Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dari kelompok 2 Mahasiswa D-IV Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Padang dapat menyelesaikan tugas makalah Dasar Dasar Kesehatan
Lingkungan tentang Upaya Monitoring dan Rekayasa Kesehatan Lingkungan dengan
tepat waktu.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tugas makalah ini, tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada pihak yang ikut membantu dalam pencarian data, dan proses penulisan
makalah ini. Terutama kepada dosen pembimbing : Bapak Mahaza, SKM, MKM, Bapak
Sejati Tarigan, SKM, M.Kes, Bapak Dr. Sumihardi, SKM, M.Kes dan Bapak Dr.
Wijayantono, SKM, M.Kes. Makalah ini kami susun secara sistematis sehingga
memudahkan pembaca untuk mengetahui upaya monitoring dan rekayasa kesling. Kami dari
tim penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, karena itu
kami akan bersifat terbuka dan sangat berterima kasih kepada pembaca yang ingin
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca sesuai dengan harapan penyusun dan hanya kepada ALLAH jualah kami
memohon taufik dan ridha Nya.

Padang, 15 September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN

A. MONITORING DAN REKAYASA TEMPAT TEMPAT UMUM


Secara spesifik ada beberapa ruang lingkup sanitasi tempat-tempat umum, yaitu:
1. Penyediaan air minum (Water Supply).
2. Pengelolaan sampah padat, air kotor, dan kotoran manusia (wastes disposal
3.
4.
5.
6.
7.

meliputi sawage, refuse, dan excreta).


Hygiene dan sanitasi makanan (Food Hygiene and Sanitation).
Perumahan dan kontruksi bangunan (Housing and Contruction).
Pengawasan vektor (Vektor Control).
Pengawasan pencemaran fisik (Physical Pollution), dan
Hygiene dan sanitasi industri (Industrial Hygiene and Sanitation).

Ada beberapa jenis-jenis tempat umum, antara lain:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Hotel,
Kolam renang,
Pasar,
Salon,
Panti Pijat,
Tempat wisata,
Terminal,
Tempat ibadah, dsb.

Syarat-syarat dari sanitasi tempat-tempat umum, yaitu:


1.
2.
3.
4.

Diperuntukkan bagi masyarakat umum.


Harus ada gedung dan tempat yang permanent.
Harus ada aktivitas (pengusaha, pegawai, pengunjung).
Harus ada fasilitas (SAB, WC, Urinoir, tempat sampah, dll).

Aspek penting dalam penyelenggaraan sanitasi tempat-tempat umum yaitu:


a. Aspek teknis/hukum (persyaratan Hygiene dan Sanitasi, peraturan dan perundangundangan sanitasi).
b. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasan hidup, adat istiadat,
kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi,dll.
c. Aspek administrasi dan manegement, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang
cara pengelolaan STTU yang meliputi: Man, Money, Method, Material, dan Machine.

Hambatan yang sangat sering dijumpai dalam pelaksaan sanitasi di tempat-tempat umum,
yaitu:

1. Pengusaha
Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturan
perundang-undangan yang menyangkut usaha STTU dan kaitannya

dengan usaha kesehatan masyarakat.


Belum mengetahui/kesadaran mengenai pentingnya unsaha STTU untuk

menghindari terjadinya kecelakaan atau penularan penyakit.


Adanya sikap keberatan dari pengusaha untuk memenuhi persyaratan-

persyaratan kerena memerlukan biaya ekstra.


Adanya sikap apatis dari masyarakat tentang adanya peraturan/persyaratan

dari STTU.
2. Pemerintah
Belum semua peralatan dimiliki oleh tenaga pengawasan pada tingkat II

dan kecamatan.
Masih terbatasnya pengetahuan petugas dalam melaksanakan pengawasan.
Masih minimnya dana yang diakolasikan untuk pengawasan STTU.
Belum semua kecamatan/tingkat II memiliki sarana transportasi untuk
melakukan kegiatan pengawasan.

Langkah-langkah Melakukan STTU


1. Pemetaan (monitoring)
Pemetaan (monitoring) adalah meninjau atau memantau letak, jenis dan jumlah
tempat-tempat umum yang ada kemudian disalin kembali atau digambarkan dalam
bentuk peta sehingga mempermudah dalam menginspeksi tempat-tempat umum
tersebut.
2. Inspeksi sanitasi
Inspeksi sanitasi adalah penilaian serta pengawasan terhadap tempat-tempat umum
dengan mencari informasi kepada pemilik, penanggung jawab dengan mewawancarai
dan melihat langsung kondisi tempat umum untuk kemudian diberikan masukan jika
perlu apabila dalam pemantauan masih terdapat hal-hal yang perlu mendapatkan
pembenahan.
3. Penyuluhan
Penyuluhan terhadap masyarakat (education) terutama untuk menyangkut
pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari
STTU.

B. TEMPAT PENGELLAAN MAKANAN DAN MINUMAN


Rincian Persyaratan :
1. Lokasi
Lokasi TPM harus jauh dan terhindar dari pencemaran yang diakibatkan
antara lain oleh bahan pencemar seperti banjir, udara (debu, asap, serbuk, bau), bahan
padat (sampah, serangga, tikus) dan sebagainya.
2. Konstruksi
Konstruksi bangunan TPM harus kuat, aman dan terpelihara sehingga
mencegah terjadinya kecelakaan dan pencemaran. Konstruksi tidak boleh retak, lapuk,
tidak utuh, kumuh atau mudah terjadi kebakaran. Selain kuat konstruksi juga harus
selalu dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau bekas
yang ditempatkan secara tidak teratur.
3. Halaman
Halaman TPM diberi papan nama perusahaan yang mencantumkan nomor
pendaftaran/Laik hygiene sanitasi makanan di tempat yang mudah dilihat.
Halaman harus selalu kering dan terpelihara kebersihannya, tidak banyak serangga
(lalat, kecoa) dan tikus serta tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat
kesehatan, serta tidak terdapat tumpukan barang-barang yang tidak teratur sehingga
dapat

menjadi

tempat

berkembang

biaknya

serangga

dan

tikus.

Saluran pembuangan air kotor di halaman (yang berasal dari dapur dan kamar mandi)
harus tertutup dan tidak menjadi tempat jalan masuknya tikus ke dalam bangunan
TPM.
4. Tata ruang
Ruangan harus ditata dengan baik sesuai dengan fungsinya, sehingga
memudahkan arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi serta
barang-barang lainnya yang dapat mencemari makanan. Dan yang paling penting
adalah ruang dan barang-barang di tata sedemikian rupa agar mudah dibersihkan
setiap hari.
5. Lantai
Dibuat miring ke arah tertentu dengan kelandaian yang cukup (1-2%) sehingga
tidak terjadi genangan air, serta mudah untuk dibersihkan. Untuk itu bahannya harus
kuat, rata, kedap air dan dipasang dengan rapi. Pertemuan antara lantai dengan
dinding sebaiknya dibuat conus (tidak membuat sudut mati) dengan tujuan agar sisasisa kotoran mudah dibersihkan dan tidak tertinggal/ menumpuk di sudut-sudut lantai.
6. Dinding
Permukaan dinding harus rata dan halus, berwarna terang dan tidak lembab dan

mudah dibersihkan. Untuk itu dibuat dari bahan yang kuat, kering, tidak menyerap air,
dipasang rata tanpa celah/retak. Dinding dapat dilapisi plesteran atau porselen agar
tidak mudah ditumbuhi oleh jamur atau kapang. Keadaan dinding harus dipelihara
agar tetap utuh, bersih dan tidak terdapat debu, lawa-lawa atau kotoran lain yang
berpotensi menyebabkan pencemaran pada makanan.
7. Atap dan langit-langit
Atap tidak boleh bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang serangga dan
tikus. Langit-langit harus terpelihara dan selalu dalam keadaan bersih, bebas dari
retakan dan lubang-lubang dan tidak menjadi sarang serangga dan tikus.
Tinggi langit-langit minimal adalah 2,4 meter di atas lantai, makin tinggi langit-langit,
makin baik persyaratannya, karena jumlah oksigen ruangan semakin banyak.
8. Pintu dan jendela
Pintu di ruangan memasak harus dapat ditutup sendiri (self closing) dan
membuka ke arah luar. Jendela, pintu dan lubang ventilasi dimana makanan diolah
harus dilengkapi dengan kawat kassa yang dapat dibuka dan dipasang. Semua pintu
dari ruang tempat pengolahan makanan dibuat menutup sendiri atau dilengkapi
peralatan anti lalat, seperti kawat kasa, tirai plastik, pintu rangkap dan lain-lain. Setiap
bagian bawah pintu sebaiknya dilapisi logam setinggi 36 cm, untuk mencegah
masuknya tikus. Jarak pintu dengan lantai harus cukup rapat dan tidak lebih dari 5
mm.
9. Pencahayaan
Intensitas pencahayaan disetiap ruang kerja harus cukup terang untuk
melakukan pekerjaan. Setiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci
peralatan dan tempat cuci tangan, internsitas pencahayaan sedikitnya 10 foot candle
pada titik 90 cm dari lantai
10. Ventilasi/Penghawaan
Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan
ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman. Suhu nyaman berkisar antara 28 0C
32 0C. Bila ventilasi alamiah tidak dapat memenuhi persyaratan maka bisa dibuat
ventilasi buatan berupa ventilasi mekanis, misalnya kipas angin, exhauser fan, AC.
11. Ruangan Pengolahan Makanan
Luas ruangan dapur pengolahan makanan harus cukup untuk orang bekerja
dengan mudah dan efisien, mencegah kemungkinan kontaminasi makanan dan
memudahkan pembersihan. Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan
langsung dengan jamban, peturasan dan kamar mandi, dan dibatasi dengan ruangan
antara.
12. Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan

Terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen. Bak pencucian
peralatan sedikitnya terdiri dari 3 (tiga) bak pencuci yaitu untuk merendam (Hushing),
menyabun (washing) dan membilas (rinsing).
13. Tempat cuci tangan
Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan
maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan
tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering.
14. Air bersih
Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan pengelolaan
makanan. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990. Air bersih secara fisik adalah jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan bebas kuman penyakit. Untuk air biasa harus
direbus terlebih dahulu sebelum digunakan.
15. Jamban dan peturasan
TPM harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat
kesehatan serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia. Jamban harus dibuat dengan
leher angsa dan dilengkapi dengan air penyiraman dan untuk pembersih badan yang
cukup serta tissue dan diberi tanda/tulisan pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus
mencuci tangan dengan sabun sesudah menggunakan jamban.
16. Kamar mandi
TPM harus dilengkapi dengan kamar mandi dengan air kran mengalir dan
saluran air limbah yang memenuhi pedoman plumbing.
17. Tempat sampah
Tempat sampah untuk menampung sampah sementara dibuat dari bahan yang
kuat, kedap air dan tidak mudah berkarat. Mempunyai tutup dan memakai kantong
plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan jadi yang cepat
membusuk.
18. Fasilitas penyimpanan pakaian (locker) karyawan
Locker karyawan dibuat dari bahan yang kuat, aman, mudah dibersihkan dan
tertutup rapat. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah karyawan.

PEMBERSIHAN DAN PEMELIHARAAN


Seluruh bangunan dan ruangan TPM harus selalu terpelihara kebersihannya. Bila ada
bagian yang rusak atau tidak berfungsi harus segera diperbaiki atau diganti dengan yang baik.
Ruangan pengolahan makanan harus selalu bersih dan hygienis oleh sebab itu harus ada

upaya pembersihan ruangan secara teratur. Tujuan pembersihan ruangan dan bangunan adalah
agar ruang kerja layak pakai, yaitu dalam arti bersih, estetis dan hygienis.
Pada prinsipnya pembersihan ruangan adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Tersedia sarana pembersih.


Mengetahui jenis bahan lantai, dinding, plafon, ventilasi dan karakteristiknya.
Menggunakan teknik dan prosedur yang benar dan sesuai dengan tujuannya.
Waktu dan frekwensi pencucian/pembersihan.

C. TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH


1. Pencegahan
a. Limbah domestic
Limbah domestik yang berjumlah sangat banyak memerlukan penanganan
khusus agar tidak mencemari tanah.Pertama sampah tersebut kita pisahkan ke
dalam sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable)
dan sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable).
Oleh karena itu, sangatlah bijaksana jika setiap rumah tangga dapat memisahkan
sampah atau limbah atas dua bagian yakni organik dan anorganik dalam dua
wadah yang berbeda sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir.
b. Sampah Organik
Sampah organik yang terbiodegradasi dapat diolah, misalnya dijadikan bahan
urukan, kemudian kita tutup dengan tanah sehingga terdapat permukaan tanah
yang dapat kita pakai lagi, dibuat kompos, sedangkan khusus kotoran hewan dapat
dibuat biogas dll.
c. Sampah anorganik
Sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme. Cara
penanganan yang terbaik dengan pendaur-ulangan sampah.
d. Pupuk sintetik
Mengurangi penggunaan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk
pemberantasan hama seperti pestisida.
e. Limbah industry
Mengolah limbah industri dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang
kesungai atau kelaut.
f. Bahan Plastik
Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme (nonbiodegradable). Misalnya mengganti plastik sebagai bahan
kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun
pisang atau daun jati.

2. Penanganan
Ada beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
pencemaran tanah. Diantaranya:

Remediasi
Adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis

remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site
adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian
tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman,
tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di
bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi
pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

Bioremediasi
Adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme

(jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
D. TEMPAT PENGELOLAAN TANAH
1. Definisi Tanah
Tanah merupakan Lapisan kerak bumi yang berada di lapisan paling atas,yang
juga merupakan tabung reaksi alami yang menyangga seluruh kehidupan yang ada di
bumi.Tanah juga merupakan alat produksi untuk menghasilkan produksi pertanian.
Sebagai alat produksi tanah memiliki peranan-peranan yang mendorong berbagai
kebutuhan diantaranya adalah sebagai alat produksi, maka peranannnya yaitu sebagai
tempat pertumbuhan tanaman, menyediakan unsur-unsur makanan, sumber air bagi
tanaman, dan tempat peredaran udara
2. Sifat-sifat tanah
Tanah mempunyai sifat-sifat yang berbeda-beda antara tanah di suatu tempat
dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifat kimia. Beberapa
sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar lengas tanah. Untuk sifat kimia
menunjukkan sifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang

terdapat di dalam tanah tersebut. Beberapa contoh sifat kimia yaitu reaksi tanah(pH),
kadar bahan organik dan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK).
3. Pengertian Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari
tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya/beracun
telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau
masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap
sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak
langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan
udara di atasnya.
4. Penyebab Pencemaran Tanah
Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup
di muka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia,
hewan hidup dari tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut,
tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah.. Oleh sebab itu,
sudah menjadi kewajiban kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat
mendukung kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi, sebagaimana halnya
pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun akibat kegiatan manusia juga.
Pencemaran tanah dapat disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah
pertanian.
5. Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan,
jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium,
berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua
populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan
kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal
dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan
siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan
ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan

pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak
kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk
paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran
tanah dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan
kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan
pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme
dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut.
Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang
dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian
bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan
terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini
terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang
telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.

Anda mungkin juga menyukai