Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

Oleh:

ARI CENDANI PRABAWATI

219012694

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Pengertian
Prilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
dengan amuk daan gaduh gelisah yang tidak terkontrol ( kusumawati dan hartono, 2013).
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak
lingkungan.
2. Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia
tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang
lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan 
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan  oleh
Towsend (2018) adalah:
1) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls 
agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus
frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada
penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem
neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
b) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight
yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem
limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang  menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2) Teori Psikologik
a) Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak  terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak
kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra
diri dan memberikan arti  dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa 
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut
diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang
tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan
yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang
lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang
tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung
untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
c) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu
menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi
secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut
dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat
menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan  dengan (Yosep, 2009):
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan yaitu;
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan

5. Rentang Respon
Rentang adaptif Respon Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif kekerasan

Keterangan :
a. Asertif
individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan
ketenangan.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kupuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternative
c. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaanya
d. Agresif
Prilaku yang menyertai marah terhadap dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol
e. Kekerasan
Perasan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control
Perbandingan antara prilaku asertif, pasif, agrsif / kekerasan
Pasif Asertif Agresif
Isi Negatif menurun Positif dan Menyombongkan
pembicaraan menandakan diit, menwarkan diri, diri, memindahkan
contoh contoh : orang lain contoh
“dapatkah saya?” “saya dapat…. “ kamu selalu….”
“Dapatkah “saya akan…. “kamu tidak
kamu ?” pernah…”
Tekanan Cepat lambat , Sedang Keras dan mengotot
suara mengeluh.
Posisi badan Menundukan Tegap dan santai Kaku, cenderung
kepala
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak
dengan sikap acuh jarak yang nyaman dan menyerang
mengabaikan orang lain
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam posisi
tenang menyerang
Kontak mata Sedikit/ sama Mepmpertahankan Mata melotot dan di
sekali tidak kontak mata sesuai pertahankan
dengan hubungan

6. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan effect

core problem
Resiko Prilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah causa

7. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Perilaku kekerasan
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah

8. Data yang perlu dikaji


Masalah Keperawatan Data yang perlu di kaji
Resiko Perilaku Subjektif :
Kekersan         Klien mengancam
        Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
        Klien mengaatkan dendam dan jengkel
        Klien mengatakan ingin berkelahi
        Klien mengatakan menyalahkan dan menuntut
        Klien meremehkan
Objektif:
         Mata melotot/pandangan tajam
         Tangan mengepal
         Rahang mengatup
         Wajah memerah dan tegang
         Postur tubuh kaku
         Suara keras

Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai
berikut:
a. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
b.      Stimulus lingkungan
c.       Konflik interpersonal
d.      Status mental
e.       Putus obat
f.       Penyalahgunaan narkoba
9. Diagnosa keperawatan.
Resiko Perilaku Kekerasan
10. Rencana Tindakan Keperawatan
Tg No. Dx. Perencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
l Dx Keperawatan
Risiko TUM :
Perilaku Klien tidak melakukan tindakan 1. Setelah …x pertemuan 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
Kekerasan. kekerasan. klien menunjukkan tanda-  Beri salam setiap berinteraksi.
tanda percaya pada perawat  Perkenalkan nama, nama panggilan
TUK 1 : : perawat, dan tujuan perawat
Klien dapat membina hubungan  Wajah cerah, berinteraksi.
saling percaya. tersenyum.  Tanyakan dan panggil nama kesukaan
 Mau berkenalan. klien, tunjukkan sikap empati, jujur
 Ada kontak mata. dan menepati janji setiap kali
 Bersedia menceritakan berinteraksi.
perasaan.  Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien.
 Buat kontrak interaksi yang jelas.
 Dengarkan dengan penuh perhatian,
ungkapan perasaan klien.
TUK 2 : 2. Setelah …x pertemuan, 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan
Klien dapat mengidentifikasi klien menceritakan marahnya :
penyebab perilaku kekerasan yang penyebab perilaku  Motivasi klien untuk menceritakan
dilakukannya. kekerasan yang penyebab rasa kesal atau jengkelnya.
dilakukannya :  Dengarkan tanpa menyela atau
 Menceritakan penyebab memberi penilaian setiap ungkapan
perasaan jengkel atau perasaan klien.
kesal baik dari diri
sendiri maupun
lingkungannya.
TUK 3 : 3. Setelah … x pertemuan, 3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda
Klien dapat klien menceritakan tanda- perilaku kekerasan yang dialaminya :
mengidentifikasi tanda-tanda tanda saat terjadi perilaku  Motivasi klien menceritakan kondisi
perilaku kekerasan. kekerasan : fisik ( tanda-tanda fisik ) saat perilaku
 Tanda fisik : mata kekerasan terjadi.
merah, tangan  Motivasi klien menceritakan kondisi
mengepal, ekspresi emosinya ( tanda-tanda emosional )
tegang, dll. saat terjadi perilaku kekerasan.
 Tanda emosional :  Motivasi klien menceritakan kondisi
perasaan marah, hubungan dengan orang lain ( tanda-
jengkel, bicara kasar. tanda sosial ) saat terjadi perilaku
 Tanda sosial : kekerasan.
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan.
TUK 4 : 4. Setelah … x pertemuan, 4. Diskusikan dengan klien perilaku
Klien dapat klien menjelaskan : kekerasan yang dilakukannya selama ini :
mengidentifikasi jenis perilaku  Jenis-jenis ekspresi  Motivasi klien menceritakan jenis-
kekerasan yang pernah kemarahan yang jenis tindak kekerasan yang selama ini
dilakukannya. selama ini telah pernah dilakukannya.
dilakukannya.  Motivasi klien menceritakan perasaan
 Perasaannya saat klien setelah tindak kekerasan tersebut
melakukan kekerasan. terjadi.
 Efektifitas cara yang  Diskusikan apakah dengan tindak
dipakai dalam kekerasan yang dilakukannya,
menyelesaikan masalah. masalah yang dialami teratasi.
TUK 5 : 5. Setelah … x pertemuan 5. Diskusikan dengan klien akibat negatif
Klien dapat klien menjelaskan akibat ( kerugian ) cara yang dilakukan pada :
mengidentifikasi akibat perilaku tindak kekerasan yang  Diri sendiri.
kekerasan. dilakukannya :  Orang lain / lingkungan.
 Diri sendiri : luka,  Lingkungan.
dijauhi teman, dll.
 Orang lain / keluarga :
luka, tersinggung,
ketakutan, dll.
 Lingkungan : barang
atau benda rusak, dll.
TUK 6 : 6. Setelah … x pertemuan 6. Diskusikan dengan klien :
Klien dapat klien :  Apakah klien mau mempelajari cara
mengidentifikasi cara  Menjelaskan cara-cara baru mengungkapkan marah yang
konstruktif dalam sehat sehat.
mengungkapkan kemarahan. mengungkapkan marah.  Jelaskan berbagai alternatif pilihan
untuk mengungkapkan marah selain
perilaku kekerasan yang diketahui
klien.
 Jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan marah :
- Cara fisik : nafas dalam, pukul
bantal / kasur, olah raga.
- Verbal : mengungkapkan bahwa
dirinya sedang kesal kepada orang
lain.
- Sosial : latihan asertif dengan orang
lain.
- Spiritual : sembahyang / doa, zikir,
meditasi, dsb sesuai keyakinan
agamanya masing-masing.
TUK 7 : 7. Setelah … x pertemuan 7.1 Diskusikan cara yang mungkin
Klien dapat klien memperagakan cara dipilih dan anjurkan klien memilih
mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku cara yang mungkin untuk
mengontrol perilaku kekerasan. kekerasan : mengungkapkan kemarahan.
 Fisik : nafas dalam, 7.2 Latih klien memperagakan cara yang
pukul bantal / kasur, dipilih :
olah raga.  Peragakan cara melaksanakan
 Verbal : cara yang dipilih.
mengungkapkan bahwa  Jelaskan manfaat cara tersebut.
dirinya sedang kesal  Anjurkan klien menirukan
kepada orang lain. peragaan yang sudah dilakukan.
 Sosial : latihan asertif  Beri penguatan pada klien,
dengan orang lain. perbaiki cara yang masih belum
 Spiritual : sempurna.
sembahyang / doa, 7.3 Anjurkan klien menggunakan cara
zikir, meditasi, dsb yang sudah dilatih saat marah /
sesuai keyakinan jengkel.
agamanya masing-
masing.
TUK 8 : 8. Setelah … x pertemuan 8.1 Diskusikan pentingnya peran serta
Klien keluarga : keluarga sebagai pendukung klien
 Menjelaskan cara untuk mengatasi perilaku kekerasan.
merawat klien dengan 8.2 Diskusikan potensi keluarga untuk
perilaku kekerasan. membantu klien mengatasi perilaku
 Mengungkapkan rasa kekerasan.
puas dalam merawat 8.3 Jelaskan pengertian, penyebab,
klien. akibat, dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
8.4 Peragakan cara merawat klien
( menangani petilaku kekerasan ).
8.5 Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang..
8.6 Beri pujian kepada keluarga setelah
peragaan.
8.7 Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan.
TUK 9 : 9.1 Setelah … x pertemuan 9.1 Jelaskan manfaat menggunakan obat
Klien menggunakan obat sesuai klien menjelaskan : secara teratur dan kerugian jika
program yang telah ditetapkan.  Manfaat minum obat. tidak menggunakan obat.
 Kerugian tidak minum 9.2 Jelaskan kepada klien :
obat.  Jenis obat ( nama, warna, dan
 Nama obat. bentuk obat ).

 Bentuk dan warna obat.  Dosis yang tepat untuk klien.

 Dosis yang diberikan  Waktu pemakaian.


kepadanya.  Cara pemakaian.
 Waktu pemakaian.  Efek yang akan dirasakan
 Cara pemakaian. klien.

 Efek yang dirasakan.


9.3 Anjurkan klien :

9.2 Setelah … x pertemuan  Minta dan menggunakan obat


klien menggunakan obat tepat waktu.
sesuai program.  Lapor ke perawat atau dokter
jika mengalami efek yang tidak
biasa.
 Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
11. Implementasi
Implementasi
SP 1.
1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala serta akibat perilaku kekerasan.
2. Melatih cara fisik 1 : tarik nafas dalam.
3. Memasukan dalam jadwal harian pasien.
SP 2.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 ).
2. Melatih cara fisik 2 : pukul kasur / bantal.
3. Memasukan dalam jadwal harian pasien.
SP 3.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 dan SP 2 ).
2. Melatih secara sosial / verbal.
3. Menolak dengan baik.
4. Meminta dengan baik.
5. Mengungkapkan dengan baik.
6. Memasukan dalam jadwal harian pasien.
SP 4.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1, 2 & 3 ).
2.Melatih secara spiritual.
a. Berdoa.
b. Sembahyang.
3. Memasukan dalam jadwal harian pasien.
SP 5.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1, 2, 3, & 4 ).
2. Melatih patuh obat :
a. Meminum obat secara teratur dengan prinsip 5B.
b. Menyusun jadwal minum obat secara teratur.
3. Memasukan dalam jadwal harian pasien.
SP 1.
1. Mengidentifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan tentang perilaku kekerasan :
a. Penyebab.
b. Akibat.
c. Cara merawat.
3. Melatih cara merawat.
4. RTL keluarga / jadwal untuk merawat pasien.
SP 2.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 ).
2. Melatih ( simulasi ) 2 cara lain untuk merawat pasien.
3. Melatih langsung ke pasien.
4. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.
SP 3.
1. Mengevaluasi SP 1 dan SP 2.
2. Melatih langsung ke pasien.
3. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.
SP 4.
1. Mengevaluasi SP 1, 2, & 3.
2. Melatih langsung ke pasien.
3. RTL keluarga.
a. Follow Up.
b. Rujukan.

DAFTAR PUSTAKA
Direja Ade Herman Surya .2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha
Medika:Yogyakarta
Fitria,Nita.2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
Purba.2013.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa.Medan;USU Press
Keliat Budi Anna, Panjaitan Ria Utami, Helena Novy. 2016. Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa Edisi 2. EGC: Jakarta.
Kusumawati & Hartono.2011.Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta;Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai