikis dan pengalaman seksual
sebelumnya. Jika di antara faktor tersebut ada yang menghambat atau
faktor tersebut terganggu, maka akan terjadi GDS (Pangkahila, 2007),

berupa:

1) Dorongan seksual hipoaktif

The Diagnostic and Statistical Manual-IV memberi definisi dorongan


seksual hipoaktif ialah berkurangnya atau hilangnya fantasi seksual dan
dorongan secara persisten atau berulang yang menyebabkan gangguan
yang nyata atau kesulitan interpersonal.

2) Gangguan eversi seksual

Timbul perasaaan takut pada semua bentuk aktivitas seksual sehingga


menimbulkan gangguan.

b. Prevalensi dan manifestasi

Diduga lebih dari 15 persen pria dewasa mengalami dorongan seksual


hipoaktif. Pada usia 40-60 tahun, dorongan seksual hipoaktif merupakan
keluhan terbanyak. Pada dasarnya GDS disebabkan oleh faktor fisik dan
psikis, antara lain adalah kejemuan, perasaan bersalah, stres yang
berkepanjangan, dan pengalaman seksual yang tidak menyenangkan
(Pangkahila, 2006).
2. Gangguan Ereksi

a. Disfungsi ereksi

1) Pengertian Disfungsi ereksi (DE)

berarti ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang


cukup untuk melakukan hubungan seksual dengan baik (Pangkahila,
2007). Disfungsi ereksi disebut primer bila sejak semula ereksi yang
cukup unutuk melakukan hubungan seksual tidak pernah tercapai. Sedang
disfungsi ereksi sekunder berarti sebelumnya pernah berhasil melakukan
hubungan seksual, tetapi kemudian gagal karena sesuatu sebab yang
mengganggu ereksinya (Pangkahila, 2006).

2) Penyebab dan manifestasi

Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor fisik dan faktor psikis.
Penyebab fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor hormonal, faktor
vaskulogenik, faktor neurogenik, dan faktor iatrogenik (Pangkahila, 2007).
Faktor psikis meliputi semua faktor yang menghambat reaksi seksual
terhadap rangsangan seksual yang diterima. Walaupun penyebab dasarnya
adalah faktor fisik, faktor psikis hampir selalu muncul dan menyertainya
(Pangkahila, 2007).

3) Gangguan Ejakulasi (Pangkahila, 2007)

a.Ejakulasi dini

1) Pengertian

Ada beberapa pengertian mengenai ejakulsi dini (ED). ED merupakan


ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sampai pasangannnya mencapai
orgasme, paling sedikit 50 persen dari kesempatan melakukan hubungan
seksual. Berdasarkan waktu, ada yang mengatakan penis yang mengalami
ED bila ejakulasi terjadi dalam waktu kurang dari 1-10 menit. Untuk
menentukan seorang pria mengalami ED harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut : ejakulasi terjadi dalam waktu cepat, tidak dapat dikontrol,
tidak dikehendaki oleh yang bersangkutan, serta mengganggu yang
bersangkutan dan atau pasangannya (Pangkahila, 2007).

2) Prevalensi dan manifestasi

ED merupakan disfungsi seksual terbanyak yang dijumpai di klinik,


melampaui DE. Survei epidemiologi di AS menunjukkan sekitar 30 persen
pria mengalami ED. Ada beberapa teori penyebab ED, yang dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu penyebab psikis dan penyebab fisik. Penyebab
fisik berkaitan dengan serotonin. Pria dengan 5-HT rendah mempunyai
ejaculatory threshold yang rendah sehingga cepat mengalami ejakulasi.
Penyebab psikis ialah kebiasaan ingin mencapai orgasme dan ejakulasi
secara tergesa-gesa sehingga terjadinya ED (Pangkahila, 2006).

b. Ejakulasi terhambat

1) Pengertian

Berlawanan dengan ED, maka pria yang mengalami ejakulasi terhambat


(ET) justru tidak dapat mengalami ejakulasi di dalam vagina. Tetapi pada
umumnya pria dengan ET dapat mengalami ejakulasi dengan cara lain,
misalnya masturbasi dan oral seks, tetapi sebagian tetap tidak dapat
mencapai ejakulasi dengan cara apapun

2) Prevalensi dan manifestasi

Dalam 10 tahun terakhir ini hanya 4 pasien datang dengan keluhan ET.
Sebagian besar ET disebabkan oleh faktor psikis, misalnya fanatisme
agama sejak masa kecil yang menganggap kelamin wanita adalah sesuatu
yang kotor, takut terjadi kehamilan, dan trauma psikoseksual yang
pernah dialami.
4.Disfungsi Orgasme (Pangkahila, 2007)

a.Pengertian

Disfungsi orgasme adalah terhambatnya atau tidak tercapainya orgasme


yang bersifat persisten atau berulang setelah memasuki fase rangsangan
(excitement phase) selama melakukan aktivitas seksual.

b. Penyebab dan manifestasi


Hambatan orgasme dapat disebabkan oleh penyebab fisik yaitu penyakit
SSP seperti multiple sklerosis, parkinson, dan lumbal sympathectomy.
Penyebab psikis yaitu kecemasan, perasaan takut menghamili, dan
kejemuan terhadap pasangan. Pria yang mengalami hambatan orgasme
tetap dapat ereksi dan ejakulasi, tapi sensasi erotiknya tidak dirasakan.

5. Dispareunia (Pangkahila, 2007)

a. Pengertian

Dispareunia berarti hubungan seksual yang menimbulkan rasa sakit pada


kelamin atau sekitar kelamin.

b.Penyebab dan manifestasi

Salah satu penyebab dispareunia ini adalah infeksi pada kelamin. Ini
berarti terjadi penularan infeksi melalui hubungan seksual yang terasa
sakit itu. Pada pria, dispareunia hampir pasti disebabkan oleh penyakit
atau gangguan fisik berupa peradangan atau infeksi pada penis, buah pelir,
saluran kencing, atau kelenjar prostat dan kelenjar kelamin lainnya.

2) Batasan Karakteristik
a) Perubahan aktivitas seksual
b) Gangguan eksitasi seksual
c) Gangguan kepuasan seksual
d) Perubahan minat terhadap orang lain
e) Perubahan minat terhadap diri sendiri
f) Perubahan peran seksual
g) Penurunan hasrat seksual
h) Merasakan keterbatasan seksual
i) Mencari informasi tentang kemampuan mencapai hasrat
seksual
j) Perubahan fungsi seksual yang tidak diinginkan
3) Faktor yang berhubungan
a) Tidak ada privasi
b) Model peran tidak adekuat
c) Kurang pengetahuan tentang fungsi seksual
d) Adanya penganiayaan
e) Penganiayaan psikososial
f) Konflik nilai
g) Kerentanan
4) Kondisi Terkait
a) Gangguan fungsi tubuh
b) Gangguan struktur tubuh
c. Ketidakefektifan pola sekusalitas
1) Definisi
Ekspresi kekhawatiran tentang seksualitas individu
2) Batasan Karakteristik
a) Perubahan hubungan dengan orang terdekat
b) Perubahan aktivitas seksual
c) Perubahan perilaku seksual
d) Perubahan peran seksual
e) Kesulitan dalam aktivitas seksual
f) Kesulitan dalam perilaku seksual
g) Konflik nilai
3) Faktor yang berhubungan
a) Konflik dengan orientasi seksual
b) Konflik dengan perbedaan varian
c) Takut hamil
d) Takut infeksi menular seksual
e) Hambatan dalam hubungan dengan orang terdekat
f) Model peran tidak adekuat
g) Kurang pengetahuan tentang alternatif yang berhubungan
dengan seksual
h) Kurang keterampilan tentang alternative yang berhubungan
dengan seksual
i) Tidak ada privasi

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi keperawatan


(Nursing Interventions
Keperawatan (Nursing Outcome
Classification)
Classification)

1. Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan NIC : Konseling Seksual


b/d perubahan keperawatan 1x24 jam (5248) edisi ke-7
fungsi seksual NOC : Fungsi Seksual (0119) 1. Bangun hubungan
yang tidak edisi ke-6 terapeutik, didasarkan pada
diinginkan Indikator IR ER kepercayaan dan rasa
Mencapai gairah 3 5 hormat.
seksual 2. Informasikan pada pasien
Mengekspresikan 3 5 di awal hubungan bahwa
kenyamanan seksualitas merupakan
dengan ekspresi bagian yang penting dalam
seksual kehidupan dan bahwa
Mengekspresikan 3 5 penyakit, medikasi dan
minat seksual stres ) atau masalah lain
Mengekspresikan 3 5
dan kejadian-kejadian yang
kepercayaan diri pasien alami) sering
Keterangan : mengubah fungsi seksual.
1. Tidak pernah menujukkan 3. Dorong pasien untuk
2. Jarang menunjukkan mengungkapkan ketakutan
3. Kadang-kadang dan untuk bertanya
menunjukkan mengenai fungsi seksual.
4. Sering menunjukkan 4. Berikan informasi
5. Secara konsisten mengenai fungsi seksual
menunjukkan sesuai kebutuha
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC : Konseling Seksual
Pola Seksual b/d keperawatan 1x24 jam (5248) edisi ke-7
kesulitan dalam NOC : Identitas Seksual (1207) 1. Bangun hubungan
perilaku seksual edisi ke-6 terapeutik, didasarkan pada
Indikator IR ER kepercayaan dan rasa
Menunjukkan hormat.
kenyamanan 2. Informasikan pada pasien
3 5
dengan orientasi di awal hubungan bahwa
seksual seksualitas merupakan
Menggunakan
bagian yang penting dalam
perilaku koping
kehidupan dan bahwa
yang sehat untuk
3 5 penyakit, medikasi dan
menyelesaikan
stres ) atau masalah lain
masalah identitas
dan kejadian-kejadian yang
seksual
Mencari pasien alami) sering
dukungan sosial 3 5 mengubah fungsi seksual.
3. Dorong pasien untuk
Menantang mengungkapkan ketakutan
gambaran negatif dan untuk bertanya
3 5
tentang mengenai fungsi seksual.
seksualitas diri 4. Berikan informasi
mengenai fungsi seksual
Keterangan :
sesuai kebutuhan
1. Tidak pernah menujukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten
menunjukkan

Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Hari/tgl Implementasi Respon Paraf


Keperawatan
1. Disfungsi seksual 10/11/2 1. Membangun hubungan DS :klien
b/d perubahan 1 terapeutik dengan klien mengatakan
fungsi seksual yang 08.00 adanya
tidak diinginkan kesukaran,
pembatasan atau
perubahan dalam
berperilaku atau
beraktifitas
seksual
DO : pasien
sedang bercerita

DS : pasien
2. Menginformasikan pada bersedia
08.30 pasien di awal hubungan DO : pasien
bahwa seksualitas kooperatif
merupakan bagian yang
penting dalam kehidupan
dan bahwa penyakit,
medikasi dan stress (atau
masalah lain dan kejadian-
kejadian yang pasien
alami) sering merubah DS : Klien
fungsi seksual pasien. mengeluh tidak
3. Mendorong pasien agar mampu
08. 40 berkenan untuk mengekspresikan
mengungkapkan rasa perilaku seksual
ketakutan dan memberikan DO : klien
kesempatan pasien untuk sedang bertanya
bertanya mengenai fungsi
seksual
4. Memberikan informasi DS : klien
09.10 yang berkaitan dengan bersedia
fungsi seksual, sesuai DO : klien
dengan yang dibutuhkan kooperatif
klien.
2. Ketidakefektifan 10.00 1. Membangun hubungan DS : klien
Pola Seksual b/d terapeutik dengan klien, bersedia
kesulitan dalam yang didasarkan pada DO : klien
perilaku seksual kepercayaan dan rasa kooperatif
10.15 hormat.
2. Menginformasikan pada DS : klien
pasien di awal hubungan bersedia
bahwa seksualitas DO : klien
merupakan bagian yang kooperatif
penting dalam kehidupan
dan bahwa penyakit,
10.30 medikasi dan stress (atau
masalah lain dan kejadian-
kejadian yang pasien
alami) sering merubah
10.50 fungsi seksual pasien.
3. Mendorong pasien agar
berkenan untuk
mengungkapkan rasa
ketakutan dan memberikan
kesempatan pasien untuk
bertanya mengenai fungsi DS : klien
seksual mengatakan
4. Memberikan informasi tidak adanya
yang berkaitan dengan hasrat untuk
fungsi seksual, sesuai aktifitas
dengan yang dibutuhkan DO : klien
klien. sedang bercerita

DS : klien
bersedia
DO : klien
kooperatif

Evaluasi
1. Klien mampu menghubungkan faktor-faktor fisik atau psikososial yang
mengganggu fungsi seksual
2. Klien mampu berkomunikasi dengan pasangannya tentang hubungan seksual
mereka tanpa merasa tidak nyaman
3. Klien dan pasangannya mengatakan keinginan dan hasrat untuk mencari  bantuan
dan terapis seks profesional
4. Klien mengatakan kembali bahwa aktifitas seksualnya ada pada tahap yang
memuaskan dirinya dan pasangannya
5. Klien mampu mengatakan rasa takutnya akan abnormalitas dan ketidaksesuaian
perilaku seksual
6. Klien mengekspresikan hasrat untuk mengubah perilaku seksual yang  berbeda
dan koopratif dengan rencana modifikasi perilaku

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memperhatikan dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan
timbal balik antara kedua orang individu tersebut.
2. Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasi aspek somatic,
emosional, intelektual dan sosial dari kehidupan seksual dengan cara
yang positif yang memperkaya dan meningkatkan kepribadian,
komunikasi dan cinta (WHO, 1975)
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih
terdapat  banyak kekurangan-kekurangan baik dari bentuk maupun isinya,
maka dari itu  penulis menyarankan kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan sarannya yang membangun agar pembuatan makalah ini bisa
lebih baik kedepannya serta studi meluangkan waktunya untuk membaca
dan mempelajari tentang Teori Psikoseksual. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan bagi para
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/acer/Downloads/docdownloader.com-pdf-asuhan-
keperawatan-psikoseksual-dd_01549e6d8608360d5f9f51a9b35559c6.pdf

https://www.scribd.com/document/140153221/ASUHAN-KEPERAWATAN-
psikoseksual

Yosep, Iyus.2007. Keperawatan Jiwa.Bandung:PT.Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai