Anda di halaman 1dari 29

TUGAS INDIVIDU

“PERUMAHAN SEHAT,JAMBAN KELUARGA,SAMPAH, SANITASI


MAKANAN DAN MINUMAN”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat


Dosen Pembimbing : H. Wasludin, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :

Evangeline Ayu Usamawati

P27901119067

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN DIII KEPERAWATAN TANGERANG

2022
A. Perumahan Sehat
1. Pengertian Rumah Sehat
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999
menjelaskan:
a) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga.
b) Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana lingkungan.
c) Kesehatan perumahan adalah kondisi fisik, kimia dan biologik di dalam
rumah, di lingkungan rumah dan perumahan sehingga memungkinkan
penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
d) Prasarana kesehatan lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
e) Sarana kesehatan lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi
untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomis, sosial
dan budaya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO): Sehat adalah suatu


keadaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial budaya, bukan
hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Berdasarkan pada pengertian di atas, Rumah Sehat diartikan sebagai tempat
berlindung/bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga menumbuhkan
kehidupan yang sempurna baik. Persyaratan kesehatan perumahan adalah
ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka
melindungi penghuni rumah, masyarakat yang bermukim di perumahan dan
atau masyarakat sekitarnya dari bahaya atau gangguan kesehatan.

2. Manfaat Rumah Sehat


Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI No.1077/Menkes/Per/V/2011,
manfaat dari ruamh sehat, antara lain:
a. Sebagai tempat tinggal atau hunian
b. Sebagai searana pembinaan keluarga
c. Untuk tempat beristirahat
d. Sebagai cerminan harkat dan martabat keluarganya
e. Rumah sebagai aset kelaurga supaya melindungi penghuninya dari
bahaya-bahaya dari luar misalnya pennyebaran penyakit menular
f. Untuk melindungi keluarga dari segala macam cuaca
3. Ciri-ciri Rumah Sehat
a. Lantai tidak tembus air dan bersih
b. Memiliki jendela dan lubang angin permanen
c. Halaman bersih dan rapih
d. Memiliki sarana air bersih, jamban saluran limbah, dan tempat sampah
e. Memiliki pohon pelindung atau peneduh
4. Syarat-syarat Perumahan Sehat
Rumah sehat menurut Winslow dan APHA, perumahan sehat harus
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu memenuhi kebutuhan fisiologis,
psikologis, mencegah penularan penyakit, dan mencegah terjadinya
kecelakaan.
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain temperatur berkisar,
pencahayaan, penghawaan (ventilasi), terhindar dari kebisingan/suara
yang mengganggu
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara ketenangan dan kebebasan
anggota keluarga terjamin, tidak terganggu anggota keluarga lain maupun
tetangga, dan orang lain; ada ruangan sebagai tempat berkumpul dengan
keluarga; lingkungan yang sesuai, tidak terlampau heterogen dalam
sebuah lingkungan perumahan; mempunyai fasilitas kamar mandi dan
WC; jumlah tempat tidur dan pengaturannya harus sesuai dengan umur
dan jenis kelamin anak-anak; mempunyai halaman yang ditanami
pepohonan.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan terhadap penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air
limbah rumah tangga, bebeas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian
yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dari
pencemaran.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam
persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya
kebakaran, tidka menyebabkan keracunan gas, terlindung dari kecelakaan
lalu lintas, dan lain sebagainya.

B. Jamban Keluarga
1. Pengertian Jamban Sehat
Jamban keluarga adalah suatu fasilitas pembuangan tinja bagi suatu
keluarga (Depkes RI, 2009). Pengunaan jamban adalah Tindakan atau
perbuatan nyata keluarga untuk menggunakan jamban sebagai sarana
pembuangan tinja. Abdullah, (2010).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008
tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat
adalah suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata
rantai penularan penyakit. Sementara pengertian kotoran manusia adalah
semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berbentuk tinja, air seni dan CO2 (Notoatmodjo, 2010).
2. Jenis-Jenis Jamban
Menurut Chayatin (2009) dalam Sari (2020), jenis-jenis jamban
dibedakan berdasarkan konstruksi dan cara menggunakannya yaitu:
1. Jamban Cemplung
Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana. Jamban cemplung ini
hanya terdiri atass sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat
jongkok. Lantai jamban ini dibuat dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga
terbuat dari batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih
menimbulkan gangguan karena baunya.
2. Jamban Plengsengan
Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan
oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat
jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungan, tetapi
agak jauh. Jamban semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan
daripada jamban cemplung, karena baunya agak berkurang dan keamanan
bagi pemakai lebih terjamin.
3. Jamban Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat
dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang
disebut bor auger dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini
mempunyai keuntungan, yaitu bau yang ditimbulkan sangat berkurang.
Akan tetapi kekurangan bor ini adalah perembesan kotoran akan lebih
jauh dan mengotori air tanah.
4. Angsatrine (Water Seal Laterine)
Dibawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat
yang berbentu seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi
mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan
tidak tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat
dalam bagian yang melengkung. Dengan demikian dapat mencegah
hubungan lalat dengan kotoran.
5. Jamban di Atas Balong (Empang)
Membuat jamban di atas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong)
adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk
menghilangkannya, terutama di daerah yang terdapat banyak balong.
6. Jamban Septic Tank
Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerobic. Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan
kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang
sifatnya anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta
dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa
(misalnya dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang),
sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut.
3. Manfaat menggunakan jamban
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang
baik dan memenuhi syarat kesehatan memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Melindungi masyarakat dari penyakit
b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang
aman
c. Bukan sebagai tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan
4. Syarat Jamban Sehat
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak
10- 15 meter dari sumber air minum
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus

c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak


mencemari tanah di sekitarnya
d. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
f. Cukup penerangan
g. Lantai kedap air
h. Ventilasi cukup baik
i. Tersedia air dan alat pembersih (Depkes RI, 2004).

Menurut Arifin dalam Abdullah (2010) ada tujuh syarat-syarat jamban sehat
yaitu:

1. Tidak mencemari air


a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar
lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum.
Dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat
atau diplester
b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor
dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur
2. Tidak mencemari tanah permukaan
Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras kotorannya,
kemudian kotoran ditimbun di lubang galian
3. Bebas dari serangga
a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras
setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk
demam berdarah
b. Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat
menjadi sarang nyamuk
c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa
menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
e. Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup
setiap selesai digunakan
b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus
tertutup rapat oleh air
c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi
untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
d. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan
harus dilakukan secara periodik
5. Aman digunakan oleh pemakainya
Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang
kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau bahan
penguat lain
6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
a. Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah saluran lubang
kotoran
b. Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran
kotoran karena dapat menyumbat saluran
c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena
jamban akan cepat penuh
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
a. Jamban harus berdinding dan berpintu
b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan (Abdullah, 2010).
5. Pemeliharaan Jamban
Jamban hendaknya dipelihara baik dengan cara :
a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering
b. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih
c. Tidak ada genangan air di sekitar jamban
d. Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat atau kecoa
e. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
f. Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban
g. Bila ada bagian yang rusak harus segara diperbaiki (Depkes RI, 2004).

C. Sampah
1. Pengertian
Pengertian Sampah Padat Mu American Public Health Association,
saniahouse) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai,
tidak di senangi atau sesuatu yang di buang, yang berasal dari kegiaatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Ada liberapa batasan-batasat lain, tetapi pada umumnya mengan dung
prinsip-prinsip yang sama, yaitu
1. Adanya sesuatu benda atau zat padat atau bahan
2. Admy hubungan langsung/tak langsung dengan aktivitas m
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi, tak disenangi dan
dibuang.
4. Dibuang dalam arti pembuangannya dengan cara-cara yang diterima
oleh umum (perlu pengelolaan yang baik).
Sampah-sampah yang terjadi di sekitar kita di kota-kota besar atau
perdesaan di mana ada kegiatan manusia termasuk dalam pengertian sampah
yang dimaksud. Yang tidak termasuk atau bukan sampah misalnya kebakaran
hutan, di mana abu sisa pembakaran tidak meng ganggu hidup manusia.
Contoh lain adalah bencana-bencana alam, misalnya meletusnya gunung
berapi, banjir, gempa bumi, dan lain-lain. Tetapi bila bencana alam ini
mempunyai hubungan dengan kehidupan manusia, maka benda-benda yang
dikelola manusia ini sajalah yang termasuk sampah.
Untuk jelasnya bila terjadi suatu bencana alam seperti tersebut dan
menghasilkan sejumlah sampah, maka benda-benda/sampahyangada
hubungannya dengan aktivitas manusia sajalah yang termasuk sampah, tetapi
bila akibat bencana alam tersebut misal: banyak pohon pohon yang tumbang
di hutan-hutan belantara, maka pohon-pohon/ daun-daun ini tidak termasuk
sampah karena hal ini tidak dikelola oleh manusia.

2. Penggolongan Sampah Menurut Sumbernya Sampah yang ada di permukaan


bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut :
1. Pemukiman penduduk.
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa
keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di
desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan
dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage),
sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.
2. Tempat umum dan tempat perdagangan.
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang
berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perda gangan,
Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-
sisa makanan (parbage), sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan,
sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.
3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah.
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara lain, tempat
hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan
(misal, rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung
pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang lain.
Tempat ini biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

4 Industri berat dan ringan.


Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri
kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air
minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau
memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini
biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah
khusus, dan sampah berbahaya.
5. Pertanian.Sampah
Dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun,
ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan
makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan
pembasmi serangga tanaman.

C. Jenis Sampah Padat


Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut:

a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.


1. Organik, misal; sisa makanan, daun, sayur, dan buah.
2. Anorganik, misal; logam, pecah belah, abu, dan lain-lain.
b. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.
1. Mudah terbakar, misal, kertas plastik, daun kering, kayu.
2. Tidak mudah terbakar, misal, kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.
c. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.
1. Mudah membusuk, misal, sisa makanan, potongan daging. dan
sebagainya.

2. Sulit membusuk, misal, plastik, karet, kaleng, dan sebagainya. d.


Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah.
1. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai
dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan sering
kali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di
tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.
2. Rubbish terbagi menjadi dua:
a. Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misal,kertas,
kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.
b. Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anor
ganik, misal, kaca, kalcag, dan sebagainya
3. Ashes semua sisa pembakaran dari industri.
4. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin
atau manusia.
5. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya)
yang mati akibat kecelakaan atau secara alami.
6. House hold refuse, atau sampah campuran (misal, garbage.ashes,
rubbish) yang berasal dari perumahan.
7. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.
8. Demolision waste, berasal dan hasil sisa-sisa pembangunan gedung.
Contructions waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung,
seperti tanah, batu, dan kayu.
9. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.
10.Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya
berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair.
11.Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus
seperti kaleng dan zat radioaktif.

D. Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Sampah


Berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhi jumlah sampah.

a. Jumlah penduduk. Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan


kepadatan pen duduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin
menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang.
Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasil kan
semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, per dagangan,
industri, dan sebagainya.
b.Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai.
Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika
dibandingkan dengan truk.

c.Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali


Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai
ekonomi bagi golongan tertentu Frekuensi pengambilan dipen garuhi oleh
keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit

d.Faktor geografis Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah


pegunungan, lembah

e. Faktor waktu
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.
Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah
sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari,
sedangkan sampah di daerah perdesaan tidak begitu bergantung pada
faktor waktu.
f. Faktor sosial ekonomi dan budaya
Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.
g. Faktor Musim
Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan
pintu air, atau penyaringan air limbah.
h. Kebiasaan masyarakat
Contoh, jika seseorang suka mengonsumsi satu jenis makanan atau
tanaman sampah makanan itu akan meningkas.
i. Kemajuan teknologi
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Con toh
plastik, kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas, dan sebagainya.
j. Jenis sampah
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kom pleks pula
macam dan jenis sampahnya.

E. Pengelolaan Sampah Padet


Ada beberapa tahapan di dalam pengelolam sampah pada jang hak di
antara tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber tahap
pengangkutan dan tahap pengangkutan dan tahapan pemusnahan.
1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber
Sampah yang ada di lokasi sumber dansor, rumah tangga, hotel, dan
schegainya ditempadan salam tempat penyimpanan sementara, dalam
hal ini tengat sangh Sampah basah dan sampah kering se baiknya
dilampulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan
pemusnahannya.
Adapun tempat penyimpanan sementara tempat sampah) yang
digunakan haro memenuhi persyaratan berikut ini
1. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor,
2. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan
3.Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemmadian
dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah. Dipo ini berbentuk bak besar
yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga. Pun gelolaannya
dapat diserahkan pada piluak pemerintah.
Untuk membangun suatu dipo, ada beberapa persyaratan harus
dipenuhi contoh, di antaranya:
1. Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi
kendaraan pengangkut sampah.
2. Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil
3. Memiliki lubang ventilasi yang terminup kawat halus untuk mencegah
lalat dan binatang lain masuk ke dalam dipo.
4. Ada keran air untuk membersihkan.
5. Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat dan tikus.
6. Mudah dijangkau masyarakat
Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode:
1. Sistem duet tempat sampah kering dan tempat sampah basah.
2. Sistem trio: tempat sampah basah, sampah kering, dan tidak mudah
terbakar.

2. Tahap Pengangkutan
Dari dipo, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau
pemusnahan sampah dengan menggunakan truk pengangkut sampah yang
disediakan oleh. Dinas Kebersihan Kota.
3. Tahap Pemusnahan
Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang
dapat digunakan, antara lain:
1. Sary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam
metode ini, pemasnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah
dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis Dengan demikian,
sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau
atau menjadi sarang binatang pengerat Sanitary landfill yang baik harus
memenuhi persyaratan berikut :
a. Tersedia tempat yang luas
b. Tersedia tanah untuk menimbunnya.
c. Tersedia alat-alat besar.
Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai lagi dapat
dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran,dan sebagainya.

2. Incineration
Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah
dengan cara membakar sampah secara besar-besaran den gan menggunakan
fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain:
a. Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.
b. Tidak memerlukan ruang yang luas.
c. Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.
d. Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja
yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini:
a. Biaya besar.
b. Lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan
penduduk.
Peralatan yang digunakan dalam insinerasi, antara lain:
a. Charging apparatus

Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal


dari kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang
terkumpul ditumpuk dan diaduk.

b. Furnace
Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang di lengkapi dengan
jeruji, besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan
untuk memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan
demikian, tungku tidak terlalu penuh.
c. Combustion
Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih
panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar
pada tungku pertama.
d. Chimney atau saulk
Chimney atau saulk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap
keluar dan mengalirkan udara ke dalam.
e. Miscellaneous features
Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari
debu yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang.

3. Composting
Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekom posisi zat
organik oleh kuman-kumuan pembusuk pada kondisi ter tentu. Proses ini
menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk. Berikut tahap-tahap di dalam
pembuatan kompos
a. Pemisahan benda-benda yang tidak dapat dipakai sebagai pupuk seperti
gelas, kaleng, besi, dan sebagainya. b. Penghancuran sampah menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil (minimal berukuran 5 cm).
b. Pencampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen
yang paling baik (C:N = 1:30). d. Penempatan sampah dalam galian
tanah yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi
proses aerobik.
c. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar
pupuk dapat terbentuk dengan baik. Perlu diingat bahwa
galian tersebut jangan sampai menjadi tempat bersarang hewan
d. Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu dalam.
Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi proses aerobic.
e. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat
terbentuk dengan baik. Perlu di ingat bahwa galian tersebut jangan
sampai menjadi tempat bersarang hewan pengerat atau serangga.
4. Hot feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misal, babi). Perlu diingat
bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasak atau
direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke
hewan ternak.
5. Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan
air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah
memang baik.
6. Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau
tempat sampah.
7. Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi
pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya
banjir.
8. Individual icineration
Peukeran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk
terutama di daerah perdesaan
9. Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakal
atau daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat di daur ulang antara
lain, plastik gelas, kaleng, besi, dan sebagainya.
10. Reduction
Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari
jenis garbagel sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian dialah untuk
menghasilkan lemak.
11. Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya, kertas bekas.
Bahayye Alb Bata metode ini dapat menularkan penyakit

D. Sanitasi Makanan dan Minuman


1. Pengertian
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kesehatan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih,
menyediakan tempat sampah, dll. Menurut Azwar, Sanitasi adalah cara
pengawasan masyarakat yg menitik beratkan pada pengawasan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang di butuhkan
setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat
bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud makanan adalah: “ Food include
all substances, whether in a natural state or in a manufactured or
preparedform, wich are part of human diet.” Batasan makanan tersebut tidak
termaksud air, obat-obatan dan substansi-substansi yang di perlukan tujuan
pengobatan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik
beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak
kesehatan , mulai dari sebelum makanan di produksi, selama dalam proses
pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan
dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau
konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin kesehatan dan
kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegahan
penjualan makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan/
pemborosan makanan.
2. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sanitasi Makanan
Faktor yang mempengaruhi sanitasi makanan antara lain :
a. Sumber bahan makanan
Pembelian bahan sebaiknya di tempat yang terjamin kualitasnya baik dan
harus memenuhi persyaratan sanitasi untuk mencegah terjadinya
kontaminasi dan pencemaran misalnya: hasil pertanian harus bebas dari
pencemaran bubuk pestisida.
b. Pengangkut bahan makanan
Sarana pengangkut harus memiliki alat penutup dan pendingin. Contohnya
pengangkut daging ikan harus dengan menggunakan alat pendingin.
c. Penyimpanan bahan makanan
Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam
keadaan bersih. Adapun syaratnya antara lain: tempat penyimpanan
makanan harus bebas dari binatang, misalnya tikus dan serangga,
terlindungi dari debu, terlindungi dari bahan kimia berbahaya, suhu udara
tidak lembab, memiliki sirkulasi udara dan pencahayaan yang cukup.
d. Pemasaran makanan
Tempat penjualan harus memenuhi persyaratan sanitasi antara lain:
kebersihan, sirkulasi udara dan memiliki alat pendingin contohnya
swalayan.
e. Pengolahan makanan
Berkaitan dengan kebersihan dapur dan alat-alat perlengkapan masak.
f. Penyimpanan makanan
Makanan yang telah di olah di simpan di tempat yang memenuhi
persyaratan sanitasi lemari atau pendingin. Makanan jadi yang siap di
sajikan harus di wadahi atau di kemas dan tertutup.
3. Keracunan Makanan
Keracunan makanan berdasarkan penyebabnya terbagi atas 3 jenis anatara
lain:
a. Bacterial food poisoning
Akibat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri hidup atau
terkontaminasi oleh toksin yang di hasilkan bakteri tersebut, Bacterial
food poisoning terbagi atas 4 jenis yaitu:
1) Salmonella food poisoning (infectio type)
Salmonella food poisoning merupakan penyakit zoonotik yang
dapat di hasilkan dimana-mana. Kontaminasinya melalui hewan
ternak, contohnya daging, susu atau, telur.
2) Staphylococcus food poisoning (toxin type)
Staphylococcus food poisoning di sebabkan oleh eterotoxin yang di
hasilkan oleh Staphylococcus aureus. Kuman tersebut akan mati
sewaktu di masak, tetapi enterotoksin yang di hasilkan memiliki
sifat yang tahan panas (tahan 100oC) selama beberapa menit.
Stapylococus biasa di temukan di hidung, tenggorokan dan kulit
manusia.
3) Botulism
Botulism merupakan penyakit gastroenteritis akut yang di sebabkan
oleh endotoksin yang di produksi Clostridium butulism. Biasanya di
temukan di tanah, debu, dan saluran usus hewan.
4) Clostridium perferinges food poisoning
Clostridium perferinges food poisoning dapat di temukan dalam
kotoran manusia, dalam tanah, air dan, udara, keracunan akibat
mengkonsumsi makanan berupa daging ternak yang terkontaminasi
oleh bakteri ini. Dimana gejala keracunannya adalah mual, muntah,
lesu, dan diare.
b. Non bacterial food poisoning
1) Keracunan akibat tumbuh-tumbuhan. Contoh: keracunan singkok,
jengkol, jamur dll.
2) Keracunan akibat kerang dan ikan laut.
3) Keracunan akibat bahan-bahan kimia.
4. Metode Pengawetan Makanan
Metode pengawetan makanan agar bertahan lama dapat di lakukan antara
lain:
a. Pengalengan
Sebelum dilakukan pengalengan, makanan terlebih dahulu harus di
masak untuk untuk membunuh mikroorganisme kemudian dilakukan
sterilisasi serta penutupan kaleng. Bahaya pengalengan yang tidak
sempurna akan mengganggu kuman anaerobic yang menghasilkan toksin
botulisme.
b. Pengeringan
Cara sederhana dan murah dapat dilakukan dengan menjemur di bawah
sinar matahari atau dengan cara pemanasan dengan menggunakan alat
pengering. Cara modern yang di pakai untuk mengeringkan makanan
adalah “spray drying, freeze drying, vacum drying dan hot air drying.
c. Pengawetan
Pengawetan merupakan salah satu cara di lakukan untuk menghambat
pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme. Untuk mengawetkan
daging atau pun ikan biasanya di pakai bahan alami misalnya garam
maupun gula.
d. Pendinginan
Penyimpanan dalam keadaan beku akan menyebabkan bakteri tidak
mampu berkembang biak dengan baik.
e. Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan cara yang baik untuk mengawetkan makanan
dalam jangka pendek. Makanan yang mengalami pasteurisasi dan di
masukan ke dalam kulkas akan lebih awet. Pasteurisasi susu di lakukan
dengan pemanasan 63o selama 30 menit atau pada suhu 72o selama 15
detik akan membunuh mikroorganisme patogen.
5. Syarat Minimal Makanan Sehat
Makanan sehat harus memenuhi persyaratan minimal seperti yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan . Persyaratan agar makanan sehat
dikonsumsi oleh masyarakat adalah: Bahan Makanan yang akan di olah
terutama yang mengandung protein hewani seperti, daging, susu, ikan/udang
dan telur harus dalam keadaan baik dan segar. Demikian pula bahan sayur
harus dalam keadaan segar dan tidak rusak. Dengan demikian agar makanan
yang akan diolah memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus tidak berubah
bentuk, warna dan rasa, demikian pula asal dari bahan tersebut harus dari
daerah/tempat yang di awasi. Demikian pula bahan makanan terolah yang di
kemas, bahan tambahan dan bahan penolong harus memenuhi persyaratan
yang berlaku. Adapun persyaratan makanan yang sudah terolah dapat di
bagi menjadi 2 yaitu:
a. Makanan yang di kemas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Mempunyai label dan harus bermerek.
2) Sudah terdaftar dan bernomor pendaftaran.
3) Kemasan tidak rusak/robek atau mengembung.
4) Ada tanda kadaluarsa dan dalam keadaan belum kadaluarsa.
5) Kemasan yang tidak di pake harus hanya sekali penggunaan .
b. Makanan yang tidak di kemas harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Keadaan “fresh” (baru dan segar).
2) Tidak basi, busuk, rusak dan berjamur.
3) Tidak mengandung bahan terlarang, contohnya penagawet yang
bukan untuk makanan, pewarna textil, atau narkoba.
Semua kegiatan pengelolah makanan harus terlindung dari
kontak langsung dengan tubuh. Perlindungan kontak langsung
makanan dengan tubuh di lakukan dengan: memakai sarung tangan
plastik sekali pakai, menggunakan penjepit makanan, dan
menggunakan alat lain, misalnya sendok garpu. Menghindari
pencemaran terhadap makanan pun dapat menggunakan
apron/celemek, penututup rambut dan mulut. Salah satu cara
menerapkan perilaku sehat pada karyawan/tenaga bekerja antara lain,
tidak merokok, tidak memakai perhiasan, selalu mencuci tangan
sebelum mulai bekerja, memakai pakaian kerja yang bersih dan
pakaian pelindung dengan benar.
E. Penyediaan Air Minum
1. Pengertian
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak atau disterilisasi.
Air bersih memiliki karakteristik :
◦ Tidak berwarna, jernih sampai terlihat dasar tempat air
◦ Tidak keruh, bebas dari pasir, debu, lumpur,sampah, dan kotoran
◦ Harus sesuai dengan suhu sekitarnya atau lebih rendah dari suhu
sekitarnya
◦ Tidak memiliki rasa, bebas dari bahan kimia
2. Sumber air bersih
Air Hujan yang ditampung
air hujan tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu agar dapat dijadikan air
minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium
a) Air sumur
◦ Air sumur dangkal
berasal dari lapisan tanah yang dangkal. Kedalaman berkisar antara 5-15 m.
air ini belum begitu sehat karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah
masih ada
◦ Air sumur dalam
berasal dari lapisan 15 meter dari permukaan tanah. Sebagian besar air sumur
kedalaman ini cukup sehat untuk langsung digunakan sebagai air minum
b) Mata air
merupakan air yang keluar secara alamiah dari permukaan tanah. Mata air
yang baik adalah mata air yang dilindungi dan dialirkan melalui pancuran
atau perpipaan
3. Sarana penyediaan air bersih
a. Sumur gali yang dindingnya diplester
b. Sumur pompa tangan
c. Penampungan air hujan
d. Perlindungan mata air
4. Kegunaan air bersih
a. Sebagai air minum
b. Untuk mandi
c. Mencuci
d. Memasak
e. Serta penunjang aktivitas kehidupan lainnya
5. Standar air minum
a. Parameter Fisis
 tidak berbau
 Jumlah zat padat terlarut (TDS) sesuai batas normal
 Tidak keruh
 Tidak memiliki rasa
 Suhu sama atau dibawah lingkungan
 Tidak berwarna
b. Parameter Kimia
parameter kimia yang digunakan adalah kesesuaian zat kimia organik dan
anorganik sesuai dengan batas normal atau tidak ada sama sekali.
 Zat kimia anorganik
- air raksa (Hg)
- besi (Fe)
- alumunium(Al)
- arsen (As)
- barium (Ba)

 Zat kimia organik


- aldrin dan dieldrin
- benzene
- chloroform
- DDT
- methoxyclor

 Parameter Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama yaitu
menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar.
- sinar alpha
tidak memiliki daya tembus, sehingga efek yang terjadi bersifat
lokal misalnya kerusakan pada sel-sel pencernaan
- sinar beta
dapat menembus kulit, sehingga kerusakan yang terjadi dapat
lebih luas dari sinar alpha
- sinar gama
dapat menembus sangat dalam sehingga efek kerusakan bisa
sangat besar
 Parameter Mikrobiologi
Dalam parameter mikrobiologis hanya dicantumkan koliform tinja
dan total koliform. Kedua macam parameter ini digunakan sebagai
indikator bagi berbagai mikroba yang berupa parasit , bakteri
patogen, dan virus

6. Cara memperoleh air minum yang sehat


 mengambil air dari sumber air bersih
 tangan dan penampungan air harus bersih
 wadah penyimpanan air harus tertutup dan sering dibesihkan
 gayung harus bersih
 masak air sampai mendidih sebelum dikonsumsi
 menggunakan alat minum yang bersih

7. Sumber-sumber air minum


 air hujan
 air sungai
 air danau
 mata air
 air sumur

8. Pengolahan air minum secara sederhana


 pengolahan secara alamiah
 pengolahan air dengan menyaring
 pengolahan air dengan menambahkan zat-zat kimia
 pengolahan air dengan mengalirkan udara
 pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih

9. Metode pemurnian atau penjernihan air sederhana


 Gunakan 2 buah tempayan terbuat dari tanah liat
 Dasar tempayan yang diatas dilubangi, dilubangi sehingga air dapat
menetes ke tempayan yang ada dibawahnya
 Masukkan lapisan krikil, pasir, potongan arang kecil yang semuanya
harusa dicuci terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam tempayan
 Lapisan krikil, pasir dan potongan arang akan menyaring bahan endapan
yang terkandung
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, Trika Yunita., Ririh Yudhastuti. 2013. Higiene dan Sanitasi Makanan Nasi
Krawu di Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7,
No. 1.

Prastowo, Ichwan. 2015. Pengaruh Hygiene Sanitasi Kamar, Makanan dan Minuman,
Lingkungan Terhadap Kepuasan Tamu The Sunan Hotel Solo. Hotellier Journal
Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7934 Vol.1 Nomor 2

Rahmawati, Yani (dkk). 2014. Higiene dan Sanitasi Untuk Penjamah Makanan pada
Penyelenggaraan Makanan. https://issuu.com/karinamuthia/docs/modul

Sabarguna, Boy Subiroso (dkk). 2011. Sanitasi Makanan dan Minuman Menuju
Peningkatan Mutu Efisiensi Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika

Sumantri, Arif. 2017. Kesehatan Lingkungan: Edisi Keempat. Depok: Kencana

Anda mungkin juga menyukai