Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

PENGELOLAAN TINJA

OLEH:

Kelompok 7

KHAIRUNNISA ASSYARIFAH K011191217

ELMA EMBONG BULAN K011191207

YUNIFITRYANI K011191216

LAELA ALFIONITA DEWI K011191213

ANDI NISA F. AFIDAH K011191201

ADINDA FEBRIANI K011191220

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Fakta Masalah
Tinja atau feses atau dalam bahasa kasarnya disebut tahi adalah
produk buangan saluran pencernaan manusia dan hewan yang dikeluarkan
melalui anus atau kloaka. Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat
terjadi (bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap 1 atau 2
hari hingga beberapa kali dalam sehari. Pengerasan tinja atau feses yang
menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi buang air
besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut
konstipasi/sembelit. Sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu,
menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air
besar disebut diare atau mencret. Bau khas dari tinja atau feses disebabkan
oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole,
dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan gas hidrogen sulfida.

B. Pertanyaan Masalah
1. Bagaimana pembuangan tinja yang baik agar tidak merusak lingkungan?
2. Baggaimana karakteristik lumpur limbah (tinja)?
3. Penyakit apa yang ditimbulkan akibat pembuangan tinja yang tidak benar?
4. Bagaimana cara mencegah penyakit akibat tinja?
5. Bagaimana teknik pembuangan tinja?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembuangan tinja dengan baik.
2. Untuk mengetahui karakteristik lumpur limbha (tinja).
3. Untuk mengetahui penyakit yang ditimbulkan akibat pembuangan tinja
yang tidak benar.
4. Untuk mengetahui cara mencegah penyakit akibat tinja.
5. Untuk mengetahui bagaimana teknik pembuangan tinja.
BAB II
PEMBAHASAN

A. TABEL REKAP HASIL PENELITIAN


NAMA/
NO ISI JURNAL
NIM
1. Khairunnisa Penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah yaitu Hookworm
Assyarifah/ (cacing Tambang) Telur keluar bersama tinja setelah menetas dalam
K011191217 waktu satu sampai dua hari keluarlah larva Rhabditiform. Setelah 5-10
akan tumbuhmenjadi larva filariform dan dapat menembus kulit kaki
manusia, masuk kedalam paru-paru mealui aliran darah. Larva dapat
masuk ke dalam tubuh hospes lain melalui air minum atau makanan
yang terkontaminasi. Hal tersebut berpotensi akan terjadinya cacingan
pada manusia.
2. Elma Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima
Embong pilar (Stop Buang air besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun,
Bulan/ Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan
K011191207 Sampah Rumah Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah
Tangga) akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi
masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan
keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan program
STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar
Sembarangan (Stop BABS). Fokus pertama dilakukan pada Stop
BABS karena pilar tersebut berfungsi sebagai pintu masuk menuju
sanitasi total serta merupakan upaya untuk memutus rantai kontaminasi
kotoran manusia terhadap air baku minum, makanan, dan lainnya
(Ditjen PP dan PL, 2011).
3. Yunifitriyani Berdasarkar hasil penelitian pada jurnal, perilaku stop buang air besar
/ sembarangan dapat diwujudkan dengan pembuatan jamban. Jamban
K011191216 dan tangki septik merupakan merupakan sarana buang air besar.
Pembuatan jamban dan tangki septik yang sehat perlu memenuhi
standar dan persyaratan kesehatan. Pembuatan jamban dan tangki
septik yang sehat perlu memenuhi standar dan persyaratan kesehatan.
Setiap keluarga harus memiliki akses dan menggunakan jamban sehat
sesuai standar kesehatan.
4. Laela Pengelolaan tinja ini dilakukan dengan harapan agar bakteri ataupun
Alfionita virus (dapat berupa Eschericia coli enterotoksigenic, Shigella sp,
Dewi/ Campylobacterjejuni, dan Cryptosporidium ataupun sejenisnya) tidak
K011191213 bersiklus hidup yang nantinya akan menyebabkan penyakit-penyakit
seperti Diare. Adapun faktor risiko diare dibagi menjadi 3 yaitu faktor
karakteristik individu, faktor perilaku pencegahan, dan faktor
lingkungan. Disini ketika pengelolaan tinja tidak baik maka
mikroorganisme penyebab diare dapat hidup dan berpindah ke dalam
tubuh manusia lewat bahan makanan yang ditanam di sekitar tempat
pengelolaan tinja lalu dipanen dan dijadikan makanan.
Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan
minuman. Virus atau bakteri tersebut akan sampai ke sel–sel epitel
usus halus dan akan menyebabkan infeksi, sehingga dapat merusak sel-
sel epitel tersebut. Sel–sel epitel yang rusak akan digantikan oleh sel-
sel epitel yang belum matang sehingga fungsi sel–sel ini masih belum
optimal. Selanjutnya,vili–vili usus halus mengalami atrofi yang
mengakibatkan tidak terserapnya cairan dan makanan dengan baik
5. Andi Nisa F. Berdasarkan hasil dari tabel 2 pada jurnal menunjukkan bahwa
Afidah/ pengelolaan tinja yang di kelola dengan baik sebanyak 62 responden
K011191201 atau 54,9%, sedangkan 51 responden atau 45,1% memiliki pengelolaan
tinja yang kurang baik.

Hasil penelitan dan observasi diketahui dari 113 responden 54,9%


responden sudah memiliki pengelolaan tinja yang baik, sedangkan
45,1% responden masih memiliki pengelolaan tinja yang kurang baik.
Hampir setengah dari keseluruhan responden masih memiliki
pengelolaan tinja yang kurang baik dimana mayoritas masyarakat yang
tinggal dipinggir sungai Karang Mumus tidak memiliki jamban
pribadi, adapun yang memiliki jamban pribadi saluran pembuangan
tinja langsung diarahkan ke sungai. Masih banyaknya terdapat jamban
cemplung yang dibangun dipinggir sungai menjadi sumber pencemaran
tinja pada sungai Karang Mumus.
6. Adinda Karakeristik lumpur limbah
Febriani/ Lumpur tinja di Kota Denpasar diambil dari pengolahan setempat
K011191220 berupa tangki septik, truk lumpur tinja, dan efluen di outlet IPLT
Suwung. Di pengolahan setempat, pengambilan sampel dilakukan
terhadap tangki septik yang belum dikosongkan selama 2 tahun (DPS-
ST-1) dan 8 tahun (DPS-ST-2). Hingga Tahun 2018, Kota Denpasar
memiliki 36 perusahaan swasta yang melayani jasa penyedotan lumpur
tinjadengan total 77 armada truk sedot tinja. Kapasitas truk lumpur
tinja di Kota Denpasar didominasi dengan ukuran 3 hingga 5 m3

Pengangkutan Lumpur Tinja


Mekanisme layanan penyedotan dan pengakutan lumpur tinja di Kota
Denpasar masih menggunakan pendekatanon call services atau
berdasarkan panggilan dari pelanggan.

B. PEMBAHASAN MASALAH

1. Pembuangan Tinja
Pembuangan tinja yang tidak saniter dapat menyebabkan
penyebaran berbagai macam penyakit. Hal ini dimulai dari tinja yang
terinfeksi mencemari air tanah atau air permukaan yang terkontaminasi
bibit penyakit yang berasal dari tinja kemudian air tersebut diminum oleh
manusia. Selain itu, dapat pula berasal dari lalat atau kecoa yang hinggap
di tinja yang terinfeksi kemudian lalat atau kecoa tersebut merayap pada
makanan atau tempat meletakkan makanan seperti piring dan sendok
untuk makan. Pengelolaan tinja yang tidak benar juga dapat
menimbulkan berbagai penyakit seperti, kolera, disentri, tifus
abdominalis dan berbagai jenis cacing dapat disebarkan melalui tinja
(Machfoedz, 2008)
Syarat pembuangan tinja yang baik diantaranya yaitu tidak
mengontaminasi tanah, tidak mengontaminasi sumber air tanah, tidak
mengontaminasi air permukaan, tidak dapat dicapai oleh berbagai hewan
seperti lalat, kecoak, tikus dan hewan lainnya dan tidak menimbulkan
bau yang tidak sedap serta pengangkutan tinja dalam bentuk segar harus
dihindari (Machfoeddz, 2008).

2. Karakeristik lumpur limbah


Lumpur tinja di Kota Denpasar diambil dari pengolahan setempat
berupa tangki septik, truk lumpur tinja, dan efluen di outlet IPLT
Suwung. Di pengolahan setempat, pengambilan sampel dilakukan
terhadap tangki septik yang belum dikosongkan selama 2 tahun (DPS-
ST-1) dan 8 tahun (DPS-ST-2). Hingga Tahun 2018, Kota Denpasar
memiliki 36 perusahaan swasta yang melayani jasa penyedotan lumpur
tinjadengan total 77 armada truk sedot tinja. Kapasitas truk lumpur tinja
di Kota Denpasar didominasi dengan ukuran 3 hingga 5 m3

3. Penyakit akibat pembuangan tinja yang tidak benar


Pemeriksaan feses dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
telur cacing ataupun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di
maksudkan untuk mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada
orang yang di periksa tinjanya. Infeksi cacing parasit tersebar luas dan
merupakan masalah kesehatan di daerah beriklim tropis seperti di
indonesia. Prevalensi infeksi kecacingan di Indonesia masih relatif tinggi,
kelompok ekonomi lemah juga mempunyai resiko tinggi terjangkit
penyakit kecacingan karena kurang adanya kemampuan dalam menjaga
hygine dalam sanitasi lingkungan tempat tinggalnya.
Penelitian di Indonesia menunjukkan penyakit parasit yang terkait
erat hubungannya dengan lingkungan hidup, masih menunjukkan
frekuensi yang sangat tinggi diberbagai daerah. Salah satu diantaranya
adalah penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah (Soil
Transmitted Helminths) dan Hookworm (cacing Tambang) ditularkan
melalui tanah. Telur keluar bersama tinja setelah menetas dalam waktu
satu sampai dua hari keluarlah larva Rhabditiform. Setelah 5-10 akan
tumbuhmenjadi larva filariform dan dapat menembus kulit kaki manusia,
masuk kedalam paru-paru mealui aliran darah. Larva dapat masuk ke
dalam tubuh hospes lain melalui air minum atau makanan yang
terkontaminasi.
Faktor penyebaran penyakit adalah kontaminasi tanah dengan tinja.
Telur tumbuh di tanah, lembab dan teduh dengan suhu optimum 30°C.
Pemakain tinja sebagai pupuk kebun merupakan sumber infeksi frekuensi
di Indonesia tinggi di beberapa daerah pedesaan di Indonesia
frekuensinya berkisar 30-90%. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini
adalah Nekatoriasis dan Ankilostomiasis. Selain itu dapat menyebabkan
anemia karena cacing tambang ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan tinja untuk menemukan telur cacing tambang. Dilihat dari
beberapa lokasitempat petani tersebut, memiliki kondisi tanah yang
lembab dengan suhu 28-320C merupakan tempat yang cocok untuk
pertumbuhan telur cacing. Persediaan air bersih jauh dari tempat kerja
sehingga setiap bekerja jarang mencuci kaki dan tangan sebelum
mengkonsumsi makanan.

4. Cara mencegah penyakit akibat tinja


Pencegahan penyakit akibat tinja bisa dilakukan dengan perilaku
hidup bersih dan sehat yaitu suatu upaya menyeluruh dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat yang termasuk dalam hal higiene
dan sanitasi yang benar dan sehat. Salah satu cerminan sanitasi dan
hiegiene adalah pengadaan dan pengunaan jamban dan tangki septik pada
rumah tangga. Upaya pencegahan tersebut mencakup pola Hidup Bersih
dan Sehat di rumah tangga, tidak melakukan BABS (buang air besar
sembarangan), mencuci tngan dengan benar, penggunaan air bersih
dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak, mandi, hingga untuk
kebutuhan air minum,serta membuat tangki septik yang benar di rumah
tangga.

5. Teknik Pembuangan Tinja


a. Sistem Jamban (Privy Method)
1) Jamban tipe utama (Jamban Cubluk, Jamban air, Jamban Leher
Angsa).

2) Jamban tipe kurang dianjurkan.

3) Jamban untuk situasi khusus


b. Sistem aliran air (Water Carried Method)
a) Pembuangan dengan system Pengenceran.

b) Kolam Pembuangan.

c) Sumur Peresapan.

d) Sistem Tangki pembusukan

A. Faktor penyebab dan Aspek Kesehatan


Macam-macam penyakit bisa timbul akibat pembuangan tinja yang
tidak saniter. Hal ini dimulai dari tinja yang terinfeksi mencemari air tanah
atau air permukaan yang terkontaminasi bibit penyakit yang berasal dari
tinja kemudian air tersebut diminum oleh manusia. Selain itu, dapat pula
berasal dari lalat atau kecoa yang hinggap di tinja yang terinfeksi
kemudian lalat atau kecoa tersebut merayap pada makanan atau tempat
meletakkan makanan seperti piring dan sendok untuk makan. Pengelolaan
tinja yang tidak benar juga dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti,
kolera, disentri, tifus abdominalis dan berbagai jenis cacing dapat
disebarkan melalui tinja.
B. Solusi
Sebagai Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, adapun solusi yang
dapat kami tawarkan untuk meminimalisir terjadinya penyebaran penyakit
akibat pengolahan tinja yang tidak benar adalah dengan perilaku hidup
bersih dan sehat yaitu suatu upaya menyeluruh dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat yang termasuk dalam hal higiene dan sanitasi yang
benar dan sehat. Salah satu cerminan sanitasi dan hiegiene adalah
pengadaan dan pengunaan jamban dan tangki septik pada rumah tangga.
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Tinja mengandung sekitar 2 milyar fecal coliform dan 450 juta fecal
streptococci (Sarudji, 2010). Syarat pembuangan tinja yang baik diantaranya
yaitu tidak mengontaminasi tanah, tidak mengontaminasi sumber air tanah,
tidak mengontaminasi air permukaan, tidak dapat dicapai oleh berbagai
hewan seperti lalat, kecoak, tikus dan hewan lainnya.

B. SARAN
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan
sampaikan kepada saya. Apabila ada terdapat kesalahan, mohon dapat
dimaafkan dan dimaklumi karena kami adalah hamba-Nya yang tak luput dari
salah, khilaf dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA

Adinda Febriani: Muhammad Sonny Abfertiawan, Pham Ngoc Bao, Widia


Rahmawati Pahilda, dan Muhammad Fahmi Hakim.2019. Studi Kondisi Eksisting
Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat di Kota Denpasar.17(3): 443-
451.

Andi Nisa: Putri Hatifah, Andi Anwar dan Risva.2018.Faktor-Faktor Yang


Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis E.Coli Sungai Karang Mumus Serta
Gejala Diare Pada Balita di Kelurahan Bandara Kecamatan Sungai Pinang Kota
Samarinda: 159-168

Elma Embong Bulan ; Poltje D. Rumajar , Dismo Katiandagho , Daniel Robert .


2019. Analisis Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat ( STBM) di Wilayah Kerja Puskesmas Mangitidu Kabupaten
Kepl.Sanghie (Studi Di Desa Taloarane I): 11

Khairunnisa Assyarifah: Erlan Aritonang,.2018. Analisa Telur Cacing Tambang


Pada Tinja Petani Kebun Sayur Usia 35-36 Tahun Di Desa Saribudolok
Kecamatan Silima Kuta Kabupaten Simalungun: 2-3

Laela Alfionita Dewi: Anggraini,fitrijani dan reni nuraeni.Pusat Litbang


Permukiman, Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum.The Operation of The
Treatment Plant Sludge : Economic benefit or Environmental Impact?.Journal
Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.2, Juli 2015, hal 78-139.

Yunifitriyani: Meylis Safriani,Enda Silvia Putri.2019. Promosi manfaat jamban


dan tangki septik serta peningkatan PHBS di desa Lueng Baro Kabupaten Nagan
Raya: 33-39

Anda mungkin juga menyukai