Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah Utama
Resiko Perilaku Kekerasan
B. Pengertian
Perilaku kekerasan ialah suatu kekerasan yang merupakan campuran perasaan
frustasi dan benci atau amarah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari
setiap orang sebagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan
ke lingkungan, kedalam diri atau secara destruktif (Patricia D.Barry)
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari amarah
atau ketakutan (panik) perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sering dipandang
sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan
(vidence) di sisi yang lain.
Resiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang mununjukan
bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan, baik
secara fisik, emosional, seksual dan verbal (NANDA,2016)
Resiko perilaku kekerasan terbagi menjadi dua yaitu, resiko perilaku
kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence) dan resiko perilaku
kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed). NANDA (2016) menyatakan
bahwa resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri merupakan perilaku yang rentan
dimana seseorang individu bisa menunjukan atau mendemonstrasikan tindakan yang
membahayakan diri sendiri, baik secara fisik, emosional maupun seksual. Hal yang
sama juga berlaku untuk resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain, hanya saja
ditunjukkan langsung kepada orang lain.

C. Rentang Respon Marah

Adaptif Maladaftif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/marah

1. Asertif
Suatu cara berperilaku dimana perasaan dan pandangan yang di punyai
diungkapkan secara terus terang tanpas melukai perasaan orang lain atau tanpa
merendahkan harga diri dan martabat orang lain, atau kemarahan yang
diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
2. Frustasi
Suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang dalam mencapai
keinginannya, cara yang sehat bila seseorang mengalami frustasi yaitu dapat
menerima atau menunda buat sementara pemenuhan kebutuhan tersebut sambil
menunggu adanya kesempatan yang memungkinkan jika sesorang tidak mampu
menghadapi rasa frustasi itu dengan cara yang wajar, mengindahkan orang lain
dan keadaan sakitnya, atau kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau
terhambat.
3. Pasif
Suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaannya sebagai usaha untuk mempertahankan.
4. Agresif
Suatu perilaku yang menyertai rasa marah, merupakan dorongan mental untuk
bertindak, dapat secara konstruktif maupun destruktif dan masih terkontrol
perilaku agresif ini dibedakan dalam 2 kelompok yaitu pasif agresif dan agresif.
Gejala pasif agresif dinyatakan dengan sikap yang suka menghambat, bermalas-
malasan, bermuka asam, keras kepala pendendam dan sebagainya. Sedangkan
tingkah laku agresif dinyatakan suka membantah, menolak setiap semua
penjelasan, sikap menentang, bicara kasar, cenderung menuntut secara terus
menerus, bertingkah laku kasar disertai kekerasan.
5. Amuk/marah
(Vialent) rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai dengan kehilangan
kontradiri. Perilaku klien pada keadaan ini adalah perilaku yang merusak baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Karakteristik Pasif Asertif Amuk


Nada bicara  Negative  Positif  Berlebihan
 Menghina diri  Menghargai diri  Menghina orang
 Dapatkah saya sendiri lain
lakukan?  Saya dapat/akan  Anda
 Dapatkahia lakukan selalu/tidak
lakukan? pernah?
Nada suara  Diam  Diatur  Tinggi
 Lemah  Menuntut
 Merengek
Sikap tubuh  Melorot  Tegak  tegang
 Menundukkan  Relaks  bersandar
kepala kedepan
Personal  orang lain  menjaga jarak  memiliki
space dapat masuk yang territorial orang
pada territorial menyenangkan lain
pribadinya  mempertahanka
n hak
tempat/teritorial
Gerakan  minimal  memperlihatkan  mengancam,
 lemah gerakan yang ekspansi
 resah sesuai gerakan
Kontak mata  sedikit/ tidak  sesekali  melotot
ada (intermiten)
sesuai dengan
kebutuhan
interaksi

D. Penyebab perilaku kekerasan


Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

E. Akibat dari Perilaku kekerasan


Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
F. Tanda dan Gejala Fisik :
·         Muka merah

·         Pandangan tajam


·         Otot tegang
·         Nada suara tinggi
·         Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
·         Memukul jika tidak senang

Tanda dan gejala Emosional:


·         Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
·         Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
·         Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
·         Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
·         Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
(Budiana Keliat, 1999)
Tanda dan Gejala Sosial:
·         Memperlihatkan permusuhan
·         Mendekati orang lain dengan ancaman
·         Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
·         Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
·         Mempunyai rencana untuk melukai
Tanda dan Gejala Intelektual :
·         Mendominasi

·         Cerewet

·         Cenderung suka meremehkan


·         Berdebat

·         Kasar

Tanda dan Gejala Spiritual:


·         Merasa diri kuasa
·         Merasa diri benar
·         Keragu-raguan

·         Tak bermoral


·         Kreativitas terhambat

G. Faktor Predisposisi Perilaku Kekerasan


1.      Psikologis : kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak
yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku perilaku
kekerasan
2.      Perilaku : kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan
yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan
dijadikan perilaku yang wajar
3.       Sosial Budaya : Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal
yang wajar
4.      Bioneurologis : Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus
frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang
terjadi perilaku kekerasan

H. Faktor Presipitasi Perilaku Kekerasan


Klien itu sendiri, lingkungan yang mendukung perilaku kekerasan, kelemahan fisik,
kehilangan orang / sesuatu yang berharga, interaksi sosial yang provokatif.

I. Pohon Masalah

Efek Resiko bunuh diri / mencelakai orang lain



Masalah Resiko perilaku kekerasan

Penyebab Halusinasi, isolasi sosial, HDR, Mekanisme koping tidak effektif
J. Penatalaksanaan

1. Farmakologi
o Obat anti psikosis: Penotizin
o Obat anti depresi: Amitripilin
o Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
o Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas

o Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian

 BHSP
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
 Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya
o Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan
klien karena masalah sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku
pada orang lain.

o Terapi musik
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan
kesadaran klien

K. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Masalah keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1.      Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin
membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
2. Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan
kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
Perilaku kekerasan / amuk
1.      Data Subjektif :
   Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
   Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
   Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2.      Data Objektif
   Mata merah, wajah agak merah.
   Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
   Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
   Merusak dan melempar barang barang.
Gangguan harga diri : harga diri rendah
1.    Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri.
2.    Data objektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
 

Data lain yang juga dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial
dan spiritual.
Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah,
pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan
kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh
energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit
hati, menyalahkan dan menuntut.
Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual,
peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat
perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan,
bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi
marah sering merangsang kemarahan orang
lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku
yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata
kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan
individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa.
Diagnosis Keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri Resiko perilaku
kekerasan terhadap orang lain
b. Ketidakefektifan koping b/d ketidakmampuan mengatasi masalah
3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan
No Dx
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
1. Risiko Tujuan : Klien Setelah 3 × 1. Bina hubungan saling 1. Kepercayaan dari klien
Perilaku dapat interaksi percaya dengan merupakan hal yang
Kekerasan mengontrol klien menggunakan prinsip mutlak serta akan
perilaku menunjukan komunikasi terapeutik : memudahkan dalam
kekerasan tanda-tanda   Sapa klien dengan ramah pendekatan dan
percaya baik verbal maupun tindakan keperawatan
SP 1 : Klien kepada nonverbal yang akan dilakukan
dapat membina perawat :   Perkenalkan nama, nama kepada klien
hubungan saling  Ekspresi wajah panggilan dan tujuan
percaya bersahabat perawat berkenalan
 Menunjukan   Tanyakan nama lengkap
rasa senang dan nama penggilan
 Ada kontak yang disukai klien
mata   Buat kontrak yang jelas

 Mau berjabat   Tunjukan sikap jujur dan

tangan menepati janji setiap kali


berinteraksi
 mau   Tunjukan sikap empati
menyebutkan dan menerima apa
nama adanya
 Mau menjawab   Beri perhatian kepada
salam klien dan masalah yang
 Mau duduk dihadapi klien
berdampingan Dengarkan dengan penuh
dengan perawat perhatian ekspresi

 Bersedia perasaan klien

mengungkapka
n masalah yang
dihadapi
SP 2 : Klien 2. Setelah…..× 2. Bantu klien 2. Menentukan mekanis-
dapat mengenal interaksi mengungkapkan me koping yang
penyebab klien perasaan marahnya: dimiliki klien dalam
perilaku menceritaka   Motivasi klien untuk menghadapi masalah
kekerasan yang n penyebab menceritakan penyebab serta sebagi langkah
dilakukannya perilaku rasa kesal atau awal dalam menyusun
kekerasan jengkelnya strategi berikutnya
yang   Dengarkan tanpa menyela
dilakukanny atau memberi penilaian
a: setiap ungkapan
Menceritakan perasaan klien
penyebab perasan
jengkel/marah baik
dari diri sendiri
maupun
lingkungannya
SP 3 : Klien 3. Setelah…..× 3. Bantu klien 3. Deteksi dini
dapat interaksi mengungkapkan tanda-tanda sehingga dapat
mengidentifikas klien perilaku kkerasan yang mencegah tindakan
i tanda-tanda menceritaka dialaminya : yang dapat
perilaku n tanda-   Motivasi klien membahayakan
kekerasan tanda saat menceritakan kondisi fisik klien dan lingkungan
terjadi saat perilaku kekerasan sekitar
perilaku terjadi
kekerasan :   Motivasi klien
  Tanda Sosial : menceritakan kondisi
bermusuhan emosionalnya saat terjadi
yang dialami perilaku kekerasan
saat terjadi   Motivasi klien
perilaku menceritakan hubungan
kekerasan dengan orang lain saat
  Tanda terjadi perilaku kekerasan
Emosional :
perasaan
marah,
jengkel,
bicara kasar
  Tanda Fisik :
mata merah,
tangan
mengepal,
ekspresi
tegang,dll
SP 4 : klien 4. Setelah…..× 4. Diskusikan dengan klien 4. Melihat mekanisme
dapat interaksi perilaku kekerasan yang koping klien dalam
mengidentifikas klien dilakukannya selama ini : menyelesaikan masalah
i perilaku menjelaskan   Motivasi klien yang dihadapi
kekerasan yang : menceritakan jenis-jenis
pernah   Jenis-jenis tindak kekerasan yang
dilakukan ekspresi selama ini pernah
kemarahan yang dilakukannya
selama ini telah   Motivasi klien
dilakukannya menceritakan perasaan
  Perasaan saat setelah tindakan tersebut
melakukan   Diskusikan apakah
kekerasan dengan tindakan tersebut
  Efektivitas cara msalah yang dialami
yang dipakai teratasi
dalam
menyelesaikan
masalah
SP 5 : Klien 5. Setelah…..× 5. Diskusikan dengan 5. Membantu klien melihat
dapat interaksi klien akibat negatif dampak yang
mengidentifikas klien cara yang dilakukan ditimbulkan akibat
i akibat perilaku menjelaskan pada : perilaku kekerasan
kekerasan akibat   Diri sendiri yang dilakukan klien
tindakannya   Orang lain
:   Lingkungan
  Diri sendiri
  Orang lain
  Lingkungan
STRATEGI PELAKSANAANTINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN PRILAKU KEKERASAN
SP 1 Pasien
Hari / tanggal :
Interaksi ke :
Kondisiklien :Klien tampak tegang, muka merah, mata melotot, mata
mengepal,jalanmondar-mandir dan rahang mengatup.
Topik : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab,
tanda gejala, akibat dan cara pengendalian prilaku kekerasan
dengan cara fisikpertama (latihan nafas dalam).
Tujuan :
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda
perilaku kekerasan.
2. Pasien dapat menyebutkan jenis, akibat dan cara mencegah
perilaku kekerasan.
Tindakan :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan
sekarang dan yang lalu.
3. Diskusikan perasaan tanda dan gejala yang dirasakan pasien
jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
4. Diskusikan bersama pasien akibat dan cara mengendalikan
perilaku kekerasan.
5. Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik
(latihan nafas dalam).

A. Tahap orientasi
“ Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Nensy Herlinda
Andriyani saya senang dipanggil Suster Nensy. Saya perawat yang dinas
diruangan mawar ini. Hari ini saya dinas pagi dari jam7 pagi sampai jam
2 siang. Saya akan merawat bapak selama bapakdirumah sakit ini. Nama
bapak siapa? Senang dipanggil apa?“ Bagaimana perasaan bapak hari ini,
masih ada perasaan kesal atau marah? Apa yang terjadi dirumah bapak?“
Baik sekarang kita akan berbicang-bincang tentang perasaan marah
bapak”. “Berapa lama bapak mau berbincang-bincang. Bagaimana kalau
20 menit?“Bagimana kita berbincang-bincang diruang tamu?”
B. Tahap kerja
“Apa yang menyebabkan bapak K marah seperti ini? Apakah
sebelumnya bapak K pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah
dengan sekarang? O.... jadi ada 2 penyebab bapak marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti apa?bapak K pulang kerumah
dan istri belum menyiedikan makanan (misalnya ini penyebab marah
pasien). “Apakah bapak K merasa kesal keudian dada bapak berdebar-
debar, mata melotot, rahang terkatup rapat dan tangan
mengepal?”“Setalah itu apa yang bapak rasakan?”“Jadi bapak K
memukuli istri dan memecahkan piring? Apakah dengan cara ini
makanan terhidang? Iya, tentu saja tidak, apa kerugian cara yang bapak
lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah.”“Menurut
bapak K adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak K belajar
menggunakan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”“Ada
beberapa cara untuk mengendalikankemarahan pak. Salah satunya adalah
cara fisik, jadi melalui kegiatan fisik, rasa marah disalurkan.”
“Begini pak, kalau tanda merah sudah bapak rasakan lalu keluarkan
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan.
Ayo silahkan bapak coba, tarik dari hidung, bagus... tahan tiup melalui
mulut lakukan lagi bapak. Nah bagus !, lakukan 5 kali, bagus bapak K
sudah melakukannya. Bagaimana perasaannya?”“Nah, sebaikanya
latihan ini bapak lakukan secara rutin sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul bapak K sudah terbiasa melakukannya.”
C. Tahap terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahanbapak?”“Iya, jadi dua penyebab bapak marah...(sebutkan )
dan yang bapak rasakan....(sebutkan) dan yang bapak lakukan...
(sebutkan) serta akibatnya...(sebutkan)“Coba selama saya tidak ada,
ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apayang bapak lakukan
kalau marah. Dan jangan lupa untuk latihan nafas dalam ya
pak!”“Sekarang kita buat jadwal latihan ya pak, berapa kali bapak mau
latihan nafas dalam?”“Baik bagaimana kalau dua jam lagi saya datang
dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah terjadinya kemarahan bapak.”“Tempatnya bapak maudimana?
Bagaimana kalau disini lagi?”“Baik, saya pamit ya pak, selamat pagi.”
SP 2 Pasien
Hari / tanggal :
Interaksi :
Kondisi klienklien :Tampak tegang, muka merah, mata melotot, mata mengepal,
jalanmondar-mandir dan rahang mengatup.
Topik :membantu klien melatih memgendalikan perilaku kekersan
dengan cara fisik (evaluasi latihan nafas dalam, dan pukul
kasur dan bantal serta menyusun jadwal kegiatan hari kedua)
Tujuan : pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik
Tindakan :bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan
cara fisik kedua.
A. Tahap orientasi
“Selamat pagi pak K, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang
saya datang lagi. Bagaimana perasaan bapak saat ini adakah hal yang membuat
bapak marah?”“Baik sekarang kita akan belajar cara pengendalian perasaan
marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua. Mau berapa lama?
Bagaiman kalau 20 menit ? dimana bapak , mau berbicang-bincang.”
B. Tahap kerja
“Kalau ada yang menyebabkan bapak K marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam bapak juga dapat memukul
kasur dan bantal.”
“Sekarang, mari kita latihan memukul kasur dan bantal, marikita kekamar
bapak, kamar bapak dimana, bisa antarkan saya kesana, jadi begini nanti kalau
bapak kesal dan ingin marah, langsung kekamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal , ya bagus , coba lagi bapak, ya
bagus sekali lagi bapak melakukannya kesalahan lampiaska kekasur dan bantal,
nah, cara ini pun dapat dilakukan secara rutin juga ada perasaan marah.
Kemudian jangan merapikan tempat tidurnya.
C. Tahap terminasi
“Bagaimana perasaan bapak K setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi sudah ada beberapa cara yang sudah kita latih, coba sebutkan? lagi
bagus!”“Mari kita masukan dalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak.
Bagaimana kalau setiap bangun tidur dan sore hari? Baik jam 6 pagi dan 3 sore.
Lalui kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya
pak.”“Besok jam 10 pagi, kita ketemu lagi, kita akan latihan cara mengendalikan
marah dengan belajar bicara yang baik.”“Sampai jumpa lagi pak, selamat pagi.”
SP 3 Pasien
Hari / tanggal :
Interaksi :
Kondisi klien : klien tampak tegang, dan sudah dapat mengontrol prilaku
kekerasannya dengan cara fisik
Topik :membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan secara
sosial dancara mengungkapkan rasa marah seara verbal.
Tujuan :
1. pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial
2. pasien dapat mengungkapkan rasa marah seara verbal.
Tindakan : membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan secara
sosial dancara mengungkapkan rasa marah seara verbal.

A. Tahap orientasi
“selamat pagi pak K, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang kita
ketemulagibagaimana pak, sudah dilakukan latihan nafas dalam dan pukul
bantaldan kasur. Apayang dirasakan setelah melakukan latihan teratur?
Apakahrasa marahnya sudahberkurang? Coba saya lihat jadwal hariannya.
Bagus!Nah kalau tarik nafasdalamnya dilakukan sendiri tulis K artinya
mandiri,kalau diingatkan suster barudilakukan tulis B artinya belum dapat
melakukan. Bagaimana sekarang kita latihancara berbicara yang baik untuk
mencegah marah? Dimana kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau 30
menit?”
B. Tahap kerja
“Sekarang, kita latihan cara berbicara yang baik untuk mencegah marah
kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur atau
bantal, dan sudah lega, kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita
marah.
Ada tiga cara pak:
1. meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah dan tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak bilang penyebab marahnya
karena istri tidak menyiapkan makanan sewaktu bapak pulang kerja. Coba
bapak minta istri bapak untuk menyiapkan makanan sewaktu bapak pulang
kerja, katakan dengan baik seperti ini “bu, bapak mau setiap bapak pulang
kerja ibu sudah menyiapkan makanan” coba bapak praktekan, bagus pak.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh bapak, dan bapak tidak ingin
melakukannya . katakan “ maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjakan” coba bapak praktekan, bagus pak !”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal dapat mengatakan “ saya jadi marah dengan perkataan mu
itu” coba praktekan, bagus!
C. Tahap terminasi
“Bagaimana perasaan bapak K setelah kita bercakap-cakap tentang
bagaimana mengendalikan marah dan bicara yang baik? Coba bapak sebutkan
lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari! Bagus sekali! Sekarang Mari
kita masuk kedalam jadwal harian, bapak mau berapa kali latihan bicara yang
baik? Coba masukan kedalam jadwal latihan sehari-hari, misalnyasaat minta
obat,uang dll. Bagus nanti dicoba ya pak!” “bagaimana dua jam lagi kita
bertemu? Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah
bapak, yaitu dengan cara beribadah, bapak setuju? Mau dimana pak? Disini
lagi ? baik kalau begitu saya pamit, sampai nanti ya pak”
SP 4 Pasien
Hari / tanggal :
Interaksi :
Kondisi klien : klien tampak tenang, ketegangan sudah mulai berkurang,
sudah dapat mengontrol prilaku kekerasannya.
Topik : membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual
Tindakan : membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan secara
Spiritual
A. Tahap orientasi
“ selamat pagi pak K, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu,
sekarang kita akan berlatih ya pak. Bagaimana pak latihan apa yang sudah
dilakukan? Apa yang dirasakan setelah latihan secara teratur? Bagus sekali,
sekarang bagaimana sekarang rasa marahnya? Bagaimamana kalau sekarang kita
latihan cara lain untuk mencegah rasa marah itu dengan ibadah sesuai agama
bapak? Dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?
Baik.
B. Tahap kerja
“ coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan? Bagus baik
yang mana yang mau dicoba? Kalau bapak sedang marah coba bapak langsung
duduk dan coba tarik nafas dalam. Kegiatan ibadah mana yang mau dicoba
selama berada dirumah sakit? Coba pilih dua kegiatan yang ingin bapak lakukan
“mari coba lakukan, bagus sekali!. “ bapak bisa melakukan ibadah secara teratur
untuk meredakan marah.”
C. Tahap terminasi
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ke
4 ini. Jadi sudah berapa cara mengendalikan marah yang kita pelajari? Bagus!
Mari kita masukan kegiatan ibadah. Coba bapak sebutkan lagi kegiatan ibadah
yang bapak lakukan saat merasa marah. Setelah ini coba bapak lakukan jadwal
ibadah sesuai jadwal yang telah kita buat tadi dan perhatiakan apakah rasa
marah bapak berkurang. Besok kita ketemu lagi ya pak! Nanti kita bicara lagi
cara ke 5 mengendalikan rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat. Jam
berapa bapak mau? Bagaimana kalau jam 8 pagi pak? “dimana kita
berbincang-bincang bagaimana kalau ditempat ini lagi, sampai jumpa lagi
pak”.
SP 5 Pasien
Hari / tanggal :
Interaksi :
Kondisi klien : klien sudah mulsi tampak rilek dan sudah mau menatapi sudah
dapatmengontrol prilaku kekerasannya. Secara fisik dan
spiritual
Topik : membantu pasien memgendalikan perilaku kekerasan dengan
obat
Tujuan : pasien dapat memgendalikan perilaku kekerasan dengan obat
Tindakan : membantu pasien latiha memgendalikan perilaku kekerasan
dengan obat
A. Tahap orientasi
“ selamat pagi pak K, sesuai dengan janji saya kemarin, hari ini kita
ketemu lagi bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul
kasur bantal, bicara yang baik serta beribadah? Apakah yang dirasakan setelah
latihan secara teratur coba kita cek kegiatannya.bagus! berkurang rasa
marahnya?“ bagaimana kalau kita sekarang bicara dan latihan cara minum obat
yang benar untuk mengendalikan rasa marah? Dimana kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?
B. Tahap kerja
“ (perawat membawa obat pasien). “ bapak K sudah dapat obat dari
dokter? Berapa macam obat bapak minum? Obatnya ada 3 macamwarnanya apa
saja? Jam berapa bapak minum? Ada 3 macam, warna yang orange namanya cp2
gunanya agar pikiran tenang, yang putih namanya THP agar bapak rilek dan
tidak tegang, dan yang warna merah jambu namanya THP agar rasa marah
berkurang semua ini harus bapak minum 3 kali sehari.
Pukul 7 pagi, 1 siang dan 7 malam. Jika nanti setelah minum obat mulut bapak
bisa mengisap es batu atau air putih dan jika mata terasa berkunang-kunang,
bapak sebaikanya istirahat dan jangan beraktifitas dulu”.
“ nanti setelah dirumah minum obat ini, bapak lihat dulu label dikotak obat
apakah benar nama bapak yang tertulis dilabel itu, berapa dosis yang harus
diminum. Baca juga nama obat apakah sudah benar? Disini minta obat sama
suster kemudian dicek lagi apakah benar obatnya. Jangan pernah menghentikan
minum sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat terjadi kekambuhan.
Sekarang kita masukan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya pak.
C. Tahap terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak K setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obatyang benar ?”“ coba bapak K sebutkan lagi jenis obat yang bapak K
minum bagaimana cara minum obat yang benar ? Nah sudah berapa cara
mengendalikan perasaan marah yangsudah kita pelajari ?sekarang kita
tambahkan jadwal kegiatan dengan minum obat. Jangan lupalaksanakan dengan
teratur ya. Baik besok kita ketemu lagi untuk melihat sejak manabapak
melaksanakan kegiatan dan sejah mana bapak dapat mencegah rasaamarah,
sampai jumpa”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna, dan Akemal . 2010 . Model Praktikkan Keperawatan


Profesional Jiwa . Jakarta
Yosep, Iyus . 2007 . Keperawatan Jiwa. Bandung; Rafika Aditama

Anda mungkin juga menyukai