PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan (Fitria, 2009).
B. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Perilaku kekerasan
• Menarik diri
Karakteristik :
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang
datang. Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir.
Dari sinilah dimulai fase gangguan psikotik. Perilaku yang biasanya
muncul yaitu individu cenderung mengikuti petunjuk sesuai isi
halusinasi, kesulitan berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian
hanya beberapa detik/menit.
5. Stage V (Concuering Panic Level of Anxiety)
Klien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya.
Karakteristik :
Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti
ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi
dapat berlangsung selama minimal empat jam atau seharian bila klien
tidak mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik
berat. Perilaku yang muncul adalah perilaku menyerang, risiko bunuh
diri atau membunuh, dan kegiatan fisik yang merefleksikan isi
halusinasi (amuk, agitasi, menarik diri).
G. Mekanisme Koping
Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang
mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi maladaptif meliputi:
1. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas.
2. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi
pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi).
3. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari
sumber stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun
dan lain-lain. Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan
perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa
takut dan bermusuhan.
H. Pohon Masalah
Pasien biasanya memiliki lebih dari satu masalah keperawatan. Sejumlah
masalah pasien akan saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai
pohon masalah (Yusuf dkk. 2015). Untuk membuat pohon masalah, minimal
harus ada tiga masalah yang berkedudukan sebagai penyebab
(causa), masalah utama (core problem), dan akibat (effect). Menurut
Damaiyanti (2014), pohon masalah pada pasien halusinasi adalah sebagai
berikut :
I. Penatalaksanaan
J. Diagnosa Keperawatan
3. Solasi Sosial
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia : definisi dan kriteria hasil
keperawatan, edisi I. Jakarta : DPP PPNI
Damaiyanti, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan Kedua.
Bandung: PT. Refika Adimata
Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Medika.
Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh
orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan
kontrol (Direja, 2011).
Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses
stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguan isi pikir dapat berupa
waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan
dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan
alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali
(Kusumawati, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan
menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan
psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada
isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi
kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam
hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan
perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan
alasan atau logika (Kusumawati, 2010).
B. Klasifikasi
Menurut Townsend (2009) waham diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Waham kebesaran
Individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “saya ini pejabat departemen kesehatan lho!” atau, “saya punya
tambang emas”.
b. Waham curiga
Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh, “saya tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurka hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.
c. Waham agama
Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh, “kalau saya mau masuk surga, saya harus
menggunakan pakaian putih setip hari”.
d. Waham somatik
Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh, “saya sakit kanker”. (Kenyataannya pada pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus
mengataka bahwa ia sakit kanker).
e. Waham nihilistik
Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meniggal
dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kadaan nyata.
Misalnya, “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”
C. Etiologi
1) Faktor predisposisi
a. Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak
yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai
dipahami, ini termasuk hal-hal berikut :
Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak
yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area frontal,
temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian
sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain
c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin
b. Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik
terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga
menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan
jiwa profesional).
c. Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan
gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham (Direja, 2011).
2) Faktor Presipitasi
a. Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang
maladaptif termasuk:
Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi
Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
b. Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan
episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon
neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan.
Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2011).
D. Rentang Respon Neurobiologi
Rentang respon waham/neurobiologis
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis Proses pikir kadang Gangguan proses pikir
terganggu ilusi waham
Persepsi akurat Reaksi emosi Kesukaran proses
berlebihan atau kurang emosi
Emosi konsisten dengan Perilaku yang tidak Perilaku tidak
pengalaman biasa terorganisasi
Perilaku seksual Menarik diri Isolasi sosial
Hubungan sosial harmonis
(Stuart, 2007)
E. Tanda dan Gejala
Menurut Kusumawati (2010) tanda dan gejala waham yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
c. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai,
reaksi berlebihan, ambivalen.
d. Fungsi motorik.
Imfulsif : gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik, gerakan
yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas,
katatonia.
e. Fungsi sosial kesepian.
Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
f. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering
muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan gangguan sensori persepsi:
halusinasi.
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala waham yaitu :
a. Terbiasa menolak makan,
b. kurang perawatan diri,
c. Ekspresi wajah sedih dan ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Menghindar dari orang lain
h. Mendominasi pembicaraan, berbicara kasar
i. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
Perilaku lain yang dapat ditemukan pada klien dengan waham antara lain
melakukan percobaan bunuh diri, melakukan tindakan, agresif, destruktif,
gelisah, tidak biasa diam, tidak ada perhatian terhadap kebersihan diri, ada
gangguan eliminasi, merasa cemas, takut. Kadang-kadang panik perasaan
bahwa lingkungan sudah berubah pada klien depersonalisasi (Stuart,2007).
F. Pengkajian
Aktivitas dan istirahat
Gangguan tidur, bangun lebih awal, insomnia, dan hiperaktivitas.
Higiene
Kebersihan personal kurang, terlihat kusut/ tidak terpelihara.
Integritas ego
Dapat timbul dengan ansietas berat, ketidakmampuan untuk rileks,
kesulitan yang dibesar-besarkan, mudah agitasi.
Mengekspresikan persaaan tidak adekuat, perasaan tidak berharga,
kurang diterima, dan kurang percaya pada orang lain. Menunjukkan
kesulitan koping terhadap stres, menggunakan mekanisme koping
yang tidak sesuai.
Neurosensori
Mengalami emosi dan prilaku kongruen dengan sistem
keyakinan/ketakutan bahwa diri ataupun orang terdekat berada dalam
bahaya karena diracuni atau diinfeksi, mempunyai penyakit, merasa
tertipu oleh pasangan individu, dicurangi oleh orang lain, dicintai atau
mencintai dari jarak jauh.
Keamanan
Dapat menimbulkan prilaku berbahaya/menyerang
Interaksi sosial
Kerusakan bermakna dalam fungsi sosial/perkawinan
Umumnya bermasalah dengan hukum.
(Direja, 2011).
G. Mekanisme Koping
Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi diri sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon
neurobioligi :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal
untuk aktivitas hidup sehari-hari
2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri
H. Pohon Masalah
Resiko tinggi
Kerusakan mencederai diri, orang
komunikasi verbal lain dan lingkungan
Perubahan isi
pikir: waham
Kelliat, B.A., 2009, Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, ECG : Jakarta.
Laraia, S, 2009, Principles and Practice of Pcyshiatric Nursing 8 Edition,
Elsevier Mosby: Philadelphia.
Stuart, G.W., 2007, Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. EGC : Jakarta.
Townsend, M, 2009, Pcyshiatric Mental Health Nursing Concept of Care In
evidence Based Practice 10 edition, F.A David Company : Philadelphia.
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
A.Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena
karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (keliat. 2012). Menurut
videbeck (2008) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang
terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.
B.Proses Terjadinya Masalah
Lama Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 2006). Konsep
diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 2012). Sedangkan harga diri rendah
adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggung
jawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung
harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima
dan menerima penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif
yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan
menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak
realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal
dan eksternal seperti :
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau
posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi.
Ada tiga jenis transisi peran :
1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
tekanan untuk peyesuaian diri.
2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan
fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi
secara :Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien
yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang
diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak
sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di
rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. Kronik, yaitu
perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
C.Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.J (2006); Keliat, B.A (2012)
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit,
menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri. Merendahkan martabat.
Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu
apa-apa
Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil
keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan. Mencederai diri. Akibat
harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan.
D.Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara : Situasional. Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan
kateter, pemeriksaan perneal). Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh
yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit. Perlakuan petugas kesehatan
yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa
penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life
span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya
sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima
dalam kelompok (Yosep, 2007). Tanda dan Gejalanya : Data subjektif :
mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan
mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu. Data
objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak
melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.
E. Penyebab
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada
tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan
sosial (DEPKES RI, 2000). Tanda dan gejala : Data Subyektif : Mengungkapkan
untuk memulai hubungan/ pembicaraan Mengungkapkan perasaan malu untuk
berhubungan dengan orang lain Mengungkapkan kekhawatiran terhadap
penolakan oleh orang lain Data Obyektif : Kurang spontan ketika diajak bicara
Apatis Ekspresi wajah kosong Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara.
F.Pohon Masalah
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Keliat, Budi Anna dll. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. EGC:
Jakarta.
Stuart dan Sundeen.2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
D. PENYEBAB
Factor Predisposisi
a) Biologis
1) Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, Diturunkan melalui
kromosm orang tua (kromosom beberapa masih menjadi
penelitian). Diduga kromosom nomor 6 dengan kontribusi genetic
tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22. Pada anak dan kedua orang
tuanya tidak menderita, kemungkinan terkena penyakit hanyalah
1%. Sementara pada anak yang salah satu orang tuanya menderita
kemungkinan terkena adalah 15%. Dan jika kedua orang tuanya
penderita maka resiko terkena adalah 35%.
2) Kembar identic beresiko engalami gangguan sebesar 50%,
sedangkan kembar fraternal beresiko mengalami ganggua 15%.
Riwayat janin saat prenatal dan perinatal trauma, penurunan 9
konsumsi oksigen pada saat dilahirkan, premature, preeklamsia,
malnutrisi, stress, ibu perokok, alcohol, pemakaian obat-obatan,
infeksi, hipertensi dan agen teorogenik. Anak yang dilahirkan
dalam kondisi seperi ini pada saat dewasa (25 tahun) mengalami
pembesaran ventrikel otak dan atrofi kortek otak. 3) Nutrisi adanya
riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan BB, rambut
rontok, anoreksia. Eadaan kesehatan secara umum: obesitas,
kecacatan fisik, kanker, inkontinensia sehingga menjadi malu,
penyakit menular AIDS.
3) Sensitivitas biologi: riwayat penggunaan obat, riwayat terkena
infeksi dan trauma kepala serta radiasi dan riwayat pengobatannya.
4) Paparan terhadap racun: paparan virus influenza pada trimester 3
kehamilan dan riwayat keracunan CO.
b) Psikologis
1) Adanya riwayat kerusakan struktur di lobus frontal yang
menyebabkan suplai oksigen dan glukosa tergaggu dmana lobus
tersebut berpengaruh kepada proses kognitif sehingga anak
mempunyai intelegensi dibawah rata-rata dan menyebabkan
kurangnya kemampuan menerima informasi dari luar.
2) Keterampilan komunikasi verbal yang kurang, misalnya tidak
mampu berkomunikasi, komunikasi tertutup (non verbal), gagap,
riwayat kerusakan yang mempunyai fungsi bicara, misalnya trauma
kepala dan berdampak kerusakan pada area broca dan area
wernich.
3) Moral : riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi
moral individu, misalnya keluarga broken home, adanya konflik
keluarga ataupun di masyarakat.
4) Kepribadian : orang yang mudah kecewa, mudah puus asa,
kecemasan yang tinggi dan menutup diri. Pengalaman masa lalu
yang tidak menyenangkan seperti:
a.Orang tua otoriter, selalu membandingkan, yang mengambil jarak
dengan anaknya, penilaian yang negative secara terus menerus
b.Anak yang diasyh oleh orang tua yang suka cemas, terlalu
melindungi, dingin dan tidak berperasaan.
c.Penolakan dan tindak kekerasan dalam rentang hidup klien.
d.Konflik orang tua, disfungsi system keluarga.
e.Kematian orang terdekat, adanya perceraian.
f. Takut penolakan seknder akibat obesitas, penyakit terminal, sangat
miskin dan pengangguran.
g.Riwayat ketidakpuasan yang berhubungan dengan penyalahgunaan
obat, perilaku yang tidak matang, pikiran delusi, penyalahguaan
alcohol.
c) Sosial Budaya
1) Usia : adanya riwayat tugas perkembangan yang tidak sesuai
2) Gender : riwayat ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran
gender.
3) Pendidikan : pendidikan yang rendah dan riwayat putussekolah
atau gagal sekolah.
4) Pendapatan : penghasilan rendah.
5) Pekerjaan : stressFull dan beresiko tinggi.
6) Status social : tuna wisma, kehidupan yang terisolasi (kehilangan
kontak social misalnya pada lansia).
7) Latar belakang budaya : tuntunan social budaya tertentu adanya
stigma masyarakat, budaya yang berbeda (bahasa tidak dikenal).
8) Agama dan keyakinan : riwayat tidak bias melakukan atau
menjalankan kegiatan keagamaan secara rutin.
9) Keikutsertaan dalam politik : riwayat kegagalan berpolitik.
10) Pengalaman social : perubhan dalam kehidupannya misalnya,
bencana, kerusuhan, kesulitan mendapatkan pekerjaan dan
ketidakutuhan keluarga.
11) Peran social : isolasi diri : khususnya usia lanjut, stigma negative
dari masyarakat, praduga negative dan stereotipi, perilaku social
tidak diterima oleh masyarakat.
E. TANDA DAN GEJALA
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi social menurut
(Direja, 2011) ialah :
1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap ligkungan)
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
6. Mengisolasi diri
7. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan
8. Asupan makanan dan minuman terganggu
9. Retensi urin dan feses
10. Aktivitas menurun
11. Kurang energy (tenaga)
12. Rendah diri
F. AKIBAT
Factor Prepitasi
1) Biologi
a. Dalam 6 bulan terakhir mengalami penyakit infeksi otak (enchepalitis)
atau trauma kepala yang mengakibatkan lesi daerah frontal, temporal
dan limbic sehingga terjadi ketidakseimbangan dopamine dan serotonin
neurotransmitter.
b. Dalam 6 bulan terakhir terjadi gangguan nutrisi ditandai dengan
penurunan BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa yang
berdampak pada pemenuhan glukosa di otak yang dapat mempengaruhi
fisiologi otak terutama bagian fungsi kognitif.
c. Sensitivitas biologi : putus obat atau mengalami obesitas, kecacatan
fisik, kanker dan pengobatannya yang dapat menyebabkan perubahan
penampilan fisik.
d. Paparan terhadap racun, misalnya CO yang dapat mempengaruhi
metabolisme di otak sehingga mempengaruhi fisiologis otak.
2) Psikologis
a. Dalam 6 bulan terakhir mengalami trauma atau terjadi kerusakan
struktur di lobus frontal dan terjadi suplay oksigen dan glukosa
terganggu sehingga mempengaruhi kemampuan dalam memenuhi
informasi
b. Keterampilan verbal, tidak mampu berkomunikasi, gagap, mengalami
kerusakan yang mempengaruhi fungsi bicara
c. Dalam 6 bulan terakhir tinggal di lingkungan yang dapat
mempengaruhi moral :
lingkungan keluarga yang broken home, konflik atau tinggal di dalam
lingkungan dengan perilaku social yang tidak diharapkan.
d. Konsep diri : harga diri, perubahan penampilan fisik.
e. Self kontrol : tidak mampu melawan dorongan untuk menyendiri
f. Kepribadian : mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan yang
tinggi, menutup diri.
3) Social Budaya
a. Usia : dalam 6 bulan terakhir mengalami ketidaksesuaian tugas
perkembangan dengan usia, atau terjadi perlambatan dalam
penyelesaian tugas perkembangan.
b. Gender : 6 bulan terakhir mengalami ketidakjelasan identitas dan
kegagalan peran gender (model peran negatif).
c. Pendidikan : dalam 6 bulan terakhir mengalami putus sekolah dan
gagal sekolah.
d. Pekerjaan : stressfull dan beresiko atau tidak bekarja (PHK).
e. Pendapatan : penghasilan rendah atau dalam 6 bulan terakhir tidak
mendapatkan pendapatan atau terjadi perubahan status kesejahteraan.
f. Status Sosial : tuna wisma dan kehidupan isolasi, tidak mempunyai
system pendukung.
g. Agama dan keyakinan : tidak bisa menjalankan aktivitas keagamaan
secara rutin. Terdapat nilai nilai social di masyarakat yang tidak
diharapkan.
G. PENATALAKSANAAN
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok
penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis
yang bisa dilakukan adalah:
a.) Electro Convulsive Therapy (ECT) Merupakan suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2
elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan
kanan).Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung
25-30 detik dengan tujuan terapeutik.Respon bangkitan listriknya di otak
menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
b.) Psikoterapi Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan
bagian penting dalam proses terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini
meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan
yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya,
memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara
verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
c.) Terapi Okupasi Merupakan suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan
partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang
sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan
meningkatkan harga diri seseorang.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial bd perubahan status mental
2. Harga diri rendah situasional bd pengalaman tidak menyenangkan (di
Bully)
3. Defisit perawatan diri bd gangguan psikologi
DAFTAR PUSTAKA
H. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko bunuh diri
b. Harga diri rendah
c. Koping yang tak efektif
Daftar Pustaka
Isaac, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan psikiatrik. Jakrta: EGC
Stuart dan Sundeen. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC
Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Eight
Edition. USA: Elsevier Mosby
Stuart. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
B. ETIOLOGI
1) Faktor Predisposisi
Adaptif Maladaptif
- Budaya
- Kebiasaan
- Kondisi fisik
G. PENATALAKSANAAN
1) Farmakologi
2) Terapi
a. Terapi keluarga
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien. Penatalaksanaanya adalah
sebagai berikut : - Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan
diri
- Membimbing dan menolong klien merawat diri
H. KOMPLIKASI
1) Dampak fisik