Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

PENCANANGAN KECAMATAN ODF (OPEN DEFECATION FREE)

KEPADA YTH:
Kepala Cabang Honda Kelapa

PUSKESMAS KELAPA
I
KABUPATENBAB
BANGKA
BARAT

TTTTT
BAB I
1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kondisi Kesehatan Indonesia masih didominasi oleh penyakit berbasis
lingkungan khususnya penyakit yang dibawa oleh air (water borne diseases), seperti
DBD, Diare, Kecacingan dan Polio. Penyebab utama tingginya penyakit-penyakit
tersebut adalah perilaku hidup yang belum bersih dan sehat, terutama masih banyak
masyarakat yang buang air besar di tempat terbuka (open defecation), seperti di
belakang rumah, kebun, sungai, dan sebagainya
Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam
komunitas tidak buang air besar sembarangan, Pembuangan tinja yang tidak
memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan,
sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses
ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban (sehat) harus
mencapai 100% pada seluruh komunitas
Pada awal tahun 2010 di kelurahan kelapa terdapat 3500 rumah yang belum
memiliki jamban. Puskesmas Kelapa secara terus menerus melakukan pembinaan dan
Alhamdulillah dalam kurun waktu 5 tahun, telah terbuat Jamban Sehat 1500 melalui
Arisan Jamban.
Kecamatan Kelapa memiliki jumlah rumah 7.596 rmh. Dan 1.238 rumah
yang belum memiliki jamban atau WC yang memadai. Untuk itulah Puskesmas
Kelapa dan Lintas Sektoral yang ada di Kecamatan Kelapa berencana mencanangkan
Kecamatan ODF. Program ini akan dimulai pada bulan Mei tahun 2016 s/d tahun
2018.
Satu komunitas/masyarakat dikatakan telah ODF jika :
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran
bayi hanya ke jamban.

2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.


3. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia.
4. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban
sehat.
5. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban.
6. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
7. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% rumah mempunyai jamban sehat.
8. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana jamban
dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid
pada jam sekolah.
9. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting untuk
menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang efektif
dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai.
Buang Air Besar di tangki septic, adalah buang air besar yang sehat dan
dianjurkan oleh ahli kesehatan yaitu dengan membuang tinja di tangki septic yang
digali di tanah dengan syarat-syarat tertentu. buang air besar di tangki septic juga
digolongkan menjadi:

Buang Air Besar dengan jamban leher angsa, adalah buang air besar menggunakan
jamban model leher angsa yang aman dan tidak menimbulkan penularan penyakit
3

akibat tinja karena dengan model leher angsa ini maka tinja akan dibuang secara
tertutup dan tidak kontak dengan manusia ataupun udara.

Buang Air Besar dengan jamban plengsengan, adalah buang air besar dengan
menggunakan jamban sederhana yang didesain mering sedemikian rupa sehinnga
kotoran dapat jatuh menuju tangki septic setelah dikeluarkan. Tetapi tangki
septiknya tidak berada langsung dibawah pengguna jamban.

Buang Air Besar dengan jamban model cemplung/cubluk, adalah buang air besar
dengan menggunakan jamban yang tangki septiknya langsung berada dibawah
jamban. Sehingga tinja yang keluar dapat langsung jatuh kedalam tangki septic.
Jamban ini kurang sehat karena dapat menimbulkan kontak antara septic tank
dengan manusia yang menggunakannya.

Buang Air Besar tidak di tangki septic atau tidak menggunakan jamban. Buang Air
Besar tidak di tangki septic atau tidak dijamban ini adalah perilaku buang air besar
yang tidak sehat. Karena dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Buang Air Besar tidak menggunakan jamban dikelompokkan
sebagai berikut:

Buang Air Besar di sungai atau dilaut : Buang Air Besar di sungan atau dilaut
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan teracuninya biota atau makhluk
hidup yang berekosistem di daerah tersebut. Selain itu, buang air besar di sungai
atau di laut dapat memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat ditularkan
melalui tinja.

Buang Air Besar di sawah atau di kolam : Buang Air Besar di sawah atau kolam
dapat menimbulkan keracunan pada padi karena urea yang panas dari tinja. Hal ini
akan menyebakan padi tidak tumbuh dengan baik dan dapat menimbulkan gagal
panen.

Buang Air Besar di pantai atau tanah terbuka, buang air besar di Pantai atau tanah
terbuka dapat mengundang serangga seperti lalat, kecoa, kaki seribu, dsb yang
dapat menyebarkan penyakit akibat tinja. Pembuangan tinja di tempat terbuka juga
dapat menjadi serpencemaran udara sekitar dan mengganggu estetika lingkungan
(Kusnoputranto, 2001).
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di

bawah 3 tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare
setiap tahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar 2,3% dari Produk
Domestik Bruto (studi World Bank, 2007). Selain itu, penyakit lain yang dapat
ditimbulkan yaitu tifus, disentri, dan polio.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban
sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:
1. Tidak mencemari air
Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran
tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding
dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester. Jarang
lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter Letak lubang kotoran
lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak
merembes dan mencemari sumur. Tidak membuang air kotor dan buangan air
besar ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut.
5

2. Tidak mencemari tanah permukaan


Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai,
dekat mata air, atau pinggir jalan. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot
untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang
galian.
3. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus
tertutup rapat oleh air Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran Lantai jamban harus
kedap air dan permukaan tidak licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodic.
4. Aman digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran
dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lai
yang terdapat di daerah setempat
5. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang

kotoran

Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran
karena dapat menyumbat saluran Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau
lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh Hindarkan cara penyambungan
aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan
pipa dengan kemiringan minimal 2:100
6. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
Jamban harus berdinding dan berpintu. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap
sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.
Penyebab dari banyaknya warga Kecamatan Kelapa Kab. Bangka Barat yang
belum memiliki jamban adalah kemampuan ekonomi. Oleh karena itu, melalui
program Pencanangan Kecamatan ODF diharapkan jumlah Rumah yang belum
memiliki jamban akan berkurang. Pemerintah Desa sejauh ini telah membantu warga

yang kurang mampu dalam memenuhi Jamban Sehat warga, Akan tetapi jika hanya
mengharapkan bantuan dari pemerintah, maka permasalahan ini tidak akan tuntas
seluruhnya. Maka dari itu, diharapkan warga desa Kecamatan Kelapa bergotong
royong (Arisan Jamban) untuk membangun WC dan sadar akan pentingnya sarana
buang air besar.
B. TUJUAN
a. Tujuan umum
Dengan di adakannya Pencanangan Kecamatan ODF di Kecamatan
Kelapa Kab. Bangka Barat pada khususnya dan Kep. Bangka Belitung pada
umumnya akan senantiasa memberi semangat para warga Kecamatan Kelapa
untuk memelihara kesehatan lingkungan karena mencegah penyakit yang
disebabkan oleh lingkungan lebih baik.
b. Tujuan Khusus
- Meningkatkan dan memberi motivasi kepada masyarakat di Kecamatan
-

Kelapa serta semangat kepada warga untuk selalu menjaga kesehatan.


Memberikan advokasi kepada lurah, kepala desa untuk mengingatkan
warga pentingya Buang Air Besar di Jamban Sehat.

C. WAKTU / KEGIATAN
A. Waktu
: Kamis, 11 Agustus 2016
B. Pukul
: 08.00 WIB s/d Selesai
C. Tempat
: Halaman Kantor Desa Tebing Kec.Kelapa
D. Acara
: Pencanangan Kecamatan ODF
BAB II
RENCANA ANGGARAN BELANJA

A. Kebutuhan Dana
1. Tenda Kaplingan

Rp
7

1.000.000

2. Kursi

Rp

600.000

3. Sounds Sistem

Rp

1.500.000

4. Spanduk + ATK

Rp

600.000

5. Konsumsi Nasi dan Snack

Rp

3.700.000

6. Dokumentasi

Rp

100,000

7. Lain-lain

Rp

1.000,000

Total

Rp

8.500.000

B. Biaya yang dibutuhkan


Dari dana yang dibutuhkan diatas, saat ini baru tersedia dana sebesar Rp. 1000.000,.
Untuk itu bantuan dan sumbangsih dari pihak lain atas Kekurangan dana tersebut
untuk mensukseskan acara ini sangat kami harapkan.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

BAB III
SUSUNAN PANITIA PENCANANGAN KECAMATAN ODF
A. Kepanitiaan

BAB IV
PENUTUP

A. PENUTUP
Demikian Proposal ini kami sampaikan semoga dengan dicanangkannya Kecamatan
ODF di wilayah kerja Puskesmas Kelapa Kecamatan Kelapa Kab. Bangka Barat senantiasa
akan memberikan kontribusi semangat partisipasi masyarakat dalam pencegahan penyakit
yang bersumber dari lingkungan masyarakat melalui pembuatan Jamban.

10

Anda mungkin juga menyukai