ANAK
1. DIARE AKUT
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair berlangsung kurang dari 1 minggu, episode diare 4,5 pertahun.
Kematian discbabkan karena dchidrasi. Pcnyebab terbanyak pada usia 0-2 tahun
adalah infeksi rotavirus. Diare menyebabkan gangguan gizi dan kematian.
PROMOTIF/PREVENTEF
Upayakan ASI tetap diberikan
Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan
Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban
Imunisasi campak
Penyediaan air minum yang bersih
Selalu memasak makanan
DIAGNOSTIK
Anamnesis
Sudah berapa lama diare berlangung,bcrapa kali sehari, warna dan konsistensi
tinja, lender dan/ atau darah dalam tinja, adanya muntah, anak lemah,
kesadaran menurun, rasa haus, rewel, kapan kencing terakhir, suhu badan.
Jumlah cairan yang masuk selama diare
Anak minum ASI atau susu formula, apakah anak makan makanan yang tidak
biasa.
Apakah ada yang menderita diare disekitarnya, dari mana sumber air minum.
Pemeriksaan fisis
Pada pemeriksaan fisis harus diperhatikan tanda utama, yaitu kesadaran, rasa haus,
turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun - ubun besar
cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, kering
atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan.
Penilaian derajad dehidrasi dilakukan sesuai dengan criteria berikut :
Tanda dchidrasi ( kehilangan cairan < 5% bcrat badan )
o Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
o Keadaan umum baik, sadar
o Tanda vital dalam batas normal
124
Ubun - ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah o Turgor abdomen baik, bising usus
normal o Akral hangat o Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila
terdapat komplikasi
lain (tidak mau mtnum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5 - 10 % berat badan )
o Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan. o Keadaan umum gelisah atau cengeng. o Ubun - ubun
besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering.
o Turgor kurang. o Akral hangat. o Pasien harus
rawat inap.
Pemeriksaan penunjang
Tinja:
Makroskopis : bau, warna, lender, darah, konnsistensi.
Mikroskopis : eritrosit, lekosit, parasit
Kimia : pH, clinitest
Medikamentosa
Tidak boleh diberi obat anti diare
Antibiotik sesuai hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah
kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai uji sensivitas
Anti parasit: metronidazol.
Cairan dan elektrolit
Jen is cairan :
Per oral: cairan rumah tangga, oral it
Parenteral : ringer laktat, ringer asetat, Lamtan normal salin.
1
2
5
Tanpa dehidrasi : cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oral
it
diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis :
kurang dari 1 tahun : 50 - 100 cc
- 1-5 tahun: 100-200 cc lebih dari
5 tahun : semaunya.
Dehidrasi tidak berat ( ringan sedang ); rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB
dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang
berlangsung sesuai umur seperti diatas setiap kali buang air besar.
Dehidrasi berat; rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer
asetat 100 cc/kgBB.
Cara pemberian :
- Kurang dari 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70
cc/kcBB dala 5 jam berikutnya.
- Lebih dari 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam !/?. jam pertama, dilanjutkan 70
cc/kgBB dalam 2 '/-jam berikutnya.
Minum diberikan bila pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses
rehidrasi.
Nutrisi
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit - sedikit tapi sering
(lebih kurang 6 kali sehari ), rendah serat, buah buahan diberikan terutama pisang.
120
Lain - Iain ( rujukan subspesialis, rujukan spesialis lainnya dll) Jika diare
berlanjut lebih dari satu minggu atau terdapat komplikasi infeksi saluran
nafas( bronkopneumonia), sepsis, toksik megakolon, illeus, gangguan elektroiit
dirujuk ke subspesialis terkait.
PEMANTAUAN
( MOiNITORlNG) Terapi
Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi, berat
badan dan gejala dan tanda dehidrasi. Jika masih dehidrasi maka dilakukan
rehidrasi ulang sesuai dengan derajad dehidrasinnya. Jika setelah 3 hari pemberian
antibiotic klinis dan laboratorium tidak ada perubahan maka dipikirkan
penggantian antibiotic dengan yang lain atau sesuai hasil uji sensiti vitas.
Tumbuh kembang
Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, dua minggu setelah
sembuh dan scterusnya secara periodic sesuai umur. Jika anak mengalami gizi
buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk.
PROMOT1F/ PREVENT1F
Upaya penanggulangan AKB diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu balita,
anak usia sekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur terrmasuk remaja
putrid dan pekerja wanita.
Upaya pencegahan efektif untuk menanggulangi AKB adalah dengan pola
hidup sehat dan upaya - upaya pengendalian factor penyebab dan predisposisi
ASKB berupa penyuluhan kesehatampemenuhan kebutuhan zat besi pada masa
pertumbuhan cepat, pengobatan infeksi kronis/berulang,pemberantasan penyakit
cacing, dan fortifikasi besi.
DIAGNOSTIK
Anamnesis
1.
Riwayat faotor predisposisi dan
etiologi
Kebutuhan yang meningkat dan etiologi
Masa pertumbuhan cepat
Menstruasi
infeksi kronis
ulcerative).
2.
Pucat, lemah, lesu, gejala pika
Pcmcriksaan fisik
Tampak pucat
Tidak disertai ikterus, organomegali atau limfadenopati
Stomatitis angularis, atrofi papilla lidah
Ditemukan bising jantung sistolik
Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin, hematokrit, apus darah tepi, retikulosit
TERAPI
Medikamentosa
Preparat besi ( ferosulfat/ ferofumarat/ feroglukonat) dosis 4 - 6 mg
besi elemental/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan diantara
waktu makan. Preparat besi ini diberikan 2-3 bulan setelah kadar
hemoglobin normal
Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental untuk meningkatkan
absorbsi besi).
Bedah
Penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan
karena divertikulum Meckel.
Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi
yang bersumber dari hewani ( limpa, hati, daging ), dan nabati
( bayam,kacang -kacangan).
128
PEMANTAUAN
( MONITORING ) Terapi
Periksa kadar haemoglobin setiap 2 mg
Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat
Gcjala sampingan pcmbcrian zat besi yang bisa bcrupa gejala
gangguan gastro intestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar
di ulu hati, nyeri abdomen dan mual. Gejala lain dapat berupa
pewarnaan gigi yang bersifat sementara.
Demam pada anak merupakan 15% dari kunjungan pasien polyklinik dan 10%
kunjungan di IGD, sebagian besar berumur kurang dari 3 tahun.Umumnya demam
pada anak disebabkan oleh virus yang sembuh sendiri. Tetapi sebagian kecil dapat
berupa infeksi bakteri serins diantaranya meningitis bakterialis, bakteriemia,
pneumonia bakterialis, infeksi saluran kemih, enteritis bakteri, infeksi tulang dan
sendi.
DIAGNOSTIK
Anamnesis
Ditanyakan:
Riwayat imunisasi
Paparan terhadap infeksi
Nyeri menelan
Nyeri telinga
Batuk/, sesak nafas
Muntah berak
Nyeri/menangis waktu buang air kecil
Pemeriksaan fisik
Ukur suhu tubuh apabila demam 38UC rectal.
Tentukan derajat sakitnya
Subyektif:
Kualilas langis
Reaksi terhadap orang tua
1
2
9
Tingkat kesadaran
Warna kulit/selaput lender
Derajat hidrasi
Interaksi
Obyektif
Tidak tampak sakit
Tampak sakit
Sakit berat/toksik
Tidak ada metode untuk mendeteksi kemungkinan infeksi fokal
yang tersembunyi.
1.
Infeksi saluran kencing
Unnalisis
Biakan urin positif
Pemeriksaan fisik
letargik, kaku kuduk, muntah.
Diagnosis
ISO
39,4
40C
40tersembunyi 39-39,4C
2-3 %
3-4%
4-5 %
Anak dengan resiko rendah dan orang tua yang Icooperatif dapat
berobat jalan dengan pengamatan setiap hari sampai demam turun.
Pcmeriksaan pcnunjang
Bila anak terlihat sakit berat diperlukan pemeriksaan laboratonum
termasuk
menjadi 8-10%.
Pemeriksaan biakan darah dianjurkan karena 6 - 10 % anak dengan
TERAPI
Medikamentosa
Anak yang tidak tampak sakit, tidak perlu dirawat, diperiksa pemeriksaan
laboratorium, dan tidak perlu diberi antibiotic
Apabila dari anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium menunjukkan
hasil resiko tinggi untuk tcrjadinya bakteremia tersembunyi, harus segera
diberikan antibiotic setelah pengambilan sediaan untuk biakan.
Catatan : terutama bila hitung jenis leukosit > 15.000/ul atau hitung
total neutrofil absolute > 10.000/ul.
Pembenan antibiotic secara empiric harus memperhitungkan
kemungkinan peningkatan resistensi bakteri.
1
3
1
I"
P
e
n
y
e
b
a
b
d
a
p
a
t
d
i
d
u
g
a
d
a
r
i
a
n
a
m
n
e
s
i
s
d
a
n
p
e
r
n
f
e
s
i
s
_
Inf
eksi
sal.kemi
h Resiko
tinggi
pada
penyakit|
Pertimbangkan resiko dan nilai
kemungkinan adannya infeksi
bakteri laten
Peneumonia Terbanyak
disebabkan virus pada usia < 2 tfin
S.pneumoniae juga ditemukan
Penilaian
> 5-8%.
Iaki2 tidak
disunat
-anak <1thn
5% dari semua
penyebab deman
Penilaian
urinalisis
Enteritis bakterialis
piasanya laten, disertai bat
darah dan lendir
Rotavirus merupakan
penyebab terbanyak non
bakterial
kultur urln
Bila unalisis abnormal
atau diduga kuat infeksi,
ikuti SPM infeksi sal kemih
fc
Dugaan penyebab
bakteri, sangat dianjurkan
terapi empirik antibiotik
Gambar 1. Algoritma rekomendasi untuk demam tanpa sebab jelas pada anak 2 - 36 bulan.
Terapi antibiotik
berdasarkan hasil biakan
sesuai SPM diare
4
.
D
E
M
A
M
B
E
R
D
A
R
A
H
D
E
N
G
U
E
Demam berdarah dengue ( DBD ) merupakan suatu penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus genus Fiavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 serotipe
yaitu den 1, den 2, den 3, dan den 4, melalui perantara nyamuk Aides aegypti atau
Aedes albopictus. Keempat serotype dengue terdapat di Indonesia, den 3,
merupakan serotype dominant dan banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti
den 2. Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi. Umur terbanyak yang terkena
infeksi dengue kelompok umur 4-10 tahun, walaupun makin banyak kelompok
umur yang lebih tua. Menderita DBD. Spektrum klinis infeksi dengue dapat dibagi
:
Gejala klinis paling ringan tanpa gejala ( silent dengue infection )
Demam dengue (DD)
Demam berdarah dengue (DBD)
Demam berdarah dengue disertai syok ( Sindro syok dengue )
1.
2.
3.
4.
PROMOTIF/PKE VENT IF
Jumlah kasus biasanya meningkat bersamaan d engan meningkatnya curah hujan
oleh karena itu puncak jumlah kasus berbeda tiap daerah. Pada umumnya di
Indonesia meningkat pada musim hujan sejak bulan Desember sampai April Mei tiap tahun.
DIAGNOSTIK
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial flush,
muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan
faring hipremis, nyeri dibawah lengkung iga kanan. Gejala penyerta
tersebut lebih mencolok pada DD daripada DBD
133
Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium
(WHO tahun 1997) Kriteria klinis
a.
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung
terus
menerus selama 2-7 hari
b.
Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif,
petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis,
dan/melena.
c.
Pembesaran hati
d.
Syok disertai nadi cepat dan Iemah serta penurunan tekanan
nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak
gelisah
Kriteria Laboratorium
a.
Trombositopenia ( 100.000/u! atau kurang )
b.
Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20%
menurut
standar umur dan jenis kelamin
Dua kriteria klinis pertama + trombositopenia dan hemokonsentrasi, serta
dikonfirmasi secara uji serologi hemoglutinase.
154
Komplikasi
Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengan syok ataupun
tanpa syok
Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan dapat terjadi gagal ginjal
akut.
Edem paru, seringkali terjadi akibat overloading cairan.
Diagnosais Banding
Selama fase akut penyakit, sulit untuk membedakan DBD dari demam
dengue dan penyakit virus klain yang ditemukan didaerah tropis. Maka
untuk membedakan dengan campak, rubella, demam chikungunya,
leptosprosis, malaria,demam tifoid atau penyakit darah seperti
ITP,leukemia atau anemia aplastik, gejala penyerta Iain hams
ditanyakan seperti batuk, pilek, diare, tipe demam, menggigil, pucat,
ikterus,dan lainnya
Penyakit infeksi lain seperti sepsis, meningitis meningokokus.
Penyakit darah seperti trombocitopenia purpura idiopatik, leukemia,
atau anemi aplastik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah perifer, kadar haemoglobin, leukosit dan hitung jenis,
hematokrit, trombosit. Pada apusan darah perifer juga dapat dinilai
Iimfosit plasma biru,peningkatan 15% menunjang diagnosis DBD.
Radiologis
Pemeriksaan foto dada dilakukan bila keadaan klinis ragu - ragu,
namun perlu diingat terdapat kelainan radiologist pada perembesan
plasma 20 - 40% dan pemantauan klinis sebagai pedoman pemberian
cairan.
Kelainan radiologist, dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah
hilus kanan,hemithoraks kanan lebih radio opak dibandingkan kiri,
kubah diafragma kanan lebih tinggi daripada kanan dan efusi pleura
TERAPI
Terapi DBD dibagi 4 bagian yaitu, (1) Tersangka in feksi dengue, (2) DBD
derajat I atau II tanpa peningkatan hematokrit, (3) DBD derajat II dengan
peningkatan Ht 20%, (4) DBD derajat 111 dan IV.
135
Suportif
o Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
pemeriksaan berkala.
1
3
6
MONITORING
Pcmantauan selarna perawatan
o Tanda klinis, apakah syok telah teratasi dengan baik, adakah
pembesaran hati, tanda perdarahan saluran cema, tanda encepalopati,
harus dimonitordan dievaluasi untuk menilai hasil pengobatan
o Kadar haemoglobin, hematokrit dan trombosit tiap 6 jam, minimal
tiap 12 jam
o Balans cairan, catat jumlah cairan yang masuk, diuresis ditampung
dan jumlah perdarahan
o Pada DBD syok, lakukan cross mate da rah untuk persiapan transfuse
darah apabila diperlukan
Kriteria pemulangan pasien
o
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
o
Nafsu makan membaik
o
Secara klinis tampak perbaikan
o
Hematokrit stabil
o
Tiga hari setelah syok teratasi
o
Jumlah trombosit > 50.000/ml
o
Tidak dijumpai distress pemafasan
13?
Tersangka BDB
Demam tmggi,
mendadak terus menerus < 7 hari
tidak disertai infeksi saluran
nafas bagian atas, badan iemah
& Icsu
Jumlah
trombosit
i
Ravvat jalan
i aicu>ciajuui
Ravvat
-1
trombosit turun
'
'
LI
S
atau
trombositopeni (ringan)
Awasi perdarahan
Pulang (lihat :
[Criteria memulangkan
pasien)
1
3
9
Cairan awal
Pcrbai
kan
Tidak gelisah
Nadi kuat
Tekanan darah stabil
Diuresis cukup (1 ml/kgBB/jam)
Perbaikan <
ml/kgBB/jam
Perbaikan
sesuaikan tetesan
ml/kgBB/jam
Evaluasi 15
Distres pemafasan
Frekuensi nadi naik Ht tetap
tinggi/naik Diuresis
kurang/tdk ada
Gelisah
Disres pemafasan
Ht naik
Tek. Nadi < 20 mmHt
~1
Hb/Ht turun
Koloid
20-30
ml/kgBB
Tranfusi
darah segar
lOml/kgBE
Perbaikan <-
* BB < 20 kg
20%
1
4
0
1.
2.
teratasi
Svok tidak
teratasi
Kesadnran membaik
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi > 20 mmHg
Tidak sesak nafas/sianosis
Ekstremitas hangat
Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam
Lanjutkan cairan 20
ml/kgBB/jam
Tambahkan koloid/plasma
Dekstran/FPP
Evaluasi ketat
Tanda vital
Tanda perdarahan
Diuresis
Koreksi
asidosis Evaluasi 1 jam
Ht turun <
tetesan 3 ml/kgBB/jam
Syok teratasi
A
+
Ht tetap tinggi/naik
Tranfusi darah
Koloid 20
ml/kgBf segar 10 ml/kgBB diulany sesuai
kebutuhan
141
5.DEMAM TIFOID
PATOGENESIS
Kuman masuk melalui makanan minuman, setelah melewati lambung kuman
mencapai usus halus(ileum) dan setelah menembus dinding usus sehingga
mencapai folikel linfoid usus halus(plaque payeri).Kuman ikut aliran limfe
mesenterial kedalam sirkulasi darah(bakteriemia primer) mencapai jaringan RES9
Hepar,lien, sunisum tulang untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bakteriemi
scundair, kuman mencapai sirkulasi darah untuk menyerang organ lain (intra dan
ektra intestinal) Masa inkubasi 10-14 hari.
PROMOTIF/PREVENTIF
Higiene perorangan dan lingkungan
Demam tifoid ditularkan melalui rute oral - fekal, maka pencegahan utama
memutuskan rantai tersebut dengan meningkatkan hygiene perorangan dan
lingkungan, seperti mencuci tangan sebelum makan, penyediaan air bersih, dan
pengamanan pembuangan limbah feses.
Imunisasi
Imunisasi aktif terutama diberikan apabila terjadi kontak dengan pasien
demam tifoid, terjadi kejadian luar biasa, dan untuk tuns yang bepergian ke
daerah endemic
Vaksin polisakarida(capsular vi polysaccharide),pada usia 2 tahun atau lebih,
dibeikan secara intra muscular, dan diulang setiap 3 tahun.
DIAGNOST1K
Anamnesis
Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada
akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi. Anak
sering mengigau (delirium), malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri
perut, diare atau konstipasi, muntuah, perut kembung. Pada demam tifoid
berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang dan ikterus.
1
4
2
Pemeriksaan fisik
Ejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan
komplikasi. Kesadaran menurun, delirium,sbagian bcsar anak mempunyai
lidah tifoid yaitu dibagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis,
meteorismus, hepatomegali sering dijumpai daripada slenomegali. Kadang
- kadang dijumpai terdengar ronki pada pemeriksaan [paru. Pemeriksaan
penunjang Darah tepi purifier
Anemis, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang,
defisiensi Fe atau perdarahan usus.
Leukositopenia, namun jarang kurang dari 3000/uLimfositosis relative
Trombositopenia, terutama pada demam tifoid
berat.
Pemeriksaan serologi
Serologi widal : kenaikan titer S. typhi titer O 1:200 atau
kenaikan
4
kali titer fase akut ke fase konvalesens.
Penyulit
Intra intestinal : perforasi usus atau perdarahan saluran cerna: suhu
menurun, nyeri abdomen, muntah, nyeri tekan pada palpasi, bising
usus menurun sampai menghilang, defange musculaire positif, pekak
hati menghilang.
Ektra intestinal : tifoid ensepalopati, hepatitis tifosa, meningitis,
pneumonia, syok septic, pielonefritis,osteomielitis dll.
Diagnosis banding
Stadium dini: Influinza, gastroenteritis, bronchitis, bronkopneumonia
Tuberkulosis,infeksijamursistemik, malaria
Demam tifoid berat, sepsos, leukemia,limpfoma.
TERAPI
Medikamentosa
Antibiotik
143
hari
Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan
kesadaran. Deksamitason 1 - 3 mg/kgBB/hr IV dibagi 3 dosis hingga
kesadaran membaik.
Bedah
Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus.
Suportif
Demam tifoid ringan dapat dirawat dirumah
Tirah baring
Isolasi memadai
Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi
Demam tifoid berat hams dirawat inap di Rumah Sakit
Cairan dan kalori
o Terutama pada demam tinggi, muntah atau diare, bila perlu
asupan cairan dan kalori diberikan melalui sonde lambung.
o Pada ensfalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi menjadi
4/5 kebutuhan dengan kadar natrium rendah.
o Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskuler dan jaringan
dengan pemberian oral/parenteral.
o Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik.
o Pertahankan oksigenasi jaringan kalau perlu berikan O2.
o Peliharakeadaan nutrisi.
o Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit
Diet
o Makanan tidak berserat dan mudah dicerna o Setelah demam
reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan kalori
cukup
144
MONITORING
Terapi
Infeksi Saluran kemih (ISK) iaiah istilah umum untuk menyatakan adanya
pertumbuhan bakteri didalam saluran kemih. Pertumbuhan bakteri yang mencapai
100.000 unit koloni per ml urin segar yang diambil pagi hari, digunakan sebagai
batasan ISK.
Infeksi saluran kemih merupakan penyebab demam kedua tersering setelah
infeksi akut saluran nafas pada anak berusia kurang dari 2 tahun. Pada kelompok
ini angka kejadian ISK mencapai 5 %. Angka kejadian ISK bervariasi, tergantung
umur dan jenis kelamin. Angka kejadian pada neonatus kurang bulanadalah 3 %,
sedangkan pada neonatus cukup bulanadalah 1 %. Pada anak < 10 tahun
ditemukan pada 3,5 % anak perempuan dan 1,1 % pada anak laki - laki Diagnosis
yang cepat dan akurat dapat mencegah penderita ISK dari kornplikasi
pembentukan parut ginjal dengan segala konsekuensi jangka panjangnya seperti
hipertensi dan gagal ginjal
PROMOTIF/PREVENTDP
Gangguan aliran urin yang menyebabkan obstruksi mekanik maupun
fungsional, seperti refluks vesiko - ureter, batu saluran kemih, buli - buli
neurogenik, sumbatanm muara ureter, atau kelainan anatomi saluran kemih
lainnya, dapat menjadi factor predisposisi ISK
DIAGNOSTIK
Anamnesis
Gambaran klinis ISK sangat bervariasi dan sering tidak khas, dari
asimtomatik sampai gejala sepsis yang berat. Pada neonatus sampai usia 2
bulan gejala menyerupai gejala sepsis, berupa demam, apatis, berat badan
tidak naik, muntah , mencret, anoreksia, ikterus,problem minum,dan sianosis.
sedangkan pada bayi gcjalanya berupa demam, berat badan sukar naik, atau
anoreksia. Pada anak besar,gejalanya lebih khas, seperti sakit vvaktu miksi,
145
Pcmeriksaan fisik
Gejala dan tanda ISK yang dapat ditemukan berupa demam, nyeri
ketok sudut kosto - vertebral, nyeri tekan supra simpisis, kelainan pada genetal
ektemal, seperti fimosis, sineksia vulva, hipospadia epispadia, dan kelainan
pada tulang belakang seperti spina bifida
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan urinalisa dapat ditemukan proteinuria,lekositoria
(lekosit>
TERAPI
Medikamnetosa
Penyebab tersering ISK ialah Escherichia coli. Sebelum ada hasil
biakan urin da uji kepekaan, antibiotic diberikan secara empiric selam 7-10
hari untuk eradikasi infeksi akut.
Bedah
Koreksi bedah dilakukan sesuai kelainan saluran kemih yang ditemukan.
Suportif
Selain pemberian antibiotic, penderita ISK perlu mendapat asupan
cairan yang cukup, perawatan hygiene perineum dan periuretra, pencegahan
konstipasi.
PEIMANTAUAN
( MONITORING) Terapi
yang lain.
Dilakukan pemeriksaan kultur dan uji resistensi urin ulang 3 hari setelh 1
146
Interpretasi hasil
can urin
Cara penampungan
Jumlah koloni
Bakteri gram
Pungsi supra pubik
negative: Asal ada
kuman. Bakteri gram
positif: Beberapa ribu.
Kateterisasi
kandung
kemih
>105
95%
104- 105
103-104
< 103
>104
diperkirakan ISK
diragukan ,diulang
Tidak ada ISK,
Diperkirakan ISK
Kemungkinan infeksi
> 99%
3xbiakan> 105
95%
2xbiakan>105
1 xbiakan.105
90%
80%
Dosis
Antibiotik
Obat
Ampisilin
Sefotaksim
Dosis
100
150
Gentamisin
Seftriakson
75
Sekali sehari
Frekuensi (umur
q8h
Amoksisilin
20 40
q6h
Sefaleksin
50
q6-8h
Trimetoprim
6-12
q6h
7.KEJANG DEMAM
Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam( suhu diatas
38,4 C perrektal ) tanpa adanya infeksi susunan syaraf pusat atau gangguan
elektrolit akut, terjadi apada anak berusia diatas 1 bulan, dan tidak adfa riwavat
kejang tanpa demam sebelumnya.
Kejang demam dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kompleks. Kejang
demam disebut kompleks apabila kejang bersifat fokal, Iamanya lebih dari 10 -15
menit atau berulang dalam 24 jam. Kejang demam disebut sederhana bila bersifat
umum, singkat dan hanya terjadi sekali dalam 24 jam.
PROMOTI/PREVENTIF
o Faklor resiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang dalam keluarga
2. Usia dibawah 18 bulan
3. Suhu tubuh saat kejang
4. Lamanya demam saat awitan kejang
5. Riwayat epilepsy dalam keluarga.
Faktor resiko terjadinya epilepsy di kemudian hari ialah :
1. Adanya gangguan neurodevelopmental
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsy dalam keluarga
4. lamanya demam saat awitan kejang
5. Lebih dari satukali kejang kompleks.
DIAGNOST1K
Anamnesis
Adanya kejang, jenis kejang.kesadaran, lama kejang,suhu sebelum /
saat kejang, frekuensi, interval, paska kejang, penyebab demam diluar
susunan syaraf pusat.
Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga,epilcpsy dalam
keluarga.
Singkirkan penyebab kejang lainnya.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan
tekanan intracranial, tanda infeksi diluar SSP
Pemeriksaan penunjang
148
TERAPI
Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada tata
laksana penghentian kejang . Saat ini lebih diutamakan pengobatan
profilaksis intermiten pada saat demam berupa :
1.
Antipiretik
Suportif
Pengobatan suportif ditujukan untuk menurunkan suhu bila anak
demam tinggi
Rujukan
Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat di Ruamh Sakit pada
keadaan berikut:
Kejang demam kompleks
Hiperpireksia
Usia dibawah 6 bulan
Kejang demam pertama
Dijumpai kelainan neurologist
1
4
9
Status konvulsivus
KEJANG
)-20 menit
KEJANG
(+) Diazepam rekta!
(5 menit)
Di Rumah Sakit
KEJANG (-)
t.
KEJANG(+)
Fenitoin bolus IV10-20
mg/kg BB Kecepatan
0,5-1 mg/kgBB/menit
Status
Konvulsivus
KEJANG (+)
Transfer ke Ruang perawatan Insentif
KEJANG
(-)
Rumatan
Fenitoin IV
5-7
mg/kgBB/h
ari 12 jam
kemudian
150
KEJANG
1
KEJANG
Diazepam rektal
Di Pvumah Sakit
KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kg BB
Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/mcnit
KEJANG
Diazepam IV
Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)
(Depresi pemafasan dapat terjadi)
(5 menit)
KEJANG
Transfer ke ruang rawat intensif
Keterangan:
Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermiten atau rumatan dibenkan berdasarkan
kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan
NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.
151
Malnutrisi Energi Protein (MEP) merupakan salah satu dari empat masalah
gizi utama di Indonesia.Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak dibawah 5
tahun. Serta pada ibu hamil dan menyusui.Pada MEP ditemukan berbagai
macam keadaan yang patologis, tergantung pada berat ringannya kelainan.
Berdasarkan lama dan jumlah kekurangan energi protein,MEP diklasifikasikan
menjadi MEP derajat ringan,( gizi kurang ) dan MEP derajat berat ( gizi buruk ).
Gizi kurang belum menimjukkan gejala yang khas, belum ada kelainan
biokimia, hanya dijumpai gangguan pertumbuhan. Pada gizi buruk disamping
gejaia klinis didapatkan kelainan biokimia yang khas sesai dengan bentuk
klinis.Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu kwashiorkor, marasmus
dan marasmus kwashiorkor. Di Rumah Sakit atau di Puskesmas masih banyak
ditemukan penderita marasmus, namun untuk kwashiorkor tidak lagi
PROMOTBF/PREVENT1F
Malnutrisi energi protein merupakan masalah gizi yang multifaktorial.
Tindakan pencegahan betujuan untuk mengurangi insidensi dan menurunkan
angka kematian. Oleh karena ada beberapa factor yang menjadi penyebab
timbulnya masalah tersebut, maka untuk mencegahnya bisa dilakukan beberapa
langkah, antara lain:
1.
Polamakan
4.
Faktor ekonomi
5.
Faktor Infeksi
Telah lama diketahui adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan status gizi. MEP walaupun
dalam derajat ringan menurunkan daya tahan tubuh.
152
DIAGNOSTIK
Anamnesis
MEP
berat
Kwashiorkor
Perubahan mental sampai apatis
Edema sering terjadi
Atrofi otot
Gangguan sistiem gastrointestinal
Perubahan rambut
Perubahan kulit
Perubahan hati
Anemia
Marasmus
Penampilan wajah seperti orang tua,terlihat sangat kurus
Perubahan mental
Kulit kering dingin dan mengendor
Rambut kering, tipis dan mudah rontok
Lemak subkutan menghilang sehingga turgor kulit berkurang
Oto atrofi sehingga tulang terlihat jelas
Sering diare atau konstipasi
Kadang terdapat bradikardi
Tekanan darah lebih rendah dibanding anak sehat yang sebaya
Kadan frekuensi pernafasan menurun
153
Pemeriksaan penunjang
Darah Icngkap, urin Icngkap, facscs Icngkap, Protein serum (albumin dan
globulin)
Radilogi foto dada
EKG
TERAPI
Medikamentosa
Pengobatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
- rehidrasi
- gangguan elektrolit
- hipoglikemi
PEMANTAUA
N Terapi
Suportif
Oral
gizi kurang : 120 - 150 kkal/kgBB/hr
gizi buruk : 150 - 200 kkal/kgBB/hr
Intravena(parenteral
Tumbuh kembang
Memantau status gizi secara rutin dan berkala
Memantau perkembangan kemampuan
Edukasi
Memberikan pengetahuan pada orang tua :
Pengetahuan tentang gizi
. Melatih ketaatan dalam memberikan diet
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
M
ACROPH
AGES
TUMOR
154
NECROS
ING
FACTOR
IL-1
VISCERAL PROTEIN
AMINO ACIDS
PRO
DUC
TION
OF
AI.M
RUM
IN &.
LIPO
PRO
TEIN
DEC
REA
SE
DEFICIENCY OF
DLETRY PROTEIN
KWASHIORKOR
DEFICIENCY OF
DIETARY ENERGY
INCREA
SED
DECREASED
INSULIN
LEVEL
CORTISOL
LEX-ELS
ADAPTATION
=5E
VISCERAL PROTEIN
C
O
R
T
I
S
O
N
,
I
N
S
U
L
I
PRODUCTION OF ADF.QUATF.
SERUM ALBUMIN &
LIPOPROTENS
N
&
G
R
O
W
T
H
H
O
R
M
O
N
E
"
M
ET
ABOLIC DISORDER
MARAS
MUSX
(EDEMA
MARASM
IC
KWASHIORKOR
(EDEMA +'
Penghasilan
rendah
tidak cukup
memenuh}
kebutuhan
__Asupan makan
tidak
_________
cukup_____
15
5
-H Anak lebih
mudah mudah
sakit
Keperluan makanan
bagi anak
/ anak \ i
sakit /
Penghasilan menurun
156
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gr tanpa memandang masa gestasi.Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 jam setelah lahir.
Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena
merupakan penyebab kesakitan dan kematian masa neonatal.
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor yang
lain adalah umur,paritas dll. Faktor plasenta antara lain seperti penyakit vascular,
kehamilan ganda dll serta factor janinjuga merupakan penyebab BBLR
PROMOTIF/PREVENTEF
Mencegah persalinan premature
Pemberian tokolitik ( salbutamoUerbutalin ) pada persalinan kurang bulan
Pemberian kortikosteroid pada ibu jika diperkirakan akan terjadi kelahiran
kurang bulan, untuk mempercepat pematangan paru janin( betametason 12
mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis IM selama 2 - 3 hari)
DIAGNOSTIK
Anamnesis
Umur ibu
Riwayat hari pertama haid terakir
Riwayat persalinan sebelumnya
Paritas jarak kelahiran sebelumnya
Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas
Penyakit yang diderita selama hamil
Obat - obatan yang diminum selama hamil
Pemeriksaan fisik
Berat badan < 2500 gr
Tanda prematuritas ( bila bayi kurang bulan )
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan ( bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan skor Ballard
Tes kocok( shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
Darah rutin, glukosa darah
Foto dada
USG kepala terutama untuk bayi dengan umur kehamilan < 35 mg, dimulai
pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat
157
MANAJEMEN
Medicamentosa
PemberianvitKi
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian,atau
Peroral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 23-10 hari, dan umur 4 - 6 mg)
Bayi sakit
Apabila bayi dapat minum peroral dan tidak memeriukan cairan IV,
berikan minum seperti pada bayi sehat.
Apabila bayi memeriukan cairan IV
- Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
- Mulai berikan minum per oral pada hari ke 2 atau segera
setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada
dan bayi menunjukkan tanda - tanda siap untuk menyusu.
158
Bayi sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari kedua dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan sesuai dengan table
- Beri minum 8 kali dalam 24 jam. Apabila bayi telah dapat minum 160
ml/kg/hari tetapi masih tampak lapar,beri tambahan ASI setiap
kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila
kondisi bayi sudah stabil dan bayi sudah dapat menelan tanpa
batuk/tersedak( ini dapat berlangsung setelah sehari duahari namun
kadangkala memakan waktu lebih dari seminggu )
Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan cangkir/sendok,
coba untuk menyusu langsung.
159
Bayi sakit
Beri cairan intravena hanya 24 jam pertama
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari kedua dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan.
Beri minum 8 kali dalam 24 jam,bila bayi sudah mendapat minum 160
ml/kgBB/hrtetapi masih tampak lapar,beri tambahan ASI setiap kali
minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan cangkir/sendok
coba untuk menyusu langsung
Berat lahir <1250 gram (tidak tergantung kondisi)
Beri cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ketiga dan kurangi
jumlah cairan intravena secara perlahan
Berikan minum tiap 2 jam sekali , Beri minum 8 kali dalam 24 jam,bila
bayi sudah mendapat minum 160 ml/kgBB/hrtetapi masih tampak
lapar,beri tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan cangkir/sendok
coba untuk menyusu langsung
Suportif
Jaga dan pantau kehangatan
Jaga dan pantau potensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul(
missal, hipotermia, kejang,gangguan nafas, hiperbillirubinemia dll)
Berikan dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga yang
lainnya.
Anjurkan ibu agar tetap bersama bayi. Bila ini tidak memungkinkan,
biarkan ia berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
160
PEMANTAU
AN Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
Preparat besi sebagai suplementasi mulai diberikan pada usia 2
minggu
Tumbuh kembang
Pantau berat bayi secara periodic
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai
10% untuk bayi dengan berat lahir >1500 gram dan 15 % untuk bayi
dengan berat lahir< 1500 g. Berat lahir biasanya tercapai kembali
dalam 14 hari kecuali apabila ada komplikasi.
Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh ( pada semua kategori
berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hr sampai tercapai
jumlah 180/kg/hr
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi
agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hr
- Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan pemberian
pemberian ASI sampai 200 ml/kg/hr
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala
setiap minggu.
Pemantauan setelah pulang
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul:
Gangguan perkembangan
Gangguan pertumbuhan
Retinopati karena prematuritas
Gangguan pendengaran
Penyakit paru kronik
. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk Rumah Sakit
Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Untuk itu perlu dilakukan pemantauan sebagai berikut
Sesudah pulang, hari ke 2,10,20,30,dilanjutkan setiap bulan
Hitting umur koreksi
Pertumbuhan : berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
Awasi adanya kelainan bawaan
161
Frekuensi
Tabel 2. Cara
menghangatkan
CARA
Tiap
bayi
Bayi
kccil
Tiap
Bayi
sangal kccil
Bayi
kcadaan
mcmbaik
Sckali schari
Tiap
PETUNJUK PENGGUNAAN
Kontak knlit
- Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat. atau mcnghangatkan
bayi
hipotcrmi (32-36,4oC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan
KMC - Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan < 2500 g, terutama
dirckomendasikan
bayinya
Pemancar panas
- Untuk bayi sakit atau bayi dengan bcrat 1500 g atau lebih
Untuk pemcriksaan awal bayi, sclania dilakukan tindakan. atau
menghangatkan
kembali bayi hipotcrmi
Inkubator
- Penghangatan berkelanjutanan bayi dengan bcrat < 1500 g yang tidak
dapat
dilakukan KMC
Untuk bayi sakit bcrat (sepsis, gangguan napas bcrat)
Ruangan hangat
- Untuk merawat bayi dengan bcrat < 2500 g yang tidak memerlukan tindakan
_______________________________________________________d
iagnoslik alau prosedur pcngobalan.
__________________- Tidak untuk bayi sakit bcrat (sepsis, gangguan napas bcrat)______________
Tabel 3. Suhu Inkubator vang direkomendasi menurut bcrat dan umur bayi.
Beral
bavi
35
l-10hari
<
1500 g 15002000 g 21002500 g > 2500
* Bila jenis Inkubator tunggal, naikkan suhu Inkubator 1C setiap pcrbedaan 7C antara
suhu ruang dan Inkubator
Taqbel 4. Jumlah cairan vang dibutuhkan bavi (ml/kg)
1500g
<1500g
Bcrat
>
150 80
150
1
60
3
100
5+
120
162
Tabel 5. Jumlah cairan Iniravcna (IV) dan ASI unluk bayi sakit berat 1750 - 2500 g
Pemberian
1
Kecepatan cairan IV (ml/jam ata
tetes mikro/mcnit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kal
3
5
14
Pemberian
1
3
30
Pemberian
I
3
Kecepatan cairan IV (ml/jam ata
4
3
tetes mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kal
0
13
Tabel 8. Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499 g
Pemberian
1
3
Pemberian
1
3
Kecepalan cairan IV (ml/jam ala
3
3
tetes mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kal
0
9
Tabel 10. Jumlah cairan Intravena (TV) dan ASI untuk semua
bayi berat <
Pemberian
1
Kecepatan cairan IV (ml/jam ala
tetes mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kal
3
4
7
35
7
30
12
50
g
0 30
28
63
Sa
kit
Tata
laks
ana
Fakto
*) Pada kelompok resiko
r usia
tinggi Tabel 12 : Kelompok
Fakto
r obat
risiko tinggi TB
Fakto
0
I
n
m
+
+
+
*
*
*
*
*
*
*
*
Propila
ksis 1*
Propila
ksis II*
Terapi
OAT
+
+
Balita
Pubertas
Steroid sistemik jangkapanjang
Sitostatik
Gizi bunik
Morbili
Varisela HIV AIDS
Keganasan__________________
Tabel 13 : Obat yang lazim digunakan dalam terapi TB pada bayi, anak, dan
O
remaja.
Sediaan
D
D
osis
Tablet
o
mg/kgBB
soniazid
100 dan 300
15-30
5
(INH/H)
mg; sirup 10
*M5*)
mg/ml
Kapsul/ta
30
ifampisin
blet
(RIF/R)
150.300.450
1
600 mg, sirup
0-15
20 mg/ml
Tablet
Pir
500 mgt
azinamid
(PZA/Z)
Tablet
E
500 mg
2
tambutol
5
(EMB/E)
Viallg
3
Str
5
eptomisin
(SM/S)
Efek samping
Peningkatan
transaminase. hepatitis,
neurotitis
perifer
hipersensiti vitas
1
5-20
/<j./
600
mg
2g
Urin/sekresi
warna
laming,
mualmuntah,
hepatil&Jlu-like
reaction
Hepatotoksishas,
hipersensitive
2,5
g
Neuritis optika
(reversibel),
visus, gangguan
gangguanwarna,
sal
cerna
Ototoksisitas,
nefrotoksisitas
lg
10. PNEUMONIA
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru - paru yang meliputi alveoli dan
jaringan interstitial. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah
diberbagai Negara terutama di Negara berkembang, dan merupakan penyebab
utama kematian pada balita. Berbagai organisme dalat menyebabkan pneumonia,
antara lain virus dan bakteri.
Beberapafaktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya dan beratnya
pneumonia antara lain adalah defek anatomi bavvaan, deficit imunologi,
polusi,aspirasi dll.
PROMOTIF/PREVENTIF
Pencegahan untuk pneumococcus dan H Influenzae dapat dilakukan dengan
vaksin yang sudah tersedia. Efektivitas vaksin pneumokok adalah sebesar 70% dan
untuk H. Influenza 95%. Infeksi H.Influenza dapat dicegah dengan rifampicin bagi
kontak di rumah tangga atau di tempat penitipan anak.
DiAGNOSTIK
Anamnesis
Pada anak prasekolah, gejala yang sering timbul adalah demam, batuk
( non produktif7produktif ), takipneu dan dispneu yang ditandai retraksi
dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja dapat dijumpai panas,
batuk ( non produktif/produktif ), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi,dan
alergi. Padasemua kelompok umur, akan dijumpai adanya nafas cuping
hidung. Pada auskultasi dapat terdengar suara pernafasan menurun, fine
crackles ( ronki basah halus ) yang khas pada anak besar,bisa tidak ditemukan
pada bayi. Gejala lain pada anak suara nafas menurun, dan terdengar fien
crackles di daerah yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada,
bila berat gerakan dada menurun waktu inspirasi, anak berbaring kearah yang
sakit dengan kaki fleksi. Rasa nyeri dapat menjalar keleher bahu dan perut.
165
Pemeriksaan penunjang
Foto Rontgen toraks proyeksi posterior - anterior merupakan dasar
diagnosis utama pneumonia,. Foto lateral dibuat bila diperlukan informasi
tambahan, misalnya efusi pleura. Pada bayi dan anak yang kecil gambaran
radiology sering tidak sesuai dengan gambaran klinis.Tidak jarang secara
klinis tidak ditemukan apa - apa tetapi gambaran foto toraks menunjukkan
pneumonia berat. Foto toraks tidak dapat membedakan antara pneumonia
bakteri dari pneumonia virus. Gambaran radiologist yang klasik dapat
dibedakan menjadi 3 macam:
Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya oir bronchogram,
biasanya disebabkan infeksi akibat pneumokokus atau bakteri lain.
Pneumonia interstitial, biasanya karena virus atau mycoplasma,
gambaran berupa corakan bronhovaskular bertambah, preibronchial
cuffing, dan overaeriation, bila berat terjadi pachy consolidation
karena atelektasis.
Gambaran pneumonia karena S aureus dan bakteri lain biasanya
menunjukkan gambaran bilateral yang difus, corakan peribronhial
yang bertambah, dan tampak infiltrate halus sampai ke perifer.
TERAPI
Medikamentosa
Diganosis etiologic pneumonia sangat sulit untuk dilakukan,
sehingga pemberian antibiotika dilakukan secara empiric sesuai dengan pola
kuman tersering yaitu streptococcus pneumoniae dan hamophilus Influenzae.
Pemberian antibiotika sesuai dengan kelompok umur. Untuk bayi dibawah 3
bulan diberikan golomngan penisilin dan aminoglikosida, untuk umur > 3
bulan ampisilin dipadu dengan kloramphenikol merupakan obat pilihan
166
Bedah
Tindakan bedah dilakukan hanya bila terjadi komplikasi
pneumotoraks/pneumomediastinum.
Suportif
Pemberian oksigen sesuai derajat sesaknya. Nutrisi parenteral
diberikan selama pasien masih sesak nafas.
PEMANTAUAN /
MONITORING Terapi
Bila dalam 48 - 72 jam tidak ada respon klinis ( sesak dan demam
tidak membaik) lakukan penggantian antibiotic dengan golongan
sefalosporin
Tumbuh kembang
Pneumonia umumnya tidak mempengaruhi tumbuh kembang pasien.
ll.TUBERKULOSIS
167
Perlu ditekankan sejak awal adanya perbedaan antara infeksi TB dengan sakit
TB. Infeksi TB relative mudah diketahui dengan berbagai perangkat
diagnostic,missal uji Tuberkulin. Sescorang ( dewasa atau anak ) yang positif
terinfeksi TB ( uji tuberculin positif) belum tentu menderita TB .Pasien salit
TB perlu mendapat OAT namun seorang yang terinfeksi TB tanpa sakit TB tak
perlu mendapat terapi OAT. Untuk kelompok resiko tinggi, pasien infeksi TB
tanpa sakit TB, perlu mendapat profilaksis.
PROMOTIF/PREVENTIF
Diagnosis penyakit TB pada anak sangat sulit, karena gejalanya yang tidak
khas dan sulit untuk mendapatkan specimen diagnostic. Oleh karena itu
uapaya deteksi dini dan terapi adekuat merupakan bagian terpadu dari upaya
promotif-preventif. Imunisasi BCG hingga saat ini rnasih dilakukan walau dari
sebagian kalangan efektifitanya diragukan.Diharapkan dalam waktu dekat
sudah ditemukan vaksin TB yang lebih efektif. Asupan gizi yang baik akan
meningkatkan daya tahan anak terhadap resiko infeksi dan sakit TB. Upaya
pelacakan tidak boleh diabaikan. Bila tenaga medis menemukan pasien TB
dewasa dengan BTA positif maka lacak sentrifugal hams dilakukan yaitu
mencari orang atau anak yang memiliki kontak erat dengan pasien tersebut,
untuk mencari kemungkinan apakah orang tersebut sudah terinfeksi atau bahkan
sudah sakit TB. Deteksi infeksi TB dilakukan dengan menggunakan uji
tuberculin cara Mantoux. Pada anak yang didiagnosis TB lacak sentrifugal juga
harus dilakukan, yaiyu mrncari orang dewasa sebagai sumber penularannya.
DIAGNOSTIC
Anamnesis
168
Pemeriksaan fisik
Pada sebagian besar kasus TB tidak dujumpai kelainan fisik yang khas.
Biasanyadengan keluhan masalah makan dan berat badan, pada pemeriksaan
antropometri dijumpai gizi kurang dengan grafik berat badan dan tinggi
badan pada posisi didaerah bawah atau dibawah presentil 5.Suhu subfibris
dapat ditcmukan pada sebagian pasien.
16
9
TERAPI
Medikamentosa
Terapi TB terdiri dari dua fase, yaitu fase intensif dengan paduan 3-5
OAT selama 2 bulan awal, dan fase lanjutan dengan paduan 2 OAT (inh
-rimfapisin) hingga 6-12 bulan. Pada anak obat TB dibenkan secara harian
( daily ) baik apda fase intensitmaupun fase lanjutan. Terapi OAT untuk TB
paru adalah INH, rifampisin dan pirasinamid selama 2 bulan fase intensif,
dilanjutkan INH dan rifampisin hingga genap 6 bulan terapi (2 HRZ-4 HR).
Untuk TB kelenjar superfisial
170