Anda di halaman 1dari 16

PERMASALAHAN PADA REMAJA 1

(Gangguan tingkah laku, seksualitas, depresi)

Dosen pengampu: Risna rogamelia,M.pd

Disusun oleh:

Diansyah (2041040187)

Restu sinta rani (2041040212)

Sela dwi putri (2041040182)

Ayu Hartini (2041040231)

Jurusan bimbingan konseling islam

Fakultas dakwah dan ilmu komunikasi

Universitas islam negeri raden intan lampung

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Berkat limpahan
karunia nikmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "PERMASALAHAN
PADA REMAJA 1" dengan lancar.

Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Terapan Anak
Dan Remaja yang diampu oleh ibu Risna Rogamelia M..Pd.Dalam proses penyusunannya tak
lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak.

Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan
makalah ini.Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi.
Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..

A. Latar Belakang………………………………………………………………
B. Tujuan……………………………………………………………………….
C. Rumusan Masalah…………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...

A. Teori gangguan tingkah laku pada remaja 1


B. Teori seksualitas pada remaja 1
C. Teori depresi pada remaja 1

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………

A. Kesimpulan………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Gangguan tingkah laku dapat didefinisikan dari berbagai disiplin ilmu sesuai
dengan keperluan profesionalnya, adapun pengertian dari gangguan tingkah laku dari
beberapa ahli yakni :
a. Kauffman : 1977
Anak yang mengalami gangguan tingkah laku merupakan anak yang secara nyata
dan menahun merespon lingkungan tanpa adanya kepuasan pribadi namun masih dapat
diajarkan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat dan dapat memuaskan
kpribadiannya.
b. Nelson ; 1981
Tingkah laku seseorang dapat dikatakan menyimpang atau mengalami gangguan
jika :
1.menyimpang dari perilaku yang oleh orang dewasa dianggap normal
menurut usia dan jenis kelaminnya.
2.penyimpangan terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang tinggi
3.penyimpangan berlangsung dalam waktu yang relatif lama.

Seksualitas adalah suatu hal yang berbeda. Kata seks sering digunakan dalam dua cara.
Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari berhubungan, yaitu
aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk memberi label jender, baik seseorang itu
pria atau wanita (Zawid, 1994; Perry & Potter 2005).
Seksualitas adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan
hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran,
pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan
bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan
perasaan tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan,
ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui perilaku yang lebih halus, seperti isyarat
gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata (Denny & Quadagno, 1992; Zawid,
1994; Perry & Potter, 2005).

Depresi dapat terjadi pada semua usia termasuk remaja. Gangguan depresi ini dapat
menimbulkan penderitaan yang berat. Depresi menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat.
Biaya pengobatannya sangat besar dan bila tidak diobati dapat terjadi hal yang sangat buruk
karena dapat menimbulkan gangguan serius dalam fungsi sosial, kualitas hidup penderita,
hingga kematian karena bunuh diri. Remaja berusaha untuk melepaskan diri dari orang tua
dengan maksud untuk menemukan jati dirinya. Mönks, Knoers dan Haditono (1992) menyebut
proses tersebut sebagai proses mencari identitas diri. Selain itu, Djati (2008) menyebutkan
masa pertumbuhan remaja, jarang dapat berlangsung dengan lancar. Banyak masalah yang
terjadi semakin serius hingga menyebabkan depresi yang berkepanjangan. Interaksi dengan
lingkungan sosial juga merupakan hal yang rentan bagi remaja dalam melepaskan emosi-
emosinya baik secara positif maupun negatif.
B.Rumusan Masalah
1. Teori gangguan tingkah laku pada remaja 1
2. Teori seksualitas pada remaja 1
3. Teori depresi pada remaja 1

C.Tujuan

1. Mengetahui Penyebab Gangguan perilaku pada remaja 1


2. Mengatahui kualifikasi gangguan pada remaja 1
3. Mengetahui penyebab permasalahan gangguan perilaku pada remaja 1
4. Mengetahui pengertian dan teori-teori seksualitas pada remaja 1
5. Mengetahui dampak seksualitas pada remaja 1
6. Mengatahui faktor yang berhubungan dengan seksualitas remaja 1
7. Mengetahui faktor-faktor penyebab depresi pada remaja 1
8. Aspek –aspek depresi pada remaja 1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Gangguan Tingkah Laku Pada Remaja


Teori gangguan perilaku banyak dikemukakan oleh para ahli yang memiliki
pandangan-pandangan yang berbeda tentang perilaku itu sendiri, diantaranya :

1. Teori Behavioral
Teori behavioral menganggap bahwa sebuah perilaku itu dibentuk dari faktor
eksternal dari suatu individu (lingkungan). Para kaum behavioris memasukan perilaki
kedalam suatu unit yang dinamakan tanggapan atau respon dan lingkungan ke dalam unit
rangsangan atau stimulus, menurut paham behavioral perilaku suatu rangsangan dan
tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama lainnya dan menghasilkan satu bentuk
hubungan fungsional. Kaum behavioral menganggap faktor ekstern dari seseorang akan
sangat mempengaruhi perilaku yang ditunjukan oleh pribadinya.

2. Teori Psikodinamik

Teori ini sangat kontradiktif dengan teori behavioral karena teori ini menganggap
sebuah perilaku yang ditunjukan oleh suatu individu disebabkan oleh faktor intern
(dirinya sendiri). Faktor psikologis seorang individu sangat berpengaruh pada
pembentukan karakteristik seseorang. Dalam teori psikodinamik ini sangat mengacu pada
3 aspek penting yaitu ego, id dan super ego. Ego adalah pusat atau inti kepribadian, id
adalah keinginan atau hasrat, super ego adalah pengatur atau penyeimbang. Ketiga aspek
ini tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Gangguan perilaku akan
timbul bila ketiga aspek ini tidak seimbang dalam bertindak.
3. Teori Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi individu dengan individu
lainnya, menurut pandangan kaum sosiologis gangguan perilaku terjadi karena ketidak
mampuan suatu individu dalam bersosialisasi dengan lingkungan sosial tetapi lebih
mengarah atau cenderung pada orang-orang di sekelilingnya. Sedangkan batasan
mengenai gangguan perilaku pada pandangan kaum sosiologis adalah bahwa perilaku
menyimpang adalah perilaku yang selalu meresahkan ketentraman dan kebahagiaan
orang lain.
4. Teori Ekologi
Teori ini menganggap suatu perilaku akan sangat ditimbulkan dari lingkungan
yang mempengaruhinya, sepaham dengan teori behavioristik teori ini menekankan pada
pembentukan suatu perilaku sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sedangkan
batasan perilaku menyimpang menurut pandangan kaum ekologis adalah perilaku yang
tidak ada keseimbangan antara lingkungan dengan perilaku yang ditunjukkan.
Semua teori perilaku ini mengacu pada satu kesimpulan yang akhirnya
mengutarakan bahwa perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh factor lingkungan dan
factor dirinya sendiri. Teori behavioral, ekologis dan sosiologis membenarkan bahwa
suatu perilaku itu sangat terbentuk bila dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya sendiri
(lingkungan) sedangkan teori psikodinamik membenarkan bahwa suatu perilaku itu
sangat terbentuk bila dipengaruhi oleh factor dari dalam dirinya sendiri.
a. Penyebab Gangguan Perilaku Pada Remaja 1
Dari berbagai kasus yang ada gangguan perilaku pada anak tidak lepas dari factor
penyebab, yaitu :
1. Kondisi atau keadaan fisik
Ada beberapa ahli yang meyakini bahwa disfungsi kelenjar endoktrin dapat
berpengaruh terhadap respon emosional seseorang.
Gunzburg (B. Simanjuntak, 1974) menyimpulkan bahwa disfungsi kelenjar
endoktrin ini merupakan salah satu penyebab timbulnya kejahatan. Jika kelenjar
endoktrin ini secara terus menerus mengeluarkan hormon maka akan mempengaruhi
perkembangan fisik dan mental seseorang sehingga akan berpengaruh pula terhadap
perkembangan wataknya.
2. Masalah Perkembangan
Menurut Erikson (Singgih. D. Gunarsa,1985:107) bahwa setiap memasuki fase
perkembangan baru individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis emosi. Anak
biasanya dapat mengatasi krisis emosi ini jika pada dirinya tumbuh kemampuan baru
yang berasal dari adanya proses kematangan yang menyertai perkembangan. Apabila ego
dapat mengatasi krisis ini maka perkembangan ego yang matang akan terjadi, sehingga
individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial atau masyarakatnya.
Sebaliknya apabila individu tidak berhasil menyelesaikan masalah tersebut, maka akan
menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku.
3. Lingkungan Keluarga
Sebagai lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak, keluarga memiliki
pengaruh yang demikian penting dalam membentuk kepribadian pada anak. Keluargalah
peletak dasar perasaan aman pada anak, dalam keluarga pula memperoleh pengalaman
pertama mengenai perasaan aman, dasar perkembangan sosial, dasar perkembangan
emosi dan perilaku yang baik. Kesalahan dalam keluarga dapat menimbulkan gangguan
emosi dan perkembangan perilaku pada seorang anak.
4. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah keluarga. Timbulnya
gangguan perilaku yang disebabkan lingkungan sekolah antara lain berasal dari guru
sebagai tenaga pelaksana pendidikan dan fasilitas penunjang yang dibutuhkan anak didik
perilaku guru yang otoriter mengakibatkan anak merasa tertekan dan takut menghadapi
pelajaran sehingga anak akan lebih memilih membolos dan keluyuran pada saat dimana
seharusnya ia berada dalam kelas.
5. Lingkungan Masyarakat
Menurut Bandura (Kirkn & Gallagher, 1986) salah satu yang mempengaruhi pola
perilaku anak dalam lingkungan sosial adalah keteladan yaitu menirukan perilaku orang
lain.Masuknya budaya asing yang kurang sesuai dengan tradisi yang dianut
masyarakat pada umumnya pun akan menyebabkan pola perilaku anak yang
menyimpang.
b. Klasifikasi Gangguan Pada Remaja
Berdasarkan Diagnostik Statistik Manual III (DSM III), gangguan perilaku dapat
dibedakan menjadi :
1. Organik Mental Disorder : Gangguan perilaku yang disebabkan oleh disfungsi
otak secara permanent.
2. Anxiety Disorder : Kelainan perilaku dengan rasa takut atau cemas yang
berlebihan dan tidak beralasan.
3. Ajusment Disorder : Sukar mereaksi yang tidak wajar terhadap lingkungan
4. Attention Disorder : Tidak dapat memusatkan perhatian
5. Acting Out : Tingkah laku diluar batas
Berdasarkan Quay karakteristik gangguan perilaku pada anak yakni :
1. Merusak milik orang lain
2. Tidak pernah diam
3. Mencari perhatian
4. Tidak memperhatikan
5. Mudah terganggu perhatian
6. Sering mengganggu
7. Sering mengejek orang lain

c. penyebab permasalahan gangguan perilaku/tingkah laku pada remaja 1

Dari berbagai kasus yang ada gangguan perilaku pada anak tidak lepas dari factor
penyebab, yaitu :
1. Kondisi atau keadaan fisik
Ada beberapa ahli yang meyakini bahwa disfungsi kelenjar endoktrin dapat
berpengaruh terhadap respon emosional seseorang.
Gunzburg (B. Simanjuntak, 1974) menyimpulkan bahwa disfungsi kelenjar
endoktrin ini merupakan salah satu penyebab timbulnya kejahatan. Jika kelenjar
endoktrin ini secara terus menerus mengeluarkan hormon maka akan mempengaruhi
perkembangan fisik dan mental seseorang sehingga akan berpengaruh pula terhadap
perkembangan wataknya.
2. Masalah Perkembangan
Menurut Erikson (Singgih. D. Gunarsa,1985:107) bahwa setiap memasuki fase
perkembangan baru individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis emosi. Anak
biasanya dapat mengatasi krisis emosi ini jika pada dirinya tumbuh kemampuan baru
yang berasal dari adanya proses kematangan yang menyertai perkembangan. Apabila ego
dapat mengatasi krisis ini maka perkembangan ego yang matang akan terjadi, sehingga
individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial atau masyarakatnya.
Sebaliknya apabila individu tidak berhasil menyelesaikan masalah tersebut, maka akan
menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku.
3. Lingkungan Keluarga
Sebagai lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak, keluarga memiliki
pengaruh yang demikian penting dalam membentuk kepribadian pada anak. Keluargalah
peletak dasar perasaan aman pada anak, dalam keluarga pula memperoleh pengalaman
pertama mengenai perasaan aman, dasar perkembangan sosial, dasar perkembangan
emosi dan perilaku yang baik. Kesalahan dalam keluarga dapat menimbulkan gangguan
emosi dan perkembangan perilaku pada seorang anak.
4. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah keluarga. Timbulnya
gangguan perilaku yang disebabkan lingkungan sekolah antara lain berasal dari guru
sebagai tenaga pelaksana pendidikan dan fasilitas penunjang yang dibutuhkan anak didik
Perilaku guru yang otoriter mengakibatkan anak merasa tertekan dan takut menghadapi
pelajaran sehingga anak akan lebih memilih membolos dan keluyuran pada saat dimana
seharusnya ia berada dalam kelas.

5. Lingkungan Masyarakat

Menurut Bandura (Kirkn & Gallagher, 1986) salah satu yang mempengaruhi pola perilaku anak
dalam lingkungan sosial adalah keteladan yaitu menirukan perilaku orang lain. Masuknya
budaya asing yang kurang sesuai dengan tradisi yang dianut masyarakat pada umumnya pun
akan menyebabkan pola perilaku anak yang menyimpang.

B. Teori Seksualitas Pada Remaja 1


Istilah seks dan seksualitas adalah suatu hal yang berbeda. Kata seks sering digunakan dalam
dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari berhubungan,
yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk memberi label jender, baik
seseorang itu pria atau wanita (Zawid, 1994; Perry & Potter 2005). Seksualitas adalah istilah
yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari
jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal,
nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tentang
diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan jenis
melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan
senggama seksual, dan melalui perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket,
berpakaian, dan perbendaharaan kata (Denny & Quadagno, 1992; Zawid, 1994; Perry & Potter,
2005). Masa remaja pekembangan seksualitas diawali ketika terjalinnya
interaksi antar lawan jenis, baik itu interaksi antar teman atau interaksi ketika berkencan.
Dalam berkencan dengan pasangannya, remaja melibatkan aspek emosi yang diekspresikan
dalam berbagai cara, seperti memberikan bunga, tanda mata, mengirim surat, bergandengan
tangan, berciuman dan lain sebagainya. Atas dasar dorongan-dorongan seksual dan rasa
ketertarikan terhadap lawan jenisnya, perilaku remaja mulai diarahkan untuk menarik perhatian
lawan jenis. Dalam rangka mencari pengetahuan tentang seks, ada remaja yang melakukan
secara terbuka mengadakan percobaan dalam kehidupan seksual.
Misalnya dalam berpacaran mereka mengekspesikan perasaannya dalam bentuk
perilaku yang menuntut keintiman secara fisik dengan pasangannya, seperti berpelukan,
berciuman hingga melakukan hubungan seksual
(Saifuddin, 1999).
Seksualitas dan aktivitas seksual merupakan suatu area yang harus dibicarakan dengan setiap
remaja secara rahasia. Insidensi aktivitas seksual pada remaja tinggi dan meningkat sesuai
dengan pertambahan usia. Kebanyakan remaja di bawah usia 15 tahun belum pernah
melakukan hubungan seksual, 8 dari 10 remaja putri dan 7 dari 10
remaja putra belum pernah melakukan hubungan seksual pada usia 15 tahun (Alan Guttmacher
Institute, 1998; Wong, 2008).
Remaja terlibat dalam seksualitas karena berbagai alasan, diantaranya yaitu: untuk
memperoleh sensasi menyenangkan, untuk memuaskan
dorongan seksual, untuk memuaskan rasa keingintahuan, sebagai tanda penaklukan, sebagai
ekspresi rasa sayang, atau mereka tidak mampu menahan tekanan untuk menyesuaikan diri.
Keinginan yang sangat mendesak untuk menjadi milik seseorang memicu meningkatnya
serangkaian kontak fisik yang intim dengan pasangan yang diidolakan.Masa remaja
pertengahan adalah waktu ketika remaja mulai mengembangkan hubungan romantis dan ketika
kebanyakan remaja ingin memulai percobaan seksual (Wong, 2008).
Menurut Hurlock (1999) dorongan seksual dipengaruhi oleh :
a. Faktor internal, yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri individu
yang berupa bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga
menimbulkan dorongan seksual pada individu yang bersangkutan
dan hal ini menuntut untuk segera dipuaskan.
b. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang berasal dari luar individu
yang menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan
perilaku seksual. Stimulus eksternal tersebut dapat diperoleh.
melalui pengalaman kencan, informasi mengenai seksualitas,
diskusi dengan teman, pengalaman masturbasi, pengaruh orang
dewasa serta pengaruh buku-buku bacaan dan tontonan porno.

Perubahan pola perilaku seksual di antara para remaja masa kini tidak
dianggap salah karena biasanya mereka hanya mempunyai satu pasangan seksual yang dalam
banyak kasus diharapkan akan dinikahi di masa mendatang. Meskipun hubungan yang telah
terjalin ditentang oleh para orang tua, namun banyak remaja tetap melangsungkannya.
Ada banyak alasan untuk mengikuti pola perilaku seksual yang baru ini. Di antaranya adalah
keyakinan bahwa hal ini harus dilakukan karena semua orang melakukannya; bahwa mereka
harus tunduk pada tekanan kelompok sebaya bila ingin mempertahankan status mereka di
dalam kelompok; dan bahwa perilaku ini merupakan ungkapan dari hubungan yang bermakna
yang memenuhi kebutuhan semua remaja untuk mengadakan hubungan yang intim dengan
orang lain, terlebih bila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi dalam hubungan keluarga
(Hurlock, 1999).

a.Dampak seksual pada remaja 1


Menurut Perry & Potter (2005), Wong (2008), Jusuf (2006) beberapa
dampak yang timbul dari remaja yang aktif secara seksual adalah
sebagai berikut:
a. Dampak Fisik
1) AIDS singkatan dari Aquired Immuno Deficiency Syndrome.
Penyakit ini adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh.
Penyebabnya adalah virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Salah satu cara
penularannya adalah melalui hubungan seksual. Selain itu HIV dapat menular melalui
pemakaian jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV, menerim tranfusi darah yang
tercemar HIV atau dari ibu hamil yang terinfeksi virus HIV kepada bayi yang dikandungannya.
Di Indonesia penularan HIV/AIDS paling banyak melalui hubungan seksual yang tidak aman
serta jarum suntik (bagi pecandu narkoba).
2) Penyakit kelamin (Penyakit Menular Seksual/ PMS)
Remaja yang aktif secara seksual memiliki risiko tinggi tertular PMS. Secara fisiologis, serviks
remaja putri memiliki ektropion (eversi kanalis serviks uteri) yang besar, terdiri atas sel-sel
epithelial kolumnar yang jauh lebih rentan tertular PMS. PMS adalah penyakit yang dapat
ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual dan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak
diobati dengan benar penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi yaitu
kemandulan dan kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian. Penyakit menular
seksual (PMS) dialami sekitar 10 juta orang per tahun di bawah usia 25 tahun. Tingkat

inseden tertinggi mengharuskan adolesens yang aktif-seksual dilakukan skrining terhadap


PMS, meskipun mereka tidak menunjukan gejala.Pemeriksaan fisik pada adolesens yang aktif
secara seksual setiap tahun harus meliputi pemeriksaan seksama genetalia sehingga
kondilomata akuminata (kutil genital), herpes, dan PMS yang lain tidak terlewat. Uji yang
direkomendasikan bagi wanita meliputi pap smear, kultur serviks untuk jenis gonore dan uji
sifilis. Jika pria melakukan aktivitas homoseksual, kultur rektal dan faring juga perlu dilakukan
untuk memeriksa adanya gonore. Penyakit kelamin yang dapat terjadi antara lain kencing
nanah (Gonorrhoe), raja singa (Sifilis), herpes genitalis, limfogranuloma venereum (LGV),
kandidiasis,trikomonas vaginalis, kutil kelamin.Karena perilaku seksual dapat mencakup
seluruh tubuh dan tidak hanya genital, banyak bagian tubuh adalah tempat potensial untuk
PMS. Telinga, mulut, tenggorok, lidah, hidung dan kelopak mata dapat digunakan untuk
kesenangan seksual. Perineum, anus, dan rektum juga sering digunakan dalam aktivitas
seksual. Lebih jauh lagi, setiap kontak dengan cairan tubuh orang lain sekitar kepala atau suatu
lesi terbuka pada kulit, anus, atau genitalia dapat menularkan PMS. Tanda-tanda penyakit
kelamin (Pria), berupa: bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada penis/alat kelamin, luka
tidak sakit; keras dan berwarna merah pada alat kelamin, adanya kutil atau tumbuh daging
seperti jengger ayam, rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin, rasa sakit yang hebat pada
saat kencing, kencing nanah atau darah yang berbau busuk, bengkak panas dan nyeri pada
pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok. Tanda-tanda penyakit kelamin (Wanita),
berupa: rasa sakit/nyeri saat kencing/hubungan seksual, rasa nyeri pada perut bagian bawah,
pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin, keputihan berwarna putih susu, bergumpal , rasa
gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya,keputihan yang berbusa, kehijauan,
berbau busuk, dan gatal, timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual, bintil-bintil
berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin

b. Dampak perilaku dan kejiwaan

Dampak yang timbul akibat remaja yang aktif secara seksual yaitu dampak perilaku
dan kejiwaan antara lain: terjadinya penyakit kelainan seksual, keinginan untuk selalu
melakukan hubungan seks. Selalu menyibukkan waktunya untuk berbagai khayalan-khayalan
seksual, jima, ciuman, rangkulan, pelukan, dan bayangan-bayangan bentuk tubuh wanita luar
dan dalam, pemalas, sulit berkonsentrasi, sering lupa, bengong, ngelamun, badan jadi kurus
dan kejiwaan menjadi tidak stabil. Yang ada dipikirannya hanyalah seks dan seks serta
keinginan untuk melampiaskan nafsu seksualnya, bila tidak mendapat teman untuk sex bebas,
ia akan pergi ke tempat pelacuran (prostitusi) dan menjadi pemerkosa. Lebih ironis lagi bila ia
tak menemukan orang dewasa sebagai korbannya, ia tak segan-segan memerkosa anak-anak
dibawah umur bahkan nenek yang sudah uzur.
b. faktor yang berhubungan dengan seksualitas remaja
Beberapa faktor seorang remaja terlibat dalam seksualitas menurut Kozier (2004),
Dianawati (2003), Strasburger & Donnerstein (1999) dalam Santrock (2007), Wong (2008),
Hurlock (1999), dan Hawari (2006) yaitu sebagai berikut:
1. Kultur atau budaya
Seksualitas diatur oleh budaya. Misalnya, budaya mempengaruhi sifat seksual, aturan tentang
pernikahan, harapan peran perilaku, dan tanggung jawab sosial, dan praktik seks tertentu. Sikap
masyarakat sangat bervariasi. Sikap tentang masa anak-anak dan remaja bermain seksual
dengan diri sendiri atau dari jenis kelamin yang sama atau lawan jenisnya mungkin akan
dibatasi. Koitusatau hubungan alat kelamin sebelum dan dilakukan di luar nikah serta
menyukai sesama jenis (homoseksual) mungkin tidak dapat diterima atau ditoleransi
dalam masyarakat.
2. Nilai Agama
Agama mempengaruhi remaja dalam mengekspresikan seksual. Hal ini dapat memberikan
pedoman bagi remaja untuk mengontrol perilaku seksual dan perilaku tersebut dapat diterima,
serta perilaku seksual yang dilarang dan menerima akibat dari melanggar aturan seksual.
Aturan tentang perilaku seksual dibuat secara rinci, tegas dan meluas. Sebagai contoh, beberapa
agama melihat bentuk ekspresi seksual hubungan laki-laki dan perempuan sebagai
keperawanan yang alami dan tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Banyak
nilai-nilai agama bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat yang telah
berkembang selama beberapa dekade terakhir,seperti penerimaan seks pra nikah, ibu tidak
menikah,homoseksualitas, dan aborsi. Konflik-konflik ini menyebabkan kecemasan dan
penyimpangan seksual yang terjadi pada beberapa remaja.
3. Etika
Meskipun etika merupakan bagian tak terpisahkan dari agama, pemikiran etis dan pendekatan
etis tetapi seksualitas dapt dilihat secara terpisah dari agama. Banyak individu dan kelompok
telah mengembangkan kode etik baik tertulis maupun tidak tertulis berdasarkan
Berdasarkan prinsip-prinsip etika. Masyarakat berpandangan bahwa masturbasi, hubungan oral
atau anal, hubungan seks di luar nikah sebagai suatu yang aneh, menyimpang atau salah.
Masyarakat menerima ungkapan seksual adalah bentuk hubungan yang dilakukan orang
dewasa yang dilakukan secara pribadi dan tidak berbahaya bagi pasangan tersebut. Pasangan
perlu mencari dan berkomunikasi tentang berbagai cara mengekspresikan seksual untuk
mencegah pengambilan keputusan seksual dari salah satu pasangan. Hal ini untuk menghindari
adanya pemaksaan dari pasangan dalam mengekspresikan seksual.
4. Tekanan teman pergaulan
Teman pergaulan atau sering juga disebut teman bermain. Pada awalnya, teman bermain
dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan
pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah
pada masa remaja.Remaja biasanya berpikir sosial, suka berteman, suka bergaul, dan suka
berkelompok. Pergaulan merupakan cara untuk mengenal atau mencari teman baru, informasi,
dan menambah wawasan. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki

pengaruh yang kuat pada evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan
kelompok, remaja berusaha menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti model
pakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan individualitas
dan tuntutan diri.Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya. Rasa
memilki merupakan hal yang paling penting. Oleh karena itu remaja akan berperilaku
dengan cara memperkuat keberadaan mereka didalam kelompok. Remaja sangat rentan
terhadap persetujuan,penerimaan, dan tuntutan sosial. Diabaikan dan dikritik oleh teman
sebaya menimbulkan perasaan inferioritas, tidak adekuat dan tidak kompeten.Lingkungan
pergaulan yang telah dimasuki seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan
temannya yang belum mengetahui tentang seksualitas atau yang belum melakukan hubungan
seks. Bagi remaja tersebut, tekanan dari teman-temannya itu lebih kuat daripada tekanan yang
didapat dari pacarnya sendiri. Keinginan untuk dapat diterima oleh lingkungan pergaulannya
begitu besar, sehingga dapat mengalahkan semua nilai yang didapat, baik dari orang tua
maupun dari sekolahnya. Pada umumnya, remaja tersebut melakukannya hanya sebatas ingin
membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temannya, sehingga dapat diterima menjadi
bagian dari kelompoknya seperti yang dinginkannya.Dalam pergaulan dengan teman sebaya
tentunya jika ingin diterima dilingkungan pergaulan, remaja akan mengikuti apa yang
dilakukan dilingkungan pergaulannya tersebut. Pengaruh teman pergaulan yang sangat
bermacam-macam, mulai dari suka dengan hal yang pornografi dan seksualitas, membicarakan
pornografi dan seks, mengajak teman melihat video porno, mengajak ke tempat prostitusi,
menyuruh melakukan hubungan seks, dikucilkan, dikritik dan dikatakan kuno.Jika remaja tidak
bisa mengendalikan diri maka remaja sangat mudah mengikuti lingkungan di sekitarnya.
Apalagi didorong dengan rasa ingin tahu tentang seks yang besar dari diri remaja.

5. Tekanan pacar

Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan
cinta kasih. Pacar diartikan sebagai orang yang spesial dalam hati selain orangtua, keluarga,
dan sahabat.Makna pacaran seringkali disalahgunakan sebagai ajang pelampiasan nafsu, ajang
pertunjukan gengsi, dan ajang meraup keuntungan pribadi. Pacaran merupakan salah satu
upaya untuk saling mengenal satu sama lain, saling mengerti dan dimengerti, saling cinta dan
saling setia (KBBI, 2002).Karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seorang
harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, seperti mengajak bercumbu saat
berkencan sampai ingin melakukan hubungan seks pra nikah, tanpa memikirkan risiko yang
nanti dihadapinya. Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu mereka, melainkan juga
karena sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu bentuk
hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri sebagai layaknya manusia dewasa. Jika di
dalam lingkungan keluarga tidak dapat membicarakan masalah yang dihadapinya, remaja
tersebut akan mencari solusinya di luar rumah. Adanya perhatian yang cukup dari orang tuanya
dan anggota keluarga terdekatnya memudahkan remaja tersebut memasuki masa pubertas.
Dengan demikian, dia dapat melawan tekanan yang datang dari lingkungan pergaulan dan
pasangannya. Selain itu, kemampuan dan kepercayaan diri untuk memegang teguh prinsip
hidupnya sangat penting. Pandangan ini tidak sebatas masalah seksual, tetapi juga dalam segala
hal, baik tentang apa yang seharuanya dilakukan maupun tentang apa yang seharusnya tidak
boleh dilakukan
6. Rasa penasaran

Rasa penasaran atau rasa ingin tahu merupakan salah satu ciri dari manusia. Manusia
mempunyai kemampuan untuk berpikir dan dengan akal pikiran tersebut maka dapat
memuaskan rasa ingin tahunya. Rasa ingin tahu di dorong dengan kebutuhan manusia itu
sendiri. Adanya rasa ingin tahu yang besar maka manusia akan berpikir dan memulai mencari
jawaban yang sebanyak-banyaknya (Yuanita, 2011).Masa remaja terjadi beberapa
perkembangan, salah satunya perkembangan seksual. Adanya perkembangan seksual tersebut
meningkatkan keingintahuan remaja tentang seks. Apalagi jika teman- temannya mengatakan
bahwa seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas
masuknya. Maka, rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi
melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkannya (Dianawati, 2003)
7. Lingkungan keluarga
Bagi seorang remaja, mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat
berdasarkan kepentingan kedua pihak (orang tua dan anak). Akibatnya, remaja tersebut merasa
tertekan, sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai
pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seksual. Remaja akan mulai tertarik dengan
seksualitas.
8. Media informasi
Media informasi adalah suatu instrument perantara informasi. Jaman sekarang media informasi
sangat berkembang. Berkembangnya media informasi dikarenakan adanya pengaruh
pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Media informasi kini dengan
mudah dapat diakses oleh remaja di seluruh dunia seperti televisi, radio, internet, bahkan
telepon genggam pun telah masuk ke dalam bagian media informasi. Perkembangan media
informasi juga memudahkan remaja untuk mengakses materi pornografi.
Dewasa ini remaja terus-menerus terpajan simbolisme seksual dan stimulasi erotik dari media
massa. Pada saat yang sama, perkembangan karakteristik seks primer dan sekunder dan
peningkatan sensitivitas genital menghasilkan pikiran dan fantasi tentang hubungan seksual.
Aspek-aspek seksual pada hubungan interpersonal menjadi sangat penting. Tuntutan sosial
mendorong remaja untuk melakukan kencan,dan dorongan seks dari dalam dirinya mendesak
mereka untuk melakukan hubungan seksual tersebut.
\
C. Teori Depresi Pada Remaja 1
Depresi adalah gangguan perasaan atau mood yang disertai komponen psikologi berupa
sedih, susah, tidak ada harapan dan putus asa disertai komponen biologis atau somatik misalnya
anoreksia, konstipasi dan keringat dingin. Depresi dikatakan normal apabila terjadi dalam
situasi tertentu, bersifat ringan dan dalam waktu yang singkat. Bila depresi tersebut terjadi di
luar kewajaran dan berlanjut maka depresi tersebut dianggap abnormal (Atkinson, 2010).
Menurut Lubis (2009), secara sederhana depresi dapat dikatakan sebagai
suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi, yang
ditandai dengan afek disforik (kehilangan kegembiraan) disertai dengan gejala-
gejala lain, seperti gangguan tidur dan menurunya selera makan. Sedangkan
Trisna (dalam Lubis, 2009) menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan
sendu dan sedih yang biasanya disertai diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh.
a. Aspek-Aspek Depresi

Depresi terdiri dari beberapa aspek (Nevid, Rathus & Greene, 2005), yaitu:
a. Emosional, terdiri dari
(1) Perubahan pada mood (periode terus-menerus dari perasaan terpuruk, depresi, sedih, atau
muram).
(2) Penuh airmata atau menangis.
(3) Meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung),kegelisahan,atau kehilangan kesabaran.
b. Motivasi, terdiri dari
(1) Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan untuk memulai (kegiatan) di pagi hari
atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur.
(2) Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial Kehilangan
kenikmatan atau minat dalam aktivitas menyenangkan.
(3) Menurunnya minat pada seks.
(4) Gagal untuk berespons pada pujian atau reward.
c. Perilaku motorik, terdiri dari
(1) Bergerak atau berbicara dengan lebih
perlahan dari biasanya.
(2) Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu
banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan merasa
kesulitan untuk kembali tidur di pagi buta disebut mudah terbangun di pagi buta).
(3) Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit).
(4) Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan).
(5) Berfungsi secara kurang efektif daripada biasanya di tempat kerja atau di sekolah
d. Kognitif, terdiri dari
(1) Bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan dari biasanya.
(2) Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih
awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk kembali tidur di pagi buta disebut mudah
terbangun di pagi buta).
(3) Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit).

Beck dan page (dalam Saam & Wahyuni, 2012) mendiskripsikan lima aspek
depresi sebagai berikut:
a. Kesedihan atau suasana hati yang apatis.
b. Konsep diri negatif yang merendahkan diri, menyalahkan diri atau
mengkritik problem, dan perbuatan-perbuatan diri sendiri.
c. Menunjukkan keinginan untuk menghindar orang lain, kegiatan sosial atau
hilangnya minat terhadap hal tersebut.
d. Kurang tidur, berkurangnya nafsu makan dan keinginan seksual.
e. Ketidakmampuan berfungsi secara wajar, yang ditandai oleh gerakan-
gerakan badan yang lamban, hilangnya energy dan kemauan secara umum,
kesulitan mengambil keputusan dan tidak mampu memulai, konsentrasi, dan bekerja.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Rentang usia remaja adalah 10 tahun sampai 21 tahun menurut beberapa ahli. Fase
remaja adalah fase peralihan dari fase anak-anak menuju masa dewasa. Karakteristik yang
bisa dilihat adalah adanya banyak perubahan yang terjadi baik itu perubahan fisik maupun
psikis. Perubahan fisik yang dapat dilihat adalah perubahan pada karakteristik seksual seperti
pembesaran buah dada, perkembangan pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak laki-
laki tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin dalam. Perubahan
mentalpun mengalami perkembangan. Pada fase ini pencapaian identitas diri sangat
menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis. Periode ini disebut fase pubertas
(puberty) yaitu suatu periode dimana kematangan kerangka atau fisik tubuh seperti proporsi
tubuh, berat dan tinggi badan mengalami perubahan serta kematanagan fungsi seksual yang
terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Kebutuhan lain dari remaja adalah
teman sebaya, dimana teman sebaya adalah sangat penting bagi remaja untuk mengenal dunia
diluar keluarga. Namun dalam interaksinya, remaja sering mengalami tekanan untuk
mengikuti teman sebaya atau yang disebut konformitas (conformity) yang sangat kuat.
Konformitas ada yang positif dan negatif. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap,
atau tingkah laku orang lain dikarenakan ada tekanan nyata maupun yang tidak nyata.
Perilaku remaja yang menyimpang seperti berbuat onar, mencuri dan lain lain perlu mendapat
perhatian khusus bagi orangtua, guru dan pemerhati pendidikan. Pertentangan dan
pemberontakan adalah bagian alamiah dari kebutuhan para remaja untuk menjadi dewasa
yang mandiri dan peka secara emosional.

Depresi adalah gangguan perasaan atau mood yang disertai komponen psikologi
berupa sedih, susah, tidak ada harapan dan putus asa disertai komponen biologis atau somatik
misalnya anoreksia, konstipasi dan keringat dingin. Depresi dikatakan normal apabila terjadi
dalam situasi tertentu, bersifat ringan dan dalam waktu yang singkat. Bila depresi tersebut
terjadi di luar kewajaran dan berlanjut maka depresi tersebut dianggap abnormal

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth.B Hurlock. (1990). Psikologi Perkembangan edisi 5. Jakarta Sunardi.


(1995).

Treatmen Tingkah Laku Menyimpang. Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Biasa


FIP UP

digilib.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai