KEPULAUAN
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan tuntunanNya
kami sebagai mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi telah
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, selain untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Kesehatan Lingkingan Kawasan Pesisir dan Kepulauan juga sebagai media pembelajaran bagi
kita semua untuk mengetahui tentang Pembuangan Kotoran Manusia di Kawasan Pesisir dan
Kepulauan.
Jika ada salah kata atau penulisan,kami sebagai penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan pada
umumnya.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1. Sanitasi........................................................................................................................ 3
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran, dan sebagainya, juga air, tanah, serangga dan
bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sanitasi
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang.
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare membunuh satu anak di dunia
ini setiap 15 detik, karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan
masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan
potensi sumber daya manusia pada skala nasional.Kondisi seperti ini dapat dikendalikan
melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil
studi WHO tahun 2017, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses
masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, 39%
prilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga. Integrasi dari ketiga perilaku
intervensi tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94% (Pinontoan dan Sumampouw,
2017).
Pada tahun 2015 target Millenium Development Goals (MDGs) di bidang sanitasi adalah
menurunkan separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman
serta fasilitas sanitasi dasar (Suninget al, 2014). Namun hasil studi Indonesia Sanitation
Sector Development Program (ISSDP) pada tahun 2006 menyebutkan terdapat 47%
masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat
terbuka. Hasil survey Susenas tahun 2014 menunjukkan 61,66% rumah tangga yang
memiliki akses terhadap sanitasi layak (Kemenkes RI, 2015)
2. Protozoa
a. Entamoeba Histolitica. Dysentri
3. Helmintes (cacing)
a. Ascaris Lumbricodies(cacing gelang). Ascariasis(cacingan)
b. Trichuris Trichiura(cacing cambuk) Trichinasis
Dalam hal pencegahan penularan penyakit tersebut perlu diketahui beberapa faktor pada
transmisinya, yang menurut haryoto Kusnoputranto ada beberapa faktor transmisinya yaitu:
1. Agen penyebab penyakit (cauatif/etiological agent)
5
2. Cara menghindarinya dari reservoir
3. Reservor atau sumber infeksi dari agen
4. Cara transmisi dari reservoir kepada penjamu yang potensial
Dari faktor-faktor diatas tersebut, jika tidak ada salah satunya maka penularan penyakit tidak
akan terjadi dengan sendirinya. Upaya lain dalam pencegahan penyakit yang bersumber dari
tinja adalah dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit melalui peningkatan sanitasi
yaitu pencegahan pencemaran oleh tinja terhadap sumber air dan tanah agar tidak mencapai
penjamu
Pemutusan mata rantai penularan penyakit dapat dilakukan dengan menyelenggarakan
pembuangan tinja yang baik dan menggunakan sarana yang baik pula. Sarana pembuangan
tinja yang baik adalah dengan menggunakan jamban/kakus.
Sarana pembuangan tinja itu sendiri terbagi atas beberapa bagian yaitu: rumah kakus, lantai
kakus (slab), tempat duduk (bowl), tempat penampungan tinja (pit/tank) dan saluran
peresapan.
Bagian-bagian diatas tersebut merupakan suatu rangkaian/sarana pembuangan tinja yang dalam
prakteknya dapat berfariasi baik dalam jumlah bagian ataupun bentuk konstruksi serta dapat
pula di modifikasi. Namun secara fungsi dari unsure/sarana tersebut mempunyai arti dan
kegunaan tersendiri.
Pembungan Kotoran
Pengertian dengan kotoran disini adalah feses atau najis manusia. Najis atau feses
manusia selalu dipandang sebagai benda yang berbahaya bagi kesehatan. Berikut ini
adalah pertimbangan pembuangan kotoran :
a. Tidak menjadi sumber penularan penyakit
b. Tidak menjadi makanan dan sarang vektor penyakit.
c. Tidak menimbulkan bau busuk.
d. Tidak merusak keindahan,
e. Tidak menyebabkan atau menimbulkan pencemaran kepada sumber-sumber air
minum.
6
Menentukan Letak Pembuangan Kotoran
Untuk menentukan letak pembuangan kotoran, terlebih dahulu kita harus memperhatikan
ada atau tidaknya sumber-sumber air terdekat. Pertimbangkan jarak yang harus diambil
antara tempat pembuangan kotoran dan sumber air, serta perhatikan bagaimana keadaan
tanah, kemiringannya, permukaan air tanah, pengaruh banjir pada musim hujan dan
sebagainya. (Mubarak dan Chayatin, 2009).
Buang Air Besar Sembarangan
Buang air besar merupakan bagian yang penting dari ilmu perilaku dan kesehatan
masyarakat. Pembuangan tinja yang memenuhi syarat merupakan suatu kebutuhan
kesehatan masyarakat, yang selalu bermasalah, diakibatkan perilaku buang air besar yang
tidak sehat. Perilaku buang air besar yang tidak sehat ini misalnya buang air besar
disungai yang menjadi sarana penularan penyakit, buang air besar di pekarangan atau
tanah terbuka, buang air besar di parit atau selokan, buang air besar disaluran irigasi
sawah, dan buang air besar dipantai atau laut.Tempat-tempat ini adalah tempat yang tidak
layak dan tidak sehat untuk buang air besar karena dapat menimbulkan masalah baru
yang dapat mebahayakan kesehatan manusia (kusnoputranto, 2001.
Perilaku buang air besar (BAB) sembarangan masih terjadi di Indonesia. Di sejumlah
daerah, masyarakat masih BAB sembarangan di kali atau sungai. Data Joint Monitoring
Program WHO/UNICEF 2014, sebanyak 55 juta penduduk di Indonesia masih
berperilaku BAB sembarangan. Mereka pun bisa mandi dan mencuci pakaian di sungai
yang sama. Akibatnya, mereka rentan terkena penyakit diare. Selain diare, balita mudah
terserang pneumonia dari pencemaran tinja melalui udara.
Dampak penyakit yang paling sering terjadi akibat buang air besar sembarangan ke
sungai adalah Escherichia coli. Itu merupakan penyakit yang membuat orang terkena
diare. Setelah itu bisa menjadi dehidrasi, lalu karena kondisi tubuh turun maka masuklah
penyakit-penyakit lain
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2012, sebanyak 39-40 juta
orang yang buang air besar sembarangan, itu termasuk orang yang mempunyai WC,
namun masih membuang kotorannya ke sungai. Riset yang dilakukan UNICEF dan
WHO, juga menyatakan lebih dari 370 balita Indonesia meninggal akibat perilaku buruk
BAB sembarangan.
7
Badan pusat Statistik (BPS) mengelompokan buang air besar berdasarkan tempat yang
digunakan sebagai berikut :
1. Buang air besar ditangki septic
Adalah buang air besaryang sehat dan dianjurkan oleh ahli kesehatan yaitu dengan
membuang tinja ditangki septic yang digali di tanah dengan syarat-syarat tertentu.
2. Buang air besar tidak ditangki septic atau tidak menggunakan jamban.Buang air besar
tidak di tangki septic atau tidak dijamban ini adalah perilaku buang air besar yang tidak
sehat, karena dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
FarhaAssagaff. 2021. Gambaran sarana sanitasi di kawasan pesisir (studi di RT Dusun Hurnala
1 Desa Tulehu Kecamatan Salahutu). Jurnal csdforum
sumber : Kementerian Kesehatan RI.Pelatihan Stop Buang Air Besar Sembarangan. Jakarta:
Ditjen pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. 2014.
http://dinkes.sumutprov.go.id/artikel/buang-air-besar-sembarangan-babs
10