Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing : Sartika S.Kep.,Ns., M.Kes

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA


PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :

Alfira Endang Junaedhy (220001)

AKADEMI KEPERAWATAN SYEKH YUSUF GOWA


Semester III/IX/202
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA PASIEN DENGAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan peradaban manusia, masalah-masalah kehidupan semakin
komplek pula, masalah tersebut bisa berasal dari diri manusia sendiri maupun dari
faktor luar. Manusia dapat mengalami perubahan bahkan gangguan pada fisik
maupun mental akibat kemunculan masalah tersebut. Gangguan fisik mungkin
sudah umum terjadi dan sarana penunjangnya juga telah banyak tersedia di
berbagai tempat, sedangkan gangguan mental lebih sering dianggap “tidak perlu”
dirawat di pelayanan kesehatan dengan alasan keterbatasan pengetahuan, sarana
dan dana.
Strategi penanganan pada setiap korban kekerasan akan berbeda
berdasarkan tempat terjadinya kekerasan tersebut, misalkan strategi penanganan
kekerasan dalam rumah tangga, akan berbeda dengan strategi penanganan
terhadap kekerasan di sekolah atau di lingkungan kerja.
Terapi kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh
sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang
dipimpin, diarahkan oleh terapis/petugas kesehatan yang telah dilatih. Terapi
aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah pasien
dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok yaitu agar pasien
dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai
dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang
sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien
dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan
dengan orang lain. Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok
(TAK) pasien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya. Tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah
pasien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat
TAK pasien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
c. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara sosial
d. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spiritual
e. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum
obat

C. ISI (PERILAKU KEKERASAN)


1. Defenisi

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seorang individu


mengalami perilaku-perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap
diri sendiri dan orang lain.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

2. Rentang Respon Marah

Respon Adaptif Respon Mal Adaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif
dan melarikan diri / respon melawan dan menantang. Respon melawan dan
menentang merupakan respon yang mal adaptif yaitu agresif – kekerasan.
Perilaku yang ditampakkan di mulai dari yang rencah sampai tinggi yaitu :
a. Agresif : Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut,
mendekati ornag lain dengan ancaman, memberi kata-kata
ancaman tanpa melukai. Umumnya klien masih dapat
mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
b. Kekerasan : Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk. Perilaku
kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara
menukutkan, memberi kata-kata mengancam, melukai,
disertai melukai tingkat ringan dan paling berat adalah
melukai / merusak secara serius. Klien tidak mampu
mengendalikan diri.

Tabel. Perbandingan antara perilaku asertif, pasif dan agresif/kekerasan

Pasif Asertif Agresif


Isi Pembicaraan Negatif dan Positif dan Menyombongkan
merendahkan diri, menawarkan diri, diri, merendahkan
contohnya contohnya orang lain, contoh
perkataan: perkataan: perkataan:
“Dapatkah saya?” “Saya dapat…” “Kamu selalu…”
“Dapatkah kamu?” “Saya akan…” “Kamu tidak
pernah…”
Tekanan suara Cepat lambat, Sedang Keras dan ngotot
mengeluh
Posisi badan Menundukkan Tegap dan santai Kaku, condong ke
kepala depan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak
dengan sikap jarak yang aman akan menyerang
acuh/mengabaikan orang lain
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam, posisi
tenang menyerang
Kontak mata Sedikit/sama sekali Mempertahankan Mata melotot dan
tidak kontak mata dipertahankan
sesuai dengan
hubungan
3. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif / amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, di hina, dianiaya atau saksi
penganiayaan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah / diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial Budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (positif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan di terima.
4) Bio Neurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbic lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan
dalam terjadi perilaku kekerasan.
b. Faktor Presipitasi
1) Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan
2) Lingkungan
Situasi yang ribut, padat
3) Orang lain
Kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan, interaksi sosial
propokatif, konflik.
4. Tanda dan Gejala
a. Fisik
1) Mata melotot/pandangan tajam
2) Tangan mengepal
3) Rahang mengatup
4) Wajah memerah
5) Postur tubuh kaku
b. Verbal
1) Mengancam
2) Mengunpat dengan kata-kata kotor
3) Suara keras
4) Bicara kasar, ketus
c. Perilaku
1) Menyerang orang
2) Melukai diri sendiri/orang lain
3) Merusak lingkungan
4) Amuk/agresif
5. Perilaku marah
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif
adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri
pasien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.
6. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri. Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa
cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang
dipakai pada pasien marah untuk melindungi diri antara lain :
a. Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya,
tujuannya adalah untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c. Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan
emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja
mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia
mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

D. JADWAL KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan resiko


perilaku kekerasan, yaitu
a. Hari/Tanggal : Selasa 11 Agustus 2015 (TAK 1, 2 dan 3) dan Rabu 12
Agustus 2015 (TAK 4 dan 5)
b. Waktu : 09.00 – 09.40 WITA
c. Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
Terapi kelompok (30 menit)
Penutup (5 menit)
d. Tempat : Ruangan Agathis

E. SESI YANG DIGUNAKAN


Dalam terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi 4 sesi, yaitu :
a. SESI I : Mengenal Perilaku Kekerasan yang biasa dilakukan
b. SESI II : Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
c. SESI III : Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan sosail
d. SESI IV : Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spiritual
e. SESI V : Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh meminum obat

F. PESERTA TAK
a. Kriteria pasien
1) Pasien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya
Terapi Aktifitas Kelompok
2) Kondisi fisik dalam keadaan baik
3) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas

b. Proses seleksi
1) Mengobservasi pasien yang masuk kriteria
2) Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria
3) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria
4) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok.

G. ANTISIPASI MASALAH
a. Penanganan terhadap pasien yang tidak aktif dalam aktivitas
1) Memanggil pasien
2) Memberi kesempatan pada pasien untuk menjawab sapaan perawat atau
pasien lain
b. Bila pasien meninggalkan kegiatan tanpa izin
1) Panggil nama pasien
2) Tanyakan alasan pasien meninggalkan kegiatan
c. Bila pasien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada pasien yang
telah dipilih
2) Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti
oleh pasien tersebut

H. URAIAN TUGAS DAN SUSUNAN PELAKSANA


Uraian Tugas Tim Terapis
a. Leader
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi
b. Co leader
1) Membantu leader dalam mengorganisasi kegiatan
2) Memfasilitasi anggota kelompok dalam pemainan
c. Observer
Uraian tugas:
1) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
dengan evaluasi kelompok

c. Fasilitator
Uraian tugas:
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

Nama-Nama Tim Terapis


a. SESI I
Leader : Alfira Endang Junaedhy
Co Leader : Nurul Adha
Observer : Hidriyani Agus
Fasilitator : Annisa Fauziah Yusri

b. SESI II
Leader : Alfira Endang Junaedhy
Co Leader : Nurul Adha
Observer : Hidriyani Agus
Fasilitator : Annisa Fauziah Yusri

c. SESI III
Leader : Annisa Fauziah Yusri
Co Leader : Hidriyani Agus
Observer : Alfira Endang Junaedhy
Fasilitator : Nurul Adha

d. SESI IV
Leader : Annisa Fauziah Yusri
Co Leader : Hidriyani Agus
Observer : Alfira Endang Junaedhy
Fasilitator : Nurul Adha

e. SESI V
Leader : Nurul Adha
Co Leader : Alfira Endang Junaedhy
Observer : Annisa Fauziah Yusri
Fasilitator : Hidriyani Agus

I. RENCANA PELAKSANAAN
a. Memilih pasien yang mengikuti TAK sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan di Ruangan Agathis RSJD Sambang Lihum
b. Peserta TAK 6 orang
c. Persiapan waktu yang akan digunakan ada dalam Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Rincian Alokasi Waktu TAK (Senin, 11 Agustus 2015)

No. Kegiatan Alokasi Keterangan


waktu
1. Tahap orientasi:
 Memberi salam terapeutik :
salam dari terapis 5 menit Di pimpin oleh Leader
 Evaluasi/validasi :
menanyakan perasaan
pasien saat ini
 Kontrak
2. Tahap kerja:
 Sesi I 15 menit Di pimpin oleh Leader
 Sesi II 15 menit Di pimpin oleh Leader
 Sesi III 15 menit Di pimpin oleh Leader
3. Tahap terminasi:
 Evaluasi 5 menit Di pimpin oleh Leader
 Rencana tindak lanjut
 Kontrak yang akan datang

Tabel 2. Tabel Rincian Alokasi Waktu TAK (Selasa, 12 Agustus 2015)

No. Kegiatan Alokasi Keterangan


waktu
1. Tahap orientasi:
 Memberi salam terapeutik :
salam dari terapis 5 menit Di pimpin oleh Leader
 Evaluasi/validasi :
menanyakan perasaan
pasien saat ini
 Kontrak
2. Tahap kerja:
 Sesi IV 15 menit Di pimpin oleh Leader
 Sesi V 15 menit Di pimpin oleh Leader
3. Tahap terminasi:
 Evaluasi 5 menit Di pimpin oleh Leader
 Rencana tindak lanjut
 Kontrak yang akan datang

d. Setting Tempat
: Leader : Fasilitator

: Observer : Co Leader

: Pasien

Jumlah Perawat
- Mahasiswa Ners : 4 Orang
- CI : 2 Orang -Pasie : 6 Orang

J. PROSES PELAKSANAAN
(Terlampir)

K. PROSES EVALUASI
1. Evaluasi input
• Tim berjumlah 4 orang dengan 1 Leader, 1 Co leader 1 Fasilitator, 1
Observer.
• Lingkungan nyaman
• Paien dipilih sesuai kriteria
• Alat-alat untuk TAK sudah disiapkan 15 men`it sebelum acara dimulai
2. Evaluasi Proses
• Leader & co leader berada di samping pasien dan menjelaskan
peraturan permainan dengan jelas.
• Fasilitator menempatkan diri di samping pasien
• Observer menempatkan diri di samping barisan pasien untuk
mengawasi jalannya kegiatan.
• Minimal 80 orang pasien yang mengikuti permainan dapat mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai.
• Minimal 3 orang pasien aktif mengikuti kegiatan, maksimal 1 orang
yang keluar.
• 80% Pasien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan
de`ngan aktif dari awal sampai selesai
• Seluruh peserta aktif mengikuti kegiatan dan mengikuti tata tertib yang
berlaku
• Peserta yang ingin ke toilet sebelumnya harus minta izin pada leader
3. Evaluasi Hasil
• 70% Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
• 70% Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
• 70 % Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara sosial
• 50% Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan
spiritual
• 80% Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh
minum obat
a. Stimulasi persepsi perilaku kekerasan : kemampuan psikologis

No. Nama Penyebab Memberi tanggapan tentang


Klien PK tanda dan gejala Perilaku akibat PK
PK kekerasan
1.          

2.          

3.          

4.          
5.          

6.          

b. Stimulasi persepsi perilaku kesehatan : kemampuan mengenal perilaku


kekerasan fisik

Mempraktikkan cara Mempraktikkan cara fisik


No. Nama Klien
fisik yang pertama yang kedua
1.      
2.      
3.      
4.      
5.      
6.      

c. Stimulasi persepsi perilaku persepsi

Memperagakan Memperagakan Memperagakan cara


Nama
No. cara meminta tanpa cara menolak mengungkapkan
Klien
paksa yang baik kekerasan yang baik
1.        
2.        
3.        
4        
5.        
6.        

d. Stimulasi persepsi perilaku kekerasan : kemampuan mencegah perilaku


kekerasan dengan spiritual

Nama Mempraktikkan kegiatan Mempraktikkan


No.
Klien ibadah pertama kegiatan ibadah kedua
1.      
2.      
3.      
4.      
5.      
6.      
e. Stimulasi persepsi perilaku kekerasan : kemampuan mencegah perilaku
kekerasan dengan patuh minum obat

Menyebutkan 5 Menyebutkan Menyebutkan


Nama
No. benar minum keuntungan inum tidak patuh
Klien
obat obat minum obat
1.        
2.        
3.        
4.        
5.        
6.        
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.
2005.

Anda mungkin juga menyukai