NHA 530
MODUL SESI I
Ns Diah Sukaesti, M kep Sp kep J
http://esaunggul.ac.id 0 / 21
SUBTOPIK 1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
PERILAKU KEKERASAN
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
Keterangan:
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan
melarikan diri/respon melawan dan menentang sampai respon maladaptif yaitu
agresif – kekerasan.
a. Asertif: Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan orang lain dan ketenangan .
b. Frustasi: Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative.
http://esaunggul.ac.id 1 / 21
c. Pasif: Perilaku dimana seseorang tidak mampu mengungkapkan perasaan sebagai
suatu usaha dalam mempertahankan haknya.
e. Kekerasan: Sering juga disebut dengan gaduh gelisah atau amuk. Prilaku
kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi
kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling
berat adalah melukai/merusak secara serius. Pasien tidak mampu mengendalikan
diri atau hilang kontrol.
Setelah Anda memahami rentang respon marah, sekarang marilah kita mempelajari mengenai
hirarki agresif seperti dibawah ini (Nurmalia, 2016).
RENDAH
2. Keras menuntut
http://esaunggul.ac.id 2 / 21
memerlukan perawatan medis
http://esaunggul.ac.id 3 / 21
rangsangan dan pesan-pesan yang mempengaruhi sifat agresif. Sistem
limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan
dan respons agresif.
b) Faktor Genetik
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi
perilaku agresif.
c) Faktor Biokimia
Faktor biokimia tubuh seperti neurotransmitter di otak (epinephrin,
norepinephrin, dopamin, asetilkolin, dan serotonin). Peningkatan hormone
androgen dan norepinephrin serta penurunan serotonin dan GABA pada
cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi factor predisposisi terjadinya
perilaku agresif.
d) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2. Factor psikologis
a) Teori Psikoanalisa;
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat
kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai
kompensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungan.
b) Imitation, modeling, and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan biasa berkembang dalam lingkungan
yang monolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru
dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku
tersebut.
c) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respons ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaimana respons ibu saat marah atau
sebaliknya. Ia juga belajar bahwa agresivitas lingkungan sekitar menjadi
http://esaunggul.ac.id 4 / 21
peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan
patut untuk diperhitungkan.
http://esaunggul.ac.id 5 / 21
c. Penilaian terhadap stressor
Penilaian stessor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari situasi
stress bagi individu. itu mencakup kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan
respon sosial. Penilaian adalah evaluasi tentang pentingnya sebuah peristiwa
dalam kaitannya dengan kesejahteraan seseorang. Stressor mengasumsikan
makna, intensitas, dan pentingnya sebagai konsekuensi dari interpretasi yang unik
dan makna yang diberikan kepada orang yang berisiko (Stuart & Laraia 2005;
Azizah dkk., 2016 ). Respon perilaku adalah hasil dari respons emosional dan
fisiologis, serta analisis kognitif seseorang tentang situasi stres. Gambaran empat
fase dari respon perilaku individu untuk menghadapi stress, yaitu:
1. Perilaku yang mengubah lingkungan stres atau memungkinkan individu untuk
melarikan diri dari itu.
d. Sumber koping
Menurut Stuart & Laraia (2005) dikutip Azizah dkk. (2016), sumber koping
dapat berupa aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan, teknik defensif,
dukungan sosial, dan motivasi. Hubungan antara individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat sangat berperan penting pada saat ini. Sumber koping lainnya
termasuk kesehatan dan energi, dukungan spiritual, keyakinan positif,
keterampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya sosial dan material,
dan kesejahteraan fisik. Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat
berfungsi sebagai dasar harapan dan dapat mempertahankan usaha seseorang
mengatasi hal yang paling buruk. Keterampilan pemecahan masalah termasuk
kemampuan untuk mencari informasi, mengidentifikasi masalah, menimbang
alternatif, dan melaksanakan rencana tindakan. keterampilan sosial memfasilitasi
http://esaunggul.ac.id 6 / 21
penyelesaian masalah yang melibatkan orang lain, meningkatkan kemungkinan
untuk mendapatkan kerjasama dan dukungan dari orang lain, dan memberikan
kontrol sosial individu yang lebih besar. akhirnya, aset materi berupa barang dan
jasa yang bisa dibeli dengan uang.
5. Mekanisme koping
Menurut Stuart & Laraia (2005) dikutip Azizah dkk. (2016) mekanisme koping
yang dipakai pada Pasien marah untuk melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
http://esaunggul.ac.id 7 / 21
saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya.
Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
:
2, PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi. Tanda dan gejala
resiko perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi dan presipitasi:
1) Biologis: riwayat masuk RS sebelumnya, riwayat berapa kali rawat, riwayat
pengobatan sebelumnya, riwayat minum obat, riwayat kejang, riwayat jatuh,
riwayat penggunaan NAPZA, riwayat anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
2) Psikologis: pengalaman yang tidak menyenangkan
3) Sosial kultural: riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, kecukupan penghasilan,
silsilah keluarga, pernah kehilangan orang yang dicintai, perceraian, kehilangan
harta benda, penolakan masyarakat.
b. Data Subyektif:
Ungkapan perasaan kesal atau marah
Ungkapan keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Ungkapan tidak mampu mengontrol emosi
c. Data Obyektif:
Mata melotot
Pandangan tajam
Tangan mengepal dan rahang mengatup
Gelisah mondar-mandir
Tekanan darah meningkat
Nadi meningkat
Pernafasan meningkat
Mudah tersinggung
Mendominasi pembicaraan
Wajah memerah
Postur tubuh kaku
Mengancam dan mengumpat dengan kata-kata kotor
Suara keras
Bicara kasar dan ketus
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. Risiko perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan
http://esaunggul.ac.id 8 / 21
TUJUAN:
1. Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan merusak lingkungan
2. Klien dapat mengekspresikan marah secara adaptif:
a. Dapat mengidentifikasi penyebab PK
b. Dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
c. Dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang telah dilakukan
d. Dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
e. Dapat mengekspresikan marah secara fisik
f. Dapat patuh minum obat
g. Dapat mengekspresikan marah secara verbal/sosial
h. Dapat mengekspresikan marah secara spiritual
i. Mendapatkan dukungan keluarga
TINDAKAN KEPERAWATAN:
Pada pasien dengan perilaku kekerasan maka salah satu intervensi yang dapat
dilakukan adalah dengan menggunakan restrain. Restrain adalah terapi dengan alat –
alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik Pasien , dilakukan pada
kondisi khusus, merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku Pasien sudah tidak
dapat diatasi atau di kontrol dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan.
Pergerakan mobilitas yang dibatasi adalah pergerakan/perilaku yang direncanakan
bukan perilaku secara tidak sengaja/reflek (RSJRW, 2015). Jenis restrain terdiri jaket
pengekangan dan manset/ tali untuk pergelangan tangan dan kaki.
Tujuan Restrain
b. Memberi perlindungan kepada pasien dari kecelakaan (jatuh dari tempat tidur)
c. Memenuhi kebutuhan pasien akan keselamatan dan rasa aman (safety and security
needs)
http://esaunggul.ac.id 9 / 21
d. Restrain biasanya digunakan untuk melindungi pasien dan orang lainsaat
pengobatan dan terapi verbal tidak mencukupi serta mengendalikan
pasien berpotensi kekerasan (RSJRW, 2015).
Indikasi Restrain
a. Syarat intervensi restrain diberikan pada Pasien dengan usia > 18 tahun.
b. Perilaku kekerasan atau amuk yang biasanya ditujukan kepada diri sendiri, orang
lain ataupun lingkungannya. Pasien memiliki perasaan marah, jengkel, emosi,
kecewa yang timbul yang ditandai dengan mengepal, melotot, pandangan tajam,
bicara keras dan kasar
http://esaunggul.ac.id 10 /
21
h. Pasien yang melakukan penolakan untuk istirahat, makan minum (RSJRW, 2015).
1.2 Evaluasi
"Apa yang Anto rasakan saat ini?"
"Oo.. Jadi Anto kesal karena keinginanya tidak terpenuhi, dan sering bertengkar dengan
Ayahnya ?"
"Sudah berapa lama Anto marah-marah ?"
1.3 Validasi
"Apa yang telah Anto lakukan untuk mengatasi rasa marah ?"
"Lalu, bagaimana manfaatnya?"
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan tujuan
"Baik, Anto sering marah-marah , bagaimana kalau saya periksa dulu? Selanjutnya kita akan
latihan
bagaimana caranya untuk mengatasi rasa kesal . Tujuannya supaya Yasa mampu
mengendalikan perilaku marah-marah kepada orang lain." Bagaimana? apakah Anto setuju?
1.4.2 Waktu
"Baik, kita akan berdiskusinya selama 10 menit ya, Anto ."
http://esaunggul.ac.id 11 /
21
1.4.3 Tempat
"Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu?"
2. Kerja
2.1 Pengkajian
"Apa yang Anto rasakan saat marah-marah ?"
"Apakah ada perasaan kesal dengan orang lain?"
“Apa yang Anto lakukan saat marah?”
“Menurut Anto apa yang Anto lakukan apakah mengatasi masalah/”
"Menurut Anto bagaimana sikap keluarga terhadap Anto? Dan bagaimana pendapat Anto
tentang sikap tetangga?"
“Anto tenang terlebih dahulu ?
2.2 Diagnosis
"Anto sering marah-marah, merasa ditolak oleh keluarga dan merasa tidak di hargai . Ini kita
sebut Perilaku kekerasan . Bagaimana kalau kita bercakap-cakap untuk menyelesaikan
masalahnya?"
2.3 Tindakan
Terapeutik
Identifikasi penyebab/ pemicu kemarahan
“ Apa yang menyebabkan Anto marah, Apa pemicu Anto marah?”
Identifikasi harapan perilaku terhadap ekspresi kemarahan
”Apa yang Anto Harapkan dari perilaku marah-marah yang Anto lakukan ?”
Monitor potensi agresi tidak konstruktif dan lakukan tindakan sebelum agresif
”Perawat melihat kondisi pasien yang terlihat potensi AgresiF”
Monitor kemajuan dengan membuat grafik, jika perlu
” Monitor kemajuan Kondisi pasien, data Obyektif dan data subyektif bila perlu?”
TERAPEUTIK
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
http://esaunggul.ac.id 12 /
21
”Sikap perawat dalam kondisi tenang dan menyakinkan pasien”
Fasilitasi mengekspresikan marah secara adaftif
” Anto bila marah silahkan gunakan cara yang baik seperti tarik nafas dalam, Bicara yang
baik dengan orang lain, meminta dengan baik dan menolak dengan baik bila anto rasa tidak
sesuai keinginan”
Cegah kerusakan fisik akibat ekspresi marah (mis. Menggunakan senjata)
Cegah aktifitas pemicu agresi (mis. Meninju tas, mondar-mandir, berolahraga berlebihan)
Lakukan kontrol eksternal (mis. Pengekangan, time out, dan seklusi) jika perlu
Dukung menerapkan strategi pengendalian marah dan ekspresi amarah adaptif
Berikan penguatan atas keberhasilan penerapan strategi pengendalian marah
”Anto hebat sudah mampu berhasil latihan mengendalikan marah dengan baik?”
EDUKASI
Jelaskan makna, fungsi marah, frustasi, dan respons marah
”Anto marah merupakan Kondisi yang wajar apabila kita sedang menghadapi stresor, namun
cara mengendalikan perilaku marah dengan cara yang baik?”
Anjurkan meminta bantuan perawat atau keluarga selama ketegangan meningkat
“ Jadi nanti bila Anto sedang timbul rasa marah Anto bila menghubungi perawat atau
keluarga untuk membantu anto mengendalikan Marah”
Ajarkan strategi untuk mencegah ekspresi marah maladaptif
” Cara mengendalikan marah dengan cara yang adaptif adalah dengan cara tarik napas
sekarang kita latihan ya cara tarik napas dalam, Tarik napas dari Hidung, tahan 7 hitungan
dan hembuskan dari Mulut” dan Bisa juga memukul bantal atau kasur dan pukul sekuat-
kuatnnya sehingga menjadi lega”)
Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter Puskesmas bila diperlukan
(ISBAR-TBAK)
3. Terminasi
3.1 Evaluasi subjektif
"Bagaimana perasaan Anto setelah latihan kegiatan tadi?"
http://esaunggul.ac.id 13 /
21
"Apakah Anto masih ingat kegiatan apa saja yang telah kita latih bersama tadi? Bagus sekali.
Coba ulangi lagi latihan kita tadi."
3.5 Salam
"Semoga Anto lekas sembuh."
1.2 Evaluasi
"Bagaimana kesehatan anggota keluarga Ibu? Apakah ada yang sakit?"
1.3 Validasi
"Apakah sudah dibawa ke puskesmas atau sudah berobat ke tempat
yang lain? Bagaimana hasilnya?"
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan dan tujuan
"Baiklah saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap keluarga Ibu, agar dapat
membantu meningkatkannya."
1.4.2 Waktu
"Waktunya 30 menit ya Bu, apakah Ibu setuju?"
http://esaunggul.ac.id 14 /
21
1.4.3 Tempat
"Kita lakukan di sini saja ya Bu?"
2. Kerja (Lanjutan)
"Baik Bu, sekarang kita lanjutkan diskusi, kita sudah diskusi dengan Anto
ya ... Bagaimana menurut Ibu?"
2.4 Tindakan: Edukasi 5 tugas keluarga
2.4.1 Keluarga mampu mengenal masalah
"Bu, berdasarkan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan maka masalah kesehatan pada Anto
adalah perilaku kekerasan .
“Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan”.
2.4.2 Keluarga mampu memutuskan masalah "Karena Ibu telah mengetahui masalah perilaku
kekerasan pada Anto , Ibu dapat memutuskan cara merawat Anto dan membawa Anto ke
pelayanan kesehatan (Puskesmas, RSJ) untuk mendapat cara merawatnya."
2.4.3 Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
"Bu, latih dan motivasi Anto mengendalikan Perilaku marah yang Baru, buat jadwal
mengendalikan marah dengan Tarik napas dalam dan memnukul bantal”
2.4.4 Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
"Baik Ibu, Bila Anto sedang marah ibu lebih sabar dan Mampu mengendalikan marah marah
anto dan jangan membuat Anto lebih marah dengan kalimat-kalimat yang membuat Anto
makan marah”
http://esaunggul.ac.id 15 /
21
"Coba Ibu praktikan lagi cara mengatasi cemas Ibu? Bagus sekali."
3.3 Rencana tindak lanjut Pasien
"Jangan lupa melatih Anto sesuai jadwal ya."
"Jangan lupa Ibu juga latihan mengatasi cemas."
3.4 Rencana tindak lanjut perawat
"ilakan Ibu dan Anto datang kembali hari Rabu untuk pemeriksaan lebih lanjut."
3.5 Salam
“Semoga keluarga Ibu sehat selalu."
Standar luaran utama berdasarkan SLKI adalah kontrol diri (L.09076) dengan indikator:
2. Verbalisasi umpatan
3. Perilaku Menyerang
6. Perilaku agredif/amuk
7. Suara keras
8. Bicara ketus
http://esaunggul.ac.id 16 /
21
13. Verbalisasi kehilangan
15. Euforia
B. DOKUMENTASI
Berikut ini adalah lingkup pengkajian pasien resiko perilaku kekerasan :
Dokumentasi
a. Keluhandalam
utama pengkajian
:……………………………………..
b. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Aniaya seksual[ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Berikut ini adalah contoh pendokumentasian pasien harga diri rendah :
Penolakan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Coba saudara dokumentasikan pengkajian
Kekerasan dlm keluarga [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan…………………..
d. Pembicaraan: [ ]cepat [ ]keras [ ] gagap [ ]
inkoheren
[ ] apatis [ ]lambat [ ] membisu
[ ] tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan:
Masalahkeperawatan:
e. Aktivitas motorik: [ ] lesu [ ] tegang [ ] gelisah [ ] agitasi
[ ] tik [ ] grimasen [ ] tremor [ ] kompulsif
Jelaskan:
Masalah keperawatan:
f. Afek: [ ] datar [ ] tumpul [ ] labil [ ] tidak sesuai
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
f. Interaksi selama wawancara
[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif
[ ] Mudah tersinggung [ ] Kontak mata kurang
[ ] Defensif [ ] Curiga
http://esaunggul.ac.id
Jelaskan :……………………………………. 17 /
21
Masalah keperawatan :………………………
Implemetasi dan Evaluasi dalam CPPT
IMPLEMENTASI EVALUASI
DK: O : Keluarga
Perilaku kekerasan Keluarga mampu mendampingi pasien saat
Pasien sedang marah-marah .
Intervensi:
Tindakan pada pasien: A: Perilaku kekerasan
http://esaunggul.ac.id 18 /
21
berbicara, memberikan pujian
Keluarga:
Latih keluarga dalam memodulasui pengalaman
RTL:
emosi yang kuat (mis latihan Asertif, tehnik
Pasien:
relaksasi, jurnal aktivitas penyaluran energi”
Melatih pasien mengendaalikan
Resiko perilaku kekerasan
Ttd Perawat
(Nama Lengkap)
Keluarga:
Menjelaskan cara melatih pasien
dengan Resiko Perilaku
kekerasan
C. Daftar Pustaka
Keliat, B.A., P, Akemat. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, EGC, Jakarta,
2010
http://esaunggul.ac.id 20 /
21