1. Marasmus : bentuk kekurangan energi protein terutama disebabkan oleh kurangnya kalori hebat
berkepanjangan, terutama terjadi pada tahun pertama kehidupan, dengan retardasi pertumbuhan
dan pemborosan lemak dan otot subkutan. (Dorland)
2. Kwashiorkor : bentuk kekurangan energi protein yang dihasilkan oleh defisiensi protein yang
parah; Asupan kalori biasanya juga kurang.(Dorland)
• Pendidikan orangtua
• Penyakit infectious
MANIFESTASI KLINIS
MARASMUS
KWASHIORKOR
MARASMUS-KKASHIORKOR
Presence of both wasting and
bilateral pitting oedema. Both
Kwashiorkor and Marasmic-
kwashiorkor are very serious
conditions and are classified as
forms of severe acute
malnutrition.
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Tanya tentang keluhan utama (onset, progressivity, quality, reliver factor, aggravating factor, severity,
timing)
• Riwayat imunisasi
• Riwayat keluarga
• Riwayat kelahiran
Pemeriksaan penunjang
• Lab rutin (Hb, hct, thrombosit, leukosit, diff count)
• Electrolyte (Na, K, Mg , Cl, Bicarbonate)
• Gula darah
• Total protein, albumin
• Ureum, creatinin
• C-reactive protein
• Stool examination
Tanda –tanda defisiensi makro dan
mikronutrient
PLOTTING BB/U (WHO GROWTH
CHART)
STANDARD (0-5 tahun) REFERANCE (5-19 tahun)
PLOTTING PB/U DAN TB/U (WHO
GROWTH CHART)
STANDARD (0-5 tahun) REFERANCE (5-19 tahun)
PLOTTING BMI/U (5-19 tahun)
PLOTTING LK/U
PLOTTING MUAC
MUAC cut-off of 110 mm as an independent
diagnostic criterion for severe acute malnutrition
TATALAKSANA
• Tatalaksana : Rawat inap dengan penerapan 10 langkah dan 5 kondisi tatalaksana
anak dengan gizi buruk
• Pencegahan
Mulai segera pemberian makanan setiap 2 jam (langkah 6) sesudah dehidrasi dikoreksi
Selalu memberikan makanan sepanjang malam
• Catatan
Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP berat
menderita hipoglikemia dan atasi segera
Langkah ke-2:
Pengobatan/Pencegahan Hipotermia
• Bila suhu ketiak <36 °C
Periksa suhu rektal dengan menggunakan termometer suhu rendah. Bila tidak
tersedia termometer suhu rendah dan suhu anak sangat rendah pada pemeriksaan
dengan termometer biasa, anggap anak menderita hipotermia
• Formula khusus seperti F WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun
sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di atas
• Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah, berikan dengan sendok/pipet
• Pada anak dengan selera makan baik tanpa edema, jadwal pemberian makanan pada fase stabilisasi
dapat diselesaikan dalam 2–3 hr (1 hr/tahap). Bila masukan makanan <80 kkal/kgBB/hr, berikan sisa
formula nasogastrik. Jangan mem-berikan makanan >100 kkal/kgBB/hr pada fase stabilisasi ini
• Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal jantung yang dapat
terjadi bila anak mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak
• Pada periode transisi dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula khusus
awal ke formula khusus lanjutan
Ganti formula khusus awal (energi 75 kkal dan protein 0,9–1,0 g/100 mL) dengan formula khusus
lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2,9 g/100 mL) dalam jangka waktu 48 jam
Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein
yang sama
Kemudian naikkan dengan 10 mL/kali sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat
tercapai jumlah 30 mL/kgBB/kali (= 200 mL/kgBB/hr)
Langkah ke-8: Perhatikan Tumbuh
Kejar (cont.)
• Pemantauan pada masa transisi
Frekuensi napas
Frekuensi denyut nadi
• Bila terjadi peningkatan detak napas >5×/mnt dan denyut nadi >25×/mnt dalam
pemantauan setiap 4 jam berturut-turut, kurangi volume pemberian formula
• Sesudah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti diatas
• Sesudah periode transisi dilampaui, anak diberi:
Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering
Energi: 150–220 kkal/kgBB/hr
Protein 4–6 g/kgBB/hr
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi berikan juga formula, karena
energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar
• Pemantauan sesudah periode transisi
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan BB
Timbang anak setiap pagi sebelum anak diberi makan
Setiap mgg, kenaikan BB dihitung (g/kgBB/hr)
Bila kenaikan BB:
Kurang (<5 g/kgBB/hr) → reevaluasi menyeluruh
Sedang (5–10 g/kgBB/hr) → evaluasi apakah masukan makanan
mencapai target atau apakah infeksi sudah dapat diatasi
Langkah ke-9: Berikan Stimulasi
Sensorik dan Dukungan Emosional
Tatalaksana diet pada balita KEP berat ditujukan untuk memberi-kan makanan
tinggi energi, protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai
status gizi optimal
Ada 4 kegiatan penting dalam tatalaksana diet, yaitu pemberian diet, pemantauan
dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanju
Pemberian Diet
•Melalui 3 fase yaitu fase stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi
•Kebutuhan energi 100–200 kal/kgBB/hr
•Kebutuhan protein 1–6 g/kgBB/hr
•Pemberiansuplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau
pemberian bahan makanan sumber mineral tertentu sbb.:
Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam
Sumber Cu : tiram, daging, hati
Sumber Mn : beras, kacang tanah, kedelai
Sumber Mg : daun seledri, bubuk coklat, kacang-kacangan, bayam
Sumber K : jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang, apel, alpukat,
bayam, daging tanpa lemak
Pemberian Diet (cont.)
• Jumlah cairan: 150–200 mL/kgBB/hr, bila edema dikurangi
• Cara pemberian: p.o. atau lewat NGT
• Porsi makanan kecil dan frekuensi sering
• Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah
serat (lihat Tabel 192)
• Terus memberikan ASI
• Jenis makanan → berdasarkan BB
BB <7 kg diberikan kembali makanan bayi
BB >7 kg dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap (lihat tabel
tentang fase pemberian diet dan cairan)
• Pemeriksaan laboratorium: Hb, gula darah, feses (ada cacing), dan urin
• Kejadian hipoglikemia: beri minum air gula atau makan per 2 jam
Penyuluhan Gizi di Rumah Sakit
• Menggunakan leaflet khusus yang berisi: jumlah, jenis, dan frekuensi
pemberian bahan makanan
• Mempromosikan ASI
Merujuk ke Puskesmas
Merencanakan dan mengikuti kunjungan rumah
Merencanakan pemberdayaan keluarga
KRITERIA PEMULANGAN ANAK
GIZI BURUK DI RAWAT INAP
• Kriteria sembuh bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala
klinis. Anak dapat dipulangkan bila memenuhi kriteria pulang :
1. Pada anak sehat untuk menunjang pencapaian tumbuh kembang yang optimal
3. Pada pasien rawat inap untuk mencegah terjadinya malnutrisi rumah sakit
(MRS)
• Malnutrisi di masyarakat secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
60% dari 10,9 juta kematian anak dalam setiap tahunnya.
• 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktek pemberian makan yang tidak tepat pada
tahun pertama kehidupan (Infant Feeding Practice)
• Prevalensi terjadinya malnutrisi pada pasien anak rawat inap cukup tinggi : 20-40% dan
makin meningkat pada pasien yang dirawat di rumah sakit lebih dari dua minggu
Malnutrisi terjadi karena kurangnya perhatian terhadap ANP yang dapat disebabkan oleh
beberapa hal antara lain:
a. Assessment (penilaian)
1) Anamnesis
Berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB
atau BB/TB).
• Status gizi lebih (overweight)/obesitas ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)
• Apabila berat badan dan panjang/tinggi badan tidak dapat dinilai secara akurat. Contoh : organomegali,
edema anasarka, spondilitis atau kelainan tulang, dan sindrom tertentu. Status gizi ditentukan dengan
menggunakan parameter lain misalnya lingkar lengan atas, knee height, arm span.
PENENTUAN KEBUTUHAN
Kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan:
1) Gizi baik/kurang
2) Obesitas
Catatan:
- Berat badan ideal adalah berat badan menurut tinggi badan pada P50 pertumbuhan
- Pada Obesitas penatalaksanaan tidak akan berhasil tanpa disertai dengan peningkatan
aktifitas fisik dan perubahan perilaku.
PENENTUAN CARA PEMBERIAN
NUTRISI
Pemberian nutrisi melalui :
- 1-2 tahun makanan keluarga ditambah ASI dan/atau susu sapi segar,
- Polimerik : terbuat dari makronutrien intak yang ditujukan untuk fungsi gastrointestinal
yang normal, terbagi menjadi formula standar dan formula makanan padat kalori
- Oligomerik (elemental) : terbuat dari glukosa polimer, protein terhidrolisat, trigliserida rantai
sedang (MCT, medium chain triglyceride)
- Pemberian jenis preparat sesuai dengan usia, perhitungan kebutuhan dan jalur akses vena.
- Untuk neonatus dan bayi beberapa asam amino seperti sistein, taurin, tirosin, histidin
merupakan asam amino yang secara khusus/kondisional menjadi esensial.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
• Meliputi pemantauan terhadap : akseptabilitas atau penerimaan makanan, dan toleransi (reaksi
simpang makanan).
• Reaksi simpang yang dapat terjadi pada pemberian enteral : mual/muntah, konstipasi dan diare.
• Reaksi simpang pada pemberian parenteral : reaksi infeksi, metabolik dan mekanis.
• Pada pasien rawat inap evaluasi dan monitoring dilakukan setiap hari, dengan membedakan antara
pemberian jalur oral/enteral dan parenteral. Pada pasien rawat jalan evaluasi dilakukan sesuai
kebutuhan.
Refereance :
- http://www.fao.org/docrep/W0073e/w0073e05.htm#P3167_359330
- https://www.unicef.org/nutrition/training/2.3/6.html
- http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Rekomendasi-IDAI_Asuhan-Nutrisi-
Pediatrik.pdf
- Pedoman Diagnosis & Terapi IKA ed ke-5th 2014