Anda di halaman 1dari 12

JUKNIS PENYULUHAN JAMBAN SEHAT

KELOMPOK 5

A. Latar Belakang
Sehat merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Paradigma sehat menekankan

promotive dan preventif sebagai pilar utama upaya kesehatan. Kebiasaan hidup keluarga

Indonesia masih jauh dari sebutan sehat di karenakan derajat kesehatan masyarakat yang

rendah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup keluarga

yang senantiasa memperhatikan dan menjaga anggota keluarganya dan harus diterapkan

sedini mungkin agar menjadi kebiasaan dalam pemeliharaan kesehatan. Salah satu indikator

PHBS adalah tersedianya jamban sehat. Faktor yang berperan dalam menentukan derajat

kesehatan adalah faktor lingkungan, perilaku, pelayanan, dan keturunan, tetapi yang paling

berperan penting ialah perilaku dan lingkungan. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih

dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan

masyarakat serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air

minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millennium Development

Goals (MDGs). Upaya Sanitasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/

Menkes/SK/IX/2008 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu meliputi

tidak buang air besar sembarangan (BABS), mencuci tangan pakai sabun, mengelola air

minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar mengelola limbah air

rumah tangga dengan aman (Kemenkes RI, 2014).

Kegiatan Utama dari Gerakan STBM yang dilakukan adalah merubah perilaku

masyarakat agar tidak BABS/open defecation. Hubungan yang paling mendasar dengan

kualitas lingkungan dalam penggunaan jamban adalah ketersediaan fasilitas dan jenis
penampungan tinja yang digunakan. Masalah masih adanya masyarakat yang tidak

menggunakan jamban sehat dan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2005), sangat dipengaruhi

oleh adanya perilaku kesehatan lingkungan dalam wujud pengetahuan dan tindakan kesehatan

lingkungan masyarakat yang masih kurang. Manfaat jamban belum diketahui sepenuhnya

oleh masyarakat sehingga mereka seenaknya saja membuang tinja disembarang tempat dan

masalah penggunaan jamban keluarga juga dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengetahuan,

pekerjaan, sikap, pendapatan masyarakat, ketersediaan lahan dan ketersediaan air bersih.

Menyikapi hal tersebut maka, faktor pencegahan dan promotif lebih memegang peranan

penting (Anwar Daud, 2001). Bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area

pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan

masyarakat, pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok untuk sedini mungkin

diatasi. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran

manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa

leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkan serta memenuhi syarat jamban sehat atau baik. Manfaat jamban adalah untuk

mencegah terjadinya penularan penyakit dan kotoran manusia (Soeparman, 2003).

Dengan adanya masalah tersebut, masih ada yang membuang air besar

sembarangan/belum bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (ODF) dan mempengaruhi

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam penggunaan jamban sehat seperti air bersih

yang digunakan pada penduduk tersebut. Untuk itu Petunjuk Teknis pelaksanaan

Kegiatan Penyuluhan Jamban Sehat dibuat untuk memberikan kemudahan dan

persamaan persepsi dalam pelaksanaannya.


B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, masyarakat dapat mengetahui dan memahami
tentang Jamban Sehat
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini masyarakat diharapkan :
a. Peserta dapat memahami apa itu jamban sehat.
b. Peserta dapat memahami syarat dan cirri ciri penggunaan jamban sehat.
c. Peserta dapat memahami jenis-jenis dari jamban sehat
d. Peserta dapat memahami manfaat jaban sehat serta akibat jamban tidak sehat
e. Peserta dapat menggunakan jamban sehat dengan bersih

C. Kebijakan
1. Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah.
2. Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No 585/Menkes/SK/V/ 2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 8 tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat
di Bidang Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis.
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 75 tahun 2014 Tentang Puskesmas.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/SK/V/2007.
8. Permenkes no. 3 tahun 2014 tentang STBM
D. Defini Operasional
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan informasi-informasi pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bias melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan serta terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (Notoatmodjo, 2012). Jamban  adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan tinja manusia. Jamban terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannya, (Abdullah, 2010).
1. Jenis-jenis Jamban Sehat
a. Jamban cemplung
Jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan
meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar
lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
b. Jamban tangki septik/leher angsa
Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik
kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran
manusia yang dilengkapi dengan resapannya.
c. Kakus Bor
Jamban yang tempat penampungan kotorannya dibuat dengan
mempergunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut boor aunger
dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang itu harus jauh lebih
dalam dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada kakus cemplung atau
plengsengan, karena diameter kakus bor ini jauh lebih kecil. 
Pengeboran pada umumya dilakukan sampai mengenai air tanah. Perlengkapan
lainnya dan cara mempergunakan, dapat pula diatur seperti pada kakus cemplung dan
kakus plengsengan.
2. Ciri-ciri / Syarat Jamban Sehat
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada
tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:
1. Tidak mencemari air
a) Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran
tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding
dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
b) Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
c) Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang
kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
d) Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang,
danau, sungai, dan laut
2. Tidak mencemari tanah permukaan
a) Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai,
dekat mata air, atau pinggir jalan.
b) Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau
dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari serangga
a) Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah
b) Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang
nyamuk.
c) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi
sarang kecoa atau serangga lainnya
d) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
e) Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
a) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan
b) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup
rapat oleh air
c) Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk
membuang bau dari dalam lubang kotoran
d) Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus
dilakukan secara periodic
5. Aman digunakan oleh pemakainya
a) Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran
dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lai
yang terdapat di daerah setempat
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
a) Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran
b) Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran
karena dapat menyumbat saluran
c) Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban
akan cepat penuh
d) Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa
berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
a) Jamban harus berdinding dan berpintu
b) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari
kehujanan dan kepanasan.
3. Manfaat Jamban Sehat
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut
2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya
4. Kotoran tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-
binatang lainnya
5. Tidak menimbulkan bau
6. Mudah digunakan dan dipelihara
7. Sederhana desainnya
8. Murah
9. Dapat diterima oleh pemakainya
4. Akibat Jamban Tidak Sehat
1. Mengotori lingkungan
2. Mencemari air
3. Menimbulkan bau tak sedap
4. Merusak pemandangan
5. Menimbulkan penyakit
5. Cara Memelihara Jamban Sehat
1. Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air
2. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih
3. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
4. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
5. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
6. Bila ada kerusakan segera diperbaiki
7. Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas penyakit
8. Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau ke dalam kloset agar
bakteri pembusuk tetap berperan aktif
9. Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset tidak cepat rusak.
10. Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam air misal : kertas, kain
bekas, dll.

E. Indikator dan Kriteria


Indikator suatu Kelurahan dikatakan telah mencapai status SBS adalah:
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan membuang
tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah).
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
3. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah
kejadian BAB di sembarang tempat.
4. Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100%
KK mempunyai jambansehat.
5. Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai sanitasi total.

F. Langkah-langkah
1. Mengkaji kebutuhan masyarakat
2. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat
3. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan
kesehatan masyarakat
4. Menyusun perencanaan penyuluhan
a. Menetapkan tujuan
b. Penentuan sasaran
c. Menyusun materi / isi penyuluhan
d. Memilih metode yang tepat
e. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
f. Penentuan kriteria evaluasi
5. Pelaksanaan penyuluhan Jamban sehat
6. Penilaian hasil penyuluhan
7. Tindak lanjut dari penyuluhan
G. Perencanaan
1. Menentukan tujuan Penyuluhan Jamban sehat
2. Menenukan Sasaran Penyuluhan Jamban sehat
3. Mempersiapkan Materi Penyuluhan Jamban sehat
4. Mempersiapkan alat peraga yang sesuai dengan topik
5. Menentukan waktu dan tempat.
6. Mempersiapkan bahan bacaan bila diperlukan

H. Pelaksanaan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan


1. 10 Menit Pembukaan
 Memberi salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan kontrak: waktu, topik, tempat serta tujuan penyuluhan
2. 15 Menit Pelaksanaan
 Mengkaji pengetahuan klien tentang jamban sehat
 Menjelaskan pengertian jamban sehat
 Menjelaskan ciri-ciri/syarat jamban sehat dan tidak sehat
 Menjelaskan jenis-jenis jamban sehat
 Menjelaskan manfaat jamban sehat
 Menjelaskan Akibat jamban yang tidak sehat
 Menjelaskan cara memelihara jamban sehat
3. 10 Menit Penutup
 Menyimpulkan materi penyuluhan bersama dengan klien
 Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan
 Menutup penyuluhan dan memberikan salam

I. Pemantauan dan Evaluasi


Pemantauan dilakukan setelah kegiatan Penyuluhan Jamban sehat
dilaksanakan, Evaluasi dilaksanakan setiap tiga bulan dalam rangka menilai hasil
pelaksanaan kegiatan
J. Kesinambungan
Dalam melakukan penyuluhan diperlukan adanya alat yang dapat membantu
dalam kegiatan seperti penggunaan media atau alat peraga agar terjalinnya
kesinambungan antara informasi yang diberikan oleh pemberi informasi kepada
penerima informasi. Kesinambungan dengan berbagai program juga dapat dilakukan
agar terciptanya derajat Kesehatan yang baik.

K. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan dilakukan dengan membuat suatu dokumen laporan
secara komprehensif di akhir kegiatan

L. Pelaksana/Penanggung Jawab
Pelaksana atau penanggung jawab kegiatan penyuluhan jamban sehat ini adalah
petugas Promosi Kesehatan atau petugas Kesling

M. Kesimpulan
Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang
dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan, dengan
demikian masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat
melakukan anjuran yang berhubungan dengan Kesehatan
Yang diharapkan dari penyuluhan Jamban sehat ini adalah :
1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
khususnya jamban sehat
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga
dapat menurunkan angka kesakitan karena jamban yang tidak sehat
PEDOMAN FGD
TENTANG JAMBAN SEHAT

Perkenalan:

Selamat pagi/siang/sore, nama saya ...................dan teman saya (pencatat) bernama ..........Kami
berkunjung kesini untuk menjumpai bapak/ibu dan kami ucapkan terima kasih atas kedatangan
bapak/ibu semua.

Penjelasan Tujuan Diskusi:

Kami datang kesini untuk memperoleh penjelasan/belajar dari bapak/ibu semua tentang
kesehatann di daerah ini. Kami tidak akan menilai apakah jawaban ibu benar atau salah, karena
semuanya berdasarkan pengalaman bapak/ibu masing-masing. Oleh karena itu bapak/ibu boleh
berbeda pendapat. Saya mohon bapak/ibu bebas mengatakan apa yang benar-benar bapak/ibu
alami atau rasakan.

Prosedur:

Kami mohon izin untuk menggunakan perekam supaya kami dapat mencatat semua yang
bapak/ibu katakan dan kami akan merahasiakan semua penjelasan/informasi yang kami
peroleh. Jangan segan-segan untuk menanggapi saya dan pendapat peserta diskusi lainnya
dalam kelompok ini. Meskipun demikian bicaralah secaraa bergiliran. Diskusi ini akan
berlangsung 1,5-2 jam.

Perkenalan peserta:

Sekarang bagaimana kalau bapak/ibu memperkenalkan diri supaya kita saling mengenal?
Misalnya tentang nama, tempat tinggal, dll.
PEDOMAN FGD DAN WAWANCARA MENDALAM TENTANG
JAMBAN SEHAT

Sekarang saya akan menanyakan beberapa hal tentang jamban sehat

1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang jamban?

2. Menurut bapak/ibu apa manfaat jamban bagi keluarga?

3. Coba bapak/ibu jelaskan bagaimana jamban yang memenuhi syarat Kesehatan?

4. Penyakit apa saja yang timbul jika tidak menggunakan jamban sehat?

5. Menurut bapak/ibu berapa jarak antara penampungan tinja dengan sumber air bersih?

6. Apakah bahaya lingkungan yang ditimbulkan bila tidak menggunakan jamban?

7. Menurut Bapak/ibu, apakah sebaiknya membuang kotoran dijamban?

8. Menurut Bapak/ibu, buang air besar di sembarang tempat dapat merugikan kesehatan?

9. Menurut Bapak/ibu bahwa mendirikan jamban merupakan cara untuk memutuskan mata

rantai penyakit dari tinja?

10. Bagaimana sikap Bapak/ibu jika ada tetangga bapak/ibu BAB dikebun atau dekat rumah

bapak?

11. Menurut Bapak/ibu apakah jika BAB disembarang dapat menyebabkan pencemaran

lingkungan?

12. Menurut Bapak/ibu jika air dan makanan yang tercemar tinja dapat menyebabkan penyakit?

13. Apakah pendapatan bapak/ibu sehari-hari cukup untuk membuat jamban sehat di rumah

sendiri?

14. Di lingkungan bapak/ibu apakah terdapat air yang selalu mengalir dan jernih?

15. Apakah bapak/ibu buang air di jamban sehat? Jika tidak apa alasannya?

Diskusi selesai, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya bapak/ibu sekalian, jika ada salah kami

mohon maaf, sehat selalu

Anda mungkin juga menyukai