Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang padat.
Dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk, Indonesia dihadapkan dengan
berbagai masalah kesehatan yang kompleks. Menurut ahli kesehatan HL. BLUM derajat
kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: lingkungan, perilaku, manusia,
dan pelayanan kesehatan. Sampai saat ini diketahui bahwa permasalahan penyakit
terbanyak yang terdapat di Indonesia masih didominasi oleh penyakit yang erat kaitannya
dengan masalah kesehatan lingkungan.
Jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan masih cukup tinggi walaupun berbagai
usaha telah dilakukan. Berbagai penyakit timbul di masyarakat, seperti diare, ISPA, TB
Paru, tetanus, malaria, dan DBD. Masalah kesehatan berbasis lingkungan ini disebabkan
oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya serta
perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah, mengakibatkan penyakit-penyakit
seperti diare, ISPA, dan lain-lain. Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan
menggambarkan belum optimalnya upaya kesehatan lingkungan.1
Puskesmas

sebagai

organisasi

kesehatan

fungsional

merupakan

pusat

pengembangan kesehatan masyarakat dalam hal membina peran serta masyarakat di


bidang kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat melalui program dan kegiatannya. Salah satu program wajib puskesmas
adalah program kesehatan lingkungan yang diharapkan akan membantu mengurangi
angka kejadian penyakit berbasis lingkungan. Di Puskesmas Andalas, salah satu penyakit
yang erat hubungannya dengan kesehatan lingkungan yaitu TB Paru yang menempati
urutan tertinggi dalam 10 penyakit berbasis lingkungan pada bulan Januari sampai
September 2015 sebanyak 61 kasus. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian mengingat
masalah kesehatan lingkungan sangat berdampak pada berbagai penyakit lainnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu untuk membahas
pengelolaan kesehatan lingkungan di Puskesmas Andalas.
1

1.2

Rumusan Masalah
Bagaimana pengelolaan kesehatan lingkungan dan pencapaiannya di wilayah kerja

Puskesmas Andalas?
1.3.

Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengelolaan kesehatan lingkungan dan pencapaiannya di wilayah kerja
Puskesmas Andalas.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui program kesehatan lingkungan di Puskesmas Andalas.
Mengetahui pencapaian program kesehatan lingkungan di Puskesmas Andalas.
Menganalisa permasalahan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas

1.4.

Andalas.
Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai program kesehatan lingkungan, pencapaian

program dan permasalahan kesehatan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Andalas.


1.5.
Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk kepada berbagai
literatur, laporan tahunan Puskesmas Andalas, laporan bulanan Puskesmas Andalas, dan
diskusi dengan Kepala Puskesmas serta pemegang program kesehatan lingkungan di
Puskesmas Andalas.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Kesehatan Lingkungan


Kesehatan menurut WHO adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan

sosial. Sedangkan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
memungkinkan

setiap

maupun

sosial

yang

orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Permasalahan kesehatan disebabkan oleh banyak hal. Menurut H.L. Blum, derajat kesehatan
2

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan.
Sedangkan kesehatan lingkungan sendiri didefinisikan sebagai suatu keseimbangan ekologi
yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia.2,3
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia), kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi
yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya mendefinisikan Kesehatan
Lingkungan sebagai suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula, dapat
disimpulkan pengertian kesehatan lingkungan adalah upaya perlindungan, pengelolaan, dan
modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi guna meningkatkan
kesehatan masyarakat.
2.2.

Ruang Lingkup dan Sasaran Kesehatan Lingkungan


Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang

esensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.
Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan
masyarakat. Pada Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 disebutkan bahwa upaya kesehatan
lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia,
biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Ruang lingkup Kesehatan Lingkungan antara lain :
A.

Menurut WHO :
Penyediaan air minum
Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
Pembuangan sampah padat
Pengendalian vektor
3

Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia


Higiene makanan, termasuk higiene susu
Pengendalian pencemaran udara
Pengendalian radiasi
Kesehatan kerja
Pengendalian kebisingan
Perumahan dan pemukiman
Aspek kesling dan transportasi udara
Perencanaan daerah dan perkotaan
Pencegahan kecelakaan
Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk.
Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
B. Menurut UU No 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan:
Penyehatan air dan udara
Pengamanan limbah padat/sampah
Pengamanan limbah cair
Pengamanan radiasi
Pengamanan kebisingan
Pengamanan vektor penyakit
4

Yang menjadi sasaran Kesehatan Lingkungan adalah sebagai berikut :


1. Tempat umum

: hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang

sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja

: perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.

4. Angkutan umum

: kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum.

5. Lingkungan lainnya

: misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada

dalam keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar-besaran,


reaktor/tempat yang bersifat khusus.

2.3.

Syarat - Syarat Fasilitas dalam Kesehatan Lingkungan di Indonesia


1) Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut:4
a. Syarat fisik

: Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.

b. Syarat kimia

: Kadar besi, maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,


kesadahan (maksimal 500 mg/l).

c. Syarat mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).


2) Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau sumur.
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
5

d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.


e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3) Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut
(UU No 23/1992):
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu pencahayaan, sirkulasi udara, ruang gerak
yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu privasi yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4) Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur (UU
No 23/1992):
a. Penimbunan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah
jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial
ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan

Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui


hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan
masalah-masalah ini secara efisien.
5) Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor
misalnya: pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit
malaria, nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), nyamuk Culex sp untuk
penyakit kaki gajah/filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya
dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus),
kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan nyamuk Anopheles sp,
Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah
penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk
mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.2
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing yang dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan
bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan
leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6) Makanan dan Minuman
Sasaran hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa
boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau
disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa
boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi (Kemenkes RI, 2004) :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.
7

7) Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan di antaranya pencemaran air, pencemaran tanah, dan
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out
door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta
gedung umum, bis kereta api, dan lain-lain. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah
kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan
daripada berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga
lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak
balita.
Masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis
data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi
penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.
Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata
membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata,
terganggunya jadwal penerbangan, dan terganggunya ekologi hutan.1
2.4.

Upaya Kesehatan Lingkungan di Indonesia


Upaya dasar kesehatan lingkungan yang sering dan penting dilakukan di puskesmas di

Indonesia antara lain sebagai berikut (Kepmenkes No 852/2008):


1. Klinik Sanitasi
Klinik sanitasi merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat melalui upaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit
dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Tujuan klinik
sanitasi secara umum adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
upaya preventif dan kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan terus menerus.
Ruang lingkup klinik sanitasi, di antaranya:
a. Penyediaan dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka pencegahan penyakit
diare, kecacingan, dan penyakit kulit.
b. Penyehatan perumahan/ lingkungan dalam rangka pencegahan penyakit ISPA/ TBParu/ DBD/ Malaria.
c. Penyehatan lingkungan kerja dalam rangka pencegahan penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan atau akibat kerja.
8

d. Penyehatan

makanan/minuman

dalam

rangka

pencegahan

penyakit

saluran

cerna/keracunan makanan.
Kegiatan klinik sanitasi dilakukan di dalam dan di luar gedung.
a. Di dalam gedung
Setiap pasien yang mendaftar di loket, seterusnya pasien diperiksa oleh tenaga medis
puskesmas. Apabila didapatkan pasien menderita penyakit yang berhubungan dengan
faktor lingkungan maka pasien dirujuk ke klinik sanitasi, kemudian dilakukan
wawancara, pengisian kuisioner dan konseling. Jika diperlukan, petugas kesling
membuat janji kunjungan ke rumah pasien.
b. Di luar gedung
Hal ini merupakan tindak lanjut kegiatan berupa kunjungan ke rumah pasien,
kunjungan ini sebenarnya rutin dilakukan namun kini dengan target yang
ditingkatkan.
2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Menurut Survey sosial dan ekonomi nasional (Susenas), rumah sehat dinilai dari
beberapa parameter, di antaranya yaitu:5
a. Lokasi tempat tinggal yang dianjurkan sebaiknya tidak pada daerah rawan banjir,
bekas pembuangan akhir sampah, bekas pertambangan.
b. Kepadatan hunian
Kebutuhan ruang tidur per orang hendaklah mencapai 8 m2 dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur
5 tahun
c. Jenis lantai
Jenis lantai yang baik adalah kedap air dan mudah dibersihkan
d. Pencahayaan
Pada pencahayaan alamiah, hendaklah memiliki jalan masuk cahaya (sekurangkurangnya 15 % hingga 20 % dari luas lantai dalam ruangan rumah).
e. Ventilasi
Ventilasi alamiah hendaknya mencapai 10 % dari luas lantai.
f. Air bersih
Syarat-syarat kualitas air bersih di antaranya adalah sebagai berikut:

Syarat fisik: Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.


9

Syarat mikrobiologis: Air harus bebas dari segala bakteri terutama bakteri patogen.
Lakukan pemeriksaan sampel, jika dari 100 cc terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli,
maka air memenuhi syarat kesehatan.

g. Kepemilikan jamban/WC, kakus, dan Septic tank


Jarak pembuatan septic tank yaitu jaraknya terhadap sumber air bersih. harus lebih
dari 10 m.
h. Adanya Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), saluran got, pengelolaan sampah.

3. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)


Meliputi surveilans kualitas air dan inspeksi sanitasi sarana air bersih
4. Penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU)
Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar,
kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon
kecantikan, dan tempat hiburan lainnya.
5. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)
Penyehatan higiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi kesehatan dan kebersihan makanan serta kesehatan tenaga kerja.
6. Pemeriksaan Jentik Nyamuk
Bersama kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas,
melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk
dan tumbuhnya jentik. Kemudian dihitung berapa rumah penduduk yang mengalami bebas
jentik.
2.5.

Penyakit Berbasis Lingkungan


Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi

atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala
sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.basis lingkungan. Masih tingginya
penyakit berbasis lingkungan antara lain disebabkan oleh faktor lingkungan serta prilaku
hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka
penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih
10

masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah air dan udara karena
limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, sarana transport serta lingkungan
fisik yang memungkinkan.2 Beberapa penyakit berbasis lingkungan adalah sebagai berikut:
1. ISPA
2. Diare
3. Penyakit Infeksi Kulit
4. Malaria
5. DBD
6. Cacingan
7. TB Paru
8. Filariasis
9. Keracunan makanan/minuman/pestisida
10. Keluhan akibat lingkungan yang buruk/akibat kerja

BAB 3
11

ANALISA SITUASI
3.1.

Program Puskesmas Andalas


Sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama, Puskesmas Andalas bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat sesuai


dengan sistem kesehatan nasional. Upaya kesehatan wajib yang dilaksanakan di Puskesmas
Andalas antara lain adalah:
1. Upaya promosi kesehatan
2. Kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan
7. Perawatan kesehatan masyarakat
Di samping itu puskesmas juga memiliki program kesehatan tambahan di antaranya:
1. Program kesehatan manula
2. Program laboratorium
3. Program kesehatan sekolah
3.2.

Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Andalas


Sebagai salah satu program Puskesmas Andalas, dalam penyelenggaraannya program

kesehatan lingkungan memiliki 6 subprogram pokok dan 2 subprogram tambahan.


Program pokok kesehatan lingkungan yang dilakukan Puskesmas Andalas antara lain :
1. Pengawasan Tempat Umun
Tempat-tempat umum yang menjadi pengawasan Puskesmas Andalas berjumlah 268
tempat umum yang terdiri dari: hotel, rumah sakit tipe B dan tipe C, puskesmas/pustu, klinik
kesehatan, sekolah, mesjid, gereja, pasar, salon, dan terminal/stasiun. Beberapa hal yang
menjadi perhatian dalam pengawasan tempat umum ini antara lain:
Penyediaan air bersih
Kebersihan lingkungan
Saluran pembuangan limbah-jamban
Dapur hotel atau rumah sakit
Target untuk pengawasan tempat-tempat umum ini adalah 100% tempat dapat
dikunjungi dengan 1 kunjungan/tahun.
2. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan dan Minuman
Di wilayah kerja Puskesmas Andalas terdapat 129 tempat pengolahan makanan yang
menjadi pengawasan puskesmas, yang terdiri dari: rumah makan, catering, industri rumah
tangga/pabrik, warung kopi, dan makanan jajanan. Yang menjadi perhatian pada tempat
pengolahan makanan ini hampir sama dengan pada pengawasan tempat-tempat umum namun
yang juga penting adalah kebersihan bahan baku, cara penyimpanan bahan baku dan
makanan jadi, serta cara penyajian makanan tersebut. Target puskesmas untuk program ini
adalah 100% tempat pengolahan makanan dapat dikunjungi setiap tahunnya.
12

3. Survey Perumahan dan Inspeksi Sanitasi


Puskesmas Andalas melakukan pengawasan terhadap 1748 rumah sepanjang tahun
2014 dan pengawasan terhadap 2160 rumah dari bulan Januari sampai September 2015.
Rumah- rumah ini diawasi sesuai dengan indikator kelayakan rumah dan juga sanitasi. Target
puskesmas untuk program ini adalah minimal 1 orang petugas sanitasi melakukan survey
sebanyak 4 kali dalam sebulan, dan 1 kali survey sebanyak 25 rumah.
4. Pengawasan Depot Air Minum
Di wilayah kerja Puskesmas Andalas terdapat sekitar 71 depot air minum yang
menjadi pengawasan puskesmas. Pengawasan dilakukan pada cara pengolahan, kelayakan
mesin hingga kebersihan lingkungan depot serta apakah depot melakukan pemeriksaan
sampel air tiap bulannya atau tidak. Target puskesmas untuk program ini adalah 100% depot
air minum dapat dikunjungi setiap tahunnya.
5. Klinik Sanitasi
Kegiatan yang dilakukan pada klinik sanitasi adalah penyuluhan pada pasien-pasien
yang menderita penyakit berbasis lingkungan guna memberi informasi dan mengingatkan
bahwa penyakit mereka erat kaitannya dengan masalah lingkungan dan pemecahan serta
pencegahan penularannya juga berawal dari penyelesaian masalah kesehatan lingkungan
mereka. Target yang ingin dicapai pada program ini adalah setidaknya kunjungan klinik
sanitasi 10% dari kejadian penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Andalas.
6. Pengawasan Tempat Pengolahan Sampah
Hingga tahun 2014 setidaknya terdapat 1729 pengolahan sampah dan dari bulan
Januari sampai September 2015 terdapat 2150 pengolahan sampah yang berada dalam
pengawasan puskemas. Target puskesmas untuk program ini adalah 100% tempat pengolahan
sampah dapat diawasi setiap tahunnya.
Selain itu, terdapat 2 program tambahan yaitu:
1. Pengawasan Pasar Pabukoan
Yang menjadi perhatian pada pasar pabukoan di antaranya kelayakan makanan, bahan
baku, cara penyajian hingga kebersihan lingkungan dan penjual makanan. Target Puskesmas
Andalas adalah melakukan pengawasan 4 kali sepanjang bulan ramadhan.
2. Program Integrasi
Dalam program ini petugas kesehatan lingkungaan berkolaborasi dengan petugas dari
program lain dalam menjalankan program-programnya.
3.3.
Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Andalas
Pencapaian program kesehatan lingkungan oleh Puskesmas Andalas pada masingmasing program adalah sebagai berikut:
1. Pengawasan Tempat Umun
Pencapaian Puskesmas Andalas untuk program ini dapat dilihat dari tabel-tabel
berikut ini:
13

Tabel 3.1 Pengawasan tempat umum berdasarkan tempat di wilayah kerja Puskesmas Andalas
tahun 2014
Tempat
umum

Jumlah
sarana

Hotel
RS tipe C
Puskesmas
/Pustu
Klinik
Sekolah
Mesjid
Gereja
Pasar
Salon
Jumlah

Memenuhi
syarat

Pemeriksaan

Tidak memenuhi
syarat

Analisis
Program

Jumlah

Jumlah

Jumlah

9
5

8
4

88,9
80,0

8
4

100,0
100,0

0
0

0,0
0,0

Belum tercapai
Belum tercapai

12

12

100,0

10

83,3

16,7

Tercapai

5
110
112
1
2
10
268

2
110
69
1
2
10
218

40,0
100,0
61,6
100,0
100,0
100,0
81,3

2
80
50
1
1
6
162

100,0
72,7
72,5
100,0
50,0
60,0
74,3

0
30
19
0
1
4
56

0,0
27,3
27,5
0,0
50,0
40,0
25,7

Belum tercapai
Tercapai
Belum tercapai
Tercapai
Tercapai
Tercapai
Belum tercapai

Berdasarkan data di atas hanya 74,3% yang memenuhi syarat. Terdapat 56 tempat
umum yang tidak memenuhi syarat untuk dikatakan lingkungan tempat umum tersebut sehat,
yaitu 2 pustu, 30 sekolah, 19 mesjid, 1 pasar, dan 4 salon. Dari 268 tempat umum didapatkan
218 (81,3%) tempat umum yang diperiksa.
Tabel 3.2 Pengawasan tempat umum berdasarkan tempat di wilayah kerja Puskesmas Andalas
pada Januari-September 2015
Tempat
umum

Jumlah
sarana

Hotel
RS tipe B
RS tipe C
Puskesmas/
Pustu
Klinik
Sekolah
Mesjid
Pasar
Salon
Terminal/
stasiun
Jumlah

Pemeriksaan

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi
syarat

Jumlah

Jumlah

Jumlah

9
1
4

7
1
4

77,8
100,0
100,0

6
1
4

85,7
100,0
100,0

1
0
0

14,3
0,0
0,0

12

12

100,0

11

91,7

8,3

6
122
102
2
9

5
112
66
2
6

83,3
91,8
64,7
100,0
66,7

5
89
52
0
4

100,0
79,5
78,8
0,0
66,7

0
23
14
2
2

0,0
20,5
21,2
100,0
33,3

0,0

0,0

0,0

268

215

80,2

172

80,0

43

20,0

Berdasarkan data di atas hanya 80,0% yang memenuhi syarat. Terdapat 43 tempat
umum yang tidak memenuhi syarat untuk dikatakan lingkungan tempat umum tersebut sehat,
yaitu 1 hotel, 1 pustu, 23 sekolah, 14 mesjid, 2 pasar, dan 2 salon. Dari 268 tempat umum
didapatkan 215 (80,2%) tempat umum yang diperiksa.
14

2. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan dan Minuman


Pencapaian puskesmas pada program ini dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 3.3 Pengawasan TPM berdasarkan jenis usaha di wilayah kerja Puskesmas Andalas
tahun 2014
TPM

Pemeriksaan

Jumlah
TPM

Rumah
makan
Catering
IRT/
Pabrik
Warung
kopi
Makanan
jajanan
Jumlah

Memenuhi
syarat

Tidak memenuhi
syarat

Analisis
Program

Jumlah

Jumlah

Jumlah

41

41

100,0

31

75,6

10

24,4

Tercapai

100,0

100,0

0,0

Tercapai

22

22

100,0

14

63,6

36,4

Tercapai

28

20

71,4

16

80,0

20,0

Belum tercapai

33

33

100,0

20

60,6

13

39,4

Tercapai

128

120

93,8

85

70,8

35

29,2

Belum tercapai

Berdasarkan data di atas dari 128 TPM hanya 120 TPM (93,8%) yang diperiksa dan di
antaranya hanya 70,8% yang memenuhi syarat. Terdapat 35 TPM yang tidak memenuhi syarat, yang
terdiri dari 10 rumah makan, 8 IRT/pabrik, 4 warung kopi, dan 13 makanan jajanan.

Tabel 3.4 Pengawasan TPM berdasarkan jenis usaha di wilayah kerja Puskesmas Andalas
pada Januari-September 2015
TPM

Jumlah
TPM

Pemeriksaan

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi
syarat

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Rumah makan

41

35

85,4

29

82,9

17,1

Catering

60,0

100,0

0,0

IRT/ Pabrik

22

20

90,9

11

55,0

45,0

Warung kopi

28

28

100,0

19

67,9

32,1

Makanan
jajanan

33

30

90,9

17

56,7

13

43,3

Jumlah

129

116

89,9

79

68,1

37

31,9

Berdasarkan data di atas dari 129 TPM hanya 116 TPM (89,9%) yang diperiksa dan di
antaranya hanya 68,1% yang memenuhi syarat. Terdapat 37 TPM yang tidak memenuhi syarat, yang
terdiri dari 6 rumah makan, 9 IRT/pabrik, 9 warung kopi, dan 13 makanan jajanan.
3. Survey Perumahan dan Inspeksi Sanitasi
15

Pencapaian puskesmas pada program ini dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 3.5 Survey perumahan di wilayah kerja Puskesmas Andalas tahun 2014
Jenis rumah
Permanen
Semi
permanen
Kayu
Jumlah

Jumlah
Sarana

Pemeriksaan

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi
syarat
Jumlah
%
60
4,7

1273

Jumlah
1273

%
100,0

Jumlah
1213

%
95,3

328

328

100,0

253

77,1

129

39,3

93
1748

93
1748

100,0
100,0

48
1514

51,6
86,6

45
234

48,4
13,4

Berdasarkan data di atas, terdapat 234 (13,4%) rumah di wilayah kerja Puskesmas
Andalas yang tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sehat.
Tabel 3.6 Survey perumahan di wilayah kerja Puskesmas Andalas pada Januari-September
2015
Jenis rumah
Permanen
Semi
permanen
Kayu
Jumlah

Jumlah
Sarana

Pemeriksaan

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi
syarat

10985

Jumlah
1627

%
14,8

Jumlah
1538

%
94,5

Jumlah
89

%
5,5

2942

477

16,2

335

70,2

42

8,8

1466
15393

56
2160

3,8
14,0

16
1889

28,6
87,5

40
171

71,4
7,9

Berdasarkan data di atas, baru 2160 (14,0%) rumah yang diperiksa di wilayah kerja
Puskesmas Andalas. Terdapat 171 (7,9%) rumah di wilayah kerja Puskesmas Andalas yang
tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sehat.
Tabel 3.7 Data Penggunaan Jamban di wilayah kerja Puskesmas Andalas pada JanuariSeptember 2015
Jenis
jamban
Leher angsa
dengan ST
Leher angsa
non ST
Bukan leher
angsa
Jumlah

Jumlah
Sarana

Pemeriksaan

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi
syarat

Jumlah

Jumlah

Jumlah

12566

2074

16,5

2074

100,0

0,0

895

14

1,6

0,0

14

100,0

1115

34

3,0

20,6

27

79,4

14576

2122

14,6

2081

98,1

41

1,9

Berdasarkan data di atas, terdapat 41 (1,9%) jamban di wilayah kerja Puskesmas


Andalas yang tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sehat.
Tabel 3.8 Data SPAL di wilayah kerja Puskesmas Andalas pada Januari-September 2015
16

Jenis SPAL

Jumlah
Sarana

Pemeriksaan

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi
syarat

Terbuka

8682

Jumlah
1469

%
16,9

Jumlah
956

%
65,1

Jumlah
513

%
34,9

Tertutup

5597

665

11,9

665

100,0

0,0

Jumlah

14279

2134

14,9

1621

76,0

513

24,0

Berdasarkan data di atas, terdapat 513 (24,0%) SPAL di wilayah kerja Puskesmas
Andalas yang tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sehat.
Tabel 3.9 Data Sarana Air Bersih di wilayah kerja Puskesmas Andalas pada JanuariSeptember 2015
Jenis sarana
air bersih

Jumlah
Sarana

SGL

Pemeriksaan

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi
syarat
Jumlah
%
77
20,6

2435

Jumlah
373

%
15,3

Jumlah
296

%
79,4

Sumur bor

697

73

10,5

71

97,3

2,7

PDAM

10992

1676

15,2

1676

100,0

0,0

Jumlah

14124

2122

15,0

2043

96,3

79

3,7

Berdasarkan data di atas, terdapat 79 (3,7%) sarana air bersih di wilayah kerja
Puskesmas Andalas yang tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sehat.
4. Pengawasan Depot Air Minum
Dari 71 depot air minum yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas telah diperiksa 70
depot dari bulan Januari sampai September 2015, terdapat 59 depot memenuhi syarat dan 11 depot
tidak memenuhi syarat.

5. Klinik Sanitasi
Pencapaian klinik sanitasi Puskemas Andalas masih kurang di mana dari sekitar 1300
kunjungan penyakit berbasis lingkungan target layanan klinik sanitasi sekitar 130 pasien/bulan. Tetapi
pencapaian Puskesmas Andalas

hanya 10-15 pasien yang dapat dilayani di klinik sanitasi tiap

bulannya.

6. Pengawasan Pengolahan Sampah


Pengolahan sampah di wilayah kerja Puskesmas Andalas dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.10 Data pengolahan sampah di wilayah kerja Puskesmas Andalas pada JanuariSeptember 2015
17

Pengolahan
Sampah
Dibuatkan
lubang
Dibakar
Dibuang ke
TPS/TPA
Jumlah

Jumlah
Sarana

Pemeriksaan

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi
syarat
Jumlah
%

Jumlah

Jumlah

462

16

3,5

16

100,0

0,0

1540

245

15,9

0,0

245

100,0

13391

1889

14,1

1842

97,5

47

2,5

15393

2150

14,0

1858

86,4

292

13,6

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa cara pengolahan sampah


terbanyak yaitu pembuangan sampah ke TPS/TPA (13391 sarana), dan masih banyak
ditemukan cara pengolahan sampah dengan dibakar yaitu sebanyak 1540 sarana.
7. Program tambahan
Pada program pengawasan pasar pabukoan masih terdapat beberapa makanan
pabukoan yang menggunakan boraks, formalin, dan rodamin B dan tidak layak untuk
dikonsumsi. Sedangkan pada program integrasi dapat dijalankan dengan baik, seperti
pembinaan UKS ke SD, penyuluhan ke ibu-ibu pada saat posyandu balita.

18

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1.

Permasalahan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Andalas


Berdasarkan

laporan

masing-masing

program

kesehatan

lingkungan

yang

dilaksanakan oleh Puskesmas Andalas, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat banyak
permasalahan kesehatan lingkungan, di antaranya:
1. Tempat umum dengan kesehatan lingkungan buruk.
Di wilayah Puskesmas Andalas masih ditemukan tempat umum dengan kesehatan
lingkungan yang buruk. Pada bulan Januari sampai September 2015, terdapat sebanyak 43
tempat umum yang tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sehat, yaitu 1 hotel, 1 pustu, 23
sekolah, 14 mesjid, 2 pasar, dan 2 salon. Dikatakan tidak memenuhi syarat karena buruknya
kebersihan lingkungan, dan sarana pembuangan limbah.
2. Masih terdapat tempat pengolahan makanan yang tidak sehat
Di wilayah Puskesmas Andalas dari bulan Januari sampai September 2015, t erdapat 37
TPM yang tidak memenuhi syarat sehat, yang terdiri dari 6 rumah makan, 9 IRT/pabrik, 9 warung
kopi, dan 13 makanan jajanan. Pada tempat pengolahan makanan ini masih ditemukan kebersihan
lingkungan yang masih buruk, dan cara pengolahan makanan mulai dari penyimpanan bahan baku
makanan yang sembarangan hingga penyajian makanan yang tidak baik sehingga dapat menjadi
sumber penularan penyakit. Pengolahan makanan pada kebanyakan TPM tidak menggunakan prinsip
hygiene dan sanitasi dalam pengolahan, pewadahan, dan penyajian makanan seperti yang telah diatur
dalam PP No. 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan.6
Selain itu, belum seluruh tempat pengolahan makanan diawasi oleh petugas kesehatan
lingkungan Puskesmas Andalas karena jumlah tempat pengolahan makanan di wilayah Puskesmas
Andalas ini sangat banyak dan tidak memungkinkan untuk menjangkau semua TPM dengan jumlah
19

tenaga yang sedikit. Selain itu kendala lain untuk pengawasan ini adalah para pedagang yang
berpindah-pindah tempat sehingga sulit bagi petugas melakukan pengawasan dan pendataan.

3. Perumahan yang tidak sehat


Berdasarkan data Puskesmas Andalas, terdapat 234 (13,4%) rumah di wilayah
Puskesmas Andalas yang tidak memenuhi syarat untuk dikatakan sehat. Rumah yang
memiliki jamban adalah sebanyak 86,2% dan rumah yang memiliki sarana pembuangan air
limbah tertutup adalah sebanyak 39,2% dan yang memenuhi syarat hanya 76,0%.
Permasalahan yang terjadi adalah masih adanya rumah dengan aliran limbah yang tidak
lancar, masih membakar sampah, dan sumber air bersih yang masih tidak layak. Di seluruh
wilayah Puskesmas Andalas terdapat sekitar 2,8% rumah dengan tingkat pencemaran air yang
tinggi yang tidak memenuhi syarat lingkungan perumahan yang baik menurut Kepmenkes
No 82 tahun 2008 yaitu jarak sumber air bersih dengan tempat pembuangan yang < dari 10
meter, kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya diare dan penyakit kulit.
4. Adanya Depot yang tidak Sehat
Dari pemeriksaan yang dilakukan petugas puskesmas, masih banyak depot air minum
yang

tidak

memperhatikan

kebersihan

lingkungan.

Beberapa

depot

air

minum

menggabungkan ruangan pengolahan air minum dengan penyimpanan tabung gas dan gudang
barang-barang lainnya. Selain itu petugas depot juga tidak memperhatikan kebersihan diri
ketika bekerja. Dari 71 depot air minum yang ada di wilayah Puskesmas Andalas hanya tiga
depot air minum yang rutin melakukan pemeriksaan sampel air.
5. Pencapaian Klinik Sanitasi rendah
Pencapaian klinik sanitasi Puskesmas Andalas masih rendah, hal ini dikarenakan
kurangnya SDM yang bertanggung jawab pada klinik sanitasi sehingga tidak semua
kunjungan penyakit berbasis lingkungan mendapatkan konseling di klinik sanitasi.
6. Permasalahan Sampah
Permasalahan sampah yang terjadi di wilayah Puskesmas Andalas antara lain
kurangnya disiplin warga dalam membuang sampah. Sebagaimana diatur dalam Perda Kota
Padang No. 21 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah bahwa masyarakat diperbolehkan
membuang sampah hanya mulai pukul 17.00 sampai dengan 05.00 WIB, pada kenyataannya
20

masih banyak warga masyarakat yang melanggar perda tersebut. Selain itu masih banyak
masyarakat yang membakar sampah sehingga menimbulkan polusi udara.7
7. Makanan Pabukoan Tidak Sehat
Ditemukan beberapa makanan pabukoan yang menggunakan boraks, formalin, dan
rodamin B serta tidak memperhatikan kebersihan makanan.
4.2.

Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan Puskesmas Andalas


Berbagai upaya pemecahan masalah kesehatan lingkungan perlu dilakukan dalam

menyikapi berbagai masalah kesehatan lingkungan yang terjadi di wilayah Puskesmas


Andalas. Beberapa upaya yang telah dan dapat dilakukan di antaranya:
1. Memberikan

penyuluhan

pada

pengelola

tempat-tempat

umum,

tempat

pengolahan makanan dan minuman, depot air minum, serta masyarakat tentang
pentingnya kesehatan lingkungan demi mencegah terjadinya berbagai penyakit
dan apa saja yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan lingkungan sekitar
mereka.
2. Mendata setiap tempat pengolahan makanan dan memberikan sertifikat terdaftar
sebagai TPM sehat yang dikelola oleh petugas kesehatan lingkungan.
3. Melakukan penyuluhan kepada pengelola TPM tentang cara pengolahan makanan
yang baik.
4. Mewajibkan setiap depot air minum untuk melakukan pemeriksaan sampel air dan
hasil pemeriksaan tersebut ditinjau berkaitan dengan izin kelayakan air untuk
dikonsumsi masyarakat.
5. Mengoptimalkan kilik sanitasi sebagai suatu langkah pencegahan penularan
penyakit.

21

BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Program kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas Andalas antara lain
pengawasan tempat-tempat umum, pengawasan tempat pengolahan makanan, survey
perumahan dan inspeksi sanitasi, pengawasan depot air minum, pengawasan tempat
pembuangan sampah, klinik sanitasi, pengawasan pasar pabukoan dan program
integrasi.
2. Program kesehatan lingkungan Puskesmas Andalas sudah dilaksanakan cukup baik
namun masih terdapat beberapa program yang masih belum mencapai target seperti
program pengawasan tempat-tempat umum, tempat pengolahan makanan, klinik
sanitasi. Rata rata program puskesmas tercapai secara kuantitas namun belum
tercapai secara kualitas.
3. Permasalahan kesehatan lingkungan yang terjadi di wilayah Puskesmas Andalas
hampir ditemukan pada semua program antara lain: masalah kebersihan lingkungan,
pengelolaan dan kebersihan makanan, pengelolaan limbah, pengawasan depot air
minum, dan rendahnya cakupan klinik sanitasi.
5.2. Saran
1. Diharapkan puskesmas memiliki tenaga SDM, sarana prasarana yang memadai untuk
melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap kebersihan lingkungan untuk
mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan.
2. Perlu kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam menghadapi permasalahan

kesehatan lingkungan agar pemecahan masalah dapat dilakukan secara menyeluruh.

22

DAFTAR PUSTAKA
1.

Budiman. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC. 2006.

2.

Ricki M. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Mulia. 2005.

3.

WHO. Public Health and Environment Global Strategy. Tersedia: www.who.int/phe/en.


Diunduh pada 4 Maret 2015. 2011.

4.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008.

5.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Survei


Kesehatan Nasional: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 Substansi
Kesehatan, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. 2005.

6.

Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan

7. Peraturan Daerah Kota Padang No. 21 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah

23

Anda mungkin juga menyukai