Disusun Oleh :
P27901119067
2022
A. Perumahan Sehat
1. Pengertian Rumah Sehat
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999
menjelaskan:
a) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga.
b) Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana lingkungan.
c) Kesehatan perumahan adalah kondisi fisik, kimia dan biologik di dalam
rumah, di lingkungan rumah dan perumahan sehingga memungkinkan
penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
d) Prasarana kesehatan lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
e) Sarana kesehatan lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi
untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomis, sosial
dan budaya.
B. Jamban Keluarga
1. Pengertian Jamban Sehat
Jamban keluarga adalah suatu fasilitas pembuangan tinja bagi suatu
keluarga (Depkes RI, 2009). Pengunaan jamban adalah Tindakan atau
perbuatan nyata keluarga untuk menggunakan jamban sebagai sarana
pembuangan tinja. Abdullah, (2010).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008
tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat
adalah suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata
rantai penularan penyakit. Sementara pengertian kotoran manusia adalah
semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berbentuk tinja, air seni dan CO2 (Notoatmodjo, 2010).
2. Jenis-Jenis Jamban
Menurut Chayatin (2009) dalam Sari (2020), jenis-jenis jamban
dibedakan berdasarkan konstruksi dan cara menggunakannya yaitu:
1. Jamban Cemplung
Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cemplung ini
hanya terdiri atass sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat
jongkok. Lantai jamban ini dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga
terbuat dari batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih
menimbulkan gangguan karena baunya.
2. Jamban Plengsengan
Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan
oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat
jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungan, tetapi
agak jauh. Jamban semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan
daripada jamban cemplung, karena baunya agak berkurang dan keamanan
bagi pemakai lebih terjamin.
3. Jamban Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat
dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang
disebut bor auger dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini
mempunyai keuntungan, yaitu bau yang ditimbulkan sangat berkurang.
Akan tetapi kekurangan bor ini adalah perembesan kotoran akan lebih
jauh dan mengotori air tanah.
4. Angsatrine (Water Seal Laterine)
Dibawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat
yang berbentu seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi
mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan
tidak tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat
dalam bagian yang melengkung. Dengan demikian dapat mencegah
hubungan lalat dengan kotoran.
5. Jamban di Atas Balong (Empang)
Membuat jamban di atas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong)
adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk
menghilangkannya, terutama di daerah yang terdapat banyak balong.
6. Jamban Septic Tank
Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerobic. Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan
kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang
sifatnya anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta
dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa
(misalnya dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang),
sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut.
3. Manfaat menggunakan jamban
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang
baik dan memenuhi syarat kesehatan memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Melindungi masyarakat dari penyakit
b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang
aman
c. Bukan sebagai tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan
4. Syarat Jamban Sehat
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak
10- 15 meter dari sumber air minum
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus
Menurut Arifin dalam Abdullah (2010) ada tujuh syarat-syarat jamban sehat
yaitu:
C. Sampah
1. Pengertian
Pengertian Sampah Padat Mu American Public Health Association,
saniahouse) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai,
tidak di senangi atau sesuatu yang di buang, yang berasal dari kegiaatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Ada liberapa batasan-batasat lain, tetapi pada umumnya mengan dung
prinsip-prinsip yang sama, yaitu
1. Adanya sesuatu benda atau zat padat atau bahan
2. Admy hubungan langsung/tak langsung dengan aktivitas m
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi, tak disenangi dan
dibuang.
4. Dibuang dalam arti pembuangannya dengan cara-cara yang diterima
oleh umum (perlu pengelolaan yang baik).
Sampah-sampah yang terjadi di sekitar kita di kota-kota besar atau
perdesaan di mana ada kegiatan manusia termasuk dalam pengertian sampah
yang dimaksud. Yang tidak termasuk atau bukan sampah misalnya kebakaran
hutan, di mana abu sisa pembakaran tidak meng ganggu hidup manusia.
Contoh lain adalah bencana-bencana alam, misalnya meletusnya gunung
berapi, banjir, gempa bumi, dan lain-lain. Tetapi bila bencana alam ini
mempunyai hubungan dengan kehidupan manusia, maka benda-benda yang
dikelola manusia ini sajalah yang termasuk sampah.
Untuk jelasnya bila terjadi suatu bencana alam seperti tersebut dan
menghasilkan sejumlah sampah, maka benda-benda/sampahyangada
hubungannya dengan aktivitas manusia sajalah yang termasuk sampah, tetapi
bila akibat bencana alam tersebut misal: banyak pohon pohon yang tumbang
di hutan-hutan belantara, maka pohon-pohon/ daun-daun ini tidak termasuk
sampah karena hal ini tidak dikelola oleh manusia.
e. Faktor waktu
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.
Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah
sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari,
sedangkan sampah di daerah perdesaan tidak begitu bergantung pada
faktor waktu.
f. Faktor sosial ekonomi dan budaya
Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.
g. Faktor Musim
Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan
pintu air, atau penyaringan air limbah.
h. Kebiasaan masyarakat
Contoh, jika seseorang suka mengonsumsi satu jenis makanan atau
tanaman sampah makanan itu akan meningkas.
i. Kemajuan teknologi
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Con toh
plastik, kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas, dan sebagainya.
j. Jenis sampah
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kom pleks pula
macam dan jenis sampahnya.
2. Tahap Pengangkutan
Dari dipo, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau
pemusnahan sampah dengan menggunakan truk pengangkut sampah yang
disediakan oleh. Dinas Kebersihan Kota.
3. Tahap Pemusnahan
Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan, antara lain:
1. Sary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam
metode ini, pemasnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah
dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis Dengan demikian,
sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau
atau menjadi sarang binatang pengerat Sanitary landfill yang baik harus
memenuhi persyaratan berikut :
a. Tersedia tempat yang luas
b. Tersedia tanah untuk menimbunnya.
c. Tersedia alat-alat besar.
Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai lagi dapat
dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran,dan sebagainya.
2. Incineration
Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah
dengan cara membakar sampah secara besar-besaran den gan menggunakan
fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain:
a. Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.
b. Tidak memerlukan ruang yang luas.
c. Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.
d. Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja
yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini:
a. Biaya besar.
b. Lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan
penduduk.
Peralatan yang digunakan dalam insinerasi, antara lain:
a. Charging apparatus
b. Furnace
Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang di lengkapi dengan
jeruji, besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan
untuk memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan
demikian, tungku tidak terlalu penuh.
c. Combustion
Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih
panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar
pada tungku pertama.
d. Chimney atau saulk
Chimney atau saulk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap
keluar dan mengalirkan udara ke dalam.
e. Miscellaneous features
Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari
debu yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang.
3. Composting
Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekom posisi zat
organik oleh kuman-kumuan pembusuk pada kondisi ter tentu. Proses ini
menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk. Berikut tahap-tahap di dalam
pembuatan kompos
a. Pemisahan benda-benda yang tidak dapat dipakai sebagai pupuk seperti
gelas, kaleng, besi, dan sebagainya. b. Penghancuran sampah menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil (minimal berukuran 5 cm).
b. Pencampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen
yang paling baik (C:N = 1:30). d. Penempatan sampah dalam galian
tanah yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi
proses aerobik.
c. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar
pupuk dapat terbentuk dengan baik. Perlu diingat bahwa
galian tersebut jangan sampai menjadi tempat bersarang hewan
d. Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu dalam.
Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi proses aerobic.
e. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat
terbentuk dengan baik. Perlu di ingat bahwa galian tersebut jangan
sampai menjadi tempat bersarang hewan pengerat atau serangga.
4. Hot feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misal, babi). Perlu diingat
bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasak atau
direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke
hewan ternak.
5. Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan
air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah
memang baik.
6. Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau
tempat sampah.
7. Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi
pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya
banjir.
8. Individual icineration
Peukeran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk
terutama di daerah perdesaan
9. Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakal
atau daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat di daur ulang antara
lain, plastik gelas, kaleng, besi, dan sebagainya.
10. Reduction
Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari
jenis garbagel sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian dialah untuk
menghasilkan lemak.
11. Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya, kertas bekas.
Bahayye Alb Bata metode ini dapat menularkan penyakit
Parameter Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama yaitu
menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar.
- sinar alpha
tidak memiliki daya tembus, sehingga efek yang terjadi bersifat
lokal misalnya kerusakan pada sel-sel pencernaan
- sinar beta
dapat menembus kulit, sehingga kerusakan yang terjadi dapat
lebih luas dari sinar alpha
- sinar gama
dapat menembus sangat dalam sehingga efek kerusakan bisa
sangat besar
Parameter Mikrobiologi
Dalam parameter mikrobiologis hanya dicantumkan koliform tinja
dan total koliform. Kedua macam parameter ini digunakan sebagai
indikator bagi berbagai mikroba yang berupa parasit , bakteri
patogen, dan virus
Kusuma, Trika Yunita., Ririh Yudhastuti. 2013. Higiene dan Sanitasi Makanan Nasi
Krawu di Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7,
No. 1.
Prastowo, Ichwan. 2015. Pengaruh Hygiene Sanitasi Kamar, Makanan dan Minuman,
Lingkungan Terhadap Kepuasan Tamu The Sunan Hotel Solo. Hotellier Journal
Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol.1 Nomor 2
Rahmawati, Yani (dkk). 2014. Higiene dan Sanitasi Untuk Penjamah Makanan pada
Penyelenggaraan Makanan. https://issuu.com/karinamuthia/docs/modul
Sabarguna, Boy Subiroso (dkk). 2011. Sanitasi Makanan dan Minuman Menuju
Peningkatan Mutu Efisiensi Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika