Anda di halaman 1dari 86

CSS

Kurang Energi Protein


Adnan Rhafif
Aghni Qalbi Imansyah
Amrina
Athira Rafida Hanum

Preseptor: Tisnasari Hafsah, Sp. A(K)., M. Kes.


DEFINISI
• Batasan KEP (kurang Energi Protein) : Suatu kondisi patologis yang
diakibatkan kegagalan kronik dan kumulatif terpenuhinya kebutuhan
fisiologis energi dan protein (tidak mencapai angka kecukupan gizi).

• Klasifikasi KEP (Panter&UNICEF):


• KEP Berat secara klinis dibagi 3 :

1. Marasmus : bentuk kekurangan energi protein terutama disebabkan oleh kurangnya kalori hebat
berkepanjangan, terutama terjadi pada tahun pertama kehidupan, dengan retardasi pertumbuhan
dan pemborosan lemak dan otot subkutan. (Dorland)

2. Kwashiorkor : bentuk kekurangan energi protein yang dihasilkan oleh defisiensi protein yang
parah; Asupan kalori biasanya juga kurang.(Dorland)

3. Marasmic-Kwashiorkor : bentuk campuran marasmus dan kwashiorkor


ETIOLOGI
Sekunder : Akibat
penyakit lain
Primer : (misal penyakit
kekurangan infeksi, ginjal,
konsumsi hati, jantung,
makanan paru, dll)
FAKTOR RISIKO
• Sosial Ekonomi

• Pendidikan orangtua

• Bayi dengan berat badan lahir rendah

• Kurang atau tidak diberi ASI

• Penyakit infectious

• Faktor lingkungan (banjir, gempa)


PATHOGENESIS
MARASMUS KWASHIORKOR
MARASMUS KWARSHIORKOR

MANIFESTASI KLINIS
MARASMUS
KWASHIORKOR

MARASMUS-KKASHIORKOR
Presence of both wasting and
bilateral pitting oedema. Both
Kwashiorkor and Marasmic-
kwashiorkor are very serious
conditions and are classified as
forms of severe acute
malnutrition.
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Tanya tentang keluhan utama (onset, progressivity, quality, reliver factor, aggravating factor, severity,
timing)

• Ada keluhan seperti muntah, demam, dll

• Apakah ada keluhan pada BAK dan BAB

• Tanda-tanda komplikasi : dehidrasi, penurunan kesadaran, panas yang sangat tinggi

• Riwayat pengobatan dan penyakit

• Riwayat makan (food recall)

• Riwayat imunisasi

• Riwayat tumbuh kembang

• Riwayat keluarga

• Riwayat kelahiran

*Cari penyebab primer/sekunder KEP


Pemeriksaan fisis
• Keadaan umum, kesadaran
• Tanda-tanda vital, anthropometric dan status gizi *PLOTTING
• Head to toe examination (ada tanda- tanda dehidrasi, makro dan mikronutrient
defisiensi, etc)

Pemeriksaan penunjang
• Lab rutin (Hb, hct, thrombosit, leukosit, diff count)
• Electrolyte (Na, K, Mg , Cl, Bicarbonate)
• Gula darah
• Total protein, albumin
• Ureum, creatinin
• C-reactive protein
• Stool examination
Tanda –tanda defisiensi makro dan
mikronutrient
PLOTTING BB/U (WHO GROWTH
CHART)
STANDARD (0-5 tahun) REFERANCE (5-19 tahun)
PLOTTING PB/U DAN TB/U (WHO
GROWTH CHART)
STANDARD (0-5 tahun) REFERANCE (5-19 tahun)
PLOTTING BMI/U (5-19 tahun)
PLOTTING LK/U
PLOTTING MUAC
MUAC cut-off of 110 mm as an independent
diagnostic criterion for severe acute malnutrition
TATALAKSANA
• Tatalaksana : Rawat inap dengan penerapan 10 langkah dan 5 kondisi tatalaksana
anak dengan gizi buruk

• Lima aspek penting yang perlu diperhatikan :

1. Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat (10 langkah utama)


2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Kegagalan pengobatan
4. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
5. Tindakan pada kegawatan
Sepuluh Langkah Utama
pada Tatalaksana KEP Berat
Hipoglikemi | Hipotermia | Dehidrasi | Elektrolit |
Infeksi | Mikronutrien | Makanan | Tumbuh kejar |
Emosional | @Rumah
Langkah ke-1: Pengobatan/Pencegahan
Hipoglikemia
• Bila hipoglikemia (kadar gula darah <54 mg/dL atau 3 mmol/dL), berikan:
 Bila anak sadar
 Glukosa 10% atau larutan sukrosa 10% 50 mL bolus (pemberian sekaligus) (1 sdt gula
dalam 5 sdm air) p.o. atau pipa nasogastrik (nasogastric tube/NGT)
 Selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30 mnt selama 2 jam (setiap kali berikan
¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)
 Berikan antibiotik (lihat langkah 5)
 Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam (lihat langkah 6)
 Bila anak tidak sadar
 Glukosa 10% i.v. 5 mg/kgBB diikuti dengan glukosa atau
 sukrosa 10% sebanyak 50 mL melalui NGT. Bila anak mulai sadar segera berikan
F75 (lihat langkah 6
Langkah ke-1: Pengobatan/Pencegahan
Hipoglikemia (cont.)
• Pemantauan
 Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan darah dari
ujung jari atau tumit sesudah 2 jam
 Sekali diobati kebanyakan anak akan stabil dalam 30 mnt
 Bila gula darah ↓ lagi sampai <50 mg/dL, ulangi pemberian 50 mL (bolus) larutan
glukosa 10% atau sukrosa dan teruskan pemberian setiap 30 mnt sampai stabil
 Ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu aksila <36 °C dan atau kesadaran ↓

• Pencegahan
 Mulai segera pemberian makanan setiap 2 jam (langkah 6) sesudah dehidrasi dikoreksi
 Selalu memberikan makanan sepanjang malam

• Catatan
 Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP berat
menderita hipoglikemia dan atasi segera
Langkah ke-2:
Pengobatan/Pencegahan Hipotermia
• Bila suhu ketiak <36 °C
 Periksa suhu rektal dengan menggunakan termometer suhu rendah. Bila tidak
tersedia termometer suhu rendah dan suhu anak sangat rendah pada pemeriksaan
dengan termometer biasa, anggap anak menderita hipotermia

• Bila suhu dubur <36 °C


 Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)
 Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala, letakkan
dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di
dada ibu, dan selimuti
 Berikan antibiotik (lihat langkah 5)
Langkah ke-2: Pengobatan/Pencegahan
Hipotermia (cont.)
• Pemantauan
 Periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai >36,5 °C, bila
memakai pemanas ukur setiap 30 mnt
 Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama
malam hr
 Raba suhu anak
 Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia
• Pencegahan
 Segera beri makan/formula khusus setiap 2 jam (lihat langkah 6)
 Sepanjang malam selalu beri makan
 Selalu selimuti dan hindari basah
 Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan
medis terlalu lama)
Langkah ke-3:
Pengobatan/Pencegahan Dehidrasi
• Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan
perlahan-lahan untuk menghindari beban sirkulasi dan
jantung (lihat penanganan kegawatan)
• Berikan larutan garam khusus yaitu resomal atau
penggantinya (lihat lampiran tentang cairan resomal)
Langkah ke-3: Pengobatan/Pencegahan
Dehidrasi (cont.)
 Cairan resomal/pengganti sebanyak 5 mL/kgBB/30 mnt selama 2 jam
p.o. atau lewat NGT
 Selanjutnya beri 5–10 mL/kgBB/jam untuk 4–10 jam berikutnya;
jumlah tepat yang harus diberikan bergantung pada berapa banyak
anak menginginkannya dan jumlah kehilangan cairan melalui feses
dan muntah
 Ganti resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan
formula khusus berjumlah sama, bila keadaan rehidrasi
menetap/stabil
 Selanjutnya mulai beri formula khusus (langkah 6)
 Selama pengobatan, pernapasan cepat dan nadi lemah akan
membaik, serta anak mulai BAK
Langkah ke-3: Pengobatan/Pencegahan
Dehidrasi (cont.)
• Pemantauan
• Penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap ½–1 jam selama 2 jam pertama →
setiap jam untuk 6–12 jam, dengan memantau:
 Denyut nadi
 Pernapasan
 Frekuensi BAK
 Frekuensi diare/muntah
• Air mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun besar yang berkurang,
serta perbaikan turgor kulit merupakan tanda rehidrasi sudah berlangsung, tetapi
pada KEP berat perubahan ini sering kali tidak terlihat walaupun rehidrasi sudah
tercapai. Pernapasan dan denyut nadi yang cepat dan menetap selama rehidrasi
menunjukkan infeksi atau kelebihan cairan
• Tanda kelebihan cairan: frekuensi pernapasan dan nadi ↑, edema dan pembengkakan
kelopak mata ↑. Bila terdapat tanda-tanda tersebut, segera hentikan pemberian
cairan dan nilai kembali sesudah 1 jam
Langkah ke-3: Pengobatan/Pencegahan
Dehidrasi (cont.)
• Pencegahan
 Bila diare encer berlanjut → teruskan pemberian
formula khusus (langkah 6)
 Ganti cairan yang hilang dengan resomal/pengganti
(jumlah lebih kurang sama). Sebagai pedoman, berikan
resomal/pengganti sebanyak 50–100 mL setiap kali
BAB cair
 Bila masih mendapat ASI teruskan
Langkah ke-4: Koreksi Gangguan
Keseimbangan Elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit ini ikut berperan dalam edema,
berikan:
 K 2–4 mEq/kgBB/hr (150–300 mg KCl/kgBB/hr)
 Mg 0,3–0,6 mEq/kgBB/hr (7,5–15 mg MgCl 2 /kgBB/hr)
• Untuk rehidrasi, beri cairan rendah Na (resomal/pengganti)
• Siapkan makanan tanpa diberi garam
• Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang
ditambahkan langsung dalam makanan. Penambahan 20 mL larutan
pada 1 L formula dapat memenuhi kebutuhan K dan Mg (lihat cara
pembuatan larutan)
Langkah ke-5: Pengobatan dan
Pencegahan Infeksi
• Pada KEP berat, tanda yang biasanya menunjukkan infeksi seperti
demam sering kali tidak tampak, sehingga pada semua KEP berat
diberikan secara rutin:
 Antibiotik spektrum luas
 Vaksinasi campak bila usia anak >6 bl dan belum pernah diimunisasi,
bila keadaan anak sudah memungkinkan (paling lambat sebelum anak
dipulangkan)
 Ulangi pemberian vaksin sesudah keadaan gizi anak membaik
 Beberapa ahli memberikan metronidazol (7,5 mg/kgBB setiap 8 jam
selama 7 hr) sebagai tambahan pada antibiotik spektrum luas untuk
mempercepat perbaikan mukosa usus dan mengurangi risiko kerusakan
oksidatif dan infeksi sistemik akibat pertumbuhan bakteri anaerob
dalam usus halus
Langkah ke-5: Pengobatan dan
Pencegahan Infeksi (cont.)
• Pilihan antibiotik spektrum luas
 Bila tanpa penyulit
 Kotrimoksazol 5 mL suspensi pediatri p.o. 2×/hr selama 5 hr (2,5 mL bila BB <4 kg)
 Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada penyulit (hipoglikemia, hipotermia, infeksi
kulit, saluran respiratori atau kemih), berikan:
 Ampisilin 50 mg/kgBB i.m./i.v. setiap 6 jam selama 2 hr, kemudian p.o. amoksisilin 15
mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hr
 Bila amoksisilin tidak ada, teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam p.o. dan
Gentamisin 7,5 mg/kgBB/hr i.m./i.v. selama 7 hr
 Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25 mg/kg/BB
i.m./i.v. setiap 6 jam selama 5 hr
 Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik spesifik yang sesuai.
Tambahkan obat anti malaria bila pemeriksaan darah untuk malaria (+)
 Bila anoreksia menetap sesudah 5 hr pengobatan antibiotik, lengkapi pemberian hingga
10 hr. Bila masih tetap ada, nilai kembali keadaan anak secara lengkap, termasuk lokasi
infeksi, kemungkinan terdapat organisme yang resisten, serta apakah vitamin dan
mineral sudah diberikan dengan benar
Langkah ke-6: Koreksi Defisiensi
Mikronutrien
• Semua KEP berat menderita kekurangan vitamin dan mineral
• Walaupun anemia biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi
(Fe), tetapi tunggu sampai anak mau makan dan BB-nya mulai ↑ (biasanya sesudah
mgg ke-2). Pemberian besi pada masa awal dapat memperburuk keadaan infeksinya
Berikan setiap hr:
 Multivitamin
 Asam folat 1 mg/hr (5 mg pada hr pertama)
 Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hr
 Tembaga (Cu) 0,2 mg/kgBB/hr
 Bila BB mulai ↑: Fe 3 mg/kgBB/hr atau sulfas ferosus 10 mg/kgBB/hr
 Vitamin A oral pada hr ke-1
 Anak >1 th : 200.000 SI
 6–12 bl : 100.000 SI
 0–5 bl : 50.000 SI (jangan berikan bila sebelumnya anak sudah pasti mendapat
vit. A)
Langkah ke-7: Mulai Pemberian
Makanan
• Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat hati- hati karena keadaan faali anak sangat
lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai segera sesudah anak
dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi
metabolisme basal

• Formula khusus seperti F WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun
sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di atas

• Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah, berikan dengan sendok/pipet

• Pada anak dengan selera makan baik tanpa edema, jadwal pemberian makanan pada fase stabilisasi
dapat diselesaikan dalam 2–3 hr (1 hr/tahap). Bila masukan makanan <80 kkal/kgBB/hr, berikan sisa
formula nasogastrik. Jangan mem-berikan makanan >100 kkal/kgBB/hr pada fase stabilisasi ini

• Pantau dan catat:


 Jumlah yang diberikan dan sisanya
 Muntah
 Frekuensi BAB dan konsistensi feses
 BB harian
Langkah ke-7: Mulai Pemberian
Makanan (cont.)
Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan ↓ dan BB
mulai ↑. Tetapi pada penderita dengan edema, BB akan
↓ dulu bersamaan dengan menghilangnya edema, baru
kemudian BB mulai ↑.
Langkah ke-8: Perhatikan Tumbuh
Kejar
• Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar tercapai
masukan makanan yang tinggi dan pertambahan BB >10 g/kgBB/hr. Awal fase rehabilitasi
ditandai dengan kemunculan selera makan, biasanya 1–2 mgg sesudah dirawat

• Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal jantung yang dapat
terjadi bila anak mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak

• Pada periode transisi dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula khusus
awal ke formula khusus lanjutan
 Ganti formula khusus awal (energi 75 kkal dan protein 0,9–1,0 g/100 mL) dengan formula khusus
lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2,9 g/100 mL) dalam jangka waktu 48 jam
 Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein
yang sama
 Kemudian naikkan dengan 10 mL/kali sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat
tercapai jumlah 30 mL/kgBB/kali (= 200 mL/kgBB/hr)
Langkah ke-8: Perhatikan Tumbuh
Kejar (cont.)
• Pemantauan pada masa transisi
 Frekuensi napas
 Frekuensi denyut nadi
• Bila terjadi peningkatan detak napas >5×/mnt dan denyut nadi >25×/mnt dalam
pemantauan setiap 4 jam berturut-turut, kurangi volume pemberian formula
• Sesudah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti diatas
• Sesudah periode transisi dilampaui, anak diberi:
 Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering
 Energi: 150–220 kkal/kgBB/hr
 Protein 4–6 g/kgBB/hr
 Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi berikan juga formula, karena
energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar
• Pemantauan sesudah periode transisi
 Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan BB
 Timbang anak setiap pagi sebelum anak diberi makan
 Setiap mgg, kenaikan BB dihitung (g/kgBB/hr)
 Bila kenaikan BB:
 Kurang (<5 g/kgBB/hr) → reevaluasi menyeluruh
 Sedang (5–10 g/kgBB/hr) → evaluasi apakah masukan makanan
mencapai target atau apakah infeksi sudah dapat diatasi
Langkah ke-9: Berikan Stimulasi
Sensorik dan Dukungan Emosional

 Pada KEP berat, terjadi keterlambatan perkembangan


mental dan perilaku, berikan:
 Kasih sayang
 Lingkungan yang ceria
 Terapi bermain terstruktur selama 15–30 mnt/hr
 Aktivitas fisik segera sesudah sembuh
 Keterlibatan ibu (memberikan makan, memandikan,
bermain, dsb.)
Langkah ke-10: Tindak Lanjut di
Rumah
• Bila BB anak sudah mencapai 80% BB/U, dapat dikatakan anak
sembuh
• Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
dilanjutkan di rumah sesudah penderita dipulangkan
• Peragakan kepada orangtua:
 Pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan
nutrien yang padat
 Terapi bermain terstruktur
• Sarankan
 Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur
 Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)
 Pemberian vit. A setiap 6 bl
Kegagalan
Pengobatan
Saat kematian | Penilaian kenaikan BB | Penyebab kenaikan BB
kecil
Perhatikan saat terjadi kematian
 Dalam 24 jam pertama: kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis yang
terlambat atau tidak diatasi, atau proses rehidrasi kurang tepat
 Dalam 72 jam: periksa apakah volume formula terlalu banyak atau pemilihan
formula tidak tepat
 Malam hr: kemungkinan hipotermia karena selimut kurang memadai, tidak diberi
makan, atau perubahan konsentrasi formula terlalu cepat
 Kenaikan BB tidak adekuat pada fase rehabilitasi
Penilaian dan Penyebab BB
• Penilaian kenaikan BB
 Baik : >10 g/kgBB/hr
 Sedang : 5–10 g/kgBB/hr
 Kurang : <5 g/kgBB/hr

• Penyebab kenaikan BB <5 g/kgBB/hr


 Pemberian makanan tidak adekuat
 Defisiensi nutrien tertentu
 Infeksi yang tidak terdeteksi sehingga tidak diobati (HIV/AIDS)
 Masalah psikologis
Penanganan
Penderita Pulang
Sebelum Rehabilitasi
Tuntas
Rehabilitasi | Makanan | ASI
 Rehabilitasi dianggap lengkap dan anak siap dipulangkan bila BB/U >80% atau
BB/TB >90%. Anak KEP berat yang pulang sebelum rehabilitasi tuntas, di rumah
harus terus diberi makanan tinggi energi (150 kkal/kgBB/hr) dan tinggi protein (4–
6 g/kgBB/hr)
 Beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein), min. 5 kali sehari
 Beri makanan selingan di antara makanan utama
 Upayakan makanan selalu dihabiskan
 Beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
 ASI teruskan
Tindakan pada
Kegawatan
Syok | Pedoman pemberian cairan | Anemia
Syok
 Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit dibedakan
secara klinis. Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian
cairan i.v., sedangkan syok sepsis tanpa dehidrasi tidak akan membaik. Hati-hati
terhadap overhidrasi
Pedoman pemberian cairan
 Berikan cairan dekstrosa 5%: NaCl 0,9% (1:1) atau Ringer-
dekstrosa 5% (1:1) → 15 mL/kgBB dalam 1 jam pertama
 Evaluasi sesudah 1 jam:
 Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi, dan
pernapasan) dan status hidrasi → syok disebabkan dehidrasi.
Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya
dengan cairan p.o. atau nasogastrik → cairan rehydration solution
for malnutrition (resomal) 10 mL/kgBB/jam sampai 10 jam,
selanjutnya beri formula khusus (F-75/ pengganti)
 Bila tidak ada perbaikan klinis → anak menderita syok septik →
berikan cairan rumatan 4 mL/kgBB/jam dan transfusi darah 10
mL/kgBB perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulai berikan
formula (F-75/pengganti)
Anemia berat
 Hb 4–6 g/dL disertai distres pernapasan
 Amati reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok)
 Anak dengan distres pernapasan sesudah transfusi, Hb tetap <4 g/dL atau 4–6 g/dL
→ jangan diulangi
Tatalaksana Diet
pada Balita KEP
Berat
Diet | Evaluasi | Penyuluhan | Tindak Lanjut
Overview

 Tatalaksana diet pada balita KEP berat ditujukan untuk memberi-kan makanan
tinggi energi, protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai
status gizi optimal
 Ada 4 kegiatan penting dalam tatalaksana diet, yaitu pemberian diet, pemantauan
dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanju
Pemberian Diet
•Melalui 3 fase yaitu fase stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi
•Kebutuhan energi 100–200 kal/kgBB/hr
•Kebutuhan protein 1–6 g/kgBB/hr
•Pemberiansuplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau
pemberian bahan makanan sumber mineral tertentu sbb.:
 Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam
 Sumber Cu : tiram, daging, hati
 Sumber Mn : beras, kacang tanah, kedelai
 Sumber Mg : daun seledri, bubuk coklat, kacang-kacangan, bayam
 Sumber K : jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang, apel, alpukat,
bayam, daging tanpa lemak
Pemberian Diet (cont.)
• Jumlah cairan: 150–200 mL/kgBB/hr, bila edema dikurangi
• Cara pemberian: p.o. atau lewat NGT
• Porsi makanan kecil dan frekuensi sering
• Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah
serat (lihat Tabel 192)
• Terus memberikan ASI
• Jenis makanan → berdasarkan BB
 BB <7 kg diberikan kembali makanan bayi
 BB >7 kg dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap (lihat tabel
tentang fase pemberian diet dan cairan)

• Mempertimbangkan hasil anamnesis riwayat gizi (lihatblampiran tentang


catatan pola makan)
Evaluasi dan Pemantauan
Pemberian Diet
• BB sekali seminggu
 Bila tidak ↑, kaji penyebab a.l.: masukan zat gizi tidak adekuat, defisiensi zat
gizi tertentu, misalnya iodium, ada infeksi, dan ada masalah psikologis

• Pemeriksaan laboratorium: Hb, gula darah, feses (ada cacing), dan urin

• Masukan zat gizi: bila kurang → modifikasi diet sesuai selera

• Kejadian diare: gunakan formula rendah atau bebas laktosa dan


hipoosmolar, misal susu rendah laktosa, tempe, dan tepung-tepungan

• Kejadian hipoglikemia: beri minum air gula atau makan per 2 jam
Penyuluhan Gizi di Rumah Sakit
• Menggunakan leaflet khusus yang berisi: jumlah, jenis, dan frekuensi
pemberian bahan makanan

• Selalu memberikan contoh menu

• Mempromosikan ASI

• Memerhatikan riwayat gizi

• Mempertimbangkan sosioekonomi keluarga

• Memberikan demonstrasi/praktik memasak makanan balita untuk ibu


Tindak Lanjut

 Merujuk ke Puskesmas
 Merencanakan dan mengikuti kunjungan rumah
 Merencanakan pemberdayaan keluarga
KRITERIA PEMULANGAN ANAK
GIZI BURUK DI RAWAT INAP
• Kriteria sembuh bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala
klinis. Anak dapat dipulangkan bila memenuhi kriteria pulang :

1) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif


2) BB/PB atau BB/TB > -3 SD
3) Komplikasi sudah teratasi
4) Ibu telah mendapat konseling gizi
5) Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kg BB/minggu selama 2 minggu
berturut-turut
6) Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan
FORMULA WHO
Cara Pembuatan ResoMal
Kebutuhan Nutrisi Parenteral
CONTOH MAKANAN
Makanan Jumlah kalori
Makanan berat 1800 kkal/hari
Makanan Lunak Tim : 1500 kkal/hari
Bubur Bubur susu : 150 kkal/porsi
Susu Segar 70 kkal/100 cc
Makanan cair 100 kkal/100 cc
ASI/PASI 70 kkal/100cc
ASUHAN NUTRISI
PEDIATRIK
IDAI 2011
Tujuan ANP
Asuhan Nutrisi Pediatrik dilakukan untuk anak sehat maupun anak sakit.

1. Pada anak sehat untuk menunjang pencapaian tumbuh kembang yang optimal

2. Pada pasien rawat jalan agar tidak terjadi gagal tumbuh

3. Pada pasien rawat inap untuk mencegah terjadinya malnutrisi rumah sakit
(MRS)
• Malnutrisi di masyarakat secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
60% dari 10,9 juta kematian anak dalam setiap tahunnya.

• 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktek pemberian makan yang tidak tepat pada
tahun pertama kehidupan (Infant Feeding Practice)

• Prevalensi terjadinya malnutrisi pada pasien anak rawat inap cukup tinggi : 20-40% dan
makin meningkat pada pasien yang dirawat di rumah sakit lebih dari dua minggu
Malnutrisi terjadi karena kurangnya perhatian terhadap ANP yang dapat disebabkan oleh
beberapa hal antara lain:

1. Kurangnya kesadaran dari dokter

2. Kurangnya pengetahuan terapi nutrisi

3. Keterampilan dan strategi penanganan terapi nutrisi

4. Tingginya biaya dukungan nutrisi


Langkah-langkah Asuhan Nutrisi
Pediatrik
• Agar ANP dapat berjalan dengan baik, perlu dilakukan 5 kegiatan yang
berurutan dan berulang dan memerlukan kerjasama berbagai tenaga
profesional (dipimpin oleh dokter spesialis anak yang mempunyai
kompetensi).

• Lima kegiatan tersebut :

a. Assessment (penilaian)

b. Penentuan kebutuhan nutrisi

c. Penentuan cara pemberian

d. Penentuan jenis makanan

e. Pemantauan dan evaluasi


ASSESSMENT (PENILAIAN)
• Meliputi penentuan status gizi, masalah yang berhubungan dengan
proses pemberian makanan dan diagnosis klinis pasien.

• Diagnosis klinis : Anamnesis + Pemeriksaan fisik + Status gizi

1) Anamnesis

a. Asupan makan, pola makan, toleransi makan

b. Perkembangan oromotor, motorik halus dan motorik kasar

c. Perubahan berat badan

d. Faktor sosial, budaya dan agama serta kondisi klinis yang


mempengaruhi asupan
2) Pemeriksaan fisik

a. Penimbangan berat badan dan pengukuran panjang/tinggi badan

b. Keadaan umum dan tanda vital

c. Pemeriksaan head to toe

d. Tanda spesifik khususnya defisiensi mikronutrien

3) Penentuan status gizi

Berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB
atau BB/TB).
• Status gizi lebih (overweight)/obesitas ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)

• Apabila berat badan dan panjang/tinggi badan tidak dapat dinilai secara akurat. Contoh : organomegali,
edema anasarka, spondilitis atau kelainan tulang, dan sindrom tertentu. Status gizi ditentukan dengan
menggunakan parameter lain misalnya lingkar lengan atas, knee height, arm span.
PENENTUAN KEBUTUHAN
Kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan:

I. Kondisi sakit kritis (critical illness)

II. Kondisi tidak sakit kritis (non critical illness)

1) Gizi baik/kurang

- Tatalaksana Gizi Buruk menurut WHO, atau

- Berdasarkan perhitungan target BB-ideal:


Pemberian kalori awal sebesar 50-75% dari target (Pada gizi baik/kurang).

2) Obesitas

Pemberian kalori dikurangi secara bertahap sampai tercapai target

Catatan:

- Berat badan ideal adalah berat badan menurut tinggi badan pada P50 pertumbuhan

- Pada Obesitas penatalaksanaan tidak akan berhasil tanpa disertai dengan peningkatan
aktifitas fisik dan perubahan perilaku.
PENENTUAN CARA PEMBERIAN
NUTRISI
Pemberian nutrisi melalui :

1. Oral atau enteral merupakan pilihan utama.

2. Jalur parenteral hanya digunakan pada situasi tertentu saja.

- (Obstruksi saluran cerna, perdarahan saluran cerna serta tidak


berfungsinya saluran cerna)

- Jangka pendek (kurang dari 14 hari) dapat digunakan akses perifer

- Jangka panjang harus menggunakan akses sentraL

3. Enteral untuk jangka pendek dapat dilakukan melalui pipa nasogastrik


atau nasoduodenal atau nasojejunal.
PENENTUAN JENIS MAKANAN
1. Pemberian makan melalui oral bentuk makanan disesuaikan dengan usia
dan kemampuan oromotor pasien.

- 0-6 bulan ASI dan/formula

- 6 bulan-1 tahun ASI dan/atau formula di-tambah makanan pendamping ASI

- 1-2 tahun makanan keluarga ditambah ASI dan/atau susu sapi segar,

- Di atas 2 tahun makanan keluarga.


2. Sediaan makanan untuk enteral disesuaikan dengan fungsi gastrointestinal dan dapat dibagi
dalam beberapa jenis :

- Polimerik : terbuat dari makronutrien intak yang ditujukan untuk fungsi gastrointestinal
yang normal, terbagi menjadi formula standar dan formula makanan padat kalori

- Oligomerik (elemental) : terbuat dari glukosa polimer, protein terhidrolisat, trigliserida rantai
sedang (MCT, medium chain triglyceride)

- Modular : terbuat dari makronutrien tunggal


3. Pemberian parenteral

- Pemberian jenis preparat sesuai dengan usia, perhitungan kebutuhan dan jalur akses vena.

- Untuk neonatus dan bayi beberapa asam amino seperti sistein, taurin, tirosin, histidin
merupakan asam amino yang secara khusus/kondisional menjadi esensial.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
• Meliputi pemantauan terhadap : akseptabilitas atau penerimaan makanan, dan toleransi (reaksi
simpang makanan).

• Reaksi simpang yang dapat terjadi pada pemberian enteral : mual/muntah, konstipasi dan diare.

• Reaksi simpang pada pemberian parenteral : reaksi infeksi, metabolik dan mekanis.

• Selain itu, diperlukan pemantauan efektivitas berupa monitoring pertumbuhan.

• Pada pasien rawat inap evaluasi dan monitoring dilakukan setiap hari, dengan membedakan antara
pemberian jalur oral/enteral dan parenteral. Pada pasien rawat jalan evaluasi dilakukan sesuai
kebutuhan.
Refereance :

- http://www.fao.org/docrep/W0073e/w0073e05.htm#P3167_359330

- https://www.unicef.org/nutrition/training/2.3/6.html

- http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Rekomendasi-IDAI_Asuhan-Nutrisi-
Pediatrik.pdf
- Pedoman Diagnosis & Terapi IKA ed ke-5th 2014

- Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, DepKes, 2011


Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai