Anda di halaman 1dari 5

CLINICAL PRACTICE GUIDELINE: DIARE AKUT PADA ANAK

RS SEHAT SEJAHTERA

2014
CLINICAL PRACTICE GUIDELINE: DIARE AKUT PADA ANAK

1. PENDAHULUAN
1.1. Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari 1 minggu.
1.2. Riskesdas 2007: diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,5% pada anak usia
1-4 tahun.

2. DIAGNOSIS
2.1. Anamnesis
2.1.1. Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja, lendir dan/darah
dalam tinja, bau tinja (asam/busuk)
2.1.2. Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil terakhir, demam,
sesak, kejang,kembung, air mata
2.1.3. Jumlah cair yang masuk selama diare dan jenis cairan
2.1.4. Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengkonsumsi makanan yang tidak
biasa sebelum diare
2.1.5. Penderita diare disekitanya dan sumber air minum
2.1.6. Berat badan sebelum sakit

2.2. Pemeriksaan Fisik


2.2.1. Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital
2.2.2. Tanda utama: keadaan umum gelsah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,turgor kulit
abdomen menurun
2.2.3. Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata,air mata, mukosa bibir, mulut, dan lidah
2.2.4. Berat badan
2.2.5. Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti nafas cepat dan dalam
(asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia)
2.2.6. Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut:
2.2.6.1 Tanda dehidrasi (kehilangan cairan< 5% berat badan)
2.2.6.1.1 tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
2.2.6.1.2 keadaan umum baik, sadar
2.2.6.1.3 ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut
dan bibir basah
2.2.6.1.4 turgor abdomen baik, bising usus normal
2.2.6.1.5 akral hangat

2.2.6.2 Dehidrasi ringan sedang/ tidak berat (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
2.2.6.2.1 Apabila mendapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan
2.2.6.2.2 Keadaan umum gelisah atau cengeng
2.2.6.2.3 Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung,air mata kurang, mukosa
mulut dan bibir sedikit kering
2.2.6.2.4 Turgor kurang, akral hangat

2.2.6.3 Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% berat badan)


2.2.6.3.1 Apabila terdapat 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan
2.2.6.3.2 Keadaan umum lemah,letargi atau koma
2.2.6.3.3 Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir sangat kering

2.3 Pemeriksaan penunjang


2.3.1 Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda intoleransi
laktosa dan kecurigaan amubiasis (diare dengan darah dan atau lender)
2.3.2 Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:
2.3.2.1 Makroskopis
2.3.2.2 Mikroskopis
2.3.2.3 Kimia
2.3.2.4 Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut

Hal. 2 dari 5
CLINICAL PRACTICE GUIDELINE: DIARE AKUT PADA ANAK

2.3.3 Analisis gas darah dan elektolit bila secara klinis dicurigai adanya gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit

3. TATA LAKSANA
3.1. Lintas diare : (1) Cairan,(2) seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat, (5) Edukasi
3.2. Tanda Dehidrasi
3.2.1. Cairan rehidrasi oral menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10 mL/kg BB setiap diare cair
atau berdasarkan usia, yaitu:
3.2.1.1 umur< 1 tahun sebanyak 50-100mL,
3.2.1.2 umur 1-5 tahun sebanyak 100-200mL, dan
3.2.1.3 umur diatas 5 tahun semuanya.

3.3. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemampuan anak. ASI harus terus diberikan. Pasien
dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum,muntah terus
menerus, diare frekuen dan profus)
3.4. Dehidrasi ringan-sedang
3.4.1. Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 mL/kgBB dalam 3 jam untuk
menggantikan kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare
cair.
3.4.2. Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum walaupun telah
diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang
diberikan adalah: (Status hidrasi dievakuasi secara berkala)
3.4.2.1 Berat badan 3-10 kg : 200mL/kgBB/hari
3.4.2.2 Berat badan 10-15 kg : 175 Ml/kgBB/hari
3.4.2.3 Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari

3.4.3. Pasien dipantau di Puskesmas/rumah sakit selama proses rehidrasi sambil member edukasi
tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua.

3.5. Dehidrasi berat


3.5.1. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dangan ringer laktat atau ringer asetat 100 mL/kgBB
dengan cara pemberian:
3.5.1.1 Umur kurang dari 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB
dalam 5 jam berikutnya
3.5.1.2 Umur diatas 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam
2,5 jam berikutnya

3.5.2. Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5
mL/kgBB selama proses rehidrasi

3.6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (lihat PPM PGD)
3.6.1. Hipernatremia (Na > 155 mEq/L)
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrose 5% ½
salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan
edema otak
3.6.2. Hiponatremia
Kadar natrium diperikasa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih dijumpai hiponatremia
dilakukan koreksi sbb:
Kadar Na koreksi (mEq/L)= 125 – kadar Na serum x 0.6 x berat badan; diberikan dalam 24 jam
3.6.3. Hiperkalemia (K >5 mEq/L)
Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% sebanyak 0.5-I ml/kgBB i.v secara
perlahan-lahan dalam 5-10 menit; sambil dimonitor irama jantung dengan EKG. Untuk
pemberian medikamentosa dapat dilihat PPM Nefrologi.

3.6.4. Hipokalemia (K < 3,5 mEq/L)


Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium.
3.6.4.1 Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan KCI 75 mEq/kg BB per oral per hari dibagi 3 dosis
3.6.4.2 Kadar K< 2,5 mEq/L, berikan KCI melalui drip intravena dengan dosis:
3.6.4.2.1 3.5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam pertama

Hal. 3 dari 5
CLINICAL PRACTICE GUIDELINE: DIARE AKUT PADA ANAK

3.6.4.2.2 3.5 – kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1,6 x 2 mEq x BB dalam 20 jam berikutnya
3.6.5 Seng
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan
volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Seng Zink
elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah/tidak mengalami diare dengan
dosis:
3.6.5.1 Umur dibawah 6 bulan : 10 mg per hari
3.6.5.2 Umur diatas 6 bulan : 20 mg per hari

3.7 Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk
mencegah kehilangan berat badan dan sebagi pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan
nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan
sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama
pisang atau apel

3.8 Medikamentosa
Tidak boleh diberikan obat anti diare
3.8.4 Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah) atau kolera. Pemberian
antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapat
memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh yang menyebabkan diare
sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat
resistensi kuman terhadap antibiotik. Untuk disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai dengan
data sensitivitas setempat, bila tidak memungkinkan dapat mengacu kepada data publikasi
yang dipakai saat ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama, kemudian sebagai lini kedua.
Bila kedua antibiotik tersebut sudah resisten maka lini ketiga adalah sefiksim.
3.8.5 Antiparasit
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari 3 dosis merupakan obat pilihan untuk amuba vegetatif

4. EDUKASI
4.1. Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat Pelayanan Kesehatan bila
ditemukan hal sebagai berikut:
4.1.1. demam,
4.1.2. tinja berdarah,
4.1.3. makan atau minum sedikit,
4.1.4. sangat haus,
4.1.5. diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

4.2. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.
Langkah promotif/preventif :

4.2.1. ASI tetap diberikan,


4.2.2. Kebersihan perorangan : Cuci tangan sebelum makan, setelah selesai BAB/BAK
4.2.3. Kebersihan lingkungan : buang air besar di jamban,
4.2.4. Imunisasi campak,
4.2.5. Memberikan makanan penyapihan yang benar,
4.2.6. Penyediaan air minum yang bersih,

4.2.7. Selalu memasak makanan.

5. REFERENSI
Pedoman Pelayanan Medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid 1, 2010

Hal. 4 dari 5
CLINICAL PRACTICE GUIDELINE: DIARE AKUT PADA ANAK

Hal. 5 dari 5

Anda mungkin juga menyukai