Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN
Diajukan guna memenuhi tugas mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen pembimbing mata kuliah : Ricka Ardila, S.Tr,Kep,Ners

Disusun oleh:
Maryanah: P27901118029
Reguler/ Semester : 3A/ Semester 5

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA
Perilaku Kekerasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Banyak ahli mendefiniskan mengenai perilaku kekerasan diantaranya, menurut
Berkowitz (1993), perilaku kekerasan bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis. Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) menjelaskan bahwa
perilaku kekerasan merupakan respon perilaku manusia untuk merusak sebagai bentuk
agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau sesuatu.Pendapat
senada diungkapkan Stuart dan Laraia (2005),yang menyatakan bahwa perilaku
kekerasan merupakan hasil dari marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai respon
terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri.
Perasaan terancam ini dapat berasal dari lingkungan luar (penyerangan fisik, kehilangan
orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan lingkungan dalam (perasaan gagal di
tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).
Menurut Keliat, (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Herdman (2012)
mengatakan bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang diperlihatkan oleh
individu. Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau seksual yang ditujukan kepada
orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan merupakan:
1) Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan
dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
2) Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan
tidak tercapai, tidak puas).
3) Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
2. Faktor Predisposisi
Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi faktor predisposisi dan presipitasi.
Faktor predisposisi perilaku kekerasan terdiri dari:
a. Faktor Biologis :
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter yaitu adanya
anggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan,
adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat
penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti,
psikotropika dan zat aditif lainnya).
b. Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal,
internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu menemui kegagalan atau terhambat.Salah satu kebutuhan manusia adalah
“berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui
berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
c. Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory)menyatakan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan
marah.Norma budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau
agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses
sosialisasi (social learning theory).
3. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda satu
orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang brasal dari dari
dalam maupun luar individu. Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau
hubungan dengan orang yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian),
kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar
individu meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan.
4. Rentang Respon Marah
Marah yang dialami setiap individu memiliki rentang dimulai dari respon adaptif sampai
maladaftif.
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat
Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan
perasaannya
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol

Hierarki Perilaku Kekerasan.


Rendah
1. Memperlihatkan permusuhan rendah
2. Keras menuntut
3. Mendekati orang lain dengan mengancam
4. Memberi kata kata ancaman tanpa niat melukai
5. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
6. Memberi kata kata ancaman dengan rencana melukai
7. Melukai dalam tingkat ringan tanpa membutuhkan perawatan
medis
8. Melukai dalam tingkat serius dan membutuhkan perawatan
medis
Tinggi

Perbandingan Perilaku Pasif, Agresif dan Asertif


Pasif Asertif Agresif
Isi bicara  Negatif  Positif  Berlebihan
 Menghina  Menghargai diri  Menghina
 Dapatkah saya sendiri oranglain
lakukan  Saya dapat/akan  Anda selalu/tidak
 Dapatkah ia lakukan pernah
lakukan
Nada Suara  Diam  Diatur  Tinggi
 Lemah  Menuntut
 Merengek
Posture/ sikap tubuh  Melotot  Tegak  Tenang
 Menundukkan  Rileks  Bersandar ke
kepala depan
Personal space  Orang lain dapat  Menjaga jarak  Memasuki
masuk pada yang teritorial orang lain
teritorial menyenangkan
pribadinya  Mempertahankan
hak tempat/
territorial
Gerakan  Minimal  Memperlihatkan  Mengancam,
 Lemah gerakan yang ekspansi gerakan
 Resah sesuai
Kontak mata Sedikit atau tidak  Sekali-sekali  Melotot
 Sesuai dengan
kebutuhan
interaksi

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien
dan didukung dengan hasil observasi.
Data Subjektif:
1) Ungkapan berupa ancaman
2) Ungkapan kata-kata kasar
3) Ungkapan ingin memukul/ melukai

Data Objektif:
1) Wajah memerah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7) Mondar mandir
8) Melempar atau memukul benda/orang lain

6. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri,


oranglain dan orang lain

Perilaku Kekerasan

Faktor Predisposisi dan Prespitasi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perilaku kekerasan
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan, dilakukan terhadap pasien
dan keluarga. Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan kunjungan rumah,, perawat
menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawat menemui
pasien untuk melakukan pengkajian, mengevaluasi dan melatih satu cara lagi untuk
mengatasi masalah yang dialami pasien.
Jika pasien telah mendapatkan terapi psikofarmaka (obat), maka hal pertama yang harus
dilatih perawat adalah pentingnya kepatuhan minum obat. Setelah perawat selesai melatih
pasien, perawat menemui keluarga untuk melatih cara merawat pasien. Selanjutnya perawat
menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu
keluarga yaitu untuk mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah
diajarkan oleh perawat.
a. Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Risiko Perilaku kekerasan
Tujuan: Pasien mampu:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menjelaskan penyebab marah
3. Menjelaskan perasaan saat penyebab marah/perilaku kekerasan
4. Menjelaskan perilaku yang dilakukan saat marah
5. Menyebutkan cara mengontrol rasa marah/perilaku kekerasan
6. Melakukan kegiatan fisik dalam menyalurkan kemarahan
7. Memakan obat secara teratur
8. Berbicara yang baik saat marah
9. Melakukan kegiatan ibadah untuk mengendalikan rasa marah
Tindakan Keperawatan
1) Membina Hubungan Saling Percaya dengan cara:
 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien dan
 Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai
pasien
 Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
 Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan asuhan
keperawatan.
 Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
 Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
 Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2) Diskusikan bersama pasien penyebab rasa marah/perilaku kekerasan saat ini dan
yang lalu
3) Diskusikan tanda-tanda pada pasien jika terjadi perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara: Verbal
a) terhadap orang lain
b) terhadap diri sendiri
c) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) Patuh minum obat
b) Fisik:tarik nafas dalam, pukul kasur dan batal.
c) Sosial/verbal: bicara yang baik: mengungkapkan, menolak dan meminta rasa
marahnya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
Tindakan keperawatan terhadap pasien dapat dilakukan minimal empat kali
pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat
mengontrol/mengendalikan perilaku kekerasan.
Tindakan Keperawatan untuk keluarga pasien perilaku kekerasan
Tujuan: Keluarga mampu:
1) Mengenal masalah risiko perilaku kekerasan
2) Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan
3) Merawat pasien risiko perilaku kekerasan dengan mengajarkan dan mendampingi
pasien berinteraksi secara bertahap, berbicara saat melakukan kegiatan rumah
tangga dan kegiatan sosial
4) Memodifikasi lingkungan yang konsusif agar pasien mampuberinteraksi dengan
lingkungan sekitar
5) Mengenal tanda kekambubuhan, dan mencari pelayanan kesehatan
6) Keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan
pasien risiko perilaku kekerasan mengatasi masalahnya dapat meningkat

Tindakan keperawatan kepada keluarga :


1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.
2) Menjelaskan pengertian, tAnda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku
kekerasan/ risiko perilaku kekerasan.
3) Melatih keluarga cara merawat risiko perilaku kekerasan.
4) Membimbing keluarga merawat risiko perilaku kekerasan.
5) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
pasien untuk mengontrol emosinya.
6) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke
fasilitas pelayanan kesehatan
7) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

E. SUMBER
1. Nurhalimah.2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Pusdik kesehatan Badan
pengembangan sumber daya manusia kesehatan.
2. Abdul, Muhit. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Andi
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERILAKU KEKERASAN
Diajukan guna memenuhi tugas mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen pembimbing mata kuliah : Lailatul Fadilah, S.Kep,Ners,M.Kep

Disusun oleh:
Maryanah: P27901118029
Reguler/ Semester : 3A/ Semester 5

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
2020
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERILAKU KEKERASAN

Hari/Pertemuan :

Sp / Dx : 1 / Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab


perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara
fisik ke -1 : Perilaku Kekerasan

Ruang :

Nama Klien :

A. PROSES KEPERAWATAN
1)      Pengkajian :
a)      Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan
menyerang orang yang mengusiknya jika    sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku
kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b)      Data Obyektif :
Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
2)      Diagnosa keperawatan : Perilaku kekerasan/ngamuk

B. STRTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Tindakan keperawatan untuk pasien
a.          Tujuan
1)      Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2)      Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3)      Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4)      Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5)      Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6)      Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b.      Tindakan
1)      Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus
saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a)      Mengucapkan salam terapeutik
b)      Berjabat tangan
c)      Menjelaskan tujuan interaksi
d)     Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2)      Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan  yang lalu
3)      Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d)     Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4)      Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat 
marah   secara:
a)      verbal
b)      terhadap orang lain
c)      terhadap diri sendiri
d)     terhadap lingkungan
5)      Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6)      Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a)      Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b)      Obat
c)      Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d)     Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7)      Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a)      Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b)      Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8)      Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a)      Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b)      Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9)      Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
a)      Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b)      Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10)  Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a)      Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat
b)      Susun jadwal minum obat secara teratur
11)  Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok  Stimulasi Persepsi
mengontrol Perilaku Kekerasan

C. PROSES PELAKSANAAN KEPERAWATAN


Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara
mengontrol secara fisik 

1. Fase Orientasi
“Selamat pagi  pak, perkenalkan nama saya maryanah, panggil saya yudi, saya
perawat yang dinas di ruangan 9 ini, Nama bapak siapa, senangnya dipanggil
apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat  ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang  tentang perasaan marah
bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10
menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau
di ruang tamu?”

2. Fase Kerja
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya,
apakah ada penyebab lain yang membuat bapak  marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau
masalah uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak
rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah,
membanting pintu dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini
stress bapak hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan?
Betul, istri jadi takut barang-barang pecah. Menurut bapak adakah cara lain
yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan
baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya
adalahlah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu
perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi,
tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali.
Bagus sekali, bapak  sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan
........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat  lagi penyebab marah bapak yang lalu,
apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa
latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak,
berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, Selamat
pagi” 
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERILAKU KEKERASAN

Hari/Pertemuan :

Sp / Dx : 2 / Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2:


Perilaku Kekerasan

Ruang :

Nama Klien :

A. EVALUASI LATIHAN NAFAS DALAM


B. LATIH CARA FISIK KE-2: PUKUL KASUR DAN BANTAL
C. SUSUN JADWAL KEGIATAN HARIAN CARA KEDUA
D. PROSES PELAKSANAAN KEPERAWATAN 

1. Fase Orientasi
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya tiga jam yang lalu sekarang saya datang
lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan
fisik untuk cara yang kedua”
“sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan tempatnya
disini di ruang tamu,bagaimana bapak setuju?”

2. Fase Kerja
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan
bantal”.
 “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan
bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya.

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
 “Mari kita masukkan  kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal
mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur?  Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan
jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
tadi ya pak.  Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan
memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
 “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa&istirahat y
pak”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERILAKU KEKERASAN

Hari/Pertemuan :

Sp / Dx : 3 / Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:


Perilaku Kekerasan

Ruang :

Nama Klien :

A. EVALUASI JADWAL HARIAN UNTUK DUA CARA FISIK


B. LATIHAN MENGUNGKAPKAN RASA MARAH SECARA VERBAL:

MENOLAK DENGAN BAIK, MEMINTA DENGAN BAIK, MENGUNGKAPKAN


PERASAAN DENGAN BAIK.

C. SUSUN JADWAL LATIHAN MENGUNGKAPKAN MARAH SECARA VERBAL


D. PROSES PELAKSANAAN KEPERAWATAN 

1. Fase Orientasi
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?,
apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”

“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”

“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri;
kalau diingatkan suster  baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah
kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”


2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah
lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya
pak:

1) Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena
minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu,
saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta
baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
2) Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3) Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’.
Coba praktekkan. Bagus”

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?”

“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”

“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau
latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”

Coba  masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.
Bagus nanti dicoba ya Pak!”

 “Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”


“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti
ya”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERILAKU KEKERASAN

Hari/Pertemuan :

Sp / Dx : 4 / Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara Spiritual:


Perilaku Kekerasan

Ruang :

Nama Klien :

A. DISKUSIKAN HASIL LATIHAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN


SECARA FISIK DAN SOSIAL/VERBAL
B. LATIHAN SHOLAT/BERDOA
C. BUAT JADUAL LATIHAN SHOLAT/BERDOA
D. PROSES PELAKSANAAN KEPERAWATAN 

1. Fase Orientasi
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam  yang lalu sekarang saya
datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”

“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan


setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya”

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15


menit?

2. Fase Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik,
yang mana mau dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas
dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak
reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”

“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba
sebutkan caranya (untuk yang muslim).”

3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?”

“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.

“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa
kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan
pasien)

“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak
merasa marah”

 “Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat  sesuai jadual yang telah kita
buat tadi”

“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol
rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti
sekarang saja, jam 10 ya?”

 “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PERILAKU KEKERASAN

Hari/Pertemuan :

Sp / Dx : 5 / Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan Obat: Perilaku


Kekerasan

Ruang :

Nama Klien :

SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat   

A. EVALUASI JADWAL KEGIATAN HARIAN PASIEN UNTUK CARA MENCEGAH


MARAH YANG SUDAH DILATIH.
B. LATIH PASIEN MINUM OBAT SECARA TERATUR DENGAN PRINSIP LIMA
BENAR (BENAR NAMA PASIEN, BENAR NAMA OBAT, BENAR CARA MINUM
OBAT, BENAR WAKTU MINUM OBAT, DAN BENAR DOSIS OBAT) DISERTAI
PENJELASAN GUNA OBAT DAN AKIBAT BERHENTI MINUM OBAT.
C. SUSUN JADUAL MINUM OBAT SECARA TERATUR
D. PROSES PELAKSANAAN KEPERAWATAN 

 
1. Fase Orientasi
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, 
bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”.

“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang
benar untuk mengontrol rasa marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”


2. Fase Kerja (perawat membawa obat pasien)

“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”

Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa
Bapak minum? Bagus!

“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye  namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang,  yang putih ini namanya THP agar rileks, dan yang  merah jambu ini
namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus
bapak   minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7  malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering,  untuk membantu
mengatasinya bapak bisa minum air putih yang tersedia di ruangan”.

“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas
dulu”

“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat  apakah
benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya
pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”

“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak,
karena dapat terjadi kekambuhan.”

“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

3. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?”

“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat
yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita
tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua
dengan teratur ya”.

“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”

Anda mungkin juga menyukai