Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KEGIATAN

F.2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

PENYULUHAN JAMBAN SEHAT

PROGRAM DOKTER INTERNSIP

OLEH :

dr. Gita Millati Azka

dr. Juta Nata Zelly

PENDAMPING :

dr. Hadi Purnomo, M.Mkes

PUSKESMAS MARON

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO

2018

0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jamban sehat adalah tempat fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontaminasi ke badan
air, mencegah kontak antara manusia dan tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi
serangga ataupun binatang lainnya, mencegah bau yang tidak sedap, dan konstruksi
dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan. Keputusan Menteri
Kesehatan tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat tahun 2008, jamban
sehat memiliki arti fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit. Mempunyai dan menggunakan jamban bukan hanya untuk kenyamanan
melainkan juga turut melindungi dan meningkatkan kesehatan keluarga maupun masyarakat.
Target untuk akses pembuangan tinja harus mencapai 100% dimana artinya seluruh
masyarakat harus memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan di rumah.4
Tersedianya jamban sebagai fasilitas pembuangan tinja dapat mencegah kontaminasi air,
kontak antara tinja dan manusia, serta tinja tidak dihinggapi serangga ataupun binatang lain
yang dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. Salah satu penyakit yang umum terjadi
akibat terkontaminasi tinja adalah diare. Diare adalah gangguan buang air besar (BAB) yang
ditandai dengan BAB lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi cair, dapat disertai dengan
darah dan atau lendir.1
Di Indonesia, penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare disebabkan karena
kesehatan lingkungan yang masih belum memadai disamping pengaruh faktor-faktor lainnya
seperti keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan perilaku
masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan penyakit
diare.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1
1.1.1 Definisi Pembuangan tinja atau buang air besar
Pembuangan tinja atau buang air besar disebut secara eksplisit dalam dokumen
Millenium Development Goals (MDGs). Dalam nomenklatur ini buang air besar disebut sebagai
sanitasi yang meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air besar, jenis kloset yang
digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja. Dalam laporan MDGs 2010, kriteria akses
terhadap sanitasi layak adalah bila penggunaan fasilitas tempat BAB milik sendiri atau bersama,
jenis kloset yang digunakan jenis latrine dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan
tangki septik atau sarana pembuangan air limbah (SPAL). Kriteria yang digunakan Joint
Monitoring Program (JMP) WHO-UNICEF 2008, sanitasi terbagi dalam empat kriteria, yaitu
improved, shared, unimproved dan open defecation. Dikategorikan sebagai improved bila
penggunaan sarana pembuangan kotorannya milik sendiri, jenis kloset latrine dan tempat
pembuangan akhir tinjanya tangki septik atau SPAL.1,7
Pengertian lain terkait jamban menyebutkan bahwa jamban keluarga adalah suatu
bangunan yang digunakan untuk tempat me
mbuang dan mengumpulkan kotoran/najis manusia yang lazim disebut jamban atau WC
sehingga kotoran tersebut disimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau
penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman. Kotoran manusia yang dibuang dalam
praktik sehari-hari bercampur dengan air, maka pengolahan kotoran manusia tersebut pada
dasarnya sama dengan pengolahan air limbah. Oleh sebab itu pengolahan kotoran manusia,
demikian pula syarat-syarat yang dibutuhkan pada dasarnya sama dengan syarat pembuangan air
limbah.1,8

2.2 Jenis-jenis jamban

2
Terdapat beberapa jenis jamban sesuai bentuk dan namanya, antara lain: 7,9-10

1. Jamban cubluk (pit privy)

Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah sedalam 2,5 sampai 8 meter

dengan diameter 80-120cm. Dindingnya diperkuat dari batu bata ataupun tidak. Sesuai

dengan daerah pedesaan maka rumah jamban tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding

bambu dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.

Gambar 2.1 Jamban cubluk

2. Jamban cemplung berventilasi (ventilated improved pit latrine)

Jamban ini hampir sama dengan jamban cubluk, bedanya menggunakan ventilasi pipa.

Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dari bambu.

3
Gambar 2.2 Jamban cubluk berventilasi

3. Jamban empang (fish pond latrine)

Jenis jamban ini dibangun di atas empang ikan. Sistem jamban empang memungkinkan

terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang,

dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja, demikian seterusnya.

Gambar 2.3 Jamban empang

4
4. Jamban pupuk (the compost privy)

Secara prinsip jamban ini seperti jamban cemplung tetapi lebih dangkal galiannya, di dalam

jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang, sampah, dan daun-daunan.

5. Septic tank

Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi syarat. Septic tank

merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan untuk kelompok kecil yaitu rumah

tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki

hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat. Septic tank merupakan cara yang

terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal, tekniknya sukar dan

memerlukan tanah yang luas.1

Untuk mencegah penularan penyakit yang berbasis lingkungan digunakan pembagian 3

jenis jamban, yaitu: 9,10

1. Jamban Leher Angsa

Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Air yang terdapat pada leher angsa adalah

untuk menghindarkan bau dan mencegah masuknya lalat dan kecoa.

2. Jamban Cemplung

Jamban ini tidak memerlukan air untuk menggelontor kotoran. Untuk mengurangi bau serta

agar lalat dan kecoa tidak masuk, lubang jamban perlu ditutup.

3. Jamban Plengsengan

Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Lubang jamban perlu juga ditutup

5
Gambar 2.4 Jenis-jenis jamban

2.3 Manfaat Jamban


Terdapat beberapa alasan diharuskannya penggunaan jamban,yaitu:
1. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau
2. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitamya.
3. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit

diare, kolera, disentri, thypus, cacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit dan

keracunan.

Jamban juga berfungsi sebagai pemisah tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan

memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman

3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

2.4 Kriteria Jamban Sehat


6
Jamban Sehat (improved latrine) merupakan fasilitas pembuangan tinja yang memenuhi

syarat9 :

1. Tidak mengkontaminasi badan air.

2. Menjaga agar tidak kontak antara manusia dan tinja.

3. Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau serangga vektor

lainnya termasuk binatang.

4. Menjaga buangan tidak menimbulkan bau

5. Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna

1.2 Penggunaan Jamban Sehat di Indonesia


Sampai saat ini diperkirakan sekitar 47% masyarakat Indonesia (khususnya yang tinggal di
daerah pedesaan) masih buang air besar sembarangan, seperti di sungai, kebun, sawah, kolam
dan tempat-tempat terbuka lainnya. Masyarakat pedesaan tersebut enggan untuk buang air besar
di jamban karena banyak yang beranggapan membangun jamban sangat mahal, lebih enak BAB
di sungai, tinja dapat digunakan untuk pakan ikan, dan alasan lain yang dikatakan merupakan
kebiasaan sejak dulu dan diturunkan dari nenek moyang. Perilaku tersebut sangat merugikan
kesehatan, karena tinja merupakan media tempat hidup bakteri coli yang berpotensi
menyebabkan terjadinya penyakit diare dan berisiko menjadi wabah penyakit bagi masyarakat13.

7
Tinja merupakan bentuk kotoran yang merugikan dan membahayakan kesehatan masyarakat,
maka tinja harus dikelola, dibuang dengan baik dan benar. Maka itu tinja harus dibuang pada
suatu tempat yaitu jamban. Jamban keluarga adalah suatu istilah yang digunakan sebagai
tempat pembuangan kotoran manusia dalam suatu keluarga. Semua anggota keluarga harus
menggunakan jamban untuk membuang tinja, baik anak-anak (termasuk bayi dan balita) dan
orang dewasa. Pembuatan jamban keluarga yang sehat, sebaiknya mengikuti beberapa syarat,
yaitu: tidak mengotori tanah maupun air permukaan di sekeliling jamban tersebut, tidak dapat
terjangkau oleh serangga, terutama lalat dan kecoak, tidak menimbulkan bau, mudah
dipergunakan dan dipelihara, sederhana serta dapat diterima oleh pemakainya.10

8
BAB III

PERMASALAHAN DI MASYARAKAT

Berdasarkan permasalahan yang ada :


 Masih kurangnya pengetahuan warga mengenai jamban sehat

 Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai resiko bahaya penggunaan jamban tidak


sehat yang bisa menyebabkan berbagai penyakit

 Desa atau Kelurahan ODF hanya 7,69% dari taget 25 %

9
BAB IV

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Bedasarkan pada permasalahan yang ditemukan, salah satu perencanaan dan pemilihan
intervensi adalah dengan melakukan kegiatan penyuluhan mengenai jamban sehat yang
dilakukan di Puskesmas Maron pada tanggal 21 Agustus 2018.

10
BAB V
PELAKSANAAN INTERVENSI

5.1 Waktu dan Tempat


Waktu pelaksaan : 08.00 – 10.30
Tanggal pelaksaan : 21 Agustus 2018
Tempat pelaksaan : Puskesmas Maron

5.2 Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam penyuluhan ini adalah warga

5.3 Media Penyuluhan


Melalui slide power point

5.4 Petugas Kesehatan


1. dr. Juta Nata Zelly
2. Edi Wijono
3. Suhaemi
4. Yenni
5. Yoki

11
MONITORING DAN EVALUASI

12
BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai