Oleh :
Siska purnama rajabia
433131440119026
Tingkat 2A D3 Keperawatan
a. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc / jam tinja). Dengan tinja
berbentuk cair Isetengah padat, dapat kata frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar lebih dari 3 x sehari.
Diare didefinisikan sebagai udara besar lembek atau cair bahkan dapat
berupa udara saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau
lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002). Diare terbagi
2 berdasarkan mula dan batasan, yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,
A.1999,501). Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat menolak Diare
adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair beri
lendir atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih tiga kali sehari.
Menurut MTBS terbaru (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi:
1. Diare akut: terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan
dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan
2. Diare persiten: jika diare berlangsung 14 hari / lebih. Terbagi atas
diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
3. Disentri: jika diare berlangsung dengan darah.
b. Etiologi
1. Faktor infeksi: Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor orang tua: Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi: Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan: Makanan dasar, racun, terlampau banyak lemak,
sayuran kurang matang.
5. Faktor Psikologis: Rasa takut, cemas.
6. Obat-obatan: antibiotik.
7. Penyakit usus: radang usus besar, penyakit crohn, enterokolitis,
obstruksi usus
c. Manifestasi klinis
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2. Suhu tubuh meninggi / demam
3. Tinja encer, berlendir atau berdarah
4. Warna kehijauan tinja akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Anoreksia
8. Gangguan gizi akibat asupan makanan kurang
9. Ada tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor
kulit yang berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, berkurang,
berkurangnya mata dan ubun-ubun besar cekung, berkurang membran
mukosa kering.
10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
11. Keram abdominal
12. Mual dan muntah
13. Lemah
14. Pucat
15. Perubahan TTV: Nadi dan pernafasan cepat.
16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
d. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran udara dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, udara dan elektrolit ke dalam lumen usus
dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Malah jika peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri berlebihan, selanjutnya
dapat timbul diare pula.
4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil mengatasi asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya
akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi
beberapa hal sebagai berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan
udara (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan
penyebab kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) ini terjadi
karena terjadi kerugian a-bicarbon tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan. Produk
Metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria / anuria) dan terjadi
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler.
c. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang
menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah
menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan / penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50%
pada anak-anak
d. Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu
yang singkat, hal ini disebabkan oleh:
● Makanan syringe oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
● Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
● Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan
(shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
e. Phatway
f. Komplikasi
Sebagai akibat Kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
1. Dehidrasi
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 - 5% dari berat badan klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Penatalaksanaan: Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml / kg bb
selanjutnya 125 ml / kg bb / hari
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 8% dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
Penatalaksanaan: Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml / kg bb
selanjutnya 125 ml / kg bb / hari
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 10% dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Penatalaksanaan:
● Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml / kg bb / 24 jam dengan
pemberian cairan 4: 1 (4 glukosa 5% + 1 NaHCO3 12%)
dengan cara pemberian: 4 jam pertama 25 ml / kg bb / jam,
20 jam berikutnya 150 ml / kg bb / 20 jam.
● Bayi berat badan lahir rendah (berat badan <2 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml / kg bb / 24 jam, pemberian
cairan adalah 4 glukosa 10% + 1 NaHCO3 12%, dengan
pemberian 4 jam pertama 25 ml / kg bb / jam, berikutnya
150 ml / kg bb / 20 jam.
● Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)
Cara mempersembahkannya adalah 1 jam pertama 40 ml /
kg bb / jam kemudian menambahkan 7 jam berikutnya 12
ml / kg bb / menit dan 16 jam kemudian 125 ml / kg bb.
● Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)
Cara mempersembahkannya adalah 1 jam pertama 30 ml /
kg bb / jam kemudian muncul 7 jam berikutnya 10 ml / kg
bb / menit dan 16 jam kemudian 125 ml / kg bb.
● Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)
Cara mempersembahkannya adalah 1 jam pertama 20 ml /
kg bb / jam kemudian muncul 7 jam berikutnya 10 ml / kg
bb / menit dan 16 jam kemudian 105 ml / kg bb (FKUI,
1985 ).
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein
g. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit , BUN, kreatinin, dan glukosa.
4. Pemeriksaan tinja: pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah
g. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pemberian cairan.
1. Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan yang
diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60
Meq / l dapat dibuat sendiri ( mengandung larutan garam dan
gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal
tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum
dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2. Cairan parenteral.
Mengenai banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari
berat badan atau ringannya dehidrasi, yang kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare atau output berlebihan dan asupan yang kurang.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi sekunder terhadap diare.
4. Resiko gangguan integritas kulit hubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasif.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan situasi, kurang
pengetahuan.
c. Keperawatan Intervensi
Diagnosa 1:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil:
● Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x / mnt, S; 36-
37,5 ° c, RR: <40 x / mnt)
● Turgor elastik, membran mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, UUB tidak cekung.
● Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi:
Diagnosa 2:
Kriteria:
Intervensi:
Diagnosa 3:
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam
tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria:
● Suhu tubuh dalam batas normal (36-37,5 C)
● Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor,
fungtio leasa)
Intervensi:
Diagnosa 4:
Intervensi:
Diagnosa 5:
Intervensi:
Diagnosa 6:
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi,
kurang pengetahuan.
Intervensi
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/40624973/
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_DIARE