Anda di halaman 1dari 31

F1 Promkes

- Pemberdayaan masy UKBM

Posyandu

Latar Belakang
Posyandu (pos pelayanan terpadu) merupakan upaya pemerintah untuk memudahkan
masyarakat Indonesia dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu dan anak. Posyandu
adalah bentuk upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat, yang juga dikelola, diselenggarakan,
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Karena itu, posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) agar dapat menurunkan angka kematian ibu dan
bayi. Pelayanan kesehatan dasar di posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-
kurangnya lima kegiatan yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi,
gizi dan penanggulangan diare.

Permasalahan

 KIA
 KB
 Imunisasi
 Gizi
 Diare

Pada tanggal 14 Juni 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Margasana yang
merupakan UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Permasalahan yang ditemukan saat
pelaksanaan adalah kurangnya partisipasi masyarakat dan keterbatasan sarana prasarana. Kurangnya
partisipasi masyarakat ini telah terjadi sebelum kondisi pandemi, salah satunya karena rendahnya
peran kader dalam masyarakat. Kader Desa Margasana yang jumlahnya terbatas dan kurang aktif
dalam melakukan promosi kesehatan menyebabkan masyarakat kurang mengetahui pentingnya
menimbang anak di Posyandu dan imunisasi. Sedikitnya jumlah bayi dan anak yang imunisasi ke
Posyandu, jumlahnya hanya 7 orang. Namun, bayi dan anak sebagian telah melakukan imunisasi dan
ANC di bidan setempat. Tempat pelaksanaan Posyandu juga perlu dievaluasi ulang agar sebisa
mungkin dapat memiliki tempat tidur untuk periksa sehingga ibu hamil tidak diperiksa di atas karpet.

Perencanaan intervensi:

1. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan


KB serta kegiatan lainnya yang menunjang dengan meningkatkan peran kader di
masyarakat, sehingga partisipasi masyarakat lebih tinggi.
2. Kader dapat diberikan pelatihan lebih lanjut mengenai cara yang lebih efektif untuk
mengajarkan masyarakat pentingnya ke Posyandu untuk menimbang anak, KB,
imunisasi, ANC, dan lainnya.
3. Pengumuman mengenai akan dilaksanakannya posyandu mungkin dapat dilakukan 3 hari
sebelum hari H
4. Mencari tempat yang lebih kondusif untuk dijadikan tempat Posyandu yang memiliki
tempat tidur dan tempat yang cukup luas agar bisa menjaga jarak dengan baik.
Pada tanggal 5 Juni 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Terate yang merupakan
UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Permasalahan yang ditemukan diantaranya
pelaksanaan Posyandu yang berpindah-pindah ke beberapa pos. Hal ini sebenarnya dilakukan agar
mempermudah masyarakat di tengah keadaan pandemi ini agar tidak jauh-jauh ke lokasi Posyandu di
sebuah tempat. Permasalahan kemudian yang muncul adalah karena dilakukan di rumah-rumah warga
yang dekat dengan domisili mereka masing-masing maka masyarakat yang datang minim persiapan
dan masih banyak yang tidak memakai masker serta sulit dilakukan protokol menjaga jarak.

Perencanaan intervensi:

1. Mencari tempat yang lebih kondusif untuk dijadikan tempat Posyandu yang memiliki
sarana prasarana yang memadai, seperti tempat tidur dan tempat yang cukup luas agar
bisa menjaga jarak dengan baik.
2. Melakukan edukasi lebih gencar lagi mengenai 3M (memakai masker, menjaga jarak,
menghindari kerumunan).

Pelaksanaan

Pada tanggal 15 September 2020 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Pelamunan yang
merupakan UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Saya melaksanakan Posyandu bersama
seorang bidan desa dari puskesmas.

Alurnya terdiri dari:

I : Pendaftaran

II : Penimbangan

lll : Pengisian KMS

IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS

V : Pelayanan kesehatan berupa

1. Imunisasi
2. Pemberian vitamin A dosis tinggi.
3. Pembagian pil KB.
4. Pengobatan ringan.
5. Konsultasi KB.

Monitoring dan evaluasi

1. Pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu

2. Motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu

3. Pekerjaan
4. Dukungan dan motivasi dari kader posyandu dan tokoh masyarakat

5. Sarana dan prasarana di Posyandu

6. Jarak dari Posyandu tersebut

- Advokasi
- Kemitraan (UKS)
- Penyuluhan

Kelas Ibu

Latar Belakang :

Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia antara 0 sampai
5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan
pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh
fasilitator, dalam hal ini menggunakan buku KIA. Tujuan kelas ibu hamil adalah
mengedukasi ibu hamil agar dapat menjalani proses kehamilan dan persalinan lancar, serta
melalui fase awal kehidupan bayi dengan bekal pengetahuan dasar. Pedoman kelas untuk
ibu hamil dan balita mengacu pada buku yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, sehingga
kelas ibu hamil bisa dilakukan di mana saja.

Permasalahan
Kelompok yang paling rentan kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi pada masa
perinatal. Hal ini ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan banyaknya
stunting yang ada di wilayah kerja Kramatwatu. Agar partisipasi lebih tinggi dan dapat lebih
mudah didatangi oleh masyarakat, maka kelas ini dilakukan ke dekat tempat tinggal pasien
yaitu di Posyandu, bukan hanya di Puskesmas.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

1. Menginformasikan kepada Ibu hamil/Ibu Balita di Posyandu Serdang mengenai


rencana adanya Kelas Ibu.
2. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
Kelas Ibu.
3. Membuka Kelas Ibu
4. Menyampaikan materi
5. Diskusi dan tanya jawab
6. Melaksanakan evaluasi dengan bertanya ke peserta mengenai apa yang telah
dipelajari dari kelas ini
7. Penutupan Kelas Ibu

Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan dengan metode pemaparan materi oleh Dokter PIDI dan diikuti
dengan diskusi dan tanya jawab dengan peserta kelas ibu.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring efektivitas pelaksanaan kegiatan setelah kegiatan dilaksanakan oleh Dokter PIDI
dengan menanyakan ke peserta mengenai apa saja yang telah dipelajari dan melaksanakan
quiz tanya jawab. Selanjutnya bidan desa akan mengevaluasi kegiatan dan kendala, mencari
penyebab masalahnya dan mencari solusi penyelesaiannya.

Penyuluhan ASI Eksklusif Ibu Hamil

Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) ialah makanan pilihan utama untuk bayi dan merupakan makanan yang
sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh
bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Perlu diketahui, komposisi zat gizi
di dalam ASI demikian sempurna untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai tahapan tumbuh
kembang bayi, bahkan untuk bayi yang lahir prematur sekalipun. Pemberian ASI merupakan
satu-satunya jalan yang paling baik untuk mengeratkan hubungan antara ibu dan bayi, dan ini
sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang normal terutama pada bulan pertama
kehidupannya. Pemberian ASI tanpa pemberian makanan lain selama enam bulan disebut
menyusui secara eksklusif.

UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian
anak Balita didunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu)
secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan
makanan serta minuman tambahan kepada bayi. UNICEF juga menyebutkan bukti ilmiah
terbaru yang dikeluarkan oleh Jurnal Pediatrik pada tahun 2006 ini, terungkap data bahwa
bayi yang diberi susu formula, memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan
pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dari bayi yang disusui oleh ibunya
secara eksklusif.

Permasalahan
Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara menyusui dengan benar, serta pemasaran
yang dilancarkan secara agresif oleh para produsen susu formula, merupakan faktor
penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua didalam memberikan ASI eksklusif.
Di Desa Toyomerto, tidak semua ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Keadaan ini
disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari ketidaktahuan ibu akan pentingnya ASI eksklusif,
kesibukan ibu, hingga produksi ASI yang dirasa kurang pada ibu tersebut.

Berdasarkan keadaan tersebut, maka pengetahuan masyarakat khususnya pemahaman orang


tua bayi dan balita mengenai pentingnya ASI eksklusif perlu ditingkatkan agar jumlah bayi
yang memperoleh ASI eksklusif bertambah.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Intervensi yang dipilih yaitu dengan mengadakan program penyuluhan ASI eksklusif kepada
wanita usia produktif. Adapun deskripsi dari kegiatan tersebut:
Sasaran: Wanita usia produktif
Kegiatan: Penyuluhan dan diskusi aktif mengenai ASI eksklusif dan sesi tanya jawab
Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan ASI eksklusif ini dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2021 di Desa Toyomerto
oleh 1 orang dokter internship dan 1 orang penanggung jawab gizi Puskesmas Kramatwatu ke 2
orang wanita usia produktif. Kegiatan dilaksanakan di rumah warga. Kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Pemeriksaan kesehatan ibu hamil


2. Penyuluhan ASI eksklusif, pentingnya inisiasi menyusui dini, kandungan gizi pada ASI,
bagaimana cara menyusui yang benar, manfaat ASI, waktu yang tepat untuk pemberian
makanan pendamping ASI, dan lain sebagainya.
3. Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil KEK
Monitoring & evaluasi
Peserta tampak aktif mendengarkan dan bertanya. Setelah mendapatkan materi penyuluhan,
banyak peserta yang baru menyadari akan pentingnya ASI eksklusif terutama sampai umur
anak 6 bulan. Hampir seluruh peserta aktif memberikan pertanyaan seputar ASI maupun
masalah kesehatan anak. Evaluasi terus menerus dilakukan seiring dengan berjalannya
pemantauan melalui Posyandu.

F2 Kesling
- 1 air bersih

F2 Upaya Pelayanan Kesling: Keluarga Tanpa Air Bersih di Rumah Makan


Latar Belakang:

Kesehatan lingkungan adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yang tidak
hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut WHO, ruang lingkup
kesehatan lingkungan meliputi penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan pengendalian
pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor, pencegahan/ pengendalian pencemaran
tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan, pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi,
kesehatan kerja, pengendalian kebisingan, perumahan dan pemukiman, aspek kesling dan transportasi
udara, perencanaan daerah dan perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata,
tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan
penduduk, serta tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Salah satu upaya kesehatan lingkungan adalah penyediaan air bersih. Syarat air yang bersih adalah
tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air minum sebaikya memiliki pH yang
netral.

Kantin atau rumah makan mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan pesan-pesan
kesehatan. Banyak aspek kesehatan lingkungan terkait pada kantin, seperti aspek perilaku
penjamah, aspek peralatan, aspek sanitasi tempat, sanitasi air bersih, dan lain-lain.

Permasalahan:

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh surnber daya air meliputi kualitas air yang semakin
menurun. Hal ini menjadi krusial karena rumah makan menyediakan makanan dengan menggunakan
sumber air masing-masing rumah makan. Bila air yang digunakan tidak bersih dan layak, maka
berbagai penyakit pencernaan bisa terjadi di masyarakat. Puskesmas Kramatwatu memutuskan untuk
melakukan pemeriksaan secara acak untuk rumah makan di sekitar wilayah kerja untuk mengetahui
kualitas airnya.

Perencanaan:

Perencanaan yang cocok untuk kasus ini adalah dengan melakukan pemeriksaan kualitas air di rumah
makan di sekitar wilayah kerja. Pemeriksaan dilakukan bersamaan dengan edukasi kepada masyarakat
bahwa air bersih adalah tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Walaupun air
yang kotor hanya mereka gunakan untuk mencuci dan tidak dikonsumsi, tapi tetap saja dapat
berdampak pada kesehatan khususnya kesehatan kulit. Apalagi bila digunakan sebagai air untuk
pengolahan makanan dan minuman, dapat berdampak pada kesehatan pencernaan.
Pelaksanaan :

Kegiatan dilaksanakan pada 12 Juni 2021, di Desa Wanayasa, oleh 1 dokter internship, didampingi 1
orang penanggung jawab kesling dari Puskesmas Kramatwatu. Kegiatan dilakukan dengan
mengunjungi 1 rumah makan dan mengambil sampel air untuk diperiksa di laboratorium. Sampel air
ini diambil ke 2 botol kaca yang telah disiapkan dan diambil mid-stream setelah keran dibersihkan
dengan alkohol untuk mencegah kontaminan. Setelahnya dilakukan edukasi mengenai kebersihan air
kepada pegawai di rumah makan tersebut dan dilakukan diskusi.

Monitoring dan Evaluasi:

Pengambilan sampel berjalan dengan lancar, pegawai dapat mengerti edukasi dengan baik. Evaluasi
terhadap hasil pemeriksaan air dari laboratorium didapatkan hasil air yang bersih dari kontaminan dan
layak untuk digunakan.

Inspeksi Depot Air Minum Serdang

Latar Belakang

Depot Air Minum adalah suatu usaha yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air
minum dalam bentuk curah (diisi langsung tempat) tidak dalam bentuk kemasan dan diberikan
langsung kepada konsumen. Perkembangan usaha Depot air minum di Kabupaten Serang yang
semakin menjamur dari tahun ke tahun menunjukkan semakin banyaknya masyarakat yang
menggunakan air minum isi ulang sebagai alternatif sumber air minum sehari-hari. Harga yang
terjangkau dan kemudahan mendapatkan air isi ulang menjadi alasan meningkatnya penggunaan air
minum isi ulang di kalangan masyarakat.

Permasalahan

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh surnber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak
mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang
semakin menurun. Hingga saat ini, Indonesian telah memiliki Peraturan Pemerintah No. 20 tahun
1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
51 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan lndustri. Peraturan Pemerintah No. 20
tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu
dilakukan penelitian kualitas air dari penyedia air minum isi ulang dikarenakan dampak kesehatan
yang luas terhadap masyarakat.

Perencanaan

Dalam upaya kesehatan lingkungan, yaitu untuk mengetahui penilaian kualitas air, terutama air
minum, maka dilakukan sampling kualitas air dari depot pengisian air minum di bcberapa wilayah.
Program dilakukan dcngan melakukan pengambilan sampel air di 2 depot air minum yang ada di
wilayah Serdang. Pemilihan subjek depot air minum dilakukan berdasarkan rekomendasi dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Serang.

Pelaksanaan

Pengambilan sampel air dilakukan oleh 1 orang dokter internship dan 1 orang penanggung jawab
kesehatan lingkungan dari Puskesmas Kramatwatu dan dilaksanakan di wilayah Desa Serdang pada
21 Mei 2021. Pengambilan sampel air dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB dan berakhir pada pukul
10.00 WIB. Pengambilan sampel air meliputi:

1. Kunjungan ke depot dan melakukan wawancara sesuai borang kualilas air minum

2. Melihat surat-surat perizinan terkait izin depot air minum

3. Pengambilan sampel air

4. Mengirimkan sampel air ke Labkesda Banten untuk dianalisis

Monitoring Evaluasi

Pengambilan sampel air dilakukan oleh petugas kcsehatan lingkungan dari Puskesmas Kramatwatu
pada Rabu, 10 April 2019 pada pukul 08.00 WlB dan bcrakhir pada pukul 10.00 WIB. Pengambilan
sampel dilakukan di beberapa depot air minum isi ulang di wilayah Kramatwatu. Pengambilan
sampel air berjalan dengan baik dan lancar. Pihak pengusaha depot air minum memberikan respon
yang baik terhadap petugas dan sudah memahami soal prosedur pemeriksaan rutin depot air
minum isi ulang.

Evaluasi yang dilakukan menyesuaikan dengan hasil uji kualitas air yang dikeluarkan dari Labkesda.
Hasil dari Labkesda menunjukkan bahwa air di kedua depot tersebut bersih dan aman dikonsumsi
oleh masyarakat.

- 1 jamban

-Rumah sehat 22 Juni 2021

Latar belakang

Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu faktor lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor yang terbesar dan sangat mempengaruhi kesehatan
adalah faktor lingkungan. Upaya kesehatan lingkungan sebagai bentuk kegiatan preventif ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap individu atau masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).

Perbaikan sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan cara menerapkan sanitasi pada lingkungan
sekitar tempat tinggal. Rumah merupakan tempat dimana sebagian besar waktu manusia dihabiskan
di sana. Di dalam rumah dimungkinkan dapat terjadi masalah-masalah kesehatan, antara lain
pencemaran lingkungan, penularan penyakit, dan gangguan kesehatan lainnya. Maka dari itu,
sanitasi rumah perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan penghuni rumah, serta orang yang datang
atau berkunjung ke rumah tersebut.

Kondisi sanitasi rumah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor sosial, faktor ekonomi,
faktor pendidikan, faktor pengetahuan, serta faktor sikap dan perilaku anggota keluarga. Faktor-
faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi rumah dan menentukan apakah rumah
tersebut memenuhi syarat kesehatan atau tidak memenuhi syarat kesehatan.

Masalah

Masih banyak rumah yang belum memenuhi kriteria sehat sehingga dapat menimbulkan berbagai
macam gangguan kesehatan dan penyakit seperti Diare, TB, ISPA, penyakit kulit, dan lainlain.

Intervensi

Masih banyak rumah-rumah yang belum memenuhi kriteria rumah sehat sehingga dibutuhkan
informasi berupa pengertian dan kriteria rumah sehat kepada masyarakat. Selain itu, diperlukan juga
kunjungan rumah untuk memantau apakah rumah yang dikunjungi sudah/belum termasuk dalam
kriteria rumah sehat

Pelaksanaan

Pemantauan keadaan rumah dilakukan pada tanggal 22 Juni 2021, di rumah Tn. N di Desa Harjatani.
Hasil dari pemantauan rumah Ny. N sebagai berikut:

Tn. N berumur 32 tahun, status perkawinan menikah, bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tn. N
tinggal bersama istri dan kedua anak perempuannya. Tn. N dan keluarga tinggal di rumah milik
sendiri, yaitu rumah semi permanen satu lantai, luas 15x7 m2 terdiri dari 3 kamar, ruang tamu,
dapur, dan kamar mandi. Lantai rumah semen, dinding rumah sebagian semen dan sebagian lagi
triplek, dicat. Penerangan di dalam rumah ada, jendela rumah ada namun minimal, ventilasi ada,
listrik ada, sumber air dari mata air, air minum dimasak. Kamar mandi di dalam rumah, jamban di
dalam kamar mandi, limbah dibuang ke septic tank. Rumah tidak memiliki halaman, jarak antar
rumah berdekatan, dan pencahayaan matahari yang masuk ke rumah minimal.

Monev

Setelah dilakukan pemantauan pada rumah Tn. N didapatkan: sirkulasi udara yang lancar,
penerangan sinar matahari ke rumah kurang memadai, air yang bersih, pembuangan limbah yang
terkontrol.

Tn.N diberikan saran untuk memperbaiki penerangan dengan membuka korden di siang hari dan
membuka jendela agar sirkulasi lebih baik. Evaluasi dilakukan untuk follow up apakah saran yang
diberikan dilakukan secara terus menerus.

- 1 klg tidak merokok

Keluarga dengan Anggota Keluarga Perokok


Latar Belakang :

Kesehatan lingkungan merupakan cabang dari ilmu kesehatan masyarakat yang mencakup


semua aspek alam dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia. Kesehatan
lingkungan adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya berarti
suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut WHO, ruang lingkup kesehatan
lingkungan meliputi penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran,
pembuangan sampah padat, pengendalian vektor, pengendalian pencemaran udara, tindakan
pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan, dll.
Kualitas udara, termasuk udara luar ambien dan kualitas udara dalam ruangan, yang juga
mencakup kekhawatiran tentang asap tembakau lingkungan .

Permasalahan:

Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan terhadap peningkatan
kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan Puskesmas Kramatwatu masih kurang. Beberapa
masyarakat masih belum menyadari bahaya merokok. Hal ini adalah karena terdapat pasien usia balita
yang berobat ke Puskesmas dengan bronkopneumonia dan setelah digali lebih lanjut, terdapat salah
satu anggota keluarga (kepala keluarga) yang merokok di dalam rumah padahal terdapat anak usia
balita dirumah. Kunjungan rumah direncanakan karena dirasa diperlukan untuk mengedukasi keluarga
dengan lebih efektif.

Perencanaan:

Perencanaan untuk kasus ini adalah memberikan edukasi mengenai bahaya merokok pada anggota
keluarga yang masih merokok. Merokok dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti
hipertensi, stroke, masalah kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), impotensi, bahkan kanker.
Bahaya merokok tidak hanya bagi yang merokok, namun juga bagi perokok pasif, dalam hal ini
adalah keluarga perokok yaitu anak-anaknya dan istrinya.

Pelaksanaan :

Kegiatan dilaksanakan pada 19 Juni 2021, di Desa Pegadingan oleh 1 dokter internship, didampingi 1
orang penanggung jawab kesling dari Puskesmas Kramatwatu. Peserta kegiatan adalah 3 orang
anggota keluarga yang ditargetkan. Aspek yang diperhatikan adalah aspek kesehatan lingkungan
secara keseluruhan, dimulai dari kebersihan, sanitasi, sirkulasi udara, dan juga pola kebiasaan
merokok di keluarga.

Edukasi dilakukan dalam bentuk pemaparan materi dan diskusi dengan keluarga, mengarahkan
perokok untuk merencanakan metode berhenti rokok sesuai dengan target pribadi yang feasible.

Monitoring dan Evaluasi :

Monitoring pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan melakukan follow up mengenai perubahan pola
merokok melalui kader setempat, dan dievaluasi perkembangannya sesuai dengan target yang telah
ditetapkan oleh kesanggupan kepala keluarga tersebut. Lalu evaluasi lebih lanjut dilakukan dengan
melihat apakah pasien balita di keluarga tersebut tingkat kekambuhan penyakitnya menjadi berkurang
atau bahkan menjadi 0.
F3 KIA/KB
- ANC

ANC di Posyandu Terate (Ny. D G1P0A0)

Latar belakang

Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan


untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara
optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan
pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan
wajar.

Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan,


yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester
kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga.

Antenatal care terpadu merupaka pelayanan antenatal yang komprehensif dan berkualitas.
Pelayanan ini diberikan kepada seluruh ibu hamil. Pemeriksaan yang terdapat dalam pelayanan ANC,
yaitu keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan, LILA, TFU, presentasi
janin, DJJ, Hb, golongan darah, protein urin, gula darah/ reduksi, deteksi malaria, BTA, deteksi sifilis,
serologi HIV, dan USG.

Permasalahan

Saat ini, masih dirasakan kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil mengenai
pentingnya ANC. Rendahnya partisipasi ANC ke bidan atu dokter ini menyebabkan rendahnya
pengetahuan pasien mengenai pentingnya melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan dan bahaya
melahirkan di dukun. Saat ini kelahiran di dukun ini masih cukup tinggi di beberapa desa di wilayah
kerja Kramatwatu.

Perencanaan dan intervensi

Perencanaan intervensi yang dilakukan adalah melaksanakan pemeriksaan rutin ANC dan konseling
kepada ibu hamil di Posyandu. Hal ini dilakukan agar pasien lebih mudah aksesibilitasnya dan tidak
perlu jauh-jauh ke Puskesmas. Selain itu dilakukan juga edukasi mengenai bahaya bila tidak
melahirkan dengan bantuan bidan atau dokter.

Pelaksanaan

Kegiatan ANC ini dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2021 di Posyandu Terate dan diikuti oleh 3 ibu
hamil. Pemberi pelayanan pada acara ini adalah 1 dokter internsip, 1 bidan desa, dan beberapa
kader.

Susunan acara dilaksanakan sebagai berikut :


1) Pendaftaran

2) Pemeriksaan ibu hamil berdasar urutan daftar

3) Konseling dan pengisian buku pink

4) Pemberian tablet besi dan kalsium

Berikut Ante Natal Care (ANC) yang dilakukan dengan pasien:

Nama. : Ibu D

Usia. : 24 tahun

Suami : Bapak N

HPHT. : 1 November 2020

TP. : 8 Agustus 2021

UK. : 30-31 minggu

Status. : G1P0A0

BB/TB : 58 kg / 150 cm

Lila. : 24 cm

Tensi. : 100/70 mmgHg

TFU. : 24 cm

DJJ. : 145 x/ menit

Ibu D merencanakan persalinan di puskesmas kramatwatu dengan bidan. Kemudian untuk cek
laboratorium terakhir diketahui normal, sudah mendapat tablet Fe dan Kalsium dari Puskesmas dan
Posyandu. Perencanaan KB Ibu D setelah ini adalah KB suntik 3 bulan, karena Ibu masih takut dengan
metode lain karena teman-temannya. Edukasi lebih lanjut dibutuhkan pada ANC selanjutnya.

Monitoring & Evaluasi

Monitoring dilakukan dengan melihat tingkat partisipasi ibu hamil yang ada dengan ANC yang
dilakukan. Hasil yang didapatkan menunjukkan beberapa ibu hamil yang tidak rutin melakukan ANC.
Pada beberapa kasus, ibu hamil langsung didatangi di rumah oleh bidan desa tersebut.

Evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa peran kader sangat penting untuk mengajak ibu hamil
untuk melakukan ANC dan mengedukasi mengenai pentingnya pertolongan persalinan di fasilitas
kesehatan resmi seperti bidan dan dokter.

ANC di Posyandu Margasana

9 Juni 2021
Latar belakang

Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan


untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara
optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan
pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan
wajar.

Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan,


yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester
kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga.

Antenatal care terpadu merupaka pelayanan antenatal yang komprehensif dan berkualitas.
Pelayanan ini diberikan kepada seluruh ibu hamil. Pemeriksaan yang terdapat dalam pelayanan ANC,
yaitu keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan, LILA, TFU, presentasi
janin, DJJ, Hb, golongan darah, protein urin, gula darah/ reduksi, deteksi malaria, BTA, deteksi sifilis,
serologi HIV, dan USG.

Permasalahan

Saat ini, masih dirasakan kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil mengenai
pentingnya ANC. Rendahnya partisipasi ANC ke bidan atu dokter ini menyebabkan rendahnya
pengetahuan pasien mengenai pentingnya melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan dan bahaya
melahirkan di dukun. Saat ini kelahiran di dukun ini masih cukup tinggi di beberapa desa di wilayah
kerja Kramatwatu.

Perencanaan dan intervensi

Perencanaan intervensi yang dilakukan adalah melaksanakan pemeriksaan rutin ANC dan konseling
kepada ibu hamil di Posyandu. Hal ini dilakukan agar pasien lebih mudah aksesibilitasnya dan tidak
perlu jauh-jauh ke Puskesmas. Selain itu dilakukan juga edukasi mengenai bahaya bila tidak
melahirkan dengan bantuan bidan atau dokter.

Pelaksanaan

Kegiatan ANC ini dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2021 di Posyandu Margasana dan diikuti oleh 5
ibu hamil. Pemberi pelayanan pada acara ini adalah 1 dokter internsip, 1 bidan desa, dan beberapa
kader.

Susunan acara dilaksanakan sebagai berikut :

1) Pendaftaran

2) Pemeriksaan ibu hamil berdasar urutan daftar

3) Konseling dan pengisian buku pink

4) Pemberian tablet besi dan kalsium


Berikut Ante Natal Care (ANC) yang dilakukan dengan pasien:

Nama. : Ibu TR

Usia. : 30 tahun

Suami : Bapak G

HPHT. : 6 Januari 2021

TP. : 13 Oktober 2021

UK. : 21-22 minggu

Status. : G3P2A0

BB/TB : 60 kg / 155 cm

Lila. : 23,5 cm

Tensi. : 120/70 mmgHg

TFU. : 17 cm

DJJ. : 144 x/ menit

Ibu TR merencanakan persalinan di puskesmas kramatwatu dengan bidan. Kemudian untuk cek
laboratorium terakhir diketahui normal, sudah mendapat tablet Fe dan Kalsium dari Puskesmas dan
Posyandu. Perencanaan KB Ibu TR setelah ini adalah KB suntik 3 bulan, karena Ibu masih takut
dengan metode lain karena teman-temannya. Edukasi lebih lanjut dibutuhkan pada ANC selanjutnya.

Monitoring & Evaluasi

Monitoring dilakukan dengan melihat tingkat partisipasi ibu hamil yang ada dengan ANC yang
dilakukan. Hasil yang didapatkan menunjukkan beberapa ibu hamil yang tidak rutin melakukan ANC.
Pada beberapa kasus, ibu hamil langsung didatangi di rumah oleh bidan desa tersebut.

Evaluasi yang dilakukan menunjukkan bahwa peran kader sangat penting untuk mengajak ibu hamil
untuk melakukan ANC dan mengedukasi mengenai pentingnya pertolongan persalinan di fasilitas
kesehatan resmi seperti bidan dan dokter.

- Deteksi bumil
- Implant KB

F3: Keluarga Berencana - Pemasangan Implan

Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah
terjadinya kehamilan antara tiga sampai lima tahun, metode ini dikembangkan oleh the Population
Council, yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan
metode kontrasepsi. Implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasangkan di bawah kulit lengan
atas yang berbentuk kapsul silastik yang lentur dimana di dalam setiap kapsul berisi hormon
levernorgestril yang dapat mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi implant ini memiliki cara
kerja menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan selaput lendir endometrium tidak siap dalam
menerima pembuahan (nidasi), mengentalkan lendir dan menipiskan lapisan endometrium dengan
efektivitas keberhasilan kontrasepsi implant sebesar 97-99% (BKKBN, 2014).

PERMASALAHAN

Salah satu pilihan kontrasepsi yang dapat digunakan adalah implan. Metode kontrasepsi ini cukup
efektif dengan risiko kehamilan kurang dari 1 antara 100 ibu dalam 1 tahun. Metode ini cukup
disukai, karena tidak perlu lagi melakukan apapun untuk periode 3 - 7 tahun setelah pemasangan dan
tidak mengganggu hubungan seksual. Namun kontrasepsi jenis ini seringkali masih dihindari oleh
peserta KB, mereka lebih memilih untuk mengkonsumsi pil KB atau KB suntik karena mendengar
dari rekan-rekannya bahwa KB implan sakit dan tidak nyaman.
PERENCANAAN

Kontrasepsi implan memiliki keuntungan adalah memiki daya guna yang tinggi, perlindungan dalam
jangka waktu yang panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah dilakukan pencabutan,
tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh esterogen, tidak mengganggu dalam
kegiatan senggama, tidak mengganggu produksi ASI.

Edukasi kepada wanita usia produktif mengenai jenis-jenis KB, manfaat serta kekurangan dan
kelebihan masing-masing alat kontrasepsi, pilihan kontrasepsi pada berbagai kasus, dan cara
penggunaannya perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Selain melalui poli KB di Puskesmas, edukasi juga dapat dilakukan dengan bantuan kader-kader di
masyarakat, atau melalui bidan desa di berbagai acara masyarakat seperti Posyandu.
PELAKSANAAN
Kegiatan pemasangan KB Implan ini dilaksanakan di poli KB Puskesmas Kramatwatu pada tanggal
14 Juli 2021. Kegiatan dilaksanakan oleh 1 orang dokter internship dan 1 orang bidan puskesmas,
dengan akseptor bernama Ny. QA dengan identitas sbb:
Nama : Ny. QA
Usia : 29 tahun
Suami : Tn. O
BB/TB : 70 kg / 160 cm
Tensi : 120/70 mmgHg
Alat dan bahan dipersiapkan, akseptor diminta untuk tiduran dengan lengan atas kiri terexpose.
Dilakukan tindakan sepsis dan asepsis pada lokasi pemasangan. Setelah implant dimasukan ke
subkutan, luka ditutup menggunakan veerband. Akseptor diedukasi bahwa jangan terkena air selama 3
hari dan setelah 3 hari balutan harap diganti sendiri. Akseptor diajarkan untuk mengecek posisi
implant dengan cara merabanya.

MONITORING & EVALUASI


Monitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan sewaktu-waktu. Tingkat
pengetahuan wanita usia produktif mengenai pilihan KB dapat dievaluasi secara berkala oleh bidan
desa di Puskesmas Kramatwatu.
F3: Keluarga Berencana - Pemasangan AKDR

LATAR BELAKANG

Keluarga berencana merupakan tindakan yang dapat membantu individu dan pasangan suami isteri
untuk mengatur jarak antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran, menentukan jumlah
anak, dan mendapatkan kelahiran yang diinginkan.

Program KB mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk dan untuk
mengatasi laju pertumbuhan dan angka kelahiran. Program ini memerlukan tenaga kesehatan yang
kompeten dan mampu bekerja secara maksimal dalam proses mensukseskan keluarga kecil bahagia
sejahtera.

Kontrasepsi adalah suatu metode untuk mencegah atau menunda kehamilan. Cara kerja kontrasepsi
bisa dengan menekan ovulasi, menahan masuknya sperma sampai ke ovum dan menghalangi nidasi.
Terdapat berbagai jenis kontrasepsi dengan kelebihan serta kekurangannya masing-masing

PERMASALAHAN
Kegiatan pemasangan AKDR ini dilaksanakan di poli KB Puskesmas Kramatwatu pada tanggal 24
Juni 2021. Permasalahan yang muncul pada kegiatan KB ini adalah rendahnnya keinginan masyarakat
untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR dan Implan dan memilih untuk
menggunakan KB suntik atau pil. Masyarakat juga banyak yang masih takut untuk memilih
kontrasepsi AKDR karena sering mendengar dari ibu-ibu yang lain bahwa AKDR itu sakit dan tidak
nyaman, padahal AKDR merupakan kontrasepsi pilihan pertama dengan efektivitas tinggi tanpa efek
samping hormonal.

PERENCANAAN
Edukasi kepada wanita usia produktif mengenai jenis-jenis KB, manfaat serta kekurangan dan
kelebihan masing-masing alat kontrasepsi, pilihan kontrasepsi pada berbagai kasus, dan cara
penggunaannya perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Selain melalui poli KB di Puskesmas, edukasi juga dapat dilakukan dengan bantuan kader-kader di
masyarakat, atau melalui bidan desa di berbagai acara masyarakat seperti Posyandu.

PELAKSANAAN
Kegiatan pemasangan KB AKDR ini dilaksanakan di poli KB Puskesmas Kramatwatu pada tanggal
24 Juni 2021. Kegiatan dilaksanakan oleh 1 orang dokter internship dan 2 orang bidan puskesmas,
dengan akseptor bernama Ny. R dengan identitas sbb:
Nama : Ny. R
Usia : 24 tahun
Suami : Tn. N
BB/TB : 50 kg / 156 cm
Tensi : 100/70 mmgHg

Sebelum dilakukan pemasangan AKDR, akseptor dijelaskan terlebih dahulu mengenai keuntungan
dan kerugian, teknik pemasangan, komplikasi serta jangka waktunya. Ditanyakan juga mengenai
riwayat KB sebelumnya, jumlah anak hidup, usianya, riwayat penyakit, riwaiyat berhubungan seksual
terakhir, menstruasi terakhir, sedang hamil atau tidak, dan sebagainya. Setelah itu kami melakukan
informed consent pada akseptor.
Alat dipersiapkan dengan prosedur yang steril. Gunakan Teknik no touch, withdrawal dalam
memasukkan AKDR. Lakukan edukasi menyeluruh mengenai kejadian yang mungkin terjadi selama
menggunakan KB AKDR dan cara mengatasinya.

MONITORING & EVALUASI


Monitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan sewaktu-waktu. Tingkat
pengetahuan wanita usia produktif mengenai pilihan KB dapat dievaluasi secara berkala oleh bidan
desa di Puskesmas Kramatwatu.

- IMD
- Persalinan

9 Agustus 2021

Persalinan adalah proses fisiologis dimana uterus mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin
dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih, dapat hidup diluar kandungan, melalui
jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan. Persalinan normal adalah persalinan
dengan presentasi verteks, aterm, selesai dalam tempo 4-24 jam, dan tidak melibatkan bantuan
artifisial maupun komplikasi.

Tempat bersalin termasuk salah satu faktor yang dapat memengaruhi psikologis ibu bersalin.
Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang tidak tepat akan berdampak secara
langsung pada kesehatan ibu. Setidaknya ada dua pilihan tempat bersalin yaitu di rumah ibu atau di
unit pelayanan kesehatan.

Tempat yang ideal untuk melahirkan adalah fasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga
yang siap menolong bila sewaktu-waktu terjadi komplikasi persalinan. Minimal di fasilitas kesehatan
seperti puskesmas yang mampu memberikan PONED.

Permasalahan

Laporan riskesdas 2010, persentase tempat ibu melahirkan menurut tempat persalinan berdasarkan
karakteristik tempat tinggal dan status ekonomi. Di pedesaan umumnya persalinan dilakukan di
rumah/lainnya, sedangkan di perkotaan melahirkan di fasilitas kesehatan lebih banyak. Hal ini juga
terjadi di beberapa desa di wilayah Kramatwatu dimana masih banyak masyarakat yang memilih
untuk melahirkan dengan bantuan dukun bersalin di rumah.
Perencanaan dan Intervensi

Edukasi terus menerus dilakukan oleh bidan desa dan kader-kader untuk mengajak ibu-ibu hamil
untuk melakukan persalinan di bidan terdekat atau Puskesmas. Puskesmas dengan pelayanan
persalinan normal merupakan Puskesmas yang mempunyai ruangan khusus untuk persalinan dan
ruangan pemantauan pasca bersalin (nifas) serta alat (partus set) untuk pelayanan persalinan 16
normal sesuai standar. Ruangan persalinan, ruangan nifas dan partus set mengacu pada buku
Pedoman Pelayanan Puskesmas. Proses persalinan dilakukan di Puskesmas Kramatwatu sesuai
dengan SOP yang berlaku dengan standar pelayanan tertinggi.

Pelaksanaan:

Proses persalinan dilakukan di VK pada tanggal 9 Agustus 2021 dibantu oleh 1 dokter internship
dengan 3 bidan dan 2 mahasiswi bidan yang sedang bertugas di VK. Pasien dengan identitas Ny. M;
32th; 160cm; 78kg melakukan persalinan normal spontan dengan proses sebagai berikut.

Seorang pasien wanita berusia 32 tahun datang ke IGD Puskesmas Kramatwatu pada tanggal 9 Agustus 2021
dengan keluhan rasa sakit ingin mengedan.

RPS:
- Nyeri dirasakan sejak pukul 07.00
- Keluar lendir campur darah dari kemaluan
- HPHT: 03-11-2020 TP: 10-08-2021
- RHM: Mual muntah (-) perdarahan (-)
- ANC: kontrol teratur ke bidan mulai usia kehamilan 3 bulan, belum pernah USG, selalu meminum tablet
tambah darah.

RPD: Tidak pernah menderita sakit jantung, ginjal, DM, HT. alergi (-)
RPK: (-)

Pemeriksaan Fisik:
KU: sakit sedang Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital:
Tekanan darah: 119/73 mmHg
Nadi: 88x/menit
Respirasi: 20x/menit
Suhu: 36,5oC
LILA: 25 cm

Status Obstetrikus
TFU: 29 cm
Leopold I: FUT teraba 3 jari dibawah processus xyphoideus, teraba massa besar, lunak, noduler
Leopold II: tahanan terbesar janin disebelah kanan, bagian kecil di kiri
Leopold III: teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV: divergen
DJJ : 150x/menit

Genitalia:
Inspeksi: V/U tenang, PPV (-)
VT: Bukaan 8-9 cm ketuban (+), teraba kepala UUK kiri melintang ii-iii

Diagnosis: G3P2A0 parturien aterm kala I fase laten

Tatalaksana:
9 Agustus 2021 11.00 Pimpin persalinan
9 Agustus 2021 11.40 Lahir bayi perempuan, berat 3200g, panjang 48cm
9 Agustus 2021 11.50 Lahir plasenta spontan, lengkap, berat 500gr

Monitoring dan evaluasi


Proses persalinan berjalan dengan normal, pasien dapat dipulangkan setelah selesai observasi and
inisiasi menyusui dini. Tidak lupa dilakukan edukasi mengenai breast care dan vulva hygiene oleh
bidan. Evaluasi akan dilakukan oleh bidan desa secara berkala.

F4 Gizi
- BBTB bayi anak tumbuh kembang

Deteksi Tumbuh Kembang Anak

Posyandu Margasana 14 Juni 2021

Latar Belakang

Istilah tumbuh kembang terdiri dari dua peristiwa penting, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang berubah-ubah, misalnya
pembentukan jaringan, pembesaran kepala, tubuh serta anggota badan lain seperti tangan dan kaki,
peningkatan dalam kekuatan dan kemampuan untuk mengendalikan otot-otot yang besar maupun
kecil, perkembangan hubungan sosial, pemikiran dan bahasa, serta mulai terbentuknya kepribadian.
Proses-proses tersebut terjadi tergantung pada kondisi biologis dan psikis serta lingkungan
perkembangan anak.

Masalah

Masih kurangnya partisipasi orang tua dalam kegiatan deteksi tumbuh kembang balita yang biasanya
dilakukan di posyandu setiap bulan.

Intervensi

Beberapa solusi yang dapat diupayakan oleh Puskesmas adalah:

- Memberikan penyuluhan tentang pentingnya deteksi tumbuh kembang

- Kader lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan Posyandu

- Dilakukan kegiatan jemput bola bagi balita yang tidak datang Posyandu

Pelaksanaan

Pada tanggal 14 Juni 2021 dilaksanakan Posyandu yang bertempat di Desa Margasana yang
merupakan UKBM cakupan wilayah Puskesmas Kramatwatu. Kegiatan Posyandu dilakukan bersama
seorang bidan desa dari Puskesmas dan diikuti oleh 7 anak. Deteksi tumbuh kembang balita ini
dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan posyandu balita di Posyandu Desa Margasana dimulai
pukul 9.00-selesai. Agenda kegiatan deteksi tumbuh kembang balita ini terdiri dari penimbangan
berat dan tinggi badan anak, screening tumbuh kembang anak, dan edukasi orangtua mengenai
tumbuh kembang anak.

Alur Posyandu terdiri dari:

I : Pendaftaran
II : Penimbangan

lll : Pengisian KMS

IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS

V : Pelayanan kesehatan

Monev

Kegiatan deteksi tumbuh kembang anak ini berjalan sesuai perencanaan. Namun, meskipun telah
dipanggil berulang kali, sasaran balita yang datang masih belum mencapai target. Hal ini
menyebabkan 0tumbuh kembang balita di wilayah kerja Desa Margasana belum dapat disimpulkan
karena masih kurangnya partisipasi masyarakat untuk mengantarkan balitanya deteksi tumbuh
kembang.

LATAR BELAKANG :
SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas
melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada
masa 5 tahun pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara: keluarga,
masyarakat dengan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan anak prasekolah terjangkau
oleh kegiatan SDIDTK.
Tujuan agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan
berkembang secara optimal.

PERMASALAHAN
Anak usia 0-6 tahun perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus-menerus
pada setiap kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh-
kembang yang bahkan dapat menyebabkan gangguan yang menetap. Stimulasi kepada anak
hendaknya bervariasi dan ditujukan terhadap kemampuan dasar anak yaitu: kemampuan
gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, kemampuan sosialisasi
dan kemandirian, kemampuan kognitif, kreatifitas dan moral-spiritual.

PERENCANAAN DAN INTERVENSI


Stimulasi perlu dilakukan menurut aturan yang benar seperti anjuran para ahli, stimulasi yang
salah dapat menyebabkan pembentukan anak yang menyimpang. Oleh karena itu stimulasi
sebaiknya dilakukan oleh orang-orang terdekat dengan anak yang telah mendapat pengertian
tentang cara memberi stimulasi yang benar, misal: ayah, ibu, pengasuh, anggota keluarga
lain, petugas kesehatan dan kelompok masyarakat tertentu, misal kader kesehatan atau kader
pendidikan.

Prinsip-prinsip dasar dalam menstimulasi anak


Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan para pendidik, pengasuh dan orang tua, yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan cara-cara yang benar sesuai petunjuk tenaga kesehatan yang
menangani bidang tumbuh kembang anak.
2. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak.
3. Selalu menunjukkan perilaku yang baik karena anak cenderung meniru tingkah laku orang-
orang terdekat dengannya.
4. Berikan stimulasi sesuai kelompok umur anak.
5. Dunia anak dunia bermain, oleh karena itu lakukanlah stimulasi dengan cara mengajak
anak bermain, bernyanyi dan variasi lain yang menyenangkan, tanpa paksaan dan hukuman.
6. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak.
7. Menggunakan alat bantu/alat permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar kita.
8. Anak laki-laki dan perempuan diberikan kesempatan yang sama.
PELAKSANAAN
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dengan cara mengukur Berat Badan (BB), Tinggi
Badan (TB) dan Lingkar Kepala (LK).
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu meliputi
• Pendeteksian menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
• Tes Daya Lihat (TDL)
• Tes Daya Dengar (TDD)
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu menggunakan :
• Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
• Check List for Autism in Toddlers (CHAT) atau Cek lis Deteksi Dini Autis
• Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
MONITORING DAN EVALUASI
• Stimulasi dini yang memadai, yaitu merangsang otak balita agar perkembangan kemampuan
gerak, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemandirian anak berlangsung secara optimal sesuai
usia anak.
• Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu melakukan skrining atau
mendeteksi sejak dini terhadap kemungkinan adanya penyimpangan tumbuh kembang anak
balita.
• Intervensi dini, yaitu melakukan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk
memperbaiki bila ada penyimpangan tumbuh kembang dengan tujuan agar pertumbuhan dan
perkembangan anak kembali kejalur normal dan penyimpangannya tidak menjadi lebih berat.
• Rujukan dini, yaitu merujuk/membawa anak ke fasilitas kesehatan bila masalah
penyimpangan tumbuh kembang tidak dapat diatasi meskipun sudah dilakukan intervensi
dini.
- Stunting

KUNJUNGAN Stunting Desa Pegadingan

Latar Belakang
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang
kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan
yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO.
Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti
kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi
pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. (Kemkes RI, 2018)
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya
termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD),
gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini dapat menjadi
salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan pendamping
ASI (MP ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan
yang diberikan. (Kemkes RI, 2018) Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat
kehamilan serta setelah persalinan mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya
stunting. Faktor lainnya pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek),
jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang
pada saat kehamilan. (Kemkes RI, 2018)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Masa sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual, faktor-faktor
yang memperberat keadaan ibu hamil adalah terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
melahirkan, dan terlalu dekat jarak kelahiran.
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang
termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan
segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang
ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025.

Permasalahan
Stunting dalam jangka pendek dapat menyebabkan anak rentan terhadap suatu penyakit,
dan perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal sehingga
menyebabkan kecerdasan anak menurun. Oleh karena itu diperlukan kegiatan penyuluhan
stunting dengan tujuan para orangtua dapat memberikan gizi seimbang untuk anak-anaknya
agar menurunkan angka stunting pada balita di Desa Tonjong, Kecamatan Kramatwatu.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Intervensi yang dipilih yaitu dengan mengadakan program penyuluhan stunting kepada
wanita usia produktif dan ibu dengan anak stunting. Adapun deskripsi dari kegiatan tersebut:
Sasaran: Wanita usia produktif dan ibu dengan anak stunting
Kegiatan: Penyuluhan dan diskusi aktif mengenai stunting dan tumbuh kejar
Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan stunting ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2021 di Desa Tonjong oleh 1
orang dokter internship dan 1 orang penanggung jawab gizi Puskesmas Kramatwatu ke 3 orang
wanita usia produktif. Kegiatan dilaksanakan di rumah ibu dengan anak stunting. Kegiatan yang
dilakukan adalah:

1. Pemeriksaan kesehatan
2. Penyuluhan gizi,
3. Pemberian makanan tambahan untuk anak stunting
Edukasi ini diharapkan dapat menyebabkan Wanita usia produktif lebih mengerti pentingnya
1000 hari pertama kehamilan dan persiapan sebelum kehamilan. Peran ibu memegang kunci
keberhasilan dari pencegahan stunting dan tumbuh kejar bagi pasien yang telah stunting.
Monitoring & evaluasi
Peserta tampak aktif mendengarkan dan bertanya. Wanita usia produktif dan ibu terus
dimotivasi dan diberikan penyuluhan mengenai gizi 1000 hari pertama kehamilan dan
tumbuh kejar. Evaluasi terus menerus dilakukan seiring dengan berjalannya pemantauan
pasien melalui Posyandu.

KUNJUNGAN GIZI BURUK Desa Pegadingan

Latar Belakang
Persoalan malnutrisi di Indonesia masih menjadi tantangan dalam upaya membangun
generasi Indonesia yang berkualitas pada masa mendatang. Oleh karena itu, mata rantai
gizi kurang di Indonesia harus diputus dengan berbagai macam upaya. Berkaca dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita
di Indonesia mencapai 17,7 persen, sedangkan stunting mencapai 30,8 persen. Begitu juga
dengan obesitas yang menunjukkan peningkatan, di angka 6,7 persen pada 2013 menjadi 8
persen pada 2018.
Kasus malnutrisi bukan hanya menjadi tumpuan dalam satu bidang saja. Edukasi gizi,
sistem reproduksi, sanitasi, pola asuh hingga faktor ekonomi turut andil dalam upaya
mengentaskan kasus malnutrisi di Indonesia.

Permasalahan
Pada masa balita, nutrisi memegang peranan penting dalam perkembangan seorang anak.
Masa balita juga disebut masa transisi, terutama di usia 1-2 tahun, dimana seorang anak akan
mulai makan makanan padat dan menerima rasa serta tekstur makanan yang baru. Selain itu
usia balita adalah usia kritis dimana scorang anak akan bertumbuh dengan pesat baik secara
fisik maupun mental. Di masa balita, seorang anak membutuhkan nutrisi dari berbagai
sumber dan makanan. Kebutuhan balita akan makanan dan nutrisi tergantung dari usia, besar
tubuh dan tingkat aktivitas balita itu sendin. Seorang balita biasanya membutuhkan sekitar
1000- 1400 kalori per hari. Nutrisi yang tepat dan lengkap akan memberikan dampak yang
positif bagi tumbuh kembang otak dan juga fisik. Balita yang kurang terpenuhi kebutuhan
nutrisinya dapat mengakibatkan dampak negatif bagi balita itu sendin seperti kejadian gizi
kurang dan gizi buruk.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Intervensi yang dipilih yaitu dengan mengadakan program Gizi Balita. Adapun deskripsi dari
kegiatan tersebut:
Sasaran: Balita Bawah Gizi Buruk
Kegiatan: Skrining pertumbuhan (ukur tinggi badan, timbang berat badan), pemeriksaan
kesehatan, penyuluhan gizi, dan pemberian makanan tambahan berupa susu dan biskuit MP
ASI
Pelaksanaan
Kegiatan kunjungan ke balita BGM ini dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2021 di Desa Pegadingan
oleh 1 orang dokter internship dan 1 orang penanggung jawab gizi Puskesmas Kramatwatu ke 1
orang balita. Kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Skrining pertumbuhan (ukur tinggi badan, timbang berat badan)


2. Pemeriksaan kesehatan
3. Penyuluhan gizi,
4. Pemberian makanan tambahan berupa susu dan biskuit MP ASI
5. Edukasi dan konsultasi terkait status gizi dan kondisi anak
Edukasi ini diharapkan dapat menyebabkan keluarga pasien lebih mengerti kebutuhan anak
dan dapat berperan lebih aktif dengan tidak mengandalkan bantuan PMT dari Puskesmas
saja. Peran orang tua memegang kunci keberhasilan dari peningkatan status gizi balita BGM.
Monitoring & evaluasi
Monitoring dilakukan dengan memantau kondisi anak setelah mendapat PMT dan
memastikan ibu mengerti cara pemberian makan untuk anak secara tepat. Jika anak belum
mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya, ibu terus dimotivasi dan diberikan
penyuluhan mengenai gizi balita, jenis dan cara pemberian makanan. Bila anak sudah
mengalami peningkatan, berikan PMT pemulihan.

F5 PPPP
- Imunisasi

(ganti jadi imunisasi anak di posyandu)


LATAR BELAKANG 
Imunisasi adalah upaya pemberian bahan antigen untuk mendapatkan kekebalan adaptif
pada tubuh manusia terhadap agen biologis penyebab penyakit. Dengan kata lain, langkah
ini bertujuan agar tubuh dapat melindungi dirinya sendiri. Penting untuk memenuhi jadwal
imunisasi agar anggota keluarga terhindar dari penyakit berbahaya.
Pemberian vaksin, baik untuk anak-anak maupun untuk dewasa, adalah cara pencegahan
penyakit yang umum dilakukan. Vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang telah
dilemahkan, atau protein mirip bakteri yang diperoleh dari pengembangan di laboratorium,
bekerja mencegah penyakit dengan cara menimbulkan reaksi imunitas tubuh dan
mempersiapkan tubuh untuk melawan serangan infeksi di kemudian hari.
Berikut jenis imunisasi yang tergabung dalam program pemerintah, dan didanai oleh
pemerintah, bagi bayi di bawah usia 1 tahun di Indonesia:

 Usia 0 bulan: BCG, HB-0, Polio-0


 Usia 2 bulan: DPT/HB/Hib-1, Polio-1
 Usia 3 bulan: DPT/HB/Hib-2, Polio-2
 Usia 4 bulan: DPT/HB/Hib-3, Polio-3
 Usia 9 bulan: Campak
Pada umumnya, imunisasi dasar dipenuhi saat anak berusia 1-4 tahun. Di masa ini juga
biasanya dilakukan imunisasi ulangan untuk memperpanjang masa kekebalan imunisasi
dasar. 

PERMASALAHAN 
Pandemi COVID-19 memberikan banyak pengaruh pada kehidupan manusia.
Kekhawatiran pada masyarakat akan virus ini berdampak pada perubahan
pola aktivitas, termasuk diantaranya pelaksanaan imunisasi pada anak.
Laporan dari Kementerian Kesehatan bahwa cakupan imunisasi di Indonesia
yang paling tinggi pada bulan Januari dan Februari, namun setelah kasus
pertama diidentifikasi virus COVID-19 pada bulan Maret tahun lalu, cakupan
imunisasi menurun drastis baik di Puskesmas, Posyandu, dan fasilitas
kesehatan lainnya.
PERENCANAAN
Pelaksanaan imunisasi di Posyandu yang dekat dengan masyarakat menjadi
sangat krusial. Rendahnya jumlah cangkupan imunisasi perlu disiasati dengan
baik. Imunisasi kejar juga harus diusahakan agar tidak melewati waktu
maksimal imunisasi bagi bayi.
Peran dari kader-kader juga sangat penting untuk mendorong keluarga bayi
untuk ke Posyandu dan melakukan imunisasi sebelum waktu kejar
imunisasinya habis. Perencanaan dilakukan dengan memilih tempat
Posyandu yang memadai sarana dan prasarananya, mengumumkan H-3 dari
acara, dan mendata sasaran-sasarannya.

PELAKSANAAN
Kegiatan Imunisasi ini dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2021 di Posyandu Margasana dan diikuti
oleh 7 anak. Pemberi pelayanan pada acara ini adalah 1 dokter internsip, 1 bidan desa, dan beberapa
kader.

Alurnya terdiri dari:

I : Pendaftaran
II : Penimbangan
lll : Pengisian KMS
IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
V : Pelayanan kesehatan berupa imunisasi

MONITORING
Pemantauan untuk kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)

- Pencarian kasus peny menular (Covid)

Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi
COVID-19 meliputi gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. COVID-19 dapat menimbulkan
manifestasi yang serius seperti pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian.Pemerintah telah mengambil langkah untuk pencegahan penularan COVID-19 dengan
melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang pada prinsipnya dilaksanakan untuk
menekan penyebaran COVID-19 semakin meluas. Pengaturan PSBB ditetapkan melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), dan secara teknis dijabarkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Permasalahan
Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 dan jumlahnya terus
bertambah hingga sekarang. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020 Kementerian Kesehatan
melaporkan 56.385 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%) yang
tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus paling banyak terjadi pada
rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi
ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


1. Merekap daftar kontak erat pasien COVID-19 per hari
2. Melakukan pembagian tugas untuk menghubungi kontak erat pasien COVID-19 (kontak erat
serumah)

Pelaksanaan
1. Menghubungi kontak erat pasien COVID-19 melalui whatsapp atau telpon
2. Memperkenalkan nama, usia pasien, dan tujuan tindak lanjut
3. Menanyakan kondisi pasien, durasi isolasi mandiri, komorbid, siapa anggota keluarga yang
terkonfirmasi positif swab, kondisi rumah, orang yang tinggal satu rumah dengan pasien, sudah
pernah swab atau belum, hasil swab bila sudah melakukan swab
4. Melaporkan hasil tindak lanjut ke tim satgas COVID-19

Monev

Monitoring dan evaluasi gejala pasien, durasi isolasi, dan hasil swab pasien.

Hasil swab dari Puskesmas menunjukkan keluarga Tn. MAK seluruhnya memiliki hasil (+) PCR.
Isolasi mandiri kemudian dilakukan dari tanggal 28 Juni hingga 13 Juli 2021, bersama dengan Ny.
RKS dan An. KAK. Semua berada dalam kondisi baik, tidak ada demam, tidak batuk, tidak pilek.
Semua anggota keluarga tidak ada komorbid diabetes, hipertensi, sakit ginjal, ataupun sakit kronik
lainnya.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit diabetes mellitus

Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan di beberapa negara di
dunia termasuk Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes Melitus
(DM) merupakan suatu kelompok metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Soegondo, 2009:19).
Dua kategori utama DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes tipe 1 ditandai dengan kurangnya
produksi insulin sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan penggunaan insulin yang kurang efektif oleh
tubuh. DM tipe 2 merupakan tipe diabetes yang sering didapatkan dan biasanya timbul pada usia di
atas 40 tahun, 90-95% dari penderita diabetes adalah DM tipe 2 (Hans Tandra, 2009:18). Menurut
Hasdianah (2012:39) faktor risiko dari diabetes adalah riwayat keluarga, obesitas, kurang aktifitas
fisik, ras/etnik, sebelumnya teridentifikasi sebagai glukosa puasa terganggu, hipertensi, kolesterol
tidak terkontrol, riwayat DM pada kehamilan dan berat badan berlebih.

Permasalahan
Estimasi terakhir International Diabetes Federation (IDF) terdapat 382 juta orang yang hidup dengan
diabetes di dunia pada tahun 2013, pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat
menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut 175 juta diantaranya belum
terdiagnosis sehingga terancam progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan.
Prevalensi diabetes di Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 penduduk (tahun 2000) yang
diproyeksikan mencapai 21.257.000 penduduk pada tahun 2030, artinya terjadi kenaikan tiga kali lipat
dalam waktu 30 tahun (Bustan, 2007:101). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2013 terjadi peningkatan prevalensi penyakit diabetes dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% tahun
2013.
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI pusat data dan informasi tahun 2014, dari 6,9% penderita
DM yang didapatkan 30,4% yang telah terdiagnosis sebelumnya dan 69,6% tidak terdiagnosis
sebelumnya. Jumlah proporsi penduduk di pedesaan (7,0%) tidak lagi lebih rendah dibandingkan
perkotaan (6,8%). Berdasarkan karakteristik tempat tinggal, proporsi GDP (Gula Darah Puasa)
terganggu di perdesaan lebih tinggi dari pada di perkotaan.

DI wilayah Kecamatan Kramatwatu kesadaran masyarakat mengenai penyakit tidak menular seperti
diabetes mellitus juga masih perlu ditingkatkan. Edukasi terus menerus perlu dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan.

Perencanaan dan pelaksanaan intervensi

Berbagai pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan pola hidup sehat, baik dari
segi pola makanan, olahraga rutin. Edukasi mengenai ini dilakukan dalam bentuk penyuluhan
tentang penyakit diabetes mellitus terhadap kader dan masyarakat di Posyandu Lebakwana.
Penyuluhan dilakukan diikuti dengan diskusi aktif dan sesi tanya jawab. Setelahnya, dilakukan juga
sesi konsultasi dan pengobatan sederhana.

Pelaksanaan
Pada tanggal 10 Juni 2021 dilakukan penyuluhan mengenai diabetes mellitus di Posyandu
Lebakwana yang dilakukan oleh 1 orang dokter internship dan 1 orang bidan desa serta beberapa
kader. Kegiatan dihadiri oleh 10 orang masyarakat. Penyuluhan ini dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai DM dan cara pencegahannya. Selain itu, penyuluh menganjurkan
masyarakat untuk melaksanakan pola hidup sehat yaitu olahraga ringan yang dapat dilakukan 3x
dalam seminggu, melakukan pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi dini dan pengobatan
selanjutnya, dan memilih jenis makanan dan minuman rendah gula.

Monitoring dan evaluasi


Kegiatan berlangsung dengan lancar, masyarakat mengikuti pemaparan materi dengan antusias dan
aktif dalam bertanya. Evaluasi akan dilakukan dengan pemeriksaan berkala 1 bulan sekali di
Posyandu bagi yang memiliki tanda klasik, dan bagi yang sudah terdeteksi DM akan dilaporkan dan
dilakukan evalusi pemeriksaan dan pengobatan oleh petugas Puskesmas.

- Penapisan TB

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TB dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di
Indonesia, Tuberkulosis /TB merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka
kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang,
Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara
dengan masalah TB terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TB)
merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian
keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita
Tuberkulosis / TB baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000
penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis/ TB diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah
penderita TB paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Kasus TB di wilayah kabupaten kepahiang dari tahun 2018 sebanyak 559 kasus dan dinkes menargetkan upaya
pencegahan dan penanggulangan sekitar 60%. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TB paru, dan
setiap dua menit muncul satu penderita baru TB paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu
orang meninggal akibat TB di Indonesia. Sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi
lengkap tentang penyakit TB.
Permasalahan
Tingginya jumlah penderita TB di wilayah Puskesmas Kramatwatu. Di wilayah Kecamatan
Kramatwatu kesadaran masyarakat mengenai penyakit TB juga masih perlu ditingkatkan. Edukasi
terus menerus perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan.

Perencanaan dan pelaksanaan intervensi

Pemeriksaan sputum BTA, rontgen, pemberian pengobatan dan cara minum obat.
Memberikan pengetahuan kepada pasien agar:
- Mengubah pola hidup sehat baik dari segi olahraga dan makanan
- Berhenti merokok
- Mengajarkan etika batuk yang benar
- Jangan sampai putus obat baik itu dalam satu hari
- Rutin kontrol kesehatan

Pelaksanaan
Pada tanggal 5 Agustus 2021 dilakukan penapisan penyakit TB di Puskesmas Kramatwatu yang
dilakukan oleh 1 orang dokter internship dan 1 orang penanggung jawab program TB.
Kegiatan yang dilaksanakan:
1. Pemeriksaan sputum BTA dan rontgen
2. Pemberian pengobatan dan cara minum obat
3. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai pola hidup sehat dan etika batuk

Monitoring dan evaluasi


Kegiatan berlangsung dengan lancar, masyarakat mengikuti pemaparan materi dengan antusias dan
aktif dalam bertanya. Evaluasi akan dilakukan setiap 1 bulan sekali di Puskesmas saat pasien
mengambil obat rutin.

- Pengobatan TB

F6 Pengobatan dasar
F6

Pengobatan Dasar Diabetes Mellitus (Tn. EW, 64th)

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup
insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat
yang penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target
tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat
selama beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report, 2016).

Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014,
dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang
distandarisasi) telah meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi
8,5% pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan peningkatan faktor risiko terkait seperti
kelebihan berat badan atau obesitas. Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes
meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara
berpenghasilan tinggi.

Permasalahan

Meningkatnya pengidap diabetes mellitus (DM) di Indonesia, khususnya di wilayah kerja Puskesmas
Kramatwatu serta minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pengobatan DM secara
menyeluruh selain dari obat-obatan (perubahan gaya hidup, pola makan, dan olahraga).

Perencanaan

Diperlukan intervensi pada penderita DM dengan perawatan secara individual seperti melakukan
pengobatan serta deteksi dini dan melakukan perubahan pada gaya hidup dan pola makan.
Pengobatan ini disesuaikan dengan keadaan pasien dan disertai dengan edukasi yang adekuat dan
penetapan target personal dari pasien.

Pelaksanaan

Dilakukan pengobatan terhadap pasien Tn. EW, 64th; 160cm; 80kg pada 25 Juni 2021.

Monitoring

Monitoring dilakukan secara berkala saat pasien kontrol 1 bulan sekali. Evaluasi apakah pengobatan
sudah adekuat dan perubahan pola makan dapat dilakukan dengan baik.
Pengobatan Dasar OA

Latar Belakang

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif danprogresif yang mengenai


mereka di usia lanjut atau usia dewasadimana rawan kartilago yang melindungi ujung tulang
mulai rusak,disertai perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkondral.Penyakit ini
merupakan jenis artritis yang paling sering terjadi danmenimbulkan rasa sakit serta
hilangnya kemampuan gerak. Angka kejadian OA di dunia terbilang cukup tinggi. WHO
memperkirakan 25% orang berusia 65 tahun di dunia menderita OA. Sementara di kawasan
Asia Tenggara, jumlah penderita OA mencapai 24 juta jiwa. Prevalensi OA di Indonesia
sampai saat ini belum ada laporan yang jelas.
Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan misalnya pada panggul, lutut,
vertebra, tetapi dapat juga mengenaibahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki.
Hampir semua pasien OA lutut menderita setidaknya satu penyakit penyerta. Adanya
penyakit penyerta dan obesitas dikaitkan denganketerbatasan dalam kegiatan atau rasa
sakit. Sementara dalampenelitiannya terhadap penderita OA lutut, Keith T. Palmer
membuktikan bahwa aktivitas fisik (terutama berlutut, jongkok,mengangkat, atau mendaki)
dapat menyebabkan dan/atau memperburuk OA lutut.

Permasalahan

Meningkatnya pengidap Osteoarthritis (OA) di Indonesia, khususnya di wilayah kerja Puskesmas


Kramatwatu serta minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pengobatan OA secara menyeluruh
selain dari obat-obatan (perubahan gaya hidup, pola makan, dan olahraga).

Perencanaan

Diperlukan intervensi pada penderita OA dengan perawatan secara individual seperti melakukan
pengobatan serta deteksi dini dan melakukan perubahan pada gaya hidup dan pola makan. Rencana
yang akan dilakukan adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, pentatalaksanaan. Pengobatan ini
disesuaikan dengan keadaan pasien dan disertai dengan edukasi yang adekuat dan penetapan target
personal dari pasien.

Pelaksanaan

Dilakukan pengobatan terhadap pasien Ny. S; 65th; 155 cm; 65 kg pada 6 Juni 2021.

- Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukanagar pasien dapat mengetahui serta
memahami tentangpenyakit yang dideritanya, bagaimana agar penyakitnyatidak bertambah semakin
parah, dan agar persendiaanyatetap terpakai.

-Terapi fisik atau rehabilitasi. Pasien dapat mengalamikesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini
dilakukanuntuk melatih pasien agar persendianya tetap dapatdipakai dan melatih pasien untuk
melindungi sendi yang sakit.

-Penurunan Berat Badan, karena berat badan yang berlebihmerupakan faktor yang memperberat
OA.

-Kontrol secara teratur

Monitoring
Monitoring dilakukan secara berkala saat pasien kontrol 1 bulan sekali. Evaluasi apakah pengobatan
sudah adekuat dan perubahan pola makan dapat dilakukan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai