Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I

PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

Dosen Pembimbing:

Elida Ulfiana, S.Kep., Ns., M.Kep.

Oleh :

KELOMPOK 6 A2-2018

1. Putri Alifian Sumarjo (131811133018)


2. Syafira Dhea Fitra N (131811133019)
3. Melynia Purwatiningrum (131811133020)
4. Ajeng Triska P.S (131811133028)
5. Hairunnisak (131811133029)
6. Halim Rahmat Zhafran (131811133131)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hidayah nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini penulis buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas I mengenai “PENGENDALIAN
PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kedapa berbagai pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaatbagi semua dan
supaya kita selalu berada di bawah lindunganNya.

Penulis

2020
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Berbasis Lingkungan (PBL) masih menjadi permasalahan hingga saat ini,
karena sebagai penyebab masalah kesehatan yang serius bahkan menjadi penyebab utama
kematian. PBL terjadi akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
menjaga kebersihan dan kesehatan yang mengakibatkan berbagai penyakit mudah muncul
dan berkembang. Salah satu penyakit berbasis lingkungan adalah Demam Berdarah (DB)
yang waktu kejadiannya setiap tahun di berbagai daerah, dan penyebarannya semakin luas
sehingga korban terus meningkat. Angka korban DB setiap tahunnya mengalami peningkatan
yang segnifikan. Pendapat pakar HL Blum mengatakan bahwa kesehatan lingkungan dan
perilaku manusia yang menjadi faktor dominan dalam mempengaruhi status kesehatan suatu
masyarakat. Semakin seseorang beperilaku dan gaya hidup sehat maka resiko masyarakat
mengalami gangguan kesehatan sangat rendah. Sama halnya juga dengan faktor lingkungan ,
semakin sehat lingkungan diaman seseorang hidup, bekerja, dan melakukan aktivitas sehari –
harinya maka makin rendah juga resiko seseorang mengalami gangguan kesehatan
(Nawalah,2012).

Banyak faktor yang berperan dalam keterkaitan timbulnya penyakit berbasis lingkungan
disuatu wilayah antaralain water borne, air borne deseases, vector born deseases, food borne
deseases, seperti dukungan dari suatu ekositem sebagai habitat dari berbagai vector,
peningkatan iklim global (global warming) yang dimana meningkatkan proses yang sangat
cepat terhadap perkembangbiakan nyamuk. Indonesia dikenal dengan peningkatan kepadatan
populasi penduduk yang dimana dijadikan hamparan kultur biakan dari berbagai macam
penyakit serta diajdkan persemaian subur bagi virus sekaligus sarana eksperimen rekaysa
genetik. Mobilisasi penduduk kemungkinan mejadi ekspor-impor penyakit yang tidak
mengenal batas wilayah, karena kemampuan mikorba pathogen untuk mengubah sifat dirinya
dari perjalanan waktu ke waktu. Misalnya, kurangnya kesadaran masyarakat dalam
mebiasakan perilaku hidup bersih dan sehat/perubahan perilaku yang mendukung aksesbilitas
agent dalam menginfeksi host serta pencemaran lingkungan yang cukup intens sebagai
konsekuensi oleh eksplorasi, manipulasi, dan eksploitasi terhadap lingkugan bilogis,
kimiawi, dan sosial. Tidak hanya itu berbagai kegiatan pembangunan manusiayang
dikerjakan secara mandiri, berkelompok ataupun yang sudah diprogramkan untuk
kepentingan Negara bahkan dunia yang terkadang menimbulkan berbagai dampak, yang
dimana faktor – faktor ini bisa menyababkan kerentanan terhadap kemampuan tubuh dalam
menangkal penyakit sehingga memunculkan bebagai penyakit menular berbasis lingkungan
yang dimana melengkapi koleksi penyakit di tanah air (Hasyim, 2008).

Berdasarkan dari terkumpunya berbagai data dan laporan, saat ini penyakit berbasis
lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. ISPA dan diare
yang merupakan penyakit berbasis lingkungan yang masuk dlam 10 besar penyakit selain
malaria, DBD, TB paru, filariasi, cacingan, penyakit kulit, keraunan, gizi buruk. Bedasarkan
aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasis ligkungan yang disebabkan karena tidak
terpenuhinya kebutuhan air bersih, pemanfaatn/fasilitas jamban yang masih rendah,
pembuangan sampah sembarangan yang diamana menyebabkan pencemaran tanah, air dan
udara, pencemaran limbah industry, pertanian, dan trasnportasi. Menurut Organisasi
kesehatan dunia (WHO) dari 7 miliar penduduk dunia masih ada sekitar 2,6 miliar orang
yang tidak memiliki akses toilet dan fasilitas sanitasi. WHO merangking negara – negara di
dunia dengan sanitasi buruk dan Inodonesia menduduki peringkat ke-3 (Wahyuningsih,
2013).

Untuk meningkatkan derajat kesehatan ,asyarakat, maka yang harus tercakup dalam
pelayanan kesehatan dasar adalah : a) Pendidika kesehtaan, b) Peningkatan pangan dan
Kecakupoan Gizi, c) Penyediaan air minum dan sanitasi dasar, d) Pekayanan kesehatan ibu
dan anak termasuk KB, e) Imunisasi, f) Pengobatan dan pengadaan obat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari kesehatan lingkungan ?


2 Apa definisi dari pengendalian vektor ?
3 Apa definisi dari penyakit berbasis lingkungan ?
4 Apasaja jenis – jenis vektor ?
5 Apasaja jenis – jenis penyakit berbasis lingkungan ?
6 Bagaiaman tujuan dari pengendalian vector ?
7 Bagaiama manajemen/ upaya pengendalian vector ?
8 Bagaiamana manajemen penyakit berbasis lingkungan ?
1.3 Tujuan
- Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui dan dapat memahami tentang kesehatan lingkungan.
2. Untuk mengetahui dan dapat memahami tentang pengendalian vector.
3. Untuk mengetahui dan memahmai tetang penyakit berbasis ligkungan.
- Tujuan Khusus :
1. Mengetahui pengertian dari kesehatan lingkungan.
2. Mengetahui pengertian dari pengendalian vector.
3. Mengetahui pengertian dari penyakit berbasih lingkungan.
4. Mengetahui jenis – jenis vector.
5. Mengetahui jenis – jenis penyakit berbasis lingkungan.
6. Mengetahui tujuan dari pengendalian vector.
7. Mengetahui manajemen/ upaya pengendalian vector.
8. Mengetahui manajemen penyakit berbasis lingkungan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah cabang dari ilmu kesehatan masyarakat yang mencakup
semua aspek alam dan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Kesehatan lingkungan menurut PP No. 60 Tahun 2014 adalah upaya pencegahan penyakit
dan /atau gangguankesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 kesehatan lingkungan adalah
sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya keriadaan
penyakit atau kelemahan.

Jadi dapat disimpulkan dari pengerrtian diatas bahwa Kesehatan lingkungan merupakan
bagian dari kesehatan masyarakat, yang memiliki tujuan untuk membina dan meningkatkan
derjat kesehatan dalam kehidupan sehari – hari baik secaara fisik, mental ataupun sosial
dengan cara penerapan pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan. Masalah
kesehatan lingkungan yang cukup signifikan terjadi di kota – kota besar pada zaman modern
dan pembangunan ini yang menjadi masalah yang sangat rumit dan memerlukan pemecahan
secara terorganisir.

Perlu diketahui bahwa kesehatan lingkungan adalah hal yang sangat penting bagi suatu
kehidupan, karena lingkungan merupakan tempat dimana manusia tinggal. Lingkungan yang
sehat dapat dikatakan sehat bila sudah memenuhi syarat – syarat lingkungan yang sehat,
antaralain :

a. Kondisi air
Air dikatakan sehat bila tidak berbau, tidak tercemar dan dapat dilihat kejernihannya.
b. Kondisi udara
Dikatakan udara sehat bila udara yang didalamnya terdapat yanh diperlukan contohnya
oksigen di dalamnya tidak tercemar oleh zat – zat yang merusak tubuh , misalnya zat
CO2.
c. Kondisi tanah
Tanah yang sehat adalah tanah yang baik untuk penanaman suatu tumbuhan, dan tidak
tercemar.
d. Suara/kebisingan
Yaitu kondisi dimana lingkungan tidak bising yang dapat mengganggu aktifitas/alat
pendengaran manusia.

Ruang lingkup kesehatan lingkugan (Ghandi, 2010), meliputi :


1. Penyediaan air bersih.
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran.
3. Pembuangan sampah padat.
4. Pengendalian vector.
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekstra manusia.
6. Pengendalian pencemaran udara.
7. Pengendalian radiasi.
8. Kesehatan kerja.
9. Pengendalian kebisingan.
10. Perumahan dan pemukiman.
11. Aspek kesehatan lingkungan dan trasnportasi
12. Perencanaan daerah perkotaan.
13. Pencegahan kecelakaan.
14. Rekreasi umum dan pariwisata.
15. Tindakan – tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemic/wabah.
16. Bencana alam dan perpindahan penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Lingkungan yang memiliki potensi dan daya dukung untuk menciptakan masyarakat
yang terbebas dari segala macama penyakit. Maka perlu kita ketahui beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan, antaralain :
1. Faktor Fisik
Faktor fisik berupa biotic dan abiotik, yang dimana faktor tersbeut berperan penting bagi
masyarakat dalam memperhatikan di mana tempat tinggal mereka akan dibangun. Jika
suatu rumah diangun di pedesaan., sudah tentu pembangunan disesuaikan dengan kondisi
pedesaan itu. Misalnya, kedaan air yang bersih terhindar dari pencemaran akan membawa
dampak yang baik bagi kesehatan masyarakat di pedesaan itu.
2. Faktor Sosial
Berupa tigkah laku, kepandaian, adat istiadat, di mana faktor tersebut berperan dalam
hubungan masyarakat dan lingkungannya. Miasalnya masyarakat yang tinggal di
kawasan rawan gempa, maka rumah yang meraka bagun di kawasan tersebut harus dibuat
dari bahan – bahan yang ringan namun kokoh. Disamping itu masyarakat juga berupaya
untuk menciptakan lingkungan yang sehat dengan usha – usaha tertentu. Misalnya,
masyarakat membuat bak penampungan sampah.
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berupa pekerjaan, pendapatan, kemiskinan, dimana pada umumnya di
lingkungan tersebut diduduki sebagian besar orang yang tidak mampu/ekonmi rendah,
maka secara tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan tempat
tinggalnya. Misalnya didaerah pemukiman yang kumuh, karena kondisi keuangan mereka
tidak memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan baik.

Pengaruh lingkungan yang tidak sehat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
anataralain :
1. Individu
Lingkungan yang bersih juga berpengaruh pada individu, khususnya pada kualitas kerja.
Sedangkan individu yang berada pada lingkungan yang tidak sehat, akan berada pada
produktivitas yang cenderung menurun. Udara, air, makanan, sandang, pangan, dan
seluruh kebutuhannya diambil dari lingkungan. Aka tetapi, berpengaruh terhadap
individu baik positif ataupun negative. Lingkungan sehat dan gizi yang cukup
dapatmenghindarkan setiap individu dari penyakit.
2. Keluarga
Keluarga yang sehat berasal dari lingkungan rumah yang sehat, maka kesehatan keluarga
dapat meningkat. Rumah yang cukup bersih dapat memebrikan kenyamanan bagi
penghuninya. Rumah yang ventilasinya cukup, dapat menghindarkan keluarga dari resiko
terjaidnya penyakit atau gangguan saluran pernapasan. Presentase kepemilikan rumah
sehat yang cenderung meningkat mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan
perilaku yang bisa memperbaiki tingkat kesehatan lingkungan. Karena bagi mayoritas
masyarakat kita, rumah tidak hanya sebagai tempat istirahat, tetapi juga sebagai tempat
berkumpul anggota keluarga, tetangga, behkan keluarga yang jauh. Dengan demikian,
dlam sebuah rumah yang tidak sehat dapat menjadi tempat saling menularnya penyakit
dan menjadi indikasi negative terhadap upaya meningkatkan kesehatan lingkungan.
3. Masyarakat
Lingkungan sehat akan membuat masyarakat terhindar dari penyakit. Tindakan
masyarakat membuang limbah sembarangan, akan berakibat terhadap kesehatan dan
kelangsungan hidup, timbulnya penyakit terhadap masyarakat yang tidak sehat, dan
timbulnya bencana akibat perbuatan tangan jahil masyarakat yang tidak terkontrol.

2.2 Pengendalian Vektor

2.2.1 Definisi

2.2.2 Tujuan Pengendalian Vektor

2.2.3 Jenis – Jenis Vektor

2.2.4 Manajemen / Upaya Pengendalian Vektor

2.3 Penyakit Berbasis Lingkungan

2.3.1 Definisi

2.3.2 Jenis – Jenis Penyakit Berbasis Lingkungan

2.3.3 Manajemen Penyakit Berbasis Lingkungan


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, H. 2008. Manajemen Penyakit Lingkungan Berbasis Wilayah. Jurnal Pelayanan


Kesehatan, 11(2): 72-76.

Kamilla, L., Suhartono, S., & Wahyuningsih, N. E. (2013). Hubungan praktek personal hygiene
ibu dan kondisisanitasi lingkungan rumah dengan kejadian diare pada balita di
pukesmas Kampung Dalam kcamatan Pontianak Timur. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia, 11(2), 138-143.

Nawalah, H., Qomaruddin, M. B., Hargono, R. 2012. Desa Siaga: Upaya Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan melalui Peran Bidang di Desa. The Indonesian
Journal of Public Health, 8(3): 91 -98.

RUSNI, N. (2013). Hubungan Sanitasi Dasar dengan Insiden Penyakit Berbasis Lingkungan di
Perumahan ADB I Desa Rantau Panyang Timur Kecamatan Meureubo Kabupaten
Aceh Barat (Doctoral dissertation, Universitas Teuku Umar Meulaboh).

Sumantri, H. A., & SKM, M. K. (2017). Kesehatan Lingkungan-Edisi Revisi. Perdana Media.

Soemirat, Juli. 2011. Kesehatan Lingkungan. Penerbit Gdjah Mada University Press. Jakarta.

World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari http://www.WHO.int.

Anda mungkin juga menyukai