OLEH:
dr. DHYAKSA CAHYA PRATAMA
PENDAMPING:
dr. H. SARTONO, MM
A LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue Hemmoragic Fever) merupakan masalah
kesehatan yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis, terutama di daerah perkotaan. DBD
merupakan penyakit dengan potensi fatalitas yang cukup tinggi, yang ditemukan pertama kali
pada tahun 1950an di Filipina dan Thailand, saat ini dapat ditemukan di sebagian besar
negara di Asia. Jumlah negara yang mengalami wabah DBD telah meningkat empat kali lipat
setelah tahun 1995. Sebagian besar kasus DBD menyerang anak-anak. Angka fatalitas kasus
DBD dapat mencapai lebih dari 20%, namun dengan penanganan yang baik dapat menurun
hingga kurang dari 1 % (WHO, 2008).
WHO mengestimasi 50 juta orang terinfeksi penyakit demam berdarah setiap tahunnya.
DBD mempunyai kecenderungan kasusnya yang mudah meningkat dan meluas.
Memburuknya dengue secara progresif di kawasan Asia Pasifik berhubungan dengan
perkembangan urban yang tidak terencana, penyimpanan air dan sanitasi yang buruk, yang
berkontribusi terhadap perkembangbiakan vektor Aedes aegypti. Densitas populasi vektor
yang tinggi meningkatkan peluang transmisi dengue (Soedarmo, 2008).
B PERMASALAHAN
Penyakit DBD masih menjadi permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah,
terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka
kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar
19,29/100.000 penduduk, meningkat bila dibandingkan tahun 2011 (15,27/100.000
penduduk) dan masih dalam target nasional yaitu <20/100.000 penduduk (Buku Profil
Kesehatan Jawa Tengah, 2012).
D
Angka kematian/Case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2012 sebesar 1,52% atau lebih tinggi
dibanding tahun 2011 (0.93%), tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan target nasional
(<1%).
Brebes merupakan kabupaten dengan CFR DBD >1%. Hal ini belum mencapai target
nasional yaitu <1%.
G MANFAAT
1 Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan
lingkungan rumah dengan menjalankan gerakan 4M Plus untuk mencegah demam
berdarah
2 Bagi Tenaga Medis
Menjadi fasilitator informasi kesehatan dan motivator kesadaran masyarakat senantiasa
berperilaku sehat, terutama dalam menjaga kesehatan lingkungan keluarga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B KESEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan sehat menurut WHO adalah keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental,
dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan.
Sedangkan menurut UU No 23 / 1992 adalah tentang kesehatan keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Terdapat beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.
2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan,
yaitu : Penyediaan Air Minum, Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran,
Pembuangan Sampah Padat, Pengendalian Vektor, Pencegahan/pengendalian pencemaran
tanah oleh ekskreta manusia, Higiene makanan, termasuk higiene susu, Pengendalian
pencemaran udara, Pengendalian radiasi, Kesehatan kerja, Pengendalian kebisingan,
Perumahan dan pemukiman, Aspek kesling dan transportasi udara, Perencanaan daerah dan
perkotaan, Pencegahan kecelakaan, Rekreasi umum dan pariwisata, Tindakan-tindakan
sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan
penduduk, Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3)
UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu : Penyehatan Air dan Udara,
Pengamanan Limbah padat/sampah, Pengamanan Limbah cair, Pengamanan limbah gas,
Pengamanan radiasi, Pengamanan kebisingan, Pengamanan vektor penyakit, Penyehatan dan
pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana.
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan
adalah sebagai berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm
keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang
bersifat khusus.
Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya
dibutuhkan integrasi dari berbagai sektor terkait.
A. PENYULUHAN
Meningkatkan upaya promosi kesehatan merupakan salah satu persiapan yang perlu
diperhatikan pada pra KLB/Wabah. Penyuluhan adalah proses penyebarluasan informasi
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, maupun seni. Penyuluhan dapat diartikan sebagai
proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun
proses perubahan perilaku yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap dan
keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/pihak lain, baik secara langsung atau
tidak langsung. Dari berbagai aspek terkait dalam promosi kesehatan yang perlu mendapatkan
perhatian secara seksama adalah tentang metode dan alat peraga yang digunakan dalam
promosi kesehatan. Dengan metode yang benar dan penggunaan alat peraga yang tepat
sasaran, maka materi atau bahan isi yang perlu dikomunikasikan dalam promosi kesehatan
akan mudah diterima, dicerna dan diserap oleh sasaran, dicapai dan indera penerima dari
sasaran promosi.
1. Definisi Media/ Alat Peraga
Notoatmodjo (2005) Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan
sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa
atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi. Biasanya
alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan photo
dan sebagainya.
2. Jenis Media/ Alat Peraga
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar:
- Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya, baik hidup maupun mati. Termasuk dalam
macam alat peraga ini antara lain:
i Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
ii Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam
botol pengawet, dll
iii Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll
- Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena
menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu
besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti
tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.
- Gambar, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan yang masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan.
- Gambar alat optik, seperti photo, slide, film, dll
3. Metode Penyuluhan
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah:
1. Metode Ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau
pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang
kesehatan.
2. Metode Diskusi Kelompok
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik
pembicaraan diantara 5-20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang
telah ditunjuk.
3. Metode Curah Pendapat
Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua
kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan
evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian.
4. Metode Panel
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang
sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.
5. Metode Bermain peran
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan
latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh
kelompok.
6. Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal
yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara
melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini
digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
7. Metode Simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang
berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
8. Metode Seminar
Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu
masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.
B. Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Senin, 21 November 2016
Tempat : Rumah Ibu Darningsih, Desa Pemaron RT 03/RW 01
Acara : Penyuluhan, Arisan
Intervensi : Memberikan penyuluhan dan membagikan leaflet mengenai DBD tentang
penyebab, penularan, gejala klinis, pengobatan serta pencegahanya.
Peserta : 20 orang ibu-ibu kader Posyandu Desa Pemaron
1. KESIMPULAN
a) DBD merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui vektor
nyamuk aedes aegypti.
b) Penyakit DBD masih menjadi permasalahan serius di dunia, khususnya di Indonesia.
c) Angka kejadian DBD di wilayah cakupan Puskesmas Pemaron terus mengalami
peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
d) Penyuluhan mengenai DBD merupakan salah satu upaya promosi kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit DBD.
2. SARAN
a) Penyuluhan ini diharapkan menjadi program rutin yang mungkin bisa diadakan sebulan
sekali di tiap desa.
b) Diharapkan partisipasi masyarakat lebih aktif lagi mengikuti kegiatan yang diadakan pihak
Puskesmas dan semakin berperan aktif membantu penemuan kasus demam berdarah.
DAFTAR PUSTAKA
Arima, Y et al. Epidemiologic update on the dengue situation in the Western Pacific Region 2011:
WPSAR, 2013, Vol 4(2). 1-8.
Buku Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2012.
Buku Profil Kesehatan Puskesmas Pemaron Brebes tahun 2013.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Tata Laksana DBD.
http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pdf (diakses pada Juni 2014)
Number of Cases of Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever (DF/DHF) in the Western
Pacific Region 2000-2010: WHO, 2011.
Singhi S, Niranjan K, Arun B. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever: Management Issues in an
Intensive Care Unit: J Pediatr (Rio J). 2007;83(2 Suppl):S22-35.
Siregar, Faziah A. 2004. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Indonesia.http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah3.pdf
Soedarmo et al. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi Kedua: IDAI, 2008, hal 155-65.
Suhendro, et.al. Demam Berdarah Dengue. In : Sudoyo, Aru W, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006. p. 1709-1710
The Dengue Strategic Plan for the Asia Pacific Region 2008-2015: WHO, 2008.
World Health Organization. 2008. Dengue and Dengue Hemmoragic Fever.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/ (diakses pada Juni 14)
LAMPIRAN