Pendamping:
dr. Ari Windy
Disusun oleh:
dr. Alifia Assyifa
PUSKESMAS CIMANGGU II
KABUPATEN CILACAP
2017
LAPORAN KEGIATAN
UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
KUNJUNGAN RUMAH PENDERITA ISPA DI DESA BABAKAN KECAMATAN
CIMANGGU (F2)
A. Nama Kegiatan
Kunjungan rumah penderita ISPA di Desa Babakan Kecamatan Cimanggu
B. Latar Belakang
Salah satu faktor yang paling penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan adalah kesehatan lingkungan. Lingkungan yang bersih dan sehat
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta menciptakan kenyamanan
yang dapat dirasakan oleh masyarakat di lingkungan tersebut.
Tingginya angka kematian bayi yang merupakan indikator penting pada
suatu daerah juga dapat disebabkan diantaranya karena faktor perilaku (perawatan
pada saat hamil dan perawatan bayi, serta perilaku kesehatan lingkungan) serta
faktor kesehatan lingkungan. Di samping itu dalam proses pembangunan masa
datang, diperlukan adanya teknologi kesehatan lingkungan yang menitikberatkan
upayanya pada metodologi mengukur dampak kesehatan dari pencemaran yang
ditimbulkan oleh adanya pembangunan, Indikator ini harus mudah, murah untuk
diukur juga sensitif menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan.
Rendahnya kualitas lingkungan sangatlah berdampak pada derajat kesehatan
masyarakat di dalam wilayah tersebut, seperti penyakit menular (infeksi saluran
pernapasan, infeksi saluran kemih, diare) dapat dengan mudah meluas
mempengaruhi masyarakat dengan melalui berbagai metode, sebagai contoh,
sanitasi dasar (penyediaan air bersih, jamban, air limbah dan sampah), sehingga
perlu diperhatikan dan menjadi titik fokus kerjasama antara tenaga kesehatan
wilayah setempat dengan tokoh masyarakat yang berpengaruh, serta masyarakat.
C. Tinjauan Pustaka
1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization)
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Ruang lingkup
kesehatan lingkungan meliputi: penyediaan air minum, pengelolaan air
buangan dan pengendalian pencemaran, pembuangan sampah padat,
pengendalian vektor, pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh
ekskreta manusia, higiene makanan termasuk higiene susu, pengendalian
pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian
kebisingan, perumahan dan pemukiman, aspek kesehatan lingkungan dan
transportasi udara, perencanaaan daerah perkotaan, pencegahan kecelakaan,
rekreasi umum dan pariwisata, tindakan tindakan sanitasi yang berhubungan
dengan keadaan epidemi / wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk,
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.1,2,3
2.1 Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar yaitu sanitasi minimum yang diperlukan untuk
menyehatkan lingkungan pemukiman yang meliputi penyediaan air bersih,
pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah dan
pengelolaan sampah.
1. Penyediaan Air Bersih
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990, yang dimaksud air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih
merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar
kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air yang terjangkau dan
berkelanjutan menjadi kebutuhan semua orang. Syarat-syarat Kualitas Air
Bersih diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Syarat Fisik: tidak berbau, tidak berasa
2. Syarat Kimia: Kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/l,
kesadahan maksimal 500 mg/l 3. Syarat Mikrobiologis : Jumlah total
koliform dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk
air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal
dari perpipaan.
Sarana air bersih adalah bangunan beserta peralatan dan
perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagi-
bagikan air bersih untuk masyarakat. Jenis sarana air bersih ada
beberapa macam yaitu sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan
sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air hujan,
penampungan mata air, dan perpipaan.
Air sumur merupakan sumber air yang paling banyak
dipergunakan masyarakat Indonesia. Sumur gali yang dipandang
memenuhi syarat kesehatan ialah:
1. Lokasi
a. Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya
jamban, tempat pembuangan air kotor, lubang resapan, tempat
pembuangan sampah, kandang ternak dan tempat-tempat
pembuangan kotoran lainnya.
b. Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada lereng-lereng
pegunungan, letak sumur gali diatas sumber pencemaran.
c. Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang lapisan
tanahnya mengandung air sepanjang musim.
d. Lokasi sumur gali supaya diusahakan pada daerah yang bebas
banjir.
2. Konstruksi
a. Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari
permukaan tanah untuk mencegah rembesan dari air
permukaan.
b. Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari
permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas
pemakaian ke dalam sumur.
c. Cara pengambilan air dari dalam sumur sedemikian rupa
sehingga dapat mencegah masuknya kotoran kembali melalui
alat yang dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan
kerekan dan sebagainya.
d. Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi lantai dengan
tepi luar dinding sumur minimal 1 meter dengan kemiringan ke
arah tepi lantai.
e. Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus kedap air
sepanjang minimal 10 meter dihitung dari tepi sungai.
f. Dilengkapi dengan sumur atau lubang resapan air limbah bagi
daerah yang tidak mempunyai saluran penerimaan air limbah.
3. Pengolahan air untuk keperluan rumah tangga dapat dilakukan
dengan sederhana dengan cara sebagai berikut :
a. Sediakanlah bahan-bahan seperti pasir, arang aktif (dapat dari
batok kelapa, tawas, kaporit dan bubuk kapur).
b. Sediakan pula empat buah kaleng. Kaleng pertama dipakai
untuk menampung air yang akan dibersihkan, dalam proses
pengolahan kedalamnya dibubuhi setengah sendok teh kaporit,
2 sendok makan tawas yang telah dilarutkan terlebih dahulu,
kemudian kesemuanya diaduk dalam beberapa menit. Setelah
tampak keping-keping bubuhkanlah satu sendok makan bubuk
kapur, kemudian aduk lagi, setelah beberapa menit akan
tampak kepingan yang lebih besar. Setelah itu endapkan selama
setengah jam.
c. Ke dalam kaleng kedua yang berisi pasir dialirkan air dari
kaleng pertama.
d. Kaleng ketiga adalah sebagai penampung air yang telah
disaring dari kaleng kedua. Air yang mengalir mula-mula
keruh, tetapi lama-lama akan jernih. Air dalam kaleng ketiga ini
digunakan untuk proses pengendapan sisa kotoran yang
mungkin ada.
e. Kaleng keempat diisi dengan arang aktif gunanya untuk
menghilangkan bau khlor yang ada. Air yang keluar dari kaleng
keempat ini, telah dapat dipergunakan untuk sumber air bersih.
2. Ventilasi
Ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini karena
ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama adalah sebagai
lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam
ruangan dan keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross
ventilation). Dengan adanya ventilasi silang akan terjamin adanya
gerak udara yang lancar dalam ruangan. Fungsi kedua dari
ventilasi adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti
cahaya matahari, sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu
pagi, siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu
rumah yang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak ada. Ada
dua macam cara yang dapat dilakukan agar ruangan mempunyai
sistem aliran udara yang baik, yaitu:
(i) Ventilasi alamiah, dimana aliran udara dalam ruangan tersebut
terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin,
lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain
ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga
merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke
dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk
melindungi penghuninya dari gigitan serangga tersebut.
(ii) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus
untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan
mesin pengisap udara.
3. Pencahayaan Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup.
Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya
matahari, di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau
tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan
silau dan akhirnya dapat merusak mata. Ada dua sumber cahaya
yang dapat dipergunakan, yakni
(i) Cahaya alamiah yaitu matahari. Rumah yang sehat harus
mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup.
Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-
kurangnya 15%-20% dari luas lantai yang terdapat dalam
ruangan rumah.
(ii) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.
4. Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding
dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan
penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping
menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular
kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum
adalah apabila dapat menyediakan 2,5 3 m2 untuk setiap orang
(tiap anggota keluarga).1,3
2.3 Perilaku
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
respon Skinner. Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap
psikomotor dan tindakan (ketrampilan). Berdasarkan batasan perilaku dari
Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang
(organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta
lingkungan. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang
merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan
bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya.1,3,4
Vektor Penyakit
Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini dikarenakan vektor
penyakit telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan,
sehingga kemampuan bertahan hidup mereka pun semakin tinggi. Hal ini
didukung faktor lain yang membuat perkembangbiakan vektor semakin
pesat antara lain: perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan,
industri dan pembangunan perumahan; sistem penyediaan air bersih
dengan perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk sehingga
masih diperlukan container untuk penyediaan air; sistem drainase
permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat; sistem
pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat, penggunaan pestisida
yang tidak bijaksana dalam pengendalian vektor; pemanasan global yang
meningkatkan kelembaban udara lebih dari 60% dan merupakan keadaan
dan tempat hidup yang ideal untuk perkembang-biakan vektor penyakit.
Perilaku Masyarakat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat belum banyak diterapkan masyarakat,
menurut studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006,
perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah:
(1) Setelah buang air besar 12%,
(2) Setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%,
(3) Sebelum makan 14%,
(4) Sebelum memberi makan bayi 7%, dan
(5) Sebelum menyiapkan makanan 6%. Studi BHS lainnya
terhadapperilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan
99,20 % merebus air untuk mendapatkan air minum, namun 47,50 %
dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.Menurut studi
Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun
2006 terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke
sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.1,2
D. Tujuan Kegiatan
a. Memeriksa kondisi lingkungan rumah penderita.
b. Mencari tempat-tempat yang rawan akan terjadinya proses penularan ISPA.
c. Memberikan pengetahuan kepada keluarga pentingnya kebersihan lingkungan.
d. Memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang penyebab dan penularan
ISPA.
e. Menumbuhkan kesadaran untuk mengurangi dan mencegah penularan
penyakit ISPA.
E. Bentuk Kegiatan
Kunjungan rumah dengan metode survey langsung di lingkungan sekitar rumah.
Melakukan wawancara kepada keluarga penderita dan tetangga penderita terkait
kebersihan lingkungan rumah penderita
F. Waktu Kegiatan
Kegiatan telah dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 21 Desember 2016
G. Tempat Kegiatan
Kegiatan telah dilaksanakan di rumah rumah penderita ISPA di Desa Babakan.
H. Pelaksana Kegiatan
1. dr. Alifia Assyifa
2. Petugas Kesehatan Puskesmas Cimanggu II
I. Peserta Kegiatan
Kunjungan dilakukan di rumah penderita ISPA di Desa Cimanggu, sebanyak 1
pasien yang telah dikunjungi.
J. Hasil Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk mengangkat 1 kasus ISPA yang erat
kaitannya dengan kondisi rumah penderita ISPA sebagai suatu rangkaian
penelusuran penyebab merebaknya penyakit ISPA di Desa Babakan Kecamatan
Cimanggu. Dari hasil survey kunjungan rumah penderita ISPA:
4.1. Hasil Penilaian Rumah Sehat:
KOMPONEN RUMAH
Langit langit Tidak ada (0)
Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan (1)
Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan (2)
Dinding Bukan tembok (dibuat dari anyaman bambu/lalang) (1)
Semi permanen/setengah tembok/bata yang tidak
diplester/papan tidak kedap air (2)
Permanen (tembok/pasangan batu bata yang diplester)
papan kedap air (3)
Lantai Tanah (0)
Papan/anyaman bambu dekat tanah/plesteran yang retak dan
berdebu (1)
Diplester/ubin/keramik/papan (rumah panggung) (2)
Jendela kamar tidur Tidak ada (0)
Ada (1)
Jendela ruang keluarga Tidak ada (0)
Ada (1)
Ventilasi Tidak ada, luas ventilasi permanen < 10 % luas lantai (0)
Ada, luas ventilasi permanen > 10 % luas lantai (1)
Lubang asap dapur Tidak ada (0)
Ada, luas lubang ventilasi dapur < 10% luas dapur (1)
Ada, luas lubang ventilasi dapur > 10% luas dapur (2)
Pencahayaan Tidak terang, tidak dapat digunakan untuk membaca (0)
Kurang terang, kurang jelas untuk baca dengan normal
(1)
Terang dan tidak silau, bisa digunakan untuk baca (2)
SARANA SANITASI
Sarana air bersih Tidak ada (0)
Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
(1)
Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan (2)
Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
(3)
Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan (4)
Jamban Tidak ada (0)
Ada,bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke
sungai/kolam (1)
Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam
(2)
Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank (3)
Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank (4)
Sarana pembuangan air limbah Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah
(0)
Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak
dengan sumber air <10m) (1)
Ada, dialirkan ke selokan terbuka (2)
Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air (jarak
dengan sumber air >10m) (3)
Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah
(4)
Sarana pembuangan sampah Tidak ada (0)
Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup (1)
Ada, kedap air dan tidak ada tutup (2)
Ada, kedap air dan bertutup (3)
PERILAKU PENGHUNI
Buka jendela kamar tidur Tidak pernah (0)
Kadang-kadang (1)
Setiap hari (2)
Buka jendela ruang keluarga Tidak pernah (0)
Kadang-kadang (1)
Setiap hari (2)
Bersihkan rumah dan halaman Tidak pernah (0)
Kadang-kadang (1)
Setiap hari (2)
Buang tinja bayi & balita ke jamban Dibuang ke sungai/kebun/kolam/sembarangan (0)
Kadang-kadang ke jamban (1)
Setiap hari dibuang ke jamban (2)
Buang sampah pada tempat sampah Dibuang ke sungai/kebun/kolam/sembarangan (0)
Kadang-kadang ke tempat sampah (1)
Setiap hari dibuang ke tempah sampah (2)
Rumah pasien masih termasuk rumah tidak sehat berdasarkan hasil penilaian
Blangko Instrumen Penilaian Rumah Sehat dengan skor 825 yang masih < 890.
Untuk kepadatan huniannya, rumah pasien ini masih terhitung tidak memenuhi
standard karena nilainya 6 m2 / orang sedangkan kepadatan hunian yang
direkomendasikan adalah 9 m2 / orang.
Pasien yang juga adalah penderita ISPA memerlukan dukungan rumah yang
sehat dan juga lingkungan yang bersih dan bebas dari hal-hal yang kiranya dapat
mencetuskan gejala ISPA ataupun memperparah gejala ISPA yang sudah ada. Oleh
karena itu, setelah penilaian rumah sehat, pasien dan orang tua pasien diberikan
edukasi mengenai kebersihan rumah.
4.2. Intervensi
KOMPONEN RUMAH EDUKASI UMUM
Langit langit Tidak ada (0) Menyarankan agar memasang langit-
Ada, kotor, sulit dibersihkan dan
langit yang aman agar tidak ada
rawan kecelakaan (1)
kotoran yang menjatuhi keluarga
Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan
pasien. Langit disarankan dalam
(2)
bentuk eternit, namun tentunya akan
mengerluarkan banyak biaya
Dinding Bukan tembok (dibuat dari anyaman Selalu menjaga kebersihan
bambu/lalang) (1)
Semi permanen/setengah tembok/bata
yang tidak diplester/papan tidak kedap
air (2)
Permanen (tembok/pasangan batu
bata yang diplester) papan kedap air
(3)
Lantai Tanah (0) Selalu menjaga kebersihan
Papan/anyaman bambu dekat
tanah/plesteran yang retak dan berdebu
(1)
Diplester/ubin/keramik/papan (rumah
panggung) (2)
Jendela kamar Tidak ada (0) Sebaiknya dibuatkan jendela
Ada (1)
tidur
Jendela ruang Tidak ada (0) Edukasi selalu untuk dibuka untuk
Ada (1)
keluarga sirkulasi udara dan membersihkan
jendela rutin dari debu
Ventilasi Tidak ada, luas ventilasi permanen < 10 Jendela harus dibuka setiap pagi, dan
% luas lantai (0) membuka pintu untuk membantu
Ada, luas ventilasi permanen > 10 %
sirkulasi udara
luas lantai (1)
Lubang asap dapur Tidak ada (0) Saat memasak, sebaiknya pintu
Ada, luas lubang ventilasi dapur < 10%
utama dan jendela rumah dibuka
luas dapur (1)
Ada, luas lubang ventilasi dapur > 10% agar terjadi pertukaran udara dan
luas dapur (2) asap hasil memasak tidak masuk
rumah
Pencahayaan Tidak terang, tidak dapat digunakan Memberi saran untuk menambah
untuk membaca (0) jumlah genteng kaca dan juga
Kurang terang, kurang jelas untuk
jendela agar cahaya lebih mudah
baca dengan normal (1)
masuk ke dalam rumah
Terang dan tidak silau, bisa digunakan
untuk baca (2)
SARANA SANITASI
Sarana air bersih Tidak ada (0) Selalu menjaga kebersihan air yang
Ada, bukan milik sendiri dan tidak
didapat
memenuhi syarat kesehatan (1)
Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi
syarat kesehatan (2)
Ada, bukan milik sendiri dan
memenuhi syarat kesehatan (3)
Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat
kesehatan (4)
Jamban Tidak ada (0) Selalu menjaga kebersihan
Ada,bukan leher angsa, tidak ada tutup,
disalurkan ke sungai/kolam (1)
Ada, bukan leher angsa, ada tutup,
disalurkan ke sungai/kolam (2)
Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic
tank (3)
Ada, bukan leher angsa, ada tutup,
septic tank (4)
Sarana Tidak ada, sehingga tergenang tidak Sebaiknya jarak antara peresapan
pembuangan air teratur di halaman rumah (0) dan sumber air > 10 m
Ada, diresapkan tetapi mencemari
limbah
sumber air (jarak dengan sumber air
<10m) (1)
Ada, dialirkan ke selokan terbuka (2)
Ada, diresapkan dan tidak mencemari
sumber air (jarak dengan sumber air
>10m) (3)
Ada, dialirkan ke selokan tertutup
(saluran kota) untuk diolah (4)
Sarana Tidak ada (0) Sebaiknya tempat sampah diganti
Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak
pembuangan dengan tempat sampah yang kedap
ada tutup (1)
sampah air dan tertutup. Kemudian edukasi
Ada, kedap air dan tidak ada tutup (2)
Ada, kedap air dan bertutup (3) agar tidak membuang sampah
sembarangan
PERILAKU PENGHUNI
Tidak pernah (0)
Kadang-kadang (1)
Buka jendela Setiap hari (2) Tidak ada jendela di kamar sehingga
kamar tidur tidak ada yang bisa dibuka. Edukasi
untuk sering membuka pintu kamar
agar sirkulasi udara baik.
Buka jendela Tidak pernah (0) Edukasi untuk menjaga kebersihan
Kadang-kadang (1)
ruang keluarga
Setiap hari (2)
Bersihkan rumah Tidak pernah (0) Sudah baik
Kadang-kadang (1)
dan halaman
Setiap hari (2)
Buang tinja bayi Dibuang ke Sudah baik
& balita ke jamban sungai/kebun/kolam/sembarangan (0)
Kadang-kadang ke jamban (1)
Setiap hari dibuang ke jamban (2)
Buang sampah Dibuang ke Sudah baik. Hanya tempatnya saja
pada tempat sungai/kebun/kolam/sembarangan (0) yang kurang baik.
Kadang-kadang ke tempat sampah (1)
sampah
Setiap hari dibuang ke tempah
sampah (2)
Selain itu, untuk mencegah penyakit berbasis lingkungan, keluarga pasien juga
diedukasi untuk melakukan beberapa hal, diantaranya terkait dengan faktor risiko
ISPA dari pasien, yaitu:
FAKTOR LINGKUNGAN
Asap pembakaran sampah dan debu serbuk serat Menutup jendela saat tetangga tersebut melakukan
kayu. Posisi tempat tidur di bawah dan aktivitasnya. Mengedukasi penggunaan masker
penggunaan tikar sebagai alat duduk di ruang pernafasan untuk mengurangi polusi yang masuk.
keluarga Menganjurkan untuk menjemur kasur setiap hari
di bawah matahari dan menepuk-nepuk kasur
untuk mengurangi debu yang menempel.
Menganjurkan untuk membersihkan tikar untuk
duduk dari debu setiap hari.
Infeksi pernafasan Menganjurkan untuk segera memeriksakan diri
bila ada gejala batuk pilek, gejala tidak kunjung
ada perbaikan, dan gejala di anggota keluarga.
K. Evaluasi Kegiatan
1. Kelebihan
Koordinasi yang baik antar petugas kesehatan (tim pelaksana kegiatan).
2. Kekurangan
a. Kegiatan ini memakan banyak waktu, tenaga dan biaya transportasi.
b. Sulit bertemu dengan wali/orang tua dari penderita ISPA sehingga
informasi yang digali kurang lengkap dan detail.
3. Peluang
Lebih banyak warga yang dikunjungi paham dan sadar bahaya dari penularan
ISPA.
4. Ancaman
Kurangnya kesadaran warga akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
L. Daftar Pustaka
1. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta;
2003
2. Sanropie, Gunawan. Pengawasan Kesehatan Lingkungan Pemukiman.
Direktur Jenderal PPM dan PLP. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2000.
3. Slamet, Juli Sumirat. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press; 2002.
4. Azwar, Azrul. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: PT. Mutiara
Sumber Widya; 2003.
LAPORAN KUNJUNGAN
0000.
LAMPIRAN