Anda di halaman 1dari 53

BAB III PENYAKIT

ANAK
1. DIARE AKUT
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair berlangsung kurang dari 1 minggu, episode diare 4,5 pertahun.
Kematian discbabkan karena dchidrasi. Pcnyebab terbanyak pada usia 0-2 tahun
adalah infeksi rotavirus. Diare menyebabkan gangguan gizi dan kematian.

PROMOTIF/PREVENTEF
Upayakan ASI tetap diberikan
Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan
Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban
Imunisasi campak
Penyediaan air minum yang bersih
Selalu memasak makanan
DIAGNOSTIK
Anamnesis
Sudah berapa lama diare berlangung,bcrapa kali sehari, warna dan konsistensi
tinja, lender dan/ atau darah dalam tinja, adanya muntah, anak lemah,
kesadaran menurun, rasa haus, rewel, kapan kencing terakhir, suhu badan.
Jumlah cairan yang masuk selama diare
Anak minum ASI atau susu formula, apakah anak makan makanan yang tidak
biasa.
Apakah ada yang menderita diare disekitarnya, dari mana sumber air minum.
Pemeriksaan fisis
Pada pemeriksaan fisis harus diperhatikan tanda utama, yaitu kesadaran, rasa haus,
turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun - ubun besar
cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, kering
atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Penilaian derajad dehidrasi dilakukan sesuai dengan criteria berikut :
Tanda dchidrasi ( kehilangan cairan < 5% bcrat badan )
o Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
o Keadaan umum baik, sadar
o Tanda vital dalam batas normal

Slandar Peloyanon Mcdis Anak RSI) Panembahan SEnopan

124

Ubun - ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah o Turgor abdomen baik, bising usus
normal o Akral hangat o Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila
terdapat komplikasi
lain (tidak mau mtnum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5 - 10 % berat badan )
o Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan. o Keadaan umum gelisah atau cengeng. o Ubun - ubun
besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering.
o Turgor kurang. o Akral hangat. o Pasien harus
rawat inap.

Dehidrasi berat ( kehilangan cairan > 10% berat badan )


o Apabila didapaikan dua ianda uiama ditambah dengan dua atau lebih
tanda tambahan. o Keadaan umum lemah. letargi atau koma. o Ubun
- ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering. o
Turgor buruk. o Akral dingin. o Pasien harus
rawat inap.

Pemeriksaan penunjang
Tinja:
Makroskopis : bau, warna, lender, darah, konnsistensi.
Mikroskopis : eritrosit, lekosit, parasit
Kimia : pH, clinitest
Medikamentosa
Tidak boleh diberi obat anti diare
Antibiotik sesuai hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah
kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai uji sensivitas
Anti parasit: metronidazol.
Cairan dan elektrolit
Jen is cairan :
Per oral: cairan rumah tangga, oral it
Parenteral : ringer laktat, ringer asetat, Lamtan normal salin.

Htandar Pc/ayanan Mcdis Anak RSI)


I'ancmhahan SEnopatl

1
2
5

Volume cairan disesuaikan dengan derajat dehidrasi

Tanpa dehidrasi : cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oral
it
diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis :
kurang dari 1 tahun : 50 - 100 cc
- 1-5 tahun: 100-200 cc lebih dari
5 tahun : semaunya.
Dehidrasi tidak berat ( ringan sedang ); rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB
dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang
berlangsung sesuai umur seperti diatas setiap kali buang air besar.
Dehidrasi berat; rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer
asetat 100 cc/kgBB.

Cara pemberian :
- Kurang dari 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70
cc/kcBB dala 5 jam berikutnya.
- Lebih dari 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam !/?. jam pertama, dilanjutkan 70
cc/kgBB dalam 2 '/-jam berikutnya.
Minum diberikan bila pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses
rehidrasi.

Nutrisi
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit - sedikit tapi sering
(lebih kurang 6 kali sehari ), rendah serat, buah buahan diberikan terutama pisang.

nipernatremia (Na > 155 mEq/L), koreksi penurunan Na dilakukan secara


bertahap dengan pemberian cairan dekstrosa 5%+1/2 salin. Penurunan kadar Na
tidak boleh lebih dari 10 meq per hari karena bisa menyebabkan edem otak.

Hiponatremia(Na < 130 mEq/L), koreksi kadar Na dilakukan bersamaan


dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu memakai ringer laktat atau normal salin, atau
dengan memakai rum us :

Kadar Na koreksi(mq/L) = 125 - kadar Na serum x 0,6 x berat badan

diberikan dalam 24 jam

Hiperkaiemia (K > 5 mEq/L), koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium


glukonas 10% 0,5 - 1 ml/kg BB iv perlahan - lahan dalam 5-10 menit sambil
memantau detak jantung.

Hipokalemia (K < 3,5 mEq/L), koreksi dilakukan menurut kadar K


Jika kadar K 2,5 - 3,5 mEq/L, berikan 75 mEq/kgBB per oral perhari dibagi 3
dosis.
Jika kadar K < 2.5 mEq/L, berikan secara drip intravena dengan dosis :

Statnlar Pelayanan Mcdis Anak RSI)


Panrnihahan SEnnpan

120

3,5 - kadar K terukur x BB(kg) x 0,4 + 2 mBq/kgBB/24 jam dalam 4 jam


pertama.
3,5 - kadar K terukur x BB9kg) x 0,4 + 1 / 6 x 2 mEq x BB dalam 20 jam
berikutnya.

Lain - Iain ( rujukan subspesialis, rujukan spesialis lainnya dll) Jika diare
berlanjut lebih dari satu minggu atau terdapat komplikasi infeksi saluran
nafas( bronkopneumonia), sepsis, toksik megakolon, illeus, gangguan elektroiit
dirujuk ke subspesialis terkait.

PEMANTAUAN
( MOiNITORlNG) Terapi
Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi, berat
badan dan gejala dan tanda dehidrasi. Jika masih dehidrasi maka dilakukan
rehidrasi ulang sesuai dengan derajad dehidrasinnya. Jika setelah 3 hari pemberian
antibiotic klinis dan laboratorium tidak ada perubahan maka dipikirkan
penggantian antibiotic dengan yang lain atau sesuai hasil uji sensiti vitas.

Tumbuh kembang
Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, dua minggu setelah
sembuh dan scterusnya secara periodic sesuai umur. Jika anak mengalami gizi
buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk.

2.ANEMIA KEKURANGAN BESI ( AKB)

Anemia kekurangan besi (AKB) adalah anemia yang disebabkan kurangnya


zat besi untuk sintesis hemoglobin. Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita
anemia dan lebih dari 50% kasus ini adalah AKB yang terutama mengenai bayi,
anak sekolah, ibu hamil dan menyusui.

PROMOT1F/ PREVENT1F
Upaya penanggulangan AKB diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu balita,
anak usia sekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur terrmasuk remaja
putrid dan pekerja wanita.
Upaya pencegahan efektif untuk menanggulangi AKB adalah dengan pola
hidup sehat dan upaya - upaya pengendalian factor penyebab dan predisposisi
ASKB berupa penyuluhan kesehatampemenuhan kebutuhan zat besi pada masa
pertumbuhan cepat, pengobatan infeksi kronis/berulang,pemberantasan penyakit
cacing, dan fortifikasi besi.

Standar Pclayanan Mcdis Anak RSD PanembaHon SEnopaU

DIAGNOSTIK
Anamnesis
1.
Riwayat faotor predisposisi dan
etiologi
Kebutuhan yang meningkat dan etiologi
Masa pertumbuhan cepat
Menstruasi
infeksi kronis

Kurangnya besi yang diserap Asupan besi dari makanan yang


tidak sehat Perdarahan Perdarahan saluran cerna ( tukak
Iambung,penyakit Crohn,colitis

ulcerative).
2.
Pucat, lemah, lesu, gejala pika

Pcmcriksaan fisik
Tampak pucat
Tidak disertai ikterus, organomegali atau limfadenopati
Stomatitis angularis, atrofi papilla lidah
Ditemukan bising jantung sistolik

Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin, hematokrit, apus darah tepi, retikulosit

TERAPI

Medikamentosa
Preparat besi ( ferosulfat/ ferofumarat/ feroglukonat) dosis 4 - 6 mg
besi elemental/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan diantara
waktu makan. Preparat besi ini diberikan 2-3 bulan setelah kadar
hemoglobin normal
Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental untuk meningkatkan
absorbsi besi).
Bedah
Penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan
karena divertikulum Meckel.

Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi
yang bersumber dari hewani ( limpa, hati, daging ), dan nabati
( bayam,kacang -kacangan).

Standar Pelayanan Kfctlis Anak RSI) Panembahan


SEnopati

128

PEMANTAUAN
( MONITORING ) Terapi
Periksa kadar haemoglobin setiap 2 mg
Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat
Gcjala sampingan pcmbcrian zat besi yang bisa bcrupa gejala
gangguan gastro intestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar
di ulu hati, nyeri abdomen dan mual. Gejala lain dapat berupa
pewarnaan gigi yang bersifat sementara.

Tumbuh kern bang


Penimbangan berat badan setiap bulan
Perubahan tingkah laku
Daya konsentrasi dan kemampuan belajar pada anak usia sekolah
Aktifitas motorik.

3.DEMAM TANPA PENYEBAB YANG JELAS

Demam pada anak merupakan 15% dari kunjungan pasien polyklinik dan 10%
kunjungan di IGD, sebagian besar berumur kurang dari 3 tahun.Umumnya demam
pada anak disebabkan oleh virus yang sembuh sendiri. Tetapi sebagian kecil dapat
berupa infeksi bakteri serins diantaranya meningitis bakterialis, bakteriemia,
pneumonia bakterialis, infeksi saluran kemih, enteritis bakteri, infeksi tulang dan
sendi.

DIAGNOSTIK

Anamnesis

Ditanyakan:
Riwayat imunisasi
Paparan terhadap infeksi
Nyeri menelan
Nyeri telinga
Batuk/, sesak nafas
Muntah berak
Nyeri/menangis waktu buang air kecil

Pemeriksaan fisik
Ukur suhu tubuh apabila demam 38UC rectal.
Tentukan derajat sakitnya
Subyektif:
Kualilas langis
Reaksi terhadap orang tua

Standar Pehvanan Media Anak RSP Pancmhahan


SKnopaii

1
2
9

Tingkat kesadaran
Warna kulit/selaput lender
Derajat hidrasi
Interaksi
Obyektif
Tidak tampak sakit
Tampak sakit
Sakit berat/toksik
Tidak ada metode untuk mendeteksi kemungkinan infeksi fokal
yang tersembunyi.
1.
Infeksi saluran kencing
Unnalisis
Biakan urin positif

Setiap pemeriksaan unnalisis positif dianggap sebagai tersangka


ISK yang merupakan indikasi untuk memulai pengobalan dengan
antibiotic. Diagnose ditegakkan biakan hasil biakan urine positif Catatan
Unnalisis nitrit (+), lekosit esterase(+), Mikroskopik leukosit > 10/LPB atau
bakteri (+), atau pewarnaan gram (+).
2.
Pneumonia

Pneumonia bacterial bila demam 39C atau leukosit >


20.000 ul Catatan
Pada anak dengan suhu disertai hitung jenis leukosit tidak
terlalu tinggi, tidak disertai distress respirasi, takipne, ronki atau
suara nafas melemah maka kemungkinan pneumonia dapat
disingkirkan.
Umur dapat dipakai sebagai prediksi penyebab pneumonia.
Pneumonia oleh virus paling banyak dijumpai pada umur 2
tahun pertama.
Foto dada sering kali tidak selalu membantu dalam menentukan
diagnosis pneumonia.
Pneumonia dan bakteremia, jarang terjadi bersamaan(<3%)
3.
Gastrointentis bacterial, umumnya ditandai dengan muntah dan
diare.
Catatan :
Penyebab terbanyak rotavirus
Buang air besar darah lender biasanya karena GE bacterial
4.
Meningitis

Bayi/anak tarnpak sakit berat.

Pemeriksaan fisik
letargik, kaku kuduk, muntah.
Diagnosis

ditegakkan dengan pungsi lumbal.

Siarular Pvlayanan Mctlis Anak RSI) Panembahan


SKnopaii

ISO

Demam sebagai predictor bakteremia

39,4
40C
40tersembunyi 39-39,4C

2-3 %

3-4%

4-5 %
Anak dengan resiko rendah dan orang tua yang Icooperatif dapat
berobat jalan dengan pengamatan setiap hari sampai demam turun.

Pcmeriksaan pcnunjang
Bila anak terlihat sakit berat diperlukan pemeriksaan laboratonum
termasuk

darah lengkap, urinalisi, biakan urin

Catatan : Leukosit > 15.000/ul meningkatkan bakteremia menjadi 3-5


%,
bila > 20.000/ul resiko menjadi 8-10 %.

Untuk mendeteksi bakteremia tersembunyi hitung neutrotll absolute


lebih

sensitive dari hitung leukosit atau batang absolute.

Hitung absolute neutrofil > 10.000/uI meningkatkan resiko


bakteremia

menjadi 8-10%.
Pemeriksaan biakan darah dianjurkan karena 6 - 10 % anak dengan

bakteremia dapat berkembang menjadi infeksi bakteri yang berat,


terutama

pada anak yang terlihat sakit berat.

TERAPI
Medikamentosa
Anak yang tidak tampak sakit, tidak perlu dirawat, diperiksa pemeriksaan
laboratorium, dan tidak perlu diberi antibiotic
Apabila dari anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium menunjukkan
hasil resiko tinggi untuk tcrjadinya bakteremia tersembunyi, harus segera
diberikan antibiotic setelah pengambilan sediaan untuk biakan.
Catatan : terutama bila hitung jenis leukosit > 15.000/ul atau hitung
total neutrofil absolute > 10.000/ul.
Pembenan antibiotic secara empiric harus memperhitungkan
kemungkinan peningkatan resistensi bakteri.

Antibiotik pilihan secara empirik:


Amoksisilin 60-100 mg/kgBB/hr atau
Sefriakson 50 - 75 mg/kgBB/hr maksimum 2 gr/hr
Bila alergi terhadap kedua obat tersebut pilih obat lain sesuai dengan hasil
uji resistensi bila perlu rujuk ke Dokter spesialis konsultan infeksi dan
penyakit tropis.
Bila biakan darah positif dan demam menetap 5 hari perlu dilakukan
pemeriksaan ulang untuk melihat bakteremia oleh fokal infeksi yang tidak
terdeteksi sebelumnya misalnya meningitis.

Stondar Pclayanan Media Anak RSI)


Panemhahan HEnopati

1
3
1

I"

P
e
n
y
e
b
a
b
d
a
p
a
t
d
i
d
u
g
a
d
a
r
i
a
n
a
m
n
e
s

Umur 2-36 bulan


dengandeman*
38 dan tidak toksik

i
s
d
a
n
p
e
r
n
f
e
s
i
s
_

Dugaan penyebab dapat menerangkan barat sakit?

Tata laksana dugaan

' penyebab dan beratnya

Inf
eksi
sal.kemi
h Resiko
tinggi
pada

penyakit|
Pertimbangkan resiko dan nilai
kemungkinan adannya infeksi

bakteri laten

Peneumonia Terbanyak
disebabkan virus pada usia < 2 tfin
S.pneumoniae juga ditemukan
Penilaian

Anamnesis, pern, fisik


Foto torax selektif Darah tepi dan
biakan

Bakteremi Resikc kejadian


bertambah dengan tingginya deman, usia
<2thn dan anak tampak sakit Penilaian
Leukosit > 15000/ul
Neutrofil > 10000/ul menaikkan
resiko

> 5-8%.

perempuan < 2 tfin

Iaki2 tidak
disunat
-anak <1thn
5% dari semua
penyebab deman

Penilaian
urinalisis

Meningitis 3iasanya diduga


dari gejala pern. Fisik
kuduk kaku
letargi
muntah

Dipastikan dengan fungsi


lumbal

Enteritis bakterialis
piasanya laten, disertai bat
darah dan lendir

Rotavirus merupakan
penyebab terbanyak non

bakterial

kultur urln
Bila unalisis abnormal
atau diduga kuat infeksi,
ikuti SPM infeksi sal kemih

fc

Dugaan penyebab
bakteri, sangat dianjurkan
terapi empirik antibiotik

Bila leukosit dan neutrofil


naik, anak tampak sakit,

atau ada karakteristik risiko


tinggi lain, beri

terapi antibiotik empirik

Gambar 1. Algoritma rekomendasi untuk demam tanpa sebab jelas pada anak 2 - 36 bulan.

Bila LP apnormal ragu


dan diduga bak-teri,
periksa leukosit, biakan
darah, terapi sbg meningitis

Terapi antibiotik
berdasarkan hasil biakan
sesuai SPM diare

4
.
D
E
M
A
M
B
E
R
D
A
R
A
H
D
E
N
G
U
E
Demam berdarah dengue ( DBD ) merupakan suatu penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus genus Fiavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 serotipe
yaitu den 1, den 2, den 3, dan den 4, melalui perantara nyamuk Aides aegypti atau
Aedes albopictus. Keempat serotype dengue terdapat di Indonesia, den 3,
merupakan serotype dominant dan banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti
den 2. Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi. Umur terbanyak yang terkena
infeksi dengue kelompok umur 4-10 tahun, walaupun makin banyak kelompok
umur yang lebih tua. Menderita DBD. Spektrum klinis infeksi dengue dapat dibagi
:
Gejala klinis paling ringan tanpa gejala ( silent dengue infection )
Demam dengue (DD)
Demam berdarah dengue (DBD)
Demam berdarah dengue disertai syok ( Sindro syok dengue )

1.
2.
3.
4.

PROMOTIF/PKE VENT IF
Jumlah kasus biasanya meningkat bersamaan d engan meningkatnya curah hujan
oleh karena itu puncak jumlah kasus berbeda tiap daerah. Pada umumnya di
Indonesia meningkat pada musim hujan sejak bulan Desember sampai April Mei tiap tahun.

Pencegahan/pemberantasan DBD dengan membasmi nyamuk dan sarangnya


dengan melakukan 3M yaitu
1. Menguras tempat - tempat penampungan air secara teratur seminggu sekali
atau menaburkan bubuk lavasida (abate)
2. Menutup rapat - rapat tempat penampungan air
3. Mengubur/menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air

DIAGNOSTIK

Anamnesis

Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7


hari, tidak mau makan, dan muntah. Pada anak besar mengeluh nyeri kepala,
nyeri otot, dan nyeri perut.

Diare kadang - kadang dapat ditemukan. Perdarahan paling sering


dijumpai adalah perdarahan kulit dan mimisan

Pemeriksaan fisik
Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial flush,
muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan
faring hipremis, nyeri dibawah lengkung iga kanan. Gejala penyerta
tersebut lebih mencolok pada DD daripada DBD

Standar /'c/ayanan Medis Anak RSD Panembahan


SEnopnti

133

Sedangkan hepatomegali dan kelainan fungsi hati Iebih sering


ditemukan pada DBD
Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan perembesan plasma,
hipovolunia dan syok.
Perembesan plasma mengakibatkan ektravasasi cairan kedalam
rongga pleura dan rongga peritoneal selama 24 - 28 jam
Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke-5 perjalanan penyakit. Pada saat
ini suhu turun, yang dapat merupakan penyembuhan pada infeksi
ringan namun pada DBD berat merupakan tanda avval syok
Perdarahan dapat berupa petekie, epistaksis, melena,ataupun hematuria
Tanda - tanda syok
o Anak gelisah, sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis o
Nadi cepat, nadi teraba lembut kadang - kadang tidak teraba o Tekanan
darah turun, tekanan nadi < 10 mmHG o Akral dingin, capillary refill
menurun o Diuresis menurun sampai anuria
o Apabila syok tidak segera diatasi,akan terjadi komplikasi berupa
asidosis metabolic dan perdarahan hebat.

Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium
(WHO tahun 1997) Kriteria klinis
a.
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung
terus
menerus selama 2-7 hari
b.
Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif,
petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis,
dan/melena.
c.
Pembesaran hati
d.
Syok disertai nadi cepat dan Iemah serta penurunan tekanan
nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak
gelisah

Kriteria Laboratorium
a.
Trombositopenia ( 100.000/u! atau kurang )
b.
Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20%
menurut
standar umur dan jenis kelamin
Dua kriteria klinis pertama + trombositopenia dan hemokonsentrasi, serta
dikonfirmasi secara uji serologi hemoglutinase.

Sl an dor Pclayanan Med is Anak RSI)


I'ancinhahan SEnopali

154

Komplikasi
Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengan syok ataupun
tanpa syok
Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan dapat terjadi gagal ginjal
akut.
Edem paru, seringkali terjadi akibat overloading cairan.

Diagnosais Banding
Selama fase akut penyakit, sulit untuk membedakan DBD dari demam
dengue dan penyakit virus klain yang ditemukan didaerah tropis. Maka
untuk membedakan dengan campak, rubella, demam chikungunya,
leptosprosis, malaria,demam tifoid atau penyakit darah seperti
ITP,leukemia atau anemia aplastik, gejala penyerta Iain hams
ditanyakan seperti batuk, pilek, diare, tipe demam, menggigil, pucat,
ikterus,dan lainnya
Penyakit infeksi lain seperti sepsis, meningitis meningokokus.
Penyakit darah seperti trombocitopenia purpura idiopatik, leukemia,
atau anemi aplastik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah perifer, kadar haemoglobin, leukosit dan hitung jenis,
hematokrit, trombosit. Pada apusan darah perifer juga dapat dinilai
Iimfosit plasma biru,peningkatan 15% menunjang diagnosis DBD.
Radiologis
Pemeriksaan foto dada dilakukan bila keadaan klinis ragu - ragu,
namun perlu diingat terdapat kelainan radiologist pada perembesan
plasma 20 - 40% dan pemantauan klinis sebagai pedoman pemberian
cairan.
Kelainan radiologist, dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah
hilus kanan,hemithoraks kanan lebih radio opak dibandingkan kiri,
kubah diafragma kanan lebih tinggi daripada kanan dan efusi pleura

TERAPI
Terapi DBD dibagi 4 bagian yaitu, (1) Tersangka in feksi dengue, (2) DBD
derajat I atau II tanpa peningkatan hematokrit, (3) DBD derajat II dengan
peningkatan Ht 20%, (4) DBD derajat 111 dan IV.

Standar Pelayanan Medis Anok RSI) Panemhahan


SEnopati

135

DBD tanpa syok ( dcrajat I dan II)


Medikamentosa
0 Anti piretik dapat dibcrikan, dianjurkan pcmberian parasetamol bukan

aspirin o Diusahakan tidak memberikan obat - obatan yang tidak


diperlukan

untuk mengurangi beban detoksikasi obat dalam hati o


Kortikosteroid diberikan pada DBD enselopati, apabila terdapat

perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak


diberikan o Antibiotik diberikan untuk DBD enselopati

Suportif
o Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan

permeabilitas kapiler dan perdarahan o Kunci keberhasilan terletak


pada kemampuan untuk mmasa peralihan

dari fase demam ke fase syok disebut time of fever differvesence

dengan baik o Cairan intravena diperlukan,apabila (1) anak terns


menerus muntah,

tidak mau minum, demam tinggi, dchidrasi dapat mempercepat

terjadinya syok,(2) nilai hematokrit cenderung meningkat


pada

pemeriksaan berkala.

DBD disertai Syok ( Sindroma Syok Dengue,derajad III dan IV)


o Penggantian volume plasma segera, cairan intrvena Larutan ringer

laktat 10-20 ml/kgBB secara bolus diberikan dalam vvaktu 30 menit.

Apabila syok belum teratasi tetap berikan ringer laktat 20 ml/kgBB

ditambah koloid 20 - 30 ml/kgBB/jam maksimal 1500 ml/hr o


Pemberian cairan 10 ml/kgBB/jam tetap diberikan sampai 24 jam

pasca syok. Volume cairan diturunkan menjadi 7 ml/kgBB/jam dan

selanjutnya 5 ml, dan 3 ml apabila tanda vital baik. o Jumlah urine


1 ml/kgBB/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi

membaik. o Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48


jam setelah syok

teratasi. o Oksigen 2-4 1/menit pada DBD syok 0


Koreksi asidosis metabolic dan elektrolit pada DBD syok o
mdikasi pemberian darah :
Terdapat perdarahan secara klinis
Setelah pemberian cairan kristaloid dan koloid, syok
menetap,hematokrit turun, diduga telah terjadi perdarahan,
berikan darah segar 10 ml/kgBB
Apabila kadar hematokrit tetap > 40 vol% maka berikan darah
dalam volume kecil

Siantlar Vclayanan MccJis Anak KSD Pancmhahan


SEnopati

1
3
6

Plasma segar beku dan suspensi trombosit berguna untuk


koreksi gangguan koagulopati atau koagulasi intra vaskuler
dcsiminator (KID) pada syok berat yang mcnimnulkan
perdarahan massif
Pemberian tranfusi suspensi trombosit pada KID harus selalu
disertai plasma segar ( berisi factor koagualsi yang diperlukan),
untuk mencegah perdarahan lebih hebat.
DBD Encepalopati
Pada Encepalopati cenderung terjadi edem otak dan alkalosis, maka
bila syok telah teratasi, cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung
HCO, dan jumlah cairan segera dikurangi, Larutan ringer laktat segera ditukar
dengan Na CI ( 0,9%): glucose (5%) = 3 : 1

MONITORING
Pcmantauan selarna perawatan
o Tanda klinis, apakah syok telah teratasi dengan baik, adakah
pembesaran hati, tanda perdarahan saluran cema, tanda encepalopati,
harus dimonitordan dievaluasi untuk menilai hasil pengobatan
o Kadar haemoglobin, hematokrit dan trombosit tiap 6 jam, minimal
tiap 12 jam
o Balans cairan, catat jumlah cairan yang masuk, diuresis ditampung
dan jumlah perdarahan
o Pada DBD syok, lakukan cross mate da rah untuk persiapan transfuse
darah apabila diperlukan
Kriteria pemulangan pasien
o
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
o
Nafsu makan membaik
o
Secara klinis tampak perbaikan
o
Hematokrit stabil
o
Tiga hari setelah syok teratasi
o
Jumlah trombosit > 50.000/ml
o
Tidak dijumpai distress pemafasan

Si an Jar J'elayanan Med is Anak RSD Pane nib ah


art SEnopati

13?

Tersangka BDB

Demam tmggi,
mendadak terus menerus < 7 hari
tidak disertai infeksi saluran
nafas bagian atas, badan iemah
& Icsu

jfa kedaruratan Tanda syok Muntah


terus menerus Kejang
Kesadaran menurun Muntah darah
Berak hi tarn

Tidak ada kedaruratan Periksa


uji tourniquet

Uji Tourniquet (-)

Uji Tourniquet (+)

Jumlah
trombosit
i

Ravvat jalan

Jumlah trombosit <" !00.000/ul

i aicu>ciajuui

Ravvat

" Rawat Inap (LihatBagan 3)

Minum banyak 1,5-2 liter/hari


Parasetamol
Kontrol tiap hari sampai demam turun
Periksa Hb: Ht, trombosit tiap kali

Kontrol tiap hari sampai


demam hilang

-1

Nilai tanda klinis, periksa


trombosit & Ht bila demam
menetap setelah hari sakit
ke-3

Perhatiati untuk orang tua Pesan


bila timbul tanda s>'olc yaitu gelisah.
lemali, kaki/tangan dingin, sakit perut,
berak hitam, bak kurang

Lab : Hb & Ht naik,

trombosit turun

'

Segera bavva ke Rumali Sakit

'

Bagan 1. Tatalaksana kasus


tersangka DBD.

LI
S

DBD derajat I atau derajat II tanpa peningkatan hematokrit

atau

Gejala klinis : demam 2-7 hari

uji tourniquet positif


atau perdarahan spontan
Lab
: hematokrit tidak meningkat

trombositopeni (ringan)

Pasien masih dapat minum

Pasien tidak dapat


minum Pasien muntah terus
menerus

Beri minum banyak 1-2 liter/hari

1 s/d mkn tiap 5 menit


Jenis minuman : airputih, the
manis,

sirup, jus buah, susu, oralit.

Bi!a suhu > 38,5oC beri


parasetamo!

Bila kejang beri obat


antikonvusif

Pasang infiis NaCl 0,9%


dektrosa 5% (1:3),
tetesan rumatan sesuai
berat badan Periksa Hb,
Ht, trombosit tiap 6-12
jam

Monitor gejala klinis dan


laboratorium
Perhatikan tanda syok

Palpasi diusesis sctiap hari

Ukur diuresis setiap hari

Awasi perdarahan

Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 6 - J 2


jam

" Ht naik dan atau trombosit


turun

lnfus ganti ringer


laktat
(tetesan disesuaikan,
lihat Bagan 3).

Perbaikan klinis dan laboratorium

Pulang (lihat :
[Criteria memulangkan
pasien)

Bagan 2. Tatalaksana kasus DBD derajat I dan derajat II tanpa peningkatan


hematokrit.

1
3
9

DBD derajat II dengan peningkatan Hi' 20%

Cairan awal

RL/NaCI 0,9% atau RLDS/NaCi 0,9%+D5? 6-7 mi/kgBB/jam*.

Pcrbai
kan

Monitor tanda vital/nilai Ht bdan trombosit tiap 6 jam


Tidak ada pcrbaikan

Tidak gelisah
Nadi kuat
Tekanan darah stabil
Diuresis cukup (1 ml/kgBB/jam)

-> Tetasan dinaikkan


-----10-15 ml/kgBB/jam

---------tetesan dinaikkan bertahap

Perbaikan <

ml/kgBB/jam

Perbaikan
sesuaikan tetesan

ml/kgBB/jam

Evaluasi 15

menit Tanda vital tidak stabil

Distres pemafasan
Frekuensi nadi naik Ht tetap
tinggi/naik Diuresis
kurang/tdk ada

Tanda vital memburuk


Ht meningkat
Tetesan dikurangr

Gelisah

Disres pemafasan
Ht naik
Tek. Nadi < 20 mmHt

~1

Hb/Ht turun

IVFD stop pada 2448 jam Bila tanda


vital/Ht stabil
diuresis cukup

Koloid

20-30
ml/kgBB

Tranfusi
darah segar
lOml/kgBE

Perbaikan <-

* BB < 20 kg

Ket. RA = Ringer asetat


Bagan 3. Tatalaksana kasus DBD derajat II dengan peningkatan hemokonsentrasi >

20%

1
4
0

DBD derajat IIF & IV

1.
2.

Oksigenasi (diberikan 02. 2-4 1/menit)


Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis)
Ringer laktat/NaCl 0,9%
20 ml/kgBB sccepatnya (bolus dalam 30 menit)
-----------------------------------------------------------------------Evaluasi
30 menit, apakah syok teratasi-?----------------------------------
Pantau tanda vital tiap 10 menit
Catat balans sclama pcmberian cairan intravena Syok

teratasi

Svok tidak
teratasi

Kesadnran membaik
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi > 20 mmHg
Tidak sesak nafas/sianosis
Ekstremitas hangat
Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam

Keadaan menunin Nadi


lembut/tidak teraba Tekanan nadi
< 20 mmHg Distres
pernafasan'sianosis Kulit dingin
dan lembab Ekstremitas dingin
Periksa kadar suia darah

Lanjutkan cairan 20
ml/kgBB/jam

Cairan dan tetesan disesuaikan


10 ml/kgBB/jam*--------

Tambahkan koloid/plasma

Dekstran/FPP

10-20 (max 30)


ml/kgBB/jam

Evaluasi ketat

Tanda vital

Tanda perdarahan

Diuresis

Hb, Hi, trombosit

Koreksi
asidosis Evaluasi 1 jam

Stabil dalam 24 jam/Ht < 40


tetesan 5 ml/kgBB/jam

Svok belum teratasi

Ht turun <
tetesan 3 ml/kgBB/jam

Syok teratasi

A
+

Inflis stop tidak melebihi


48 jam setelah syok teratasi

Ht tetap tinggi/naik

Tranfusi darah
Koloid 20
ml/kgBf segar 10 ml/kgBB diulany sesuai
kebutuhan

Bagan 4. Tatalaksana kasus DBD derajat III dan IV

141

5.DEMAM TIFOID

Demam tifoid merupakan penyakit endemis di Indonesia yang disebabkan


oleh infeksi sistemik Salmonella typhi.Prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi
pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Pada minggu
pertama sakit, demam tifoid sangat sukar dibedakan dengan penyakit demam
lainnya. Untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan kuman
untuk konfirmasi. ETIOLOGI
Sembilan puluh enam persen kasus demam tifoid disebabkan S. typhi, sisanya
disebabkan s. paratyphi.

PATOGENESIS
Kuman masuk melalui makanan minuman, setelah melewati lambung kuman
mencapai usus halus(ileum) dan setelah menembus dinding usus sehingga
mencapai folikel linfoid usus halus(plaque payeri).Kuman ikut aliran limfe
mesenterial kedalam sirkulasi darah(bakteriemia primer) mencapai jaringan RES9
Hepar,lien, sunisum tulang untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bakteriemi
scundair, kuman mencapai sirkulasi darah untuk menyerang organ lain (intra dan
ektra intestinal) Masa inkubasi 10-14 hari.

PROMOTIF/PREVENTIF
Higiene perorangan dan lingkungan
Demam tifoid ditularkan melalui rute oral - fekal, maka pencegahan utama
memutuskan rantai tersebut dengan meningkatkan hygiene perorangan dan
lingkungan, seperti mencuci tangan sebelum makan, penyediaan air bersih, dan
pengamanan pembuangan limbah feses.

Imunisasi
Imunisasi aktif terutama diberikan apabila terjadi kontak dengan pasien
demam tifoid, terjadi kejadian luar biasa, dan untuk tuns yang bepergian ke
daerah endemic
Vaksin polisakarida(capsular vi polysaccharide),pada usia 2 tahun atau lebih,
dibeikan secara intra muscular, dan diulang setiap 3 tahun.

DIAGNOST1K

Anamnesis

Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada
akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi. Anak
sering mengigau (delirium), malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri
perut, diare atau konstipasi, muntuah, perut kembung. Pada demam tifoid
berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang dan ikterus.

Standar Pelayanan Medis Anak RSD Pancmbohon


SfCnopaii

1
4
2

Pemeriksaan fisik
Ejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan
komplikasi. Kesadaran menurun, delirium,sbagian bcsar anak mempunyai
lidah tifoid yaitu dibagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis,
meteorismus, hepatomegali sering dijumpai daripada slenomegali. Kadang
- kadang dijumpai terdengar ronki pada pemeriksaan [paru. Pemeriksaan
penunjang Darah tepi purifier
Anemis, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang,
defisiensi Fe atau perdarahan usus.
Leukositopenia, namun jarang kurang dari 3000/uLimfositosis relative

Trombositopenia, terutama pada demam tifoid
berat.
Pemeriksaan serologi

Serologi widal : kenaikan titer S. typhi titer O 1:200 atau
kenaikan
4
kali titer fase akut ke fase konvalesens.

Pemeriksaan biakan salmonella


Biakan darah terutama pada minggu 1 - ? perjalanan penyakit
Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intra intestinal
seperti perforasi usus atau perdarahan saluran cerna. Pada perforasi
usus tampak distribusi udara tak merata, tampak air fluid level,
bayangan radiolusen didaerah hepar, dan udara bebas pada abdomen

Penyulit
Intra intestinal : perforasi usus atau perdarahan saluran cerna: suhu
menurun, nyeri abdomen, muntah, nyeri tekan pada palpasi, bising
usus menurun sampai menghilang, defange musculaire positif, pekak
hati menghilang.
Ektra intestinal : tifoid ensepalopati, hepatitis tifosa, meningitis,
pneumonia, syok septic, pielonefritis,osteomielitis dll.

Diagnosis banding
Stadium dini: Influinza, gastroenteritis, bronchitis, bronkopneumonia
Tuberkulosis,infeksijamursistemik, malaria
Demam tifoid berat, sepsos, leukemia,limpfoma.

TERAPI

Medikamentosa

Antibiotik

o Kloramfenikol (drug of choice) 50 - 100 mg/kgBB/hr, oral

atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari o


Amoksisilin 100 mg/kgBB/hr, oral atau IV selama 10 hari

Stamiar Pelovanan Medis Anal; RSI) Ranembahan


SEnopati

143

o Kotrimoksasol 6mg/kgBB/hr, oral selama 10 hari


o Seftriakson 80 mg/kgBB/hr intravena atau intra muskuler,

sckali schari selama 5 hari o Sefiksim 10 mg/kgBB/hr oral


dibagi dalam 2 dosis selama 10

hari

Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan
kesadaran. Deksamitason 1 - 3 mg/kgBB/hr IV dibagi 3 dosis hingga
kesadaran membaik.

Bedah
Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus.

Suportif
Demam tifoid ringan dapat dirawat dirumah
Tirah baring
Isolasi memadai
Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi
Demam tifoid berat hams dirawat inap di Rumah Sakit

Cairan dan kalori
o Terutama pada demam tinggi, muntah atau diare, bila perlu
asupan cairan dan kalori diberikan melalui sonde lambung.
o Pada ensfalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi menjadi
4/5 kebutuhan dengan kadar natrium rendah.
o Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskuler dan jaringan
dengan pemberian oral/parenteral.
o Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik.
o Pertahankan oksigenasi jaringan kalau perlu berikan O2.
o Peliharakeadaan nutrisi.
o Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit

Antipiretik, diberikan apabila demam > 39 C, kecuali pada riwayat


kejang demam dapat diberikan lebih awal

Diet
o Makanan tidak berserat dan mudah dicerna o Setelah demam
reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan kalori
cukup

Transfusi darah : kadang - kadang diperlukan pada perdarahan


saluran
cerna dan perforasi usus.

Siandar Pelayanan Mcdis Anak RSD Poncmbahan


SEnopah

144

MONITORING

Terapi

Evaluasi demam reda dengan memonitor suhu,. Apabila pada hari 4 -5


setelah pengobatan demam lidak reda, maka harus segera kembali
dievaluasi adakah kornplikasi, sumber infeksi lain, resistensi S. typhi
terhadap antibiotic, atau kemungkinan salah menegakkan diagnosis
Pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik, nafsu makan membaik, klinis perbaikan dan tidak dijumpai
kornplikasi. Pengobatan dapat dilanjutkan dirumah

6.INFEKSI SALURAN KEMIH

Infeksi Saluran kemih (ISK) iaiah istilah umum untuk menyatakan adanya
pertumbuhan bakteri didalam saluran kemih. Pertumbuhan bakteri yang mencapai
100.000 unit koloni per ml urin segar yang diambil pagi hari, digunakan sebagai
batasan ISK.
Infeksi saluran kemih merupakan penyebab demam kedua tersering setelah
infeksi akut saluran nafas pada anak berusia kurang dari 2 tahun. Pada kelompok
ini angka kejadian ISK mencapai 5 %. Angka kejadian ISK bervariasi, tergantung
umur dan jenis kelamin. Angka kejadian pada neonatus kurang bulanadalah 3 %,
sedangkan pada neonatus cukup bulanadalah 1 %. Pada anak < 10 tahun
ditemukan pada 3,5 % anak perempuan dan 1,1 % pada anak laki - laki Diagnosis
yang cepat dan akurat dapat mencegah penderita ISK dari kornplikasi
pembentukan parut ginjal dengan segala konsekuensi jangka panjangnya seperti
hipertensi dan gagal ginjal

PROMOTIF/PREVENTDP
Gangguan aliran urin yang menyebabkan obstruksi mekanik maupun
fungsional, seperti refluks vesiko - ureter, batu saluran kemih, buli - buli
neurogenik, sumbatanm muara ureter, atau kelainan anatomi saluran kemih
lainnya, dapat menjadi factor predisposisi ISK

DIAGNOSTIK

Anamnesis

Gambaran klinis ISK sangat bervariasi dan sering tidak khas, dari
asimtomatik sampai gejala sepsis yang berat. Pada neonatus sampai usia 2
bulan gejala menyerupai gejala sepsis, berupa demam, apatis, berat badan
tidak naik, muntah , mencret, anoreksia, ikterus,problem minum,dan sianosis.
sedangkan pada bayi gcjalanya berupa demam, berat badan sukar naik, atau
anoreksia. Pada anak besar,gejalanya lebih khas, seperti sakit vvaktu miksi,

Sianciar Pclayanan Medis Anak RSD I'anembahan


SEnopan

145

frekuensi miksi meningkat, nyeri pe rut/pi nggang mmgompol,


polakisuria atau urin yang berbau menyengat

Pcmeriksaan fisik
Gejala dan tanda ISK yang dapat ditemukan berupa demam, nyeri
ketok sudut kosto - vertebral, nyeri tekan supra simpisis, kelainan pada genetal
ektemal, seperti fimosis, sineksia vulva, hipospadia epispadia, dan kelainan
pada tulang belakang seperti spina bifida

Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan urinalisa dapat ditemukan proteinuria,lekositoria
(lekosit>

5/LPB),hematoria( eritrosit >5/LPB).

Diagnosis pasti dengan ditemukannya bakteriuria bermakna pada kultur


urin,

yang jumlahnya tergantung pada metoda pengambilan sample urin.

Pada pemeriksaan penunjang lain dilakukan untuk mencari factor resiko

seperti disebutkan diatas dengan melakukan USG, foto polos perut.

Pemriksaan ureum dan kreatinin serum dilakukan untuk menilai fungsi


ginjal.

TERAPI
Medikamnetosa
Penyebab tersering ISK ialah Escherichia coli. Sebelum ada hasil
biakan urin da uji kepekaan, antibiotic diberikan secara empiric selam 7-10
hari untuk eradikasi infeksi akut.

Bedah
Koreksi bedah dilakukan sesuai kelainan saluran kemih yang ditemukan.

Suportif
Selain pemberian antibiotic, penderita ISK perlu mendapat asupan
cairan yang cukup, perawatan hygiene perineum dan periuretra, pencegahan
konstipasi.

PEIMANTAUAN
( MONITORING) Terapi

Dalam 2 x 24 jam setelah pengobatan fase akut dimulai, gejala ISK


umumnya

menghilang. Bila belum menghilang, dipikirkan untuk mengganti antibiotic

yang lain.

Dilakukan pemeriksaan kultur dan uji resistensi urin ulang 3 hari setelh 1

bulan dan setiap 3 bulan

Bila ditemukan adanya kelainan anatomic maupun fungsional yang

menyebabkan obstruksi, maka pengobatan fase akut dilanjutkan dengan

antibiotic profilaksis. Antibiotik profilaksis juga diberikan pada ISK

berulangJSK pada neonatus dan pielonepritis akut.

Standar Pclayanan Medis Anak RSD Panembahan


SEnopati

146

Interpretasi hasil
can urin
Cara penampungan
Jumlah koloni
Bakteri gram
Pungsi supra pubik
negative: Asal ada
kuman. Bakteri gram
positif: Beberapa ribu.

Kateterisasi
kandung
kemih

Urin pancar tengah

>105

95%

104- 105
103-104
< 103
>104

diperkirakan ISK
diragukan ,diulang
Tidak ada ISK,
Diperkirakan ISK

Kemungkinan infeksi
> 99%

3xbiakan> 105

95%

2xbiakan>105
1 xbiakan.105

90%

80%

Dosis
Antibiotik

Obat

Ampisilin

Sefotaksim

Dosis

Frekuensi (umur bayi)


Tiap 12 jam(bayi < 1
mg) Tiap 6 - 8 jam (bayi > 1
mg) Dibagi setiap 6 jam

100

150

Tiap 12 jam (bayi < 1 mg)

Gentamisin

Tiap 8 jam (bayi > 1 mg)

Seftriakson

75

Sekali sehari

Oral (rawat jalan,antibiotik oral)


Obat
Dosis mg/kgBB/hr
Ampisilin
50-100

Frekuensi (umur

q8h

Amoksisilin

20 40

q6h

Sefaleksin

50

q6-8h

Trimetoprim

6-12

q6h

Standar Pelayanan Medis Anak RSD Panemhahan


SEnopan

7.KEJANG DEMAM

Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam( suhu diatas
38,4 C perrektal ) tanpa adanya infeksi susunan syaraf pusat atau gangguan
elektrolit akut, terjadi apada anak berusia diatas 1 bulan, dan tidak adfa riwavat
kejang tanpa demam sebelumnya.
Kejang demam dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kompleks. Kejang
demam disebut kompleks apabila kejang bersifat fokal, Iamanya lebih dari 10 -15
menit atau berulang dalam 24 jam. Kejang demam disebut sederhana bila bersifat
umum, singkat dan hanya terjadi sekali dalam 24 jam.
PROMOTI/PREVENTIF
o Faklor resiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang dalam keluarga
2. Usia dibawah 18 bulan
3. Suhu tubuh saat kejang
4. Lamanya demam saat awitan kejang
5. Riwayat epilepsy dalam keluarga.
Faktor resiko terjadinya epilepsy di kemudian hari ialah :
1. Adanya gangguan neurodevelopmental
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsy dalam keluarga
4. lamanya demam saat awitan kejang
5. Lebih dari satukali kejang kompleks.

DIAGNOST1K

Anamnesis
Adanya kejang, jenis kejang.kesadaran, lama kejang,suhu sebelum /
saat kejang, frekuensi, interval, paska kejang, penyebab demam diluar
susunan syaraf pusat.
Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga,epilcpsy dalam
keluarga.
Singkirkan penyebab kejang lainnya.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan
tekanan intracranial, tanda infeksi diluar SSP

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk


mencari
penyebab kejang demam. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer
lengkap, gula darah, elektrolit kalsium serum,urinalisa dan biakan
darah.urin atau feses.

Standar Pelayanan Medis Anak RSI) Pancmbahan


SEnopati

148

Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak berusia dibawah 12


bulan,dianjurkan pada anak berusia 12 - 18 bulan,dan
dipertimbangkan pada anak berusia diatas 18 bulan yang dicurigai
menderita meningitis.

TERAPI

Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada tata
laksana penghentian kejang . Saat ini lebih diutamakan pengobatan
profilaksis intermiten pada saat demam berupa :
1.
Antipiretik

Tujuan utama pengobatan kejang demam adalah mencegah


demam meningkat Berikan parasetamol 10 15 mg/kgBB/hr tiap 4 - 6
jam
2.
Anti kejang

Beri diazepam oral 0,3 mg/kgBB/dosis tiap 8 jam saat demam


atau diazepam rectal 0,5 mg/kgBB/hr setiap 12 jam saat
demam.Efek samping diazepam oral adalah Ietargi, mengantuk dan
ataksia
3.
Pengobatan jangka panjang

Pengobatan jangka panjang selama 1 tahun dapat


dipertimbangkan pada kejang demam kompleks dengan factor
resiko. Obat yang digunakan adalah fenobarbital 3 - 5 mg/kgBB/hr
atau asam valproat 15-40 mg/kgBB/hr.

Suportif
Pengobatan suportif ditujukan untuk menurunkan suhu bila anak
demam tinggi

Rujukan
Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat di Ruamh Sakit pada
keadaan berikut:
Kejang demam kompleks
Hiperpireksia
Usia dibawah 6 bulan
Kejang demam pertama
Dijumpai kelainan neurologist

Siamiar Pelayanan Kh-ths Anak RSI)


Pancmhahon Slinopan

1
4
9

Status konvulsivus

Status konvulsivus adalah kejang konvulsif yang


beriangsung lebih dan 30 menit atau kejang berulang selama
lebih dan 30 menit; selama kejang pasien tidak sadar. Tata
laksana status konvulsivus dapat dilihat pada Gambar 1.

KEJANG

Diazepam rekta; 0.5 mg/kgBB atau Berat badan < 10 kg : 5


mg Berat badan > 10 kag : 10 mg

)-20 menit

KEJANG
(+) Diazepam rekta!

(5 menit)

Di Rumah Sakit

Pencarian akses vena Laboratonum : darah tepi, gula


darah, natrium, kalsium. meonesium, ureum, krestinin

KEJANG (+) Diazepam IV Diazepam IV


0.3 - 0,5 mg/kgBB Kecepatan 0,5 -1
mg/menK (3-5 menfi) (Hati-hati depresi
pernafasan)

KEJANG (-)

Bila disebabkan ensefaiitis atau


meningitis, terapi rumatan perlu
dilanjutkan - dengan phenobarbttal
8-10 mg/kgBB/hari selama 2 nan'
kemudian dilanjutkan dengan 4-5
mg/kgBB/hari sampai risiko untuk
kejang berulang tidak ada. Bila
epilepsi, lanjutkan OAE dengan
menaikkan dosis

t.

KEJANG(+)
Fenitoin bolus IV10-20
mg/kg BB Kecepatan
0,5-1 mg/kgBB/menit

Status
Konvulsivus

KEJANG (+)
Transfer ke Ruang perawatan Insentif

Phenobarbital 5-15 mg/kg BB/hari


bolus IV dilanjutkan dengan dosis 1-6 mg/kg menit drip

atau midazolam 0,2 mg/kg dilanjutkan

dengan 0,1 - 0,4 mg/kg/jam

KEJANG
(-)
Rumatan
Fenitoin IV
5-7
mg/kgBB/h
ari 12 jam
kemudian

Gambar 1. Algoritma tata laksana status konvulsivus

150

BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM

KEJANG
1

Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau


Berat badan < 10 kg : 5 mg Berat
badan > 10 kg : 10 mg
Diazepam IV 0.3 - 0,5 ma/kgBB

KEJANG
Diazepam rektal

Di Pvumah Sakit

KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kg BB
Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/mcnit

KEJANG
Diazepam IV
Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)
(Depresi pemafasan dapat terjadi)

(5 menit)

KEJANG
Transfer ke ruang rawat intensif

Keterangan:
Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermiten atau rumatan dibenkan berdasarkan
kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan
NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.

151

8.MALNUTRISI ENEGI PROTEIN

Malnutrisi Energi Protein (MEP) merupakan salah satu dari empat masalah
gizi utama di Indonesia.Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak dibawah 5
tahun. Serta pada ibu hamil dan menyusui.Pada MEP ditemukan berbagai
macam keadaan yang patologis, tergantung pada berat ringannya kelainan.
Berdasarkan lama dan jumlah kekurangan energi protein,MEP diklasifikasikan
menjadi MEP derajat ringan,( gizi kurang ) dan MEP derajat berat ( gizi buruk ).
Gizi kurang belum menimjukkan gejala yang khas, belum ada kelainan
biokimia, hanya dijumpai gangguan pertumbuhan. Pada gizi buruk disamping
gejaia klinis didapatkan kelainan biokimia yang khas sesai dengan bentuk
klinis.Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu kwashiorkor, marasmus
dan marasmus kwashiorkor. Di Rumah Sakit atau di Puskesmas masih banyak
ditemukan penderita marasmus, namun untuk kwashiorkor tidak lagi

PROMOTBF/PREVENT1F
Malnutrisi energi protein merupakan masalah gizi yang multifaktorial.
Tindakan pencegahan betujuan untuk mengurangi insidensi dan menurunkan
angka kematian. Oleh karena ada beberapa factor yang menjadi penyebab
timbulnya masalah tersebut, maka untuk mencegahnya bisa dilakukan beberapa
langkah, antara lain:

1.
Polamakan

Penyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan


jumlah karbihidrat,lemak, protein, vitamin dan mineral berdasarkan umur
dan berat badan)
2. Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala
( sebulan sekali pada tahun pertama)
3. Faktor social

Mencari kemungkinan adanya pantangan untuk menggunakan bahan


makanan tertentu yang sudah berlangsung secara turun - temurun yang
dapat menyebabkan terjadinya MEP

4.
Faktor ekonomi

Dalam World Food Conference di Roma dikemukakan bahwa


meningkatnya jumlah penduduk tanpa diimbangi dengan bertambahnya
persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan penyebab
utama krisis pangan, sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat
selanjutnya.Ditekankan pula perlunya bahan makanan yang bergizi baik
disamping kuantitasnya

5.
Faktor Infeksi

Telah lama diketahui adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan status gizi. MEP walaupun
dalam derajat ringan menurunkan daya tahan tubuh.

Siandar Pclayanan Mcdts Anak RSI) Pancmhahan


SKnopati

152

DIAGNOSTIK

Anamnesis

Keluahan yang sering ditcmukan adalah pcrtumbuhan yang kurang,


scperti BB yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Bisa juga
didapatkan keluhan anak kurang/tidak mau makan atau sering menderita sakit
yang berulang.
Pemeriksaan fisik
MEP ringan
Sering ditemukan gangguan pertumbuhan :
Pertumbuhan linier berkurang atau berhenti
Kenaikan BB berkurang/terhenti, adakalanya BB bahkan menurun
Ukuran lingkar lengan atas menurun
Maturasi tulang terlambat
Rasio BB terhadap tinggi bada normal/menurun
Tebal lipatan kulit normal atau berkurang
Anemia ringan
Aktivitas dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat
Adakalanya dijumpai kelainan kulit atau ram but.

MEP

berat
Kwashiorkor
Perubahan mental sampai apatis
Edema sering terjadi
Atrofi otot
Gangguan sistiem gastrointestinal
Perubahan rambut
Perubahan kulit
Perubahan hati
Anemia
Marasmus
Penampilan wajah seperti orang tua,terlihat sangat kurus
Perubahan mental
Kulit kering dingin dan mengendor
Rambut kering, tipis dan mudah rontok
Lemak subkutan menghilang sehingga turgor kulit berkurang
Oto atrofi sehingga tulang terlihat jelas
Sering diare atau konstipasi
Kadang terdapat bradikardi
Tekanan darah lebih rendah dibanding anak sehat yang sebaya
Kadan frekuensi pernafasan menurun

Standar Pclayanan Medis Anak RSI)


Panemhahan SEnopati

153

Pemeriksaan penunjang
Darah Icngkap, urin Icngkap, facscs Icngkap, Protein serum (albumin dan
globulin)
Radilogi foto dada
EKG

TERAPI

Medikamentosa

Pengobatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
- rehidrasi
- gangguan elektrolit
- hipoglikemi

Pengobatan apabila terjadi infeksi


Pengobatan hipotermi

PEMANTAUA
N Terapi

10 langkah utama pada tatalaksana MEP

Suportif

Oral
gizi kurang : 120 - 150 kkal/kgBB/hr
gizi buruk : 150 - 200 kkal/kgBB/hr

Intravena(parenteral

Tumbuh kembang
Memantau status gizi secara rutin dan berkala
Memantau perkembangan kemampuan
Edukasi
Memberikan pengetahuan pada orang tua :

Pengetahuan tentang gizi
. Melatih ketaatan dalam memberikan diet

Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

Standar Pelayanan Moths Anak RSI) f'anemhahan


SlCnapan
INADEQUAT DIATARY INTAKE

CATABOLIC STRESS OF INVECTION

M
ACROPH
AGES
TUMOR

154

NECROS
ING
FACTOR
IL-1

VISCERAL PROTEIN

STIMULATE ACUTE PHASE KEACTANE

AMINO ACIDS

PRO
DUC
TION
OF
AI.M
RUM
IN &.
LIPO
PRO
TEIN
DEC
REA
SE

DEFICIENCY OF
DLETRY PROTEIN

HYPOALBUMIN, EDEMA, FATTY

KWASHIORKOR

INFILTRATION OF THE LIVER

DEFICIENCY OF
DIETARY ENERGY

INCREA
SED

DECREASED

INSULIN
LEVEL

CORTISOL
LEX-ELS

ESSENTIAL AMINO ACIDS

ADAPTATION

=5E

VISCERAL PROTEIN SYNTHESIS

rACUTE PHASE REACTANS |

VISCERAL PROTEIN

C
O
R
T
I
S
O
N
,
I
N
S
U
L
I

PRODUCTION OF ADF.QUATF.
SERUM ALBUMIN &
LIPOPROTENS

N
&
G
R
O
W
T
H
H
O
R
M
O
N
E

"

M
ET

ABOLIC DISORDER

MARAS
MUSX
(EDEMA

MARASM
IC
KWASHIORKOR
(EDEMA +'

Gambar 1 : Patogencsis malnuinsi cnergi protein (Dikutip


dari Scrimshaw NS, |96I:GopBlanC. I%8 dan keusch GT. 19901

Penghasilan
rendah
tidak cukup
memenuh}
kebutuhan

__Asupan makan
tidak
_________
cukup_____

15
5

-H Anak lebih
mudah mudah
sakit

Keperluan makanan
bagi anak

/ anak \ i
sakit /

_____Keperluan bahan makanan


ertambah bagi wanita yang sedar
________mengandung________

Sebagai kompensasi ibu lebih


sering mengandung_____

Penghasilan menurun

Kapasitas fcerja bila


dewasa berkuran

Gambar 2 : Hubungi timbal balik antara faktor-faktor yang

menjurus pada MEP (ODA Advisory Committee on protein, 1974 )

156

9.BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gr tanpa memandang masa gestasi.Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 jam setelah lahir.
Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena
merupakan penyebab kesakitan dan kematian masa neonatal.
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor yang
lain adalah umur,paritas dll. Faktor plasenta antara lain seperti penyakit vascular,
kehamilan ganda dll serta factor janinjuga merupakan penyebab BBLR

PROMOTIF/PREVENTEF
Mencegah persalinan premature
Pemberian tokolitik ( salbutamoUerbutalin ) pada persalinan kurang bulan
Pemberian kortikosteroid pada ibu jika diperkirakan akan terjadi kelahiran
kurang bulan, untuk mempercepat pematangan paru janin( betametason 12
mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis IM selama 2 - 3 hari)

DIAGNOSTIK

Anamnesis
Umur ibu
Riwayat hari pertama haid terakir
Riwayat persalinan sebelumnya
Paritas jarak kelahiran sebelumnya
Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas
Penyakit yang diderita selama hamil
Obat - obatan yang diminum selama hamil

Pemeriksaan fisik
Berat badan < 2500 gr
Tanda prematuritas ( bila bayi kurang bulan )
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan ( bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan skor Ballard
Tes kocok( shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
Darah rutin, glukosa darah
Foto dada
USG kepala terutama untuk bayi dengan umur kehamilan < 35 mg, dimulai
pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat

Sraruiar Pclayanan Mcdis Anak RSI) I'oncmhahan


SEnopaii

157

MANAJEMEN
Medicamentosa
PemberianvitKi
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian,atau
Peroral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 23-10 hari, dan umur 4 - 6 mg)

Mempertahankan suhu tubuh


Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu
tubuh bayi seperti, kontak kulit ke kulit,kangaroo mother care,
pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia ditempat
fasilitas kesehatan setempat.
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
(tangan dihangatkan dulu)
Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada table
Pemberian minum
ASI merupakan pilihan utama
Apabila bayi mendapat ASI,pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi mengisap paling kurang sehari sekali
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
gr/hr selama 3 hari berturut - turut, timbang bayi 2 x seminggu

Berat lahir 1750 2500 gram Bayi sehat


Biarkan bayi menyusus pada ibu semau bayi, Ingat bahwa bayi kecil
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusus lebih
sering (missal setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai
efektivitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat mengisap, tambahkan
ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian
minum.

Bayi sakit
Apabila bayi dapat minum peroral dan tidak memeriukan cairan IV,
berikan minum seperti pada bayi sehat.
Apabila bayi memeriukan cairan IV
- Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
- Mulai berikan minum per oral pada hari ke 2 atau segera
setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada
dan bayi menunjukkan tanda - tanda siap untuk menyusu.

Siondar Pclayanan Mvtlis Anak RSI) Pammhahan Sljmpati

158

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses


menyusui
(
missal gangguan nafas, kejang ) berikan ASI peras melelui
pipa lambung.
- o Berikan cairan intravena dan ASI menurut umur,
lihat table
- o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam ( missal 3 jam
sekali).Apabila bayi sudah mendapat minum 160
ml/kgBB perhari tetapi masih tampak iapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum, biarkan bayi
menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi
menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat
menyusu tanpa terbatuk atau tersedak

Berat lahir 1500-1749


gram Bayi sehat
-
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok sesuai dengan table.
- Apabila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan
menggunakan cangkir/sendok,atau ada resiko terjadi aspirasi
kedalam paru ( batuk, tersedak ),berikan minum dengan pipa
lambung.
- Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/sendok
apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak( ini dapat
berlangsung setelah sehari atau duahari, namun adakalanya
memakan waktu lebih dari seminggu.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam( missal tiap 3 jam ).Apabila bayi
telah mendapat minum 160ml/kgBB berat badan perhari tetapi masih
tampak lapar,beri tambahan ASI setiap kali minum.
Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan cangkir/sendok,
coba untuk menyusu langsung.
-

Bayi sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari kedua dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan sesuai dengan table
- Beri minum 8 kali dalam 24 jam. Apabila bayi telah dapat minum 160
ml/kg/hari tetapi masih tampak lapar,beri tambahan ASI setiap
kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila
kondisi bayi sudah stabil dan bayi sudah dapat menelan tanpa
batuk/tersedak( ini dapat berlangsung setelah sehari duahari namun
kadangkala memakan waktu lebih dari seminggu )
Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan cangkir/sendok,
coba untuk menyusu langsung.

Standar Pcloyanan Medis Anak RSD Pancmhahan


SEnnpati

159

Berat lahir 1250-1499


gram Bayi sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung sesuai table
Beri minum 8 kali dalam 24 jam,bila bayi sudah mendapat minum 160
ml/kgBB/hrtetapi masih tampak lapar,beri tambahan ASI setiap kali
minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan cangkir/sendok
coba untuk menyusu langsung

Bayi sakit
Beri cairan intravena hanya 24 jam pertama
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari kedua dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam,bila bayi sudah mendapat minum 160
ml/kgBB/hrtetapi masih tampak lapar,beri tambahan ASI setiap kali
minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan cangkir/sendok
coba untuk menyusu langsung
Berat lahir <1250 gram (tidak tergantung kondisi)
Beri cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ketiga dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan
Berikan minum tiap 2 jam sekali , Beri minum 8 kali dalam 24 jam,bila
bayi sudah mendapat minum 160 ml/kgBB/hrtetapi masih tampak
lapar,beri tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan cangkir/sendok
coba untuk menyusu langsung
Suportif
Jaga dan pantau kehangatan
Jaga dan pantau potensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul(
missal, hipotermia, kejang,gangguan nafas, hiperbillirubinemia dll)
Berikan dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga yang
lainnya.
Anjurkan ibu agar tetap bersama bayi. Bila ini tidak memungkinkan,
biarkan ia berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui

Siandar I'clayanan Mcdis Anak USD Panemhahan


Slinopati

160

PEMANTAU
AN Terapi

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
Preparat besi sebagai suplementasi mulai diberikan pada usia 2
minggu

Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat


apabila dimungkinkan.

Tumbuh kembang
Pantau berat bayi secara periodic
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai
10% untuk bayi dengan berat lahir >1500 gram dan 15 % untuk bayi
dengan berat lahir< 1500 g. Berat lahir biasanya tercapai kembali
dalam 14 hari kecuali apabila ada komplikasi.
Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh ( pada semua kategori
berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hr sampai tercapai
jumlah 180/kg/hr
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi
agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hr
- Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan pemberian
pemberian ASI sampai 200 ml/kg/hr
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala
setiap minggu.
Pemantauan setelah pulang
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul:
Gangguan perkembangan
Gangguan pertumbuhan
Retinopati karena prematuritas
Gangguan pendengaran
Penyakit paru kronik

. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk Rumah Sakit

Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Untuk itu perlu dilakukan pemantauan sebagai berikut
Sesudah pulang, hari ke 2,10,20,30,dilanjutkan setiap bulan
Hitting umur koreksi
Pertumbuhan : berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
Awasi adanya kelainan bawaan

Siantiar Pclayanan \-fcths Anak RSI) Patwmhahcm


S/Jiofxm

161

Tabcl 1. Pcngukuran suhu tubuh.


Kcadaan bayi
Bayi
sakit

Frekuensi
Tabel 2. Cara
menghangatkan
CARA

Tiap
bayi

Bayi
kccil

Tiap

Bayi
sangal kccil

Bayi
kcadaan
mcmbaik

Sckali schari

Tiap

PETUNJUK PENGGUNAAN

Kontak knlit
- Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat. atau mcnghangatkan
bayi
hipotcrmi (32-36,4oC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan
KMC - Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan < 2500 g, terutama

dirckomendasikan

untuk pcrawatan bcrkclanjutan bayi dengan bcrat badan < 1800 g


Tidak untuk bayi yang sakit bcrat (sepsis, gangguan nafas berat)
Tidak unluk ibu yang menderila penyakil beral yang lidak dapal meraual

bayinya
Pemancar panas

- Untuk bayi sakit atau bayi dengan bcrat 1500 g atau lebih
Untuk pemcriksaan awal bayi, sclania dilakukan tindakan. atau
menghangatkan
kembali bayi hipotcrmi
Inkubator
- Penghangatan berkelanjutanan bayi dengan bcrat < 1500 g yang tidak

dapat

dilakukan KMC
Untuk bayi sakit bcrat (sepsis, gangguan napas bcrat)

Ruangan hangat
- Untuk merawat bayi dengan bcrat < 2500 g yang tidak memerlukan tindakan
_______________________________________________________d
iagnoslik alau prosedur pcngobalan.
__________________- Tidak untuk bayi sakit bcrat (sepsis, gangguan napas bcrat)______________
Tabel 3. Suhu Inkubator vang direkomendasi menurut bcrat dan umur bayi.

Beral
bavi

Suhu Inkubator (C) menurut umur*

35
l-10hari

<
1500 g 15002000 g 21002500 g > 2500

* Bila jenis Inkubator tunggal, naikkan suhu Inkubator 1C setiap pcrbedaan 7C antara
suhu ruang dan Inkubator
Taqbel 4. Jumlah cairan vang dibutuhkan bavi (ml/kg)

1500g
<1500g

Bcrat

>

150 80
150

1
60

3
100

5+

120

162

Tabel 5. Jumlah cairan Iniravcna (IV) dan ASI unluk bayi sakit berat 1750 - 2500 g
Pemberian

1
Kecepatan cairan IV (ml/jam ata
tetes mikro/mcnit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kal

3
5

14

Tabel 6. Jumlah ASI unluk bayi sehal bcral 1500-1749 g

Pemberian

1
3

30

Jumlah minum setiap 3 jam


12
22 (ml/kali)
Tabel 7. Jumlah cairan Intravena (IV) dan ASI untuk bayi sakit berat 1500 -1749 g

Pemberian

I
3
Kecepatan cairan IV (ml/jam ata
4
3
tetes mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kal
0
13
Tabel 8. Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499 g

Pemberian

1
3

Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kal


10
18
26
Tabel 9. Jumlah cairan Intravena (IV) dan ASI untuk bayi sakit berat 1250 - 1490 g

Pemberian

1
3
Kecepalan cairan IV (ml/jam ala
3
3
tetes mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kal
0
9
Tabel 10. Jumlah cairan Intravena (TV) dan ASI untuk semua
bayi berat <

Pemberian

1
Kecepatan cairan IV (ml/jam ala
tetes mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kal

3
4

7
35

7
30

12
50
g

0 30

28

63

Tabel 11 : Populasi manusia berdasarkan status TB


K
K
Inf
el
on
ek
as
ta
si
k

Sa
kit

Tata
laks
ana

Fakto
*) Pada kelompok resiko
r usia
tinggi Tabel 12 : Kelompok
Fakto
r obat
risiko tinggi TB

Fakto
0
I

n
m

+
+
+

*
*
*
*
*
*
*
*

Propila
ksis 1*
Propila
ksis II*
Terapi
OAT

+
+

Balita
Pubertas
Steroid sistemik jangkapanjang
Sitostatik
Gizi bunik
Morbili
Varisela HIV AIDS
Keganasan__________________

Tabel 13 : Obat yang lazim digunakan dalam terapi TB pada bayi, anak, dan
O
remaja.
Sediaan

D
D
osis

Tablet
o
mg/kgBB
soniazid
100 dan 300

15-30

5
(INH/H)
mg; sirup 10
*M5*)
mg/ml

Kapsul/ta
30
ifampisin
blet
(RIF/R)
150.300.450

1
600 mg, sirup
0-15
20 mg/ml
Tablet

Pir
500 mgt
azinamid
(PZA/Z)
Tablet

E
500 mg
2
tambutol
5
(EMB/E)

Viallg
3

Str
5
eptomisin
(SM/S)

Efek samping

Peningkatan
transaminase. hepatitis,
neurotitis
perifer
hipersensiti vitas

#) sumber Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak


**) menunit WHO, IUATLD, dan ERS, dosis INH 5 mg/kgBB adekuat dan aman
*) Jika INH dipadu dengan rifampisin, dosis INH tidak lebih dari 10 mg/kgBB
dan rifampisin 15 mg/kg
BB untuk mengurani insidens hepatitis

1
5-20

/<j./

600
mg

2g

Urin/sekresi
warna
laming,
mualmuntah,
hepatil&Jlu-like
reaction
Hepatotoksishas,

hipersensitive
2,5
g

Neuritis optika

(reversibel),
visus, gangguan
gangguanwarna,
sal
cerna
Ototoksisitas,

nefrotoksisitas

lg

10. PNEUMONIA

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru - paru yang meliputi alveoli dan
jaringan interstitial. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah
diberbagai Negara terutama di Negara berkembang, dan merupakan penyebab
utama kematian pada balita. Berbagai organisme dalat menyebabkan pneumonia,
antara lain virus dan bakteri.
Beberapafaktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya dan beratnya
pneumonia antara lain adalah defek anatomi bavvaan, deficit imunologi,
polusi,aspirasi dll.

PROMOTIF/PREVENTIF
Pencegahan untuk pneumococcus dan H Influenzae dapat dilakukan dengan
vaksin yang sudah tersedia. Efektivitas vaksin pneumokok adalah sebesar 70% dan
untuk H. Influenza 95%. Infeksi H.Influenza dapat dicegah dengan rifampicin bagi
kontak di rumah tangga atau di tempat penitipan anak.

DiAGNOSTIK

Anamnesis

Pasien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah,rewel dan


sesak nafas.Pada bayi gejalanya tidak khas, seringkali tanpa demam dan bauik.
Anak besar kadang mengeluh sakit kepala, nyeri abdomen disertai muntah.
Pemeriksaan fisik
Manifestasi klinik yang terjadi akan bcrbeda - beda berdasarkan
kclompok umur tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi
dinding dada, granting dan sianosis. Pada bayi bayi yang lebih tua jarang
ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi,
sianosis, batuk, panas dan iritabel

Pada anak prasekolah, gejala yang sering timbul adalah demam, batuk
( non produktif7produktif ), takipneu dan dispneu yang ditandai retraksi
dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja dapat dijumpai panas,
batuk ( non produktif/produktif ), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi,dan
alergi. Padasemua kelompok umur, akan dijumpai adanya nafas cuping
hidung. Pada auskultasi dapat terdengar suara pernafasan menurun, fine
crackles ( ronki basah halus ) yang khas pada anak besar,bisa tidak ditemukan
pada bayi. Gejala lain pada anak suara nafas menurun, dan terdengar fien
crackles di daerah yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada,
bila berat gerakan dada menurun waktu inspirasi, anak berbaring kearah yang
sakit dengan kaki fleksi. Rasa nyeri dapat menjalar keleher bahu dan perut.

Standar Pelayanan Medis Anak RSDPancmbahan


SEnonati

165

Pemeriksaan penunjang
Foto Rontgen toraks proyeksi posterior - anterior merupakan dasar
diagnosis utama pneumonia,. Foto lateral dibuat bila diperlukan informasi
tambahan, misalnya efusi pleura. Pada bayi dan anak yang kecil gambaran
radiology sering tidak sesuai dengan gambaran klinis.Tidak jarang secara
klinis tidak ditemukan apa - apa tetapi gambaran foto toraks menunjukkan
pneumonia berat. Foto toraks tidak dapat membedakan antara pneumonia
bakteri dari pneumonia virus. Gambaran radiologist yang klasik dapat
dibedakan menjadi 3 macam:
Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya oir bronchogram,
biasanya disebabkan infeksi akibat pneumokokus atau bakteri lain.
Pneumonia interstitial, biasanya karena virus atau mycoplasma,
gambaran berupa corakan bronhovaskular bertambah, preibronchial
cuffing, dan overaeriation, bila berat terjadi pachy consolidation
karena atelektasis.
Gambaran pneumonia karena S aureus dan bakteri lain biasanya
menunjukkan gambaran bilateral yang difus, corakan peribronhial
yang bertambah, dan tampak infiltrate halus sampai ke perifer.

Staphylococcus pneumonia juga sering dihubungkan dengan


pneumatocelle dan efusi pleural ( empisema ), sedangkan Mycoplasma
akan memberi gambaran berupa infiltrate retikuler atau retikulonodular yang
terlokalisir di satu lobus.

Ketepatan perkiraan etiologi dari gambaran foto toraks masih


dipertanyakan.Namun para ahli sepakat adanya infiltrate alveolar
menunjukkan penyebab bakteri sehingga pasien perlu diberi antibiotika Hasil
pemeriksaan leukosit > 15.000/ul dengan dominasi netrofil sering
didapatkan pada pneumonia bakteri, dapat pula karena penyebab non bakteri.
Laju endap darah dan C reaktif protein juga tidak menunjukkan gambaran
tidak khas.Trobositopeni bisa didapatkan pad 90% penderita pneumonia
dengan empisema.

Pemeriksaan sputum kurang berguna. Biakan darah jarang


positif,tetapi untuk pneumokokus dan H Influenza kemungkinan positif

TERAPI
Medikamentosa
Diganosis etiologic pneumonia sangat sulit untuk dilakukan,
sehingga pemberian antibiotika dilakukan secara empiric sesuai dengan pola
kuman tersering yaitu streptococcus pneumoniae dan hamophilus Influenzae.
Pemberian antibiotika sesuai dengan kelompok umur. Untuk bayi dibawah 3
bulan diberikan golomngan penisilin dan aminoglikosida, untuk umur > 3
bulan ampisilin dipadu dengan kloramphenikol merupakan obat pilihan

Standar Pelayarian Medis Anak RSD Panembahan


SEnopati

166

utama. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empisema, antibiotic


pilihan adalah golongan sefalosporin.

Antibiotika parenteral diberikan sampai 48 - 72 jam setelah panas


turun, dilanjutkan dengan pemberian peroral selama 7 hari - 10 hari. Bila
diduga penyebab pneumonia adalah S aureus klosaksilin dapat segera
diberikan. Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin,
klimdamisin. Lama pengobatan untuk stafilokok adalah 3 - 4 minggu.

Bedah
Tindakan bedah dilakukan hanya bila terjadi komplikasi
pneumotoraks/pneumomediastinum.

Suportif
Pemberian oksigen sesuai derajat sesaknya. Nutrisi parenteral
diberikan selama pasien masih sesak nafas.

PEMANTAUAN /
MONITORING Terapi

Bila dalam 48 - 72 jam tidak ada respon klinis ( sesak dan demam
tidak membaik) lakukan penggantian antibiotic dengan golongan
sefalosporin

Tumbuh kembang
Pneumonia umumnya tidak mempengaruhi tumbuh kembang pasien.

ll.TUBERKULOSIS

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium


tuberculosis. Penyakit ini bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hamper
semua organ tubuh denga lokasi teibanyak di paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi primer
TB merupakan penyakit infeksi yang sudah sangat lama dikenal manusia,
setua peradaban manusia. Pada awal penemuan obat anti tuberculosis (OAT),
timbul harapan penyaklit ini akan dapat ditanggulangi. Namun dengan
perjalanan waktu ternyata penyakit ini tetap menjadi masalah kesehatan yang
sangat serius, baik dari aspek gangguan tumbuh kembang, morbiditas, mortal
itas dan kecacatan. Dengan meluasnya kasus HIV- AIDS, tuberculosis
mengalami peningkatan bermakna secara global.Indonesia menduduki
peringkat ketiga dunia dalam jumlah total pasien TB setelah china dan
India.Namun dari proporsi pasien disbanding jumlah penduduk Indonesia
menempati peringkat pertama. TB anak yang tidak diobati secara tepat akan
menjadi sumber infeksi TB pada saat dewasa.

Standar Pelayanan Med is Anak RSD


Panembahan SEnopati

167

Perlu ditekankan sejak awal adanya perbedaan antara infeksi TB dengan sakit
TB. Infeksi TB relative mudah diketahui dengan berbagai perangkat
diagnostic,missal uji Tuberkulin. Sescorang ( dewasa atau anak ) yang positif
terinfeksi TB ( uji tuberculin positif) belum tentu menderita TB .Pasien salit
TB perlu mendapat OAT namun seorang yang terinfeksi TB tanpa sakit TB tak
perlu mendapat terapi OAT. Untuk kelompok resiko tinggi, pasien infeksi TB
tanpa sakit TB, perlu mendapat profilaksis.

PROMOTIF/PREVENTIF
Diagnosis penyakit TB pada anak sangat sulit, karena gejalanya yang tidak
khas dan sulit untuk mendapatkan specimen diagnostic. Oleh karena itu
uapaya deteksi dini dan terapi adekuat merupakan bagian terpadu dari upaya
promotif-preventif. Imunisasi BCG hingga saat ini rnasih dilakukan walau dari
sebagian kalangan efektifitanya diragukan.Diharapkan dalam waktu dekat
sudah ditemukan vaksin TB yang lebih efektif. Asupan gizi yang baik akan
meningkatkan daya tahan anak terhadap resiko infeksi dan sakit TB. Upaya
pelacakan tidak boleh diabaikan. Bila tenaga medis menemukan pasien TB
dewasa dengan BTA positif maka lacak sentrifugal hams dilakukan yaitu
mencari orang atau anak yang memiliki kontak erat dengan pasien tersebut,
untuk mencari kemungkinan apakah orang tersebut sudah terinfeksi atau bahkan
sudah sakit TB. Deteksi infeksi TB dilakukan dengan menggunakan uji
tuberculin cara Mantoux. Pada anak yang didiagnosis TB lacak sentrifugal juga
harus dilakukan, yaiyu mrncari orang dewasa sebagai sumber penularannya.

DIAGNOSTIC

Anamnesis

Manifestasi klinik penyakit IB ada dua yaitu gejala umum dan


gejala spesifik sesuai organ yang terkena. Gejala umum penyakit TB tidak
khas, dalam am' gejala sempa dapat disebabkan oleh bebagai
kelainan/penyakit lain.Gejala yang membuat perlu mempertimbangkan
TB sebagai penyebabnya adalah masalah makan dan berat badan. Nafsu
makan yang kurang,berat badan yang sulit naik, menetap atau malah turun
merupakan gejal penyakit TB. Kemungkinan masalah gizi sebagai
penyebab harus disingkirkan dulu dengan tata laksana yang adekuat
selama minimal 1 bulaa Pasien TB dapat memberi gejala demam subfibris
berkepanjangan. Etiologi demam kronik yang lain perlu disingkirkan
dahulu, seperti missal infeksi saluran kemih,tifus,atau malaria.Pembesaran
kelenjar superficial didaerah leher, aksila dan inguinal atau tempat lain
tidak jarang menjadi keluhan orang tua pasien.Keluhan respiratorik dapat
berupa batuk kronik lebih dari 3 minggu atau nyeri dada. Dapat pula
dijumpai gejala gastrointestinal seperti diare persisten yang tidak
sembuh dengan pengobatan baku, perut membesar karena cairan atau
teraba massa dalam perut.

Stondar Pelayanan Medis Anak KSD Ponembahan


SEnopau

168

Keluhan spesifik organ dapat terjadi bila TB mengenai organ


ektrapulmona! seperti ditemukannya benjolan di punggung (gibbus ), sulit
membungkuk, pincang atau pernbengkaan sendi. Bila mengenai susunan
syaraf pusat dapat terjadi gejala iritabel, leher kaku, muntah - muntah dan
kesadaran menurun.

Pemeriksaan fisik
Pada sebagian besar kasus TB tidak dujumpai kelainan fisik yang khas.
Biasanyadengan keluhan masalah makan dan berat badan, pada pemeriksaan
antropometri dijumpai gizi kurang dengan grafik berat badan dan tinggi
badan pada posisi didaerah bawah atau dibawah presentil 5.Suhu subfibris
dapat ditcmukan pada sebagian pasien.

Kelainan pada pemeriksaan fisik baru dijumpai jika mengenai organ


tertentu. Pada TB vertebra dapat dijumpai gibbus, kifosis, paraparesis atau
paraplegia. Jalan pincang, nyeri pada pangkal paha atau lutut dapat terjadi
pada TB koksae atau TB genu. Pembesaran kelenjar getah bening dicurigai
kearah TB jika bersifat multiple, tidak nyeri tekan, dan konfluens ( saling
menyatu ). Jika terjadi meningitis TB, dapat ditemukan kaku kuduk dan
tanda rangsang meningeal Iain. Ulkus kulit dengan skinbrige yang
merupakan cirri khas skrofuloderma biasanya terjadi didaerah leher, aksila
atau inguinal. Pada mata dapat dijumpai konjungtivitisfliktenularis yaitu
bintik putih dilimbus komea dan sangat nyeri. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang terpenting adalah uji tuberculin dengan
cara Mantux yaitu menyuntikan 0,1 ml tuberculin PPD secara intrakutan
di volar lengan dengan arah suntikan memanjang lengan (longitudinal).
Reaksi diukur 48 - 72 jam setelah penyuntikan.Indurasi trasversal diukur
dan dilaporkan dalam mm berapapun ukurannya, termasuk pencantuman
0mm jika tidak ada indurasi sama sekali. Indurasi 10 mm keatas
dinyatakan positifjndurasi < 5mm dinyatakan negative, sedangkan
indurasi 5-9 mm meragukan dan memerlukan pengulangan tes, dengan
jarak minimal 2 minggu. Uji tuberculin positif menunjukkan adanya
infeksi TB dan kemungkinan TB aktif ( sakit TB) pada anak. Reaksi uji
tuberculin positif biasanya bertahan lama hingga bertahun -tahun walau
pasien sudah lama sembuh sehingga uji tuberculin tidak digunakan untuk
memantau pengobatan TB.
Foto Rontgen toraks dapat mendukung diagnosis TB namun tidak dapat
digunakan sebagai alat diagnosis tunggal.ntuk diagnosis TB, foto
Rontgen dibuat AP dan Lateral kanan. Sebagian besar foto Rontgen tidak
menunjukkan gambaran yang khas untuk TB ( non sugestif ). Gambaran
radiologist yang sugestif TB diantaranya adalah pembesaran kelenjar
hilus atau paratrakeal, konsolidasi segmen/lobus para, gambaran milier,
kavitas, efusi pleura, atelektasis atau kalsifikasi.

Standar Pelayanan Medis Anak RSD Panembahan


SEnopati

16
9

Pemeriksaan mikrobiologik dari bahan biakan lambung atau sputum


untuk mencari basil tahan asam (BTA) pada pemeriksaan langsung dan
mycobacterium tuberculosis dari BTA atau buakan positif merupakan
diagnosis pasti TB
Funduskopi perlu dilakukan pqda TB milier dan meningitis TB. Pungsi
lumbal harus dilakukan pada TB milier untuk mengetahui ada tidaknya
meningitis TB Foto tulang dan pungsi pleura dilakukan atas indikasi.
Pemeriksaan darah tepi, laju endap darah, urin dan feses rutin berperan
sebagai pelengkap data namun berperan penting dalam penegakan
diagnosis TB.

TERAPI

Medikamentosa

Terapi TB terdiri dari dua fase, yaitu fase intensif dengan paduan 3-5
OAT selama 2 bulan awal, dan fase lanjutan dengan paduan 2 OAT (inh
-rimfapisin) hingga 6-12 bulan. Pada anak obat TB dibenkan secara harian
( daily ) baik apda fase intensitmaupun fase lanjutan. Terapi OAT untuk TB
paru adalah INH, rifampisin dan pirasinamid selama 2 bulan fase intensif,
dilanjutkan INH dan rifampisin hingga genap 6 bulan terapi (2 HRZ-4 HR).
Untuk TB kelenjar superfisial

Siamiar Pclavannn Mcdis Anak USD Panembahan


SKnopali

170

Anda mungkin juga menyukai