MENGETAHUI
Pembimbing Akademik
NIM : P17240194066
TINGKAT : 3B
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami pamjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien Dengan Masalah Resiko
Perilaku Kekerasan Terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari peranan pihak-pihak
yang membantu dalam proses penulisan. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada bapak Awan Hariyanto S.Kep,Ns. M.Kep. dosen pengampu mata kuliah
KEPERAWATAN JIWA yang membimbing dan membantu dalam penyelesaian makalah
ini, dan juga buat teman-teman dan orang tua yang selalu memberikan dukungan untuk
kami menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan masih
mempunyai banyak kekurangan. Maka dari itu, besar harapan kami agar tulisan ini
dapat diterima dan nantinya dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Trenggalek, 9 Oktober
2021
Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PASIEN
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. MASALAH UTAMA
Perilaku Kekerasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik secara diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1995).Perilaku kekerasan atau agresif merupakan
suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun
psikologis (Berkowitz, dalam Harnawati, 1993).
Setiap aktivitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Stuart dan
Sundeen, 1998).Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai
secara fisik baik terhadap diri sendiri maupun orang lain (Towsend, 1998). Suatu keadaan
dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan,
termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis, 1998).
Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan
fisik (Ketner et al., 1995).Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu
beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain
(Carpenito, 2000).
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak
lingkungan.
2. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan
oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
a) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal
maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian,
perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis
mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem
limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas
secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight
yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif
dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik
dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan
penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b) Teori Psikologik
3. Rentang Respon
Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif, seperti
rentang respon kemarahan di bawah ini (Yosep, 2007).
Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk / PK
1. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan
tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan
menimbulkan masalah.
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang
tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini
tidak ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu
mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif
3. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak
pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang
mampu.
4. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku yang tampak
dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
5. Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan
4. Proses Terjadinya Masalah
i Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor predisposis,
artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu:
1.Psikologis
Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi perilaku kekerasan
meliputi:
a.Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman
dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.
Agresif dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan meningkatkan citra diri
(Nuraenah, 2012).
b. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajarai, individu
yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk
dipengaruhioleh peran eksternal (Nuraenah, 2012).
2.Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstiumulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014).
3.Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi
memberikan dampak terhadap nilai-niali sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi
lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk mnyesuaikan
dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stress (Nuraenah, 2012).
4.Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan (Eko Prabowo, 2014)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan perilaku kekerasan meliputi penatalaksanaan
keperawatan dan penatalaksanaan medis.
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan melalui proses pendekatan keperawatan
dan terapi modalitas.
a) Pendekatan proses keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berdasarkan proses keperawatan, yaitu
meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan serta
evaluasi.
8. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
a) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b) Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur.
c) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
d) Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
9. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a) Bantu memilih cara yang paling tepat.
b) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
10. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.
b) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
11. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
b) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara
dan waktu).
c) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
(Nita Fitria, 2009. hal 148)
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat bagi S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba
Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Ed.2 . Jakarta : EGC
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke I (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab semua
pertanyaan yang diajukan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 : membina hubungan saling percaya kepada pasien
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang tentang
perkenalan kita tadi bu ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba Ibu masih ingat dengan saya namanya siapa?”
c. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
perasaan marah Ibu ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit
apakah ibu bersedia ?”
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke 2 (Kedua)
A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi Pasien
Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab semua pertanyaan yang
diajukan dengan baik
Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
Tujuan Khusus
Klien mampu mengidentifikasi perilaku marah
TindakanKeperawatan
SP1: Mengidentifikasi perilaku marah
ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi Ibu “S”, masih ingat dengan saya kan?
2. Evaluasi/ validasi
Bagaimana bu, apakah sudah makan siang dan sudah diminum obatnya, ?
KONTRAK
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah? Dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau ditempat tadi? Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?”
KERJA
“Apa yang menyebabkan Ibu marah? Apakah sebelumnya Ibu pernah marah? Terus
penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? Pada saat penyebab marah itu
ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang tidak tersedia, air tak tersedia
( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang Ibu rasakan? Apakah Ibu merasa
kesal, kemudian dada Ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan
tangan mengepal? Apa yang Ibu lakukan selanjutnya? Apakah dengan Ibu marah-
marah, keadaan jadi lebih baik? Menurut Ibu adakah cara lain yang lebih baik
selain marah-marah? Maukah Ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian? Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah,
hari ini kita belajar satu cara dulu, begini bu, kalau tanda- marah itu sudah
Ibu rasakan Ibu berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan
secara perlahan-lahan dari mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan
lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali Ibu sudah dapat melakukan nya. Nah
sebaiknya latihan ini Ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul Ibu sudah terbiasa melakukannya dan cara yang kedua dengan
melampiasakan marah Ibu dengan memukul bantal atau kasur”.
TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bu setelah berbincang-bincang tentang kemarahan Ibu tadi ?
Evaluasi Objektif
“Coba Ibu sebutkan apa saja penyebab Ibu marah dan yang Ibu rasakan serta apa
yang Ibu lakukan sertakan akibatnya.”
“coba bagaimana cara mengontrol kemarahan Ibu saat sedang marah?”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan
yang telah dilakukan):
“Sekarang kita buat jadwal latihan nya ya bu, berapa kali sehari ibu mau latihan
nafas dalam ?”
3. Kontrak yang akan datang
“Baik bagaimana kalau besok saat jam makan siang kita latihan cara lain yaitu
dengan minum obat secara teratur.? Tempatnya disini saja ya bu? Selamat Pagi.”
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN JIWA
(07 Oktober. s/d 09 Oktober 2021)
DISUSUN OLEH:
PUTRI WULAN MAHARDIKA ARDIYANA
(P172401904066)
KEMENTERIAN KESEHATAN
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM
KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id
2021