Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PUSKESMAS DOKTER INTERNSIP

F5. UPAYA MENINGKATKAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENULARAN


PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KRAKSAAN TAHUN 2018

PUSKESMAS KRAKSAAN
PUSKESMAS PAJARAKAN
DESEMBER 2017 - APRIL 2018

Oleh :
dr. Nike Mirah Melinda
dr. Cindy Claudia Virginia
dr. Aldiola Perdana
dr.Nur Rosyid Raharjo
dr. Nurginasih
Pendamping : dr. Syaiful

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PPSDM KESEHATAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,


yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru-paru atau di berbagai organ tubuh
lainnya, yang mempunyai tekanan parsial oksigen tinggi. Mycobacterium tuberculosis
termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-
glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia.Kuman ini mempunyai sifat
khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam) sehingga dapat
digunakan untuk identifikasi dahak secara mikroskopis. Mycobacterium tuberculosis cepat
mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap
dan lembab (Depkes, 2006).
Selain itu, kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi. Dalam jaringan tubuh, kuman hidup sebagai
parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag sehingga makrofag yang seharusnya
berfungsi untuk memfagosit kemudian menjadi tempat tinggal bakteri karena banyak
mangandung lipid.Penyakit ini sering terkait dengan faktor lingkungan tempat tinggal yang
tidak sehat, kumuh, miskin, serta terdapat sumber penular aktif.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 menyebutkan
sebanyak 9,6 juta orang menderita TBC dan 1,5 juta diantaranya mengalami kematian. kasus
TB di Indonesia berada di angka 460.000 kasus baru per tahun. Namun dilaporan serupa
tahun 2015 angka tersebut telah direvisi berdasarkan survei sejak 2013 yakni naik menjadi 1
juta kasus pertahun. Persentasi jumlah kasus TB di Indonesia menjadi 10 persen terhadap
seluruh kasus di dunia.Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus
terbanyak kedua setelah India yang menempati urutan pertama. Diperkirakan kasus TB baru
di Indonesia sebanyak 647 per 100.000 penduduk.
Sementara data TB di jawa timur pada 2015 yang diobati sebanyak 40.185
orang(urutan kedua setelah jawa barat), sedangkan jumlah pasien TB paru BTA positif
21.475 orang, kabupaten atau kota yang terbanyak pasien TB yang diobati Surabaya
4.754,Jember 3.128, Sidoarjo 2.292, Malang 1.932, dan kabupaten Pasuruan 1.809.
Pencapaian indikator program angka penemuan semua kasus TB Case Notification
Rate(CNR) pada tahun 2015 sebesar 103 per 100.000 penduduk angka ini menurun
dibandingkan CNR tahun 2014 sebesar 111 per 100.000 penduduk, sedangkan angka
keberhasilan pengobatan pasien yang dievaluasi pada tahun 2015 sebesar 90 %. Jumlah total
kasus TB resisten sampai saat ini sebanyak 909 orang dengan kasus terbanyak di Surabaya
354 kasus.
Pada tahun 2014 jumlah seluruh kasus TB sebanyak 1.328 kasus dan 809 diantaranya
adalah TB paru BTA positif.Sedangkan presentase kesembuhan mencapai 88,81% dari 861
pasien BTA positif yang diobati pada tahun 2014. Di kota Probolinggo tahun 2015 ada 159
kasus baru BTA (+) dari sejumlah 329 kasus TB yang ada, jumlah penderita TB paru BTA
(+) yang diobati 116 penderita, angka kesembuhannya 84,48 % .
Modalitas terapi yang sampai saat ini dianggap relevan bagi penderita TBC adalah
dengan mengkonsumsi OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang terdiri dari kombinasi
Isoniazid, Streptomisin, Etambutol, dan Rifampisin. Namun, seiring perkembangannya
semakin banyak penderita TBC yang sudah resisten terhadap pengobatan tersebut. Lamanya
waktu dalam mengonsumsi obat menjadi alasan banyak penderita yang akhirnya drop out
dari pengobatan sebelum masa yang ditentukan habis. Hal ini mengakibatkan prevalensi
penderita TBC resisten obat semakin meningkat. Bahkan WHO memperkirakan terdapat
sekitar 425.000 kasus resistensi TBC per tahunnya.
Infeksi tuberkulosis primer terjadi pada individu yang tidak mempunyai imunitas
sebelumnya terhadap Mycobacterium tuberculosis. Penularan tuberkulosis paru terjadi
karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar melalui droplet dalam udara. Infeksi
dimulai saat kuman berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang
mengakibatkan terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer yaitu selama 4-6
minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif.
pada
BAB II
PERMASALAHAN

 Kurangnya kepedulian terhadap kesehatan diri sendiri sehingga upaya menemukan


dan mengobati TB paru terlambat.
 Penderita tidak teratur meminum obat akibatnya terjadi resisten terhadap obat TB
paru.
 Waktu pengobatan TB paru yang lama yang membuat pasien tidak sabar.
 Ke tidak pedulian terhadap penularan akibat membuang dahak sembarangan.
BAB III
PELAKSANAAN

Kegiatan upaya meningkatkan pencegahan dan penularan penyakit TB paru bagi pasien
PKM Kraksaan.
Dilaksanakan :Kamis, 11 Januari 2018
Pukul :08.00-10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Kraksaan
Petugas Puskesmas : 4 orang
Dokter Internship : 2 orang
Jumlah Peserta : 44 orang
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

4.1. Monitoring
 Penyuluhan berjalan dengan cukup lancar serta peserta penyuluhan koperatif dalam
menanggapi materi yang disampaikan.
4.2. Evaluasi
 Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan Home visite pada penderita TB paru
untuk melakukan pengecekan faktor risiko terjadinya penularan, jika ada keluarga
lainnya yang berisiko terjangkit TB paru segera di periksa.
 Diharapkan pasien TB paru memiliki pemahaman tentang pengobatan TB paru yang
membutuhkan waktu lama sehingga dapat menyelesaikan pengobatannya dan dinyatakan
sembuh, serta paham tentang pencegahan kekambuhan dan penularan penyakit TB paru
sehingga pasien harus tau gejala-gejala awal dan gejala kambuhnya TB paru.
 Jika terdapat anak-anak disekitar lingkungan pasien TB paru segera di tindak lanjutkan
minimal dengan melakukan scoring TB anak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan
 Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni
kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru-paru atau di berbagai organ tubuh
lainnya.
 Penyakit ini sering terkait dengan faktor lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat,
kumuh, miskin, serta terdapat sumber penular aktif.
 Kasus TBC di Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia setelah India dan
China dengan jumlah penderita sekitar 10% dari total jumlah penderita TBC di dunia.
5.2.Saran
 Puskesmas sebagai pelayanan pertama kesehatan pada masyarakat dapat mengontrol dan
memonitoring kasus serta pengawasan pasien saat mengonsumsi obat TB sehingga tidak
mudah terjadi kasus resisten,
 Diharapkan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya melakukan upaya kuratif terhadap
kasus TB paru tetapi dapat juga melakukan promosi kesehatan dan upaya pencegahan
TB paru.
 Puskesmas juga perlu melakukan koordinasi program antara petugas TB paru dengan
staf puskesmas yang lain seperti bagian gizi untuk peningkatan status gizi masyarakat
agar memiliki imunitas yang tinggi dan tidak rentan terhadap penyakit infeksi.
 Lakukan penyampaian informasi kepada masyarakat bahwa pengobatan TB di
Puskesmas diberikan secara gratis sehingga tidak ada alasan pasien untuk tidak berobat.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2011. Pedoman Penanggulangan nasional


TBC.Jakarta:Depkes RI
Dinkes Provinsi Jawa Timur.2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
2015.Surabaya.Dinkes Provinsi Jatim
Perkumpulan Pemeberantas Tuberkulosis Indonesia.2012.Jurnal Tuberkulosis
Indonesia.Jakarta
Dinkes Kabupaten Probolinggo.2015. Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo.2014
Depkes RI 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai