Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“RESIKO PERILAKU KEKERSAN”

GUSTI AGUNG AYU WIDIYANI


201901009

PROGAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

“RESIKO PERILAKU KEKERASAN”

A. Konsep dasar penyakit


1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol.
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis. Suatu
keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik
baik terhadap diri sendiri atau orang lain.
Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain, dan barang-
barang. Perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua perilaku kekerasan
secara verbal dan fisik.

2. Rentang Respon

Respons Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Gambar : rentang respons perilaku kekerasan

Keterangan :
a. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenagan.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
c. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi
masih terkontrol.
e. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control.
Tabel : perbandingan antara perilaku asertif, pasif, dan agresif/kekerasan
PASIF ASERTIF AGRESIF
ISI Negatif dan Postif dan Menyombongkan
PEMBICARAAN merendahkan menawarkan diri,
diri, contohnya diri, merendahkan
perkataan : contohnya orang lain,
“dapatkah saya?” perkataan : contohnya
“dapatkah “saya perkataan :
kamu?” dapat…..” “kamu
“saya akan selalu””kamu
…..” tidak pernah…”
TEKANAN Cepat, lambat, Sedang Keras dan ngotot
SUARA mengeluh
POSISI BADAN Menundukkan Tegap dan Kaku, condong
kepala santai ke depan
JARAK Menjaga jarak Mempertahan Siap dengan jarak
dengan sikap kan jarak yang akan menyerang
acuh/mengabaika nyaman orang lain
n
PENAMPILAN Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam,
tenang posisi menyerang
KONTAK MATA Sedikit/sama Mempertahan Mata melotot dan
sekali tidak kan kontak dipertahankan
mata sesuai
dengan
hubungan

3. Faktor Predisposisi
a. Faktor Psikologis
1) Terjadi asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masakecil
yang tidak menyenangkan
3) Rasa frustasi
4) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya
ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan
dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan
citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya
berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindakan kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan
rendahnya harga diri perilaku tindak kekerasa.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh
peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predsiposisi
biologi
b. Faktor Sosial Budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya
secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan
teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respons-
respons yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau
imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan terjadi.Budaya juga dapat membantu mendefenisikan
ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
Control masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam measyarakat
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasa.
c. Faktor Biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian
stimulus elektris ringan pada hipotalamus (system limbic) ternyata
menimbulkan perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi
limbic (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran
rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indera penciuman dan
memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatsi,
danhendak menyerang objek yang ada disekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologic, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai
berikut :
1) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen system neurologis
mempunyai implikasi dan memfasiliats dan menghambat implus
agresif. System limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respons agresif.
2) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinerprin,
neropineprin, dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan
dalam memfasilitasi dan menghambat implus agresif. Peningkatan
hormone androgen dan nerofienrprin serta penurunan serotonin dan
GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor
predisposisi penting yang menyebabkan timbulnya perilaku agresif
pada seseorang.
3) Pengaruh genetic, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetic termasuk genetic tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak criminal
(narapidana).
4) Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khsususnya pada limbic dan lobus
temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsy (epilepsy lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.

4. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa fakor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
a. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri
maupun eksternal dari lingkunga.
c. Lingkungan : panas, padat, dan bising.
Hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan
antara lain sebagai berikut :
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksipan seoarng ibu dalam merawat anaknya
danketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyiai riwayat antisocial seperti penyalahgunaan
obat dan alcohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat
menghadapi rasa frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.

5. Manifestasi Klinis
a. Fisik
Mata melotot/pendangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, ketus.
c. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral,
dan kreativitas terhambat.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
h. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

6. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme kpoing yang konstruktif
dan mengeksplorasikan kemarahannya.Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,
proyeksi, represif, denial dan reaksi formal.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan anatara lain :
a. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epinerprin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual sekresi
HCL meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluaran juga meningkat,
tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan diserta reflek yang cepat
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, dan asertif. Perilaku asertif
adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa marahnya
tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan dengan
perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.
c. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya diserta kekerasan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan.

7. Sumber koping
Menurut Widi Astuti (2017), mengungkapkan bahwa sumber koping dibagi
menjadi 4, yaitu:
a. Kemampuan personal
Meliputi kemampuan untuk mencari informasi terkait masalah,
kemampuan mengidentifikasi masalah, pertimbangan alternative,
kemampuan untuk mengungkapkan masalah, tidak semangat
menyelesaikan masalah, kemampuan mempertahankan hubungan
interpersonal, dan identitas ego tidak adekuat.
b. Dukungan sosial
Meliputi dukungan dari keluarga dan masyarakat, keterlibatan atau
perkumpulan dimasyarakat dan pertentangan nilai budaya.
c. Aset meteri
Meliputi penghasilan yang layak, tidak mempunyai tabungan untuk
mengantisipasi hidup, tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
d. kinan positif
Adanya motivasi dan penilaian terhadap pelayanan kesehatan.
8. Penatalaksanaan Umum
Menurut Yosep (2017) obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien
dengan marah atau perilaku kekerasan adalah :
a. Antianxiety dan sedative hipnotics. Obat-obatan ini dapat mengendalikan
agitasi yang akut. Benzodiazepine seperti Lorazepam dan Clonazepam,
sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan
perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk
penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan
dan ketergantungan, juga bisa memperburuk simptom depresi.
b. Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.
c. Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan
perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.
Amitriptyline dan Trazodone, menghilangkan agresifitas yang
berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.
d. Lithium efektif untuk agresif karena manik.
e. Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan.

B. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian
Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji
Resiko perilaku Subjektif :
kekerasan a. Klien mengancam
b. Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
c. Klien mengatakan dendam dan jengkel
d. Klien mengatakan ingin berkelahi
e. Klien menyalhkan dan menuntut
f. Klien meremehkan
Objektif
a. Mata melotot/pandangan tajam
b. Tangan mengepal
c. Rahang mengatup
d. Wajah memerah dan tegang
e. Postur tubuh kaku
f. Suara keras

Faktor-faktor yang berhubungan dengan maslah perilaku kekerasan


antara lain sebagai berikut :
a. Ketidakmanpuan mengendalikan dorongan marah
b. Stimulus lingkungan
c. Konflik interpersonal
d. Status mental
e. Putus obat
f. Penyalahgunaan narkoba/alkohol

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa : Resiko perilaku kekerasan
Tujuan Asuhan Intervensi
Pasien mampu : Setelah …….x SP 1
a. Mengidentifikasi pertemuan, pasien a. Identifikasi penyebab,
penyebab dan tanda mampu : tanda dan gejala serta
perilaku kekerasan a. Menyebutkan akibat perilaku
b. Menyebutkan jenis penyebab tanda, kekerasan
perilaku kekerasan gejala, dan akibat b. Latih cara fisik 1 : tarik
yang pernah perilaku kekerasan nafas dalam
dilakukan c. Masukkan dalam
c. Menyebutkan akibat jadwal harian pasien
dari perilaku
kekerasan yang Setelah ……..x SP 2

dilakukan pertemuan, pasien a. Evaluasi kegiatan yang

d. Menyebutkan cara mampu : lalau (SP1)

mengontrol perilaku a. Menyebutkan b. Latih fisik 2 : pukul

kekerasan kegiatan yang kasur/bantal

e. Mengontrol perilaku sudah dilakukan c. Masukkan dalam jadwal

kekerasannya dengan b. Memperagakan harian pasien

cara : cara fisik untuk

1) Fisik mengontrol

2) Sosial/verbal perilaku kekerasan

3) Spiritual Setelah ……x SP 3

4) Terapi pertemuan pasien a. Evaluasi kegiatan yang

5) Psikofarmaka mampu : lalu (SP 1dan 2)

(obat a. Menyebutkan b. Latih secara


kegiatan yang sosial/verbal
sudah dilakukan c. Menolak dengan baik
b. Memperagakan d. Meminta dengan baik
cara sosial/verbal e. Mengungkapkan dengan
untuk mengontrol baik
perilaku kekerasan f. Masukkan dalam jadwal
harian pasien
Setelah ……x SP 4
pertemuan pasien a. Evaluasi kegiatan yang
mampu : lalu (SP 1, 2, dan 3)
a. Menyebutkan b. Latih secara spiritual
kegiatan yang c. Berdoa
sudah dilakukan d. Sholat
b. Memperagakan e. Masukkan dalam jadwal
cara spiritual harian pasien
Setelah ….x SP 5
pertemuan, pasien a. Evaluasi kegiatan yang
mampu : lalu (SP 1, 2, 3 dan 4 )
a. Menyebutkan b. Latih patuh obat :
kegiatan yang c. Minum obat secara
sudah dilakukan prinsip 5 B
b. Memperagakan d. Susun jadwal minum
cara patuh obat obat secara teratur
e. Masukkan dalam
jadwal hariam pasien
Keluarga mampu : Setelah…….x SP 1
Merawat pasien di pertemuan, keluarga a. Identifikasi masalah
rumah mampu menkjelaskan yang dirasakan
penyebab, tanda dan keluarga dalam
gejala, akibat serta merawat pasien
mampu b. Jelaskan tentangg
memperagakan cara perilaku kekerasan :
merawat 1) Penyebab
2) Akibat
3) Cara merawat
c. Latih cara merawat
d. RTL keluarga/jadwal
untuk merawat pasien
Setelah …..x SP 2
pertemuan keluarga a. Evaluasi kegiatan yang
mampu menyebutkan lalu (SP 1)
kegiatan yang sudah b. Latih (stimulus) 2 cara
dilakukan dan mampu lain untuk merawat
merawat serta dapat pasien
membuat RTL c. Latih Langsung ke
pasien
d. RTL keluarga/jadwal
untuk merawat pasien
Setelah…..x SP 3
pertemuan keluarga a. Evaluasi SP 1 dan SP 2
mampu menyebutkan b. Latih langsung ke
kegiatan yang sudah pasien
dilakukan dan mampu c. RTL keluarga/jadwal
merawat serta dapat keluarga untuk
membuat RTL merawat pasien
Setelah …….x SP 4
pertemuan keluarga a. Evaluasi SP 1, 2, 3,
mampu b. Latih langsung ke pasien
melaksanakan follow c. RTL keluarga
up dan rujukan serta 1) Follow up
mampu menyebutkan 2) Rujukan
kegiatan yang sudah
dilakukan

DAFTAR PUSTAKA
Balitbang. 2012. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor

Direja Surya Herman Ade. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika

Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2013. Teori dan tindakan keperawatan jiwa.
Jakarta: Yankes RI Keperawatan Jiwa

Fitria, Nita. 2013. Aplikasi Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan da


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika

Keliat, B.A. 2013. Proses Kesehatan Jiwa.Edisi 1. Jakarta

Marimas, F, W. 2014. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga


University Press.

Tim Direktorat Keswa. 2013. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1.


Bandung: RSJP

Anda mungkin juga menyukai