Anda di halaman 1dari 14

PEMBUANGAN KOTORAN KOTORAN MANUSIA DI KAWASAN PESISIR DAN

KEPULAUAN

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2

1. Mikhael Setiawan 19111101111


2. Arlin Tongkotou 19111101120
3. Moh Afief Mokodompit 19111101142
4. Mega Kansil 19111101173
5. Eklesia Faysa Luminda 19111101173
6. Ramona Sasolo 19111101175
7. Winiarty Andolo 19111101178
8. Aulia Mokoginta 19111101199

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan tuntunanNya
kami sebagai mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi telah
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, selain untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Kesehatan Lingkingan Kawasan Pesisir dan Kepulauan juga sebagai media pembelajaran bagi
kita semua untuk mengetahui tentang Pembuangan Kotoran Manusia di Kawasan Pesisir dan
Kepulauan.

Jika ada salah kata atau penulisan,kami sebagai penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan pada
umumnya.

Manado, Maret 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1. Sanitasi........................................................................................................................ 3

2.2. Hubungan Tinja dengan Kesehatan Masyarakat......................................................... 3

2.3. Peran Tinja Dalam Mata Rantai Penularan Penyakit..................................................4

2.4. Penyakit yang Disebabkan Oleh Tinja .......................................................................5

2.5. Pembuangan Kotoran..................................................................................................6

2.6. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Masyarakat Pesisir Menggunakan Pantai sebagai WC


Umum dan Cara Mengatasinya.............................................................................................. 8

BAB III PENUTUP..................................................................................................................9

3.1. Kesimpulan..................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi masyarakat pesisir secara umum lebih dominan adalah masyarakat nelayan yang
masih tradisional berada dalam kondisi atau dibawah garis kemiskinan. Sebagai akibat
darimasalah ekonomi tersebut mereka kurang memperhatikan masalah kesehatan dan
kebersihan. Salah satu contohnya tidak membuat suatu tempat pembuangan kotoran(toilet)
akibatnya akan berdampak pada tercemarnya lingkungan pesisir pantai bahkanakan
berdampak pula pada kesehatan. Diiketahui bahwa jamban atau WC yang pesisir hanya
beberapa yang memenuhi standar kelayakan.
Menurut Notoatmodjo (2003 : 14) pembuangan kotoran manusia merupakan masalah
pokokkarena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks.Beberapa penyakit yang disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tipus,
diare,disentri, kolera, bermacam-macam cacing seperti cacing gelang, kremi, tambang dan
pita. Oleh karena itu, diperlukan kebersihan jamban sebagai tempat pembuangan kotoran.
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Hal-hal yang harus dikeluarkan dari tubuh ini
terbentuk tinja (fecces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Untuk
mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka
pembuangan kotoran harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di
suatu tempat yang tertentu atau jamban yang sehat.Dilihat dari segi kesehatan masyarakat,
masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini
mungkin diatasi, karena kotoran (tinja) manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks.
Menurut Depkes RI 2005, syarat-syarat jamban sehat adalah pembuangan kotoran yang tidak
mengotori tanah permukaan, tidak mengotori air tanah, memiliki rumah kakus, Kamis harus
tertutup dan terlindungi, lantai sebaiknya semen, dan kotoran tidak terbuka dapat mengurangi
kejadian diare karena tidak tersedia media bagi lalat untuk bertelur dan berkembang biak.
Penyebaran penyakit yang bersumber pada tinja dapat melalui berbagai macam jalan atau
cara. Peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar. Di samping dapat langsung

1
mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran, dan sebagainya, juga air, tanah, serangga dan
bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu sanitasi ?
2. Bagaimana hubungan tinja dengan kesehatan masyarakat?
3. Apa peran tinja dalam mata rantai penularan penyakit ?
4. Apa saja penyakit yang disebabkan oleh tinja ?
5. Apa itu pembuangan kotoran ?
6. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat pesisir menggunakan pantai
sebagai wc umum dan bagaimana cara mengatasinya ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sanitasi
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan tinja dengan kesehatan masyarakat
3. Untuk mengetahui peran tinja dalam mata rantai penularan penyakit
4. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang disebabkan oleh tinja
5. Untuk mengetahui apa itu pembuangan kotoran
6. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat pesisir
menggunakan pantai sebagai wc umum dan bagaimana cara mengatasinya

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sanitasi
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang.
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare membunuh satu anak di dunia
ini setiap 15 detik, karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan
masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan
potensi sumber daya manusia pada skala nasional.Kondisi seperti ini dapat dikendalikan
melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil
studi WHO tahun 2017, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses
masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, 39%
prilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga. Integrasi dari ketiga perilaku
intervensi tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94% (Pinontoan dan Sumampouw,
2017).
Pada tahun 2015 target Millenium Development Goals (MDGs) di bidang sanitasi adalah
menurunkan separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman
serta fasilitas sanitasi dasar (Suninget al, 2014). Namun hasil studi Indonesia Sanitation
Sector Development Program (ISSDP) pada tahun 2006 menyebutkan terdapat 47%
masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat
terbuka. Hasil survey Susenas tahun 2014 menunjukkan 61,66% rumah tangga yang
memiliki akses terhadap sanitasi layak (Kemenkes RI, 2015)

2.2 Hubungan Tinja dengan Kesehatan Masyarakat


Tinja manusia sangat berhubungan dengan kesehatan masyarakat karena tinja mausia sangat
berperan dalam jalur transmisi dan penyebaran secara luas dari berbagai macam penyakit
menular. Beberapa diantaranya merupakan penyebab utama dari kesakitan dan kematian
(Depkes RI, 1984). Seperti kita ketahui tinja/kotoran manusia mengandung berbagai
mikroorganisme patogen seperti virus, protozoa, bakteri dan cacing. Mikroorganisme ini
dapat dibawa oleh air, makanan dan minuman seta serangga yang dapat menjadi sarana
transmisi terhadap orang yang peka/lemah daya tahannya. Khususnya pada penyakit perut
seperti kolera, thypus, disentri dan diare serta infeksi lainnya, misalnya penyakit yang
3
disebabkan oleh virus hepatitis infektiosa. Oleh karena itu masalah pembuangan tinja sangat
berhubungan dengan kesehatan masyarakat dimana hubungan itu dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung.

2.3 Peran Tinja dalam Mata Rantai Penularan Penularan Penyakit


Kotoran manusia menurut Azrul Azwar (1986) diartikan sebagai berikut : “segala benda atau
zat yang dihasilkan oleh tubuh dan dipandang tidak berguna lagi sehingga perlu di keluarkan
untuk di buang”Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan
dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari
proses pernafasan, keringat, lender dari ekskresi kelenjar dan sebagainya (Soeparman, 2002).
Ditinjau dari pengertian ini, jelas bahwa yang disebut kotoran manusia sebenarnya mencakup
bidang yang sangat luas. Hanya saja dalam ilmu kesehatan lingkungan yang lebih
dipentingkan adalah soal tinja dan air seni, karena kedua jenis kotoran manusia ini memiliki
karakteristik tersendiri yang dapat menjadi sumber penyebab terjadinya berbagai penyakit.
Tinja dapat mengandung berbagai mikroorganisme patogen yang dapatdibawa oleh air,
makanan dan minuman, lalat/serangga yang menjadi sarana transmisi kepada orang yang
peka atau lemah daya tahan tubuhnya.
Mikroorganisme yang terdapat dalam tinja ini akan menyebabkan atau disebarkan melalui
berbagai cara yaitu:
a. Melalui kontak langsung
Bila seseorang setelah mencuci kotoran dengan tangan bila tidak dicuci bersih dapat berpindah
pada makanan atau minuman yang di pegangnya kemudian dimakan orang lain. Demikian
pula secara langsung cacing tambang dapat memasuki tubuh manusia apalagi terinjak
kotoran/tinja mengandung cacing tambang.
b. Melalui sarana lain (kontak tak langsung)
c. Melalui air
Air di bagian permukaan tanah dapat mengalir membawa kotoran, tinja yang dilalui dan
menuju ke sumber air bagi masyarakat (proses kontaminasi) dan air ini digunakan
masyarakat tanpa pengolahan sempurna akan dapat ketularan penyakit tersebut. Air dalam
tanah akan merembes membawa mikroorganisme tersebut kedalam sumber air tanah
(tercemar) dan digunakan orang lain untuk keperluan sehari-hari akan dapat ketularan pula.
4
d. Melalui serangga dan tikus
Serangga seperti lalat, kecoa, semut serta tikus dapat pula memindahkan mikroorganisme dari
tinja kepada makanan dan minuman yang akan di makan dapat pula membahayakan
kesehatan orang lain.
e. Melalui lingkungan lainnya seperti tumbuh-tumbuhanyang terkontak langsung dengan
tinja, misalnya sayur-sayuran yang di pupuk dengan tinja.
Pencegahan penyakit yang bersumber dari tinja manusia telah disebutkan bahwa penyakit
yang penularannya melalui tinja manusia merupakan penyebab kematian maupun cacat.
Tetapi sebagian besar penyakit itu dapat dikendalikan

2.4 Penyakit yang Disebabkan Oleh Tinja


Penyakit yang dapat disebarkan melalui tinja adalah penyakit-penyakit yang penyebabnya
dan bibit penyakitnya bisa terdapat didalam tinja tersebut seperti: vibrio cholera, amoeba,
salmonella, virus, infeksi cacing serta bahan racun. Penyakit yang sering timbul dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Bakteri
a. Vibriocholerae Cholera
b. Salmonella Typhi Tipes
c. Shigella Dysentri
d. Salmonella Diare

2. Protozoa
a. Entamoeba Histolitica. Dysentri

3. Helmintes (cacing)
a. Ascaris Lumbricodies(cacing gelang). Ascariasis(cacingan)
b. Trichuris Trichiura(cacing cambuk) Trichinasis

Dalam hal pencegahan penularan penyakit tersebut perlu diketahui beberapa faktor pada
transmisinya, yang menurut haryoto Kusnoputranto ada beberapa faktor transmisinya yaitu:
1. Agen penyebab penyakit (cauatif/etiological agent)
5
2. Cara menghindarinya dari reservoir
3. Reservor atau sumber infeksi dari agen
4. Cara transmisi dari reservoir kepada penjamu yang potensial

Dari faktor-faktor diatas tersebut, jika tidak ada salah satunya maka penularan penyakit tidak
akan terjadi dengan sendirinya. Upaya lain dalam pencegahan penyakit yang bersumber dari
tinja adalah dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit melalui peningkatan sanitasi
yaitu pencegahan pencemaran oleh tinja terhadap sumber air dan tanah agar tidak mencapai
penjamu
Pemutusan mata rantai penularan penyakit dapat dilakukan dengan menyelenggarakan
pembuangan tinja yang baik dan menggunakan sarana yang baik pula. Sarana pembuangan
tinja yang baik adalah dengan menggunakan jamban/kakus.
Sarana pembuangan tinja itu sendiri terbagi atas beberapa bagian yaitu: rumah kakus, lantai
kakus (slab), tempat duduk (bowl), tempat penampungan tinja (pit/tank) dan saluran
peresapan.
Bagian-bagian diatas tersebut merupakan suatu rangkaian/sarana pembuangan tinja yang dalam
prakteknya dapat berfariasi baik dalam jumlah bagian ataupun bentuk konstruksi serta dapat
pula di modifikasi. Namun secara fungsi dari unsure/sarana tersebut mempunyai arti dan
kegunaan tersendiri.

2.5 Pembuangan Kotoran

 Pembungan Kotoran
Pengertian dengan kotoran disini adalah feses atau najis manusia. Najis atau feses
manusia selalu dipandang sebagai benda yang berbahaya bagi kesehatan. Berikut ini
adalah pertimbangan pembuangan kotoran :
a. Tidak menjadi sumber penularan penyakit
b. Tidak menjadi makanan dan sarang vektor penyakit.
c. Tidak menimbulkan bau busuk.
d. Tidak merusak keindahan,
e. Tidak menyebabkan atau menimbulkan pencemaran kepada sumber-sumber air
minum.
6
 Menentukan Letak Pembuangan Kotoran
Untuk menentukan letak pembuangan kotoran, terlebih dahulu kita harus memperhatikan
ada atau tidaknya sumber-sumber air terdekat. Pertimbangkan jarak yang harus diambil
antara tempat pembuangan kotoran dan sumber air, serta perhatikan bagaimana keadaan
tanah, kemiringannya, permukaan air tanah, pengaruh banjir pada musim hujan dan
sebagainya. (Mubarak dan Chayatin, 2009).
 Buang Air Besar Sembarangan
Buang air besar merupakan bagian yang penting dari ilmu perilaku dan kesehatan
masyarakat. Pembuangan tinja yang memenuhi syarat merupakan suatu kebutuhan
kesehatan masyarakat, yang selalu bermasalah, diakibatkan perilaku buang air besar yang
tidak sehat. Perilaku buang air besar yang tidak sehat ini misalnya buang air besar
disungai yang menjadi sarana penularan penyakit, buang air besar di pekarangan atau
tanah terbuka, buang air besar di parit atau selokan, buang air besar disaluran irigasi
sawah, dan buang air besar dipantai atau laut.Tempat-tempat ini adalah tempat yang tidak
layak dan tidak sehat untuk buang air besar karena dapat menimbulkan masalah baru
yang dapat mebahayakan kesehatan manusia (kusnoputranto, 2001.
Perilaku buang air besar (BAB) sembarangan masih terjadi di Indonesia. Di sejumlah
daerah, masyarakat masih BAB sembarangan di kali atau sungai. Data Joint Monitoring
Program WHO/UNICEF 2014, sebanyak 55 juta penduduk di Indonesia masih
berperilaku BAB sembarangan. Mereka pun bisa mandi dan mencuci pakaian di sungai
yang sama. Akibatnya, mereka rentan terkena penyakit diare. Selain diare, balita mudah
terserang pneumonia dari pencemaran tinja melalui udara.
Dampak penyakit yang paling sering terjadi akibat buang air besar sembarangan ke
sungai adalah Escherichia coli. Itu merupakan penyakit yang membuat orang terkena
diare. Setelah itu bisa menjadi dehidrasi, lalu karena kondisi tubuh turun maka masuklah
penyakit-penyakit lain
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2012, sebanyak 39-40 juta
orang yang buang air besar sembarangan, itu termasuk orang yang mempunyai WC,
namun masih membuang kotorannya ke sungai. Riset yang dilakukan UNICEF dan
WHO, juga menyatakan lebih dari 370 balita Indonesia meninggal akibat perilaku buruk
BAB sembarangan.
7
Badan pusat Statistik (BPS) mengelompokan buang air besar berdasarkan tempat yang
digunakan sebagai berikut :
1. Buang air besar ditangki septic
Adalah buang air besaryang sehat dan dianjurkan oleh ahli kesehatan yaitu dengan
membuang tinja ditangki septic yang digali di tanah dengan syarat-syarat tertentu.
2. Buang air besar tidak ditangki septic atau tidak menggunakan jamban.Buang air besar
tidak di tangki septic atau tidak dijamban ini adalah perilaku buang air besar yang tidak
sehat, karena dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

2.6 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Masyarakat Pesisir Menggunakan Pantai sebagai WC


Umum dan Cara Mengatasinya

 Adapun faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat pesisir menggunakan pantai sebagai


WC umum yaitu :
 Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pesisir yang menyebabkan kurangnya
kesadaran akan bahaya yang timbul.
 Rendahnya pendapatan masyarakat pesisir juga menyebabkan masyarakatnya tidak
dapat membangun toilet sendiri

 Adapun upaya untuk mengatasi nya :


Memberikan sosialisasi atau arahan kepada masyarakat pesisir tentang bahaya membuang
tinja di sekitaran pesisir pantai dan sebaiknya pemerintah membangun WC umum
disekitar pantai agar tidak ada lagi masyarakat pesisir yang membuang tinja di pesisir
pantai.

8
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

9
DAFTAR PUSTAKA

Andre Stif Tolondang*, Woodford B.S. Joseph*, Oksifriani J. Sumampouw*, GAMBARAN


SANITASI LINGKUNGAN PESISIR DI DESA WATULINEY KECAMATAN BELANG
KABUPATEN MINAHASA TENGGARA TAHUN 2021, Jurnal KESMAS, Vol. 10, No. 3,
Maret 2021

ELLIYANTI BR GINTING, 2019. SISTEM PEMBUANGAN TINJA DI DESA SUKATEPU


KECAMATAN NAMAN TERAN KABUPATEN KARO TAHUN 2019, KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN
KESEHATAN LINGKUNGAN KABANJAHE

FarhaAssagaff. 2021. Gambaran sarana sanitasi di kawasan pesisir (studi di RT Dusun Hurnala
1 Desa Tulehu Kecamatan Salahutu). Jurnal csdforum

JHOSEP SOEMARDJI,1989.PEMBUANGAN KOTORAN.KOTA TASIKMALAYA.JAWA


BARAT

sumber : Kementerian Kesehatan RI.Pelatihan Stop Buang Air Besar Sembarangan. Jakarta:
Ditjen pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. 2014.

http://dinkes.sumutprov.go.id/artikel/buang-air-besar-sembarangan-babs

10

Anda mungkin juga menyukai