Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

Oleh :
Siska purnama rajabia
433131440119026
Tingkat 2A D3 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


HORIZON KARAWANG
2020-2021
JL. Pangkal Perjuangan KM 1 By Pass Karawang
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA ANAK

a. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc / jam tinja). Dengan tinja
berbentuk cair Isetengah padat, dapat kata frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar lebih dari 3 x sehari.
Diare didefinisikan sebagai udara besar lembek atau cair bahkan dapat
berupa udara saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau
lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002). Diare terbagi
2 berdasarkan mula dan batasan, yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,
A.1999,501). Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat menolak Diare
adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair beri
lendir atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih tiga kali sehari.
Menurut MTBS terbaru (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi:
1. Diare akut: terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan
dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan
2. Diare persiten: jika diare berlangsung 14 hari / lebih. Terbagi atas
diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
3. Disentri: jika diare berlangsung dengan darah.

b. Etiologi
1. Faktor infeksi: Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor orang tua: Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi: Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan: Makanan dasar, racun, terlampau banyak lemak,
sayuran kurang matang.
5. Faktor Psikologis: Rasa takut, cemas.
6. Obat-obatan: antibiotik.
7. Penyakit usus: radang usus besar, penyakit crohn, enterokolitis,
obstruksi usus

c. Manifestasi klinis
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2. Suhu tubuh meninggi / demam
3. Tinja encer, berlendir atau berdarah
4. Warna kehijauan tinja akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Anoreksia
8. Gangguan gizi akibat asupan makanan kurang
9. Ada tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor
kulit yang berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, berkurang,
berkurangnya mata dan ubun-ubun besar cekung, berkurang membran
mukosa kering.
10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
11. Keram abdominal
12. Mual dan muntah
13. Lemah
14. Pucat
15. Perubahan TTV: Nadi dan pernafasan cepat.
16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

d. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran udara dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, udara dan elektrolit ke dalam lumen usus
dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Malah jika peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri berlebihan, selanjutnya
dapat timbul diare pula.
4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil mengatasi asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya
akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi
beberapa hal sebagai berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan
udara (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan
penyebab kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) ini terjadi
karena terjadi kerugian a-bicarbon tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan. Produk
Metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria / anuria) dan terjadi
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler.
c. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang
menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah
menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan / penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50%
pada anak-anak
d. Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu
yang singkat, hal ini disebabkan oleh:
● Makanan syringe oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
● Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
● Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan
(shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
e. Phatway
f. Komplikasi
Sebagai akibat Kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
1. Dehidrasi
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 - 5% dari berat badan klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Penatalaksanaan: Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml / kg bb
selanjutnya 125 ml / kg bb / hari
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 8% dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
Penatalaksanaan: Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml / kg bb
selanjutnya 125 ml / kg bb / hari
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 10% dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Penatalaksanaan:
● Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml / kg bb / 24 jam dengan
pemberian cairan 4: 1 (4 glukosa 5% + 1 NaHCO3 12%)
dengan cara pemberian: 4 jam pertama 25 ml / kg bb / jam,
20 jam berikutnya 150 ml / kg bb / 20 jam.
● Bayi berat badan lahir rendah (berat badan <2 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml / kg bb / 24 jam, pemberian
cairan adalah 4 glukosa 10% + 1 NaHCO3 12%, dengan
pemberian 4 jam pertama 25 ml / kg bb / jam, berikutnya
150 ml / kg bb / 20 jam.
● Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)
Cara mempersembahkannya adalah 1 jam pertama 40 ml /
kg bb / jam kemudian menambahkan 7 jam berikutnya 12
ml / kg bb / menit dan 16 jam kemudian 125 ml / kg bb.
● Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)
Cara mempersembahkannya adalah 1 jam pertama 30 ml /
kg bb / jam kemudian muncul 7 jam berikutnya 10 ml / kg
bb / menit dan 16 jam kemudian 125 ml / kg bb.
● Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)
Cara mempersembahkannya adalah 1 jam pertama 20 ml /
kg bb / jam kemudian muncul 7 jam berikutnya 10 ml / kg
bb / menit dan 16 jam kemudian 105 ml / kg bb (FKUI,
1985 ).
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein
g. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit , BUN, kreatinin, dan glukosa.
4. Pemeriksaan tinja: pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah

g. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pemberian cairan.
1. Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan yang
diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60
Meq / l dapat dibuat sendiri ( mengandung larutan garam dan
gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal
tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum
dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2. Cairan parenteral.
Mengenai banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari
berat badan atau ringannya dehidrasi, yang kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.

Jadwal pemberian cairan

1. Belum ada dehidrasi


● Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
● Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
2. Dehidrasi ringan
● 1 jam pertama: 25-50 ml / kgBB peroral atau
intragastrik
● Selanjutnya: 125 ml / kgBB / hari
3. Dehidrasi sedang
● 1 jam pertama: 50-100ml / kgBB peroral atau
intragastrik
● Selanjutnya: 125 ml / kgBB / hari
4. Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
b. Diatetik: mempersembahkan makanan dan minuman khusus
pada klien dengan tujuan penyembuhan dan pemeliharaan
kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan:
1. Memberikan asi.
2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori,
protein, vitamin, mineral dan yang bersih.
3. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat
(nasi tim) bila anak tidak mau minum susu.
4. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau asam
lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
c. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)
● Obat anti sekresi.
● Obat anti spasmolitik.
● Obat pengeras tinja.
● Obat antibiotik.

Pencegahan diare dapat dilakukan dengan mengusahakan


lingkungan yang bersih dan sehat:

1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memantau


makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya udara yang kurang memenuhi kebutuhan sanitasi
standar di lingkungan tempst tinggal. Udara benar-benar
mendidih, bersih, tidak ada bau, tidak berwarna dan tidak
berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu tangan, kaki, dan
muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di
sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri
saat ke sekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan
tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban / WC yang
sudah memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar.
Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga)
dengan sumur atau sumber air pagar 10 meter agar udara
tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa
menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari,
memasak, mandi, dan lain-lain.

I. Konsep Asuhan Keperawatan Diare


a. Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2
tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah
golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan orang yang
mengambil risiko terhadap infeksi, hal ini membantu
menjelaskan penurunan kejadian penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi pada sistem
infeksi virus dan virus menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh
terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya.
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali,
waktu pengeluaran: 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari
(diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya,
antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan
candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi Pada anak usia balita makanan yang diberikan
seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap
hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada
anak usia balita sangat rentan ,. Cara pengelolahan makanan
yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan
cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang
mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan makanan pada
suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat
tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
● Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar
antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-
rata 8 cm) pertahun.
● Kenaikan linkar kepala: 12cm ditahun pertama dan
2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
● Tumbuh gigi 8 buah: tambahan gigi susu; geraham
pertama dan gigi taring, sepenuhnya 14 - 16 buah
● Erupsi gigi: geraham perama menuul gigi taring.
b. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund
Freud:
● Fase anal: Pengeluaran tinja menjadi sumber
kepuasan libido, mulai menunjukan keakuannya,
cinta diri sendiri /egoistik, mulai kenal dengan
tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bahasa dan bahasa
(mengacu pada kata sederhana, hubungna
interpersonal, bermain).

Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:

● Autonomy vs Shame and doundt


● Perkembangn ketrampilan motorik dan belajar
bahasa anak balita dari lingkungan dan keuntungan
yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk
mandiri (tak tergantug). Melalui perjuangan orang
tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika
orang tua terlalu protektif menuntut harapan yanag
terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan
ragu-ragu seperti juga perasaan tidak mampu yang
dapat berkembang pada diri anak.
● Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan
kecerdasan, bergaul dan mandiri: Umur 2-3 tahun:
1. Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan
sedikitpun
2. Hitungan (GK)
3. Meniru membuat garis lurus (GH)
4. Menyatakan keinginan tangga dengan dua kata
(BBK)
5. Melepas pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar perut membesar,
b. Keadaan umum: klien lemah, gelisah, permata, lesu,
kesadaran menurun.
c. Kepala: ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah tutup
pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata: cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan: mukosa mulut kering, distensi
abdomen, peningkatan peristaltik> 35 x / mnt, nafsu makan
menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatannya, minum sedikit atau
nampaknya bisa minum.
f. Sistem Pernafasan: dispnea, pernafasan cepat> 40 x / mnt
karena asidosis metabolik (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler: nadi cepat> 120 x / mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang.
h. Sistem integumen: warna kulit pucat, turgor menurun> 2 dt,
suhu meningkat> 37 0 c, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), waktu isi ulang kapiler memajang> 2
detik, kemerahan pada daerah perianal. saya.
i. Sistem perkemihan: urin produksi oliguria sampai anuria
(200-400 ml / 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum
sakit.
j. Dampak hospitalisasi: semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stres yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasif yang ditunjukan adalah
protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium:
● Feses kultur: Bakteri, virus, parasit, candida
● Serum elektrolit Hiponatremi, Hipernatremi,:
hipokalemi
● AGD: asidosis metabolik (Ph menurun, PO2
meningkat, PCO2 meningkat, HCO3 menurun)
● Faal ginjal: UC meningkat (GGA) b. Radiologi:
mungkin ditemukan bronchopemoni

b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare atau output berlebihan dan asupan yang kurang.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi sekunder terhadap diare.
4. Resiko gangguan integritas kulit hubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasif.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan situasi, kurang
pengetahuan.

c. Keperawatan Intervensi
Diagnosa 1:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil:
● Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x / mnt, S; 36-
37,5 ° c, RR: <40 x / mnt)
● Turgor elastik, membran mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, UUB tidak cekung.
● Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi:

1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit R /


Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan
terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2. Beri LRO (larutan rehidrasi oral) R / Untuk rehidrasi dan
kehilangan kehilangan cairan melalui feses
3. Berikan LRO sedikit tapi sering / anjurkan keluarga untuk
memberi minum banyak pada kien, 2-3 It / hr R / Mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
4. Setelah rehidrasi berikan diet yang teratur pada anak sesuai
toleransi R / Karena penelitian menunjukkan pemberian ulang
diet normal secara dini bersifat menguntungkan untuk
menurunkan jumlah defekasi dan penurunan berat badan serta
pemendekan durasi penyaki
5. Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis) R / Untuk
keefektifan intervensi
6. Timbang berat badan setiap hari R / Mendeteksi cairan hilang,
penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan 1 It
7. Kaji TTV, turgor kulit, membran mukosa, dan status mental
every 4 jam atau sesuai indikasi R / Untuk mengkaji hidrasi
8. Input cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan
gelatin R / Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat,
rendah elektrolit, dan mempunyai osmolaritas yang tinggi
Kolaborasi:
1. Pemeriksaan laboratorium elektrolit (Na, K, Ca, BUN) R /
koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk melihat
faal ginjal (kompensasi).
2. Cairan parenteral IV line) sesuai dengan umur R / Mengganti
cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
3. Obat-obatan: (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik) R / anti
sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal,
antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
4. Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat,
sembarangan dan keluaran, dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi
R / Untuk menjamin hasil yang optimal dan memperbaiki
kesalahan terhadap aturan terapeutik

Diagnosa 2:

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di
RS kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria:

● Nafsu makan meningkat


● BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi:

1. Diskusikan dan jelaskan tentang simpanan diet (makanan


berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin) R /
Serat Tinggi, lemak, udara yang terlalu panas / dingin dapat
merangsang lambung dan saluran usus.
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap
atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat R / situasi
yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3. Berikan jam istirahat (tidur) dan kurangi kegiatan yang
berlebihan R / kurangi pemakaian energi yang berlebihan
4. Observasi dan catat respos terhadap mempersembahkan makan
R / Untuk mengkaji toleransi mempersembahkan makan
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain:
● Terapi gizi: Diet TKTP rendah, susu
● Obat-obatan terapi atau vitamin (A)

R / Mengandung zat yang diperlukan, untuk proses


pertumbuhan

6. Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat R /


untuk meningkatkan kontrol terhadap program terpautik

Diagnosa 3:
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam
tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria:
● Suhu tubuh dalam batas normal (36-37,5 C)
● Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor,
fungtio leasa)

Intervensi:

1. Pantau suhu tubuh setiap 2 jam R / Deteksi dini terjadinya


perubahan fungsi tubuh (adanya infeksi)
2. Berikan kompres hangat R / merangsang pusat pengatur panas
untuk menurunkan produksi panas tubuh
3. Kolaborasi mempersembahkan antipirektik R / Merangsang
pusat pengatur panas otak

Diagnosa 4:

Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan


peningkatan frekwensi BAB (diare)

Tujuan : dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit


integritas kulit tidak terganggu

Kriteria: Tidak terjadi iritasi: kemerahan, lecet, terjaga Keluarga


yang mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik
dan benar

Intervensi:

1. Diskusikan dan jelaskan menjaga tempat tidur R / Kebersihan


mencegah perkembang biakan kuman
2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
(bila basah dan mengganti pakaian bawah dan alasnya) R /
Mencegah pelaksanaan iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feses
3. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam R /
Melancarkan vaskulerisasi, kurangi kontrol yang lama sehingga
tak terjadi kondisi dan irirtasi.

Diagnosa 5:

Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Tujuan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama di rumah


sakit, klien yang mampu beradaptasi

Kriteria: Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang


dan tidak ada permata

Intervensi:

1. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan R /


Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2. Persepsi yang salah pada perawat dan RS R / mengurangi rasa
takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3. Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan
pengobatan R / menambah rasa percaya diri anak akan
keberanian dan kemampuannya
4. Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi
baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll) R / Kasih
mengatakan serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan
rasa aman pada klien.
5. Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak.

Diagnosa 6:
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi,
kurang pengetahuan.

Tujuan: Keluarga memahami tentangg penyakit anaknya dan


pengobatannya serta mampu memberikan perawatan.

Kriteria: Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak,


khususnya di rumah.

Intervensi

1. Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan


tindakan terapeutik R / Untuk mendorong perintah terhadap
program terapeutik, khususnya jika sudah berada di rumah.
2. Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan
pada anak. R / Untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan
nyaman pada anak serta mau kooperatif
3. Izinkan anggota keluarga untuk menghitung dalam perawatan
anak sebanyak yang mereka inginkan R / Untuk memenuhi
kebutuhan anak dan keluarga.
4. Instruksikan keluarga mengenai pencegahan R / Untuk
mencegah penyebaran infeksi.
5. Atur perawatan kesehaan pascahospitalisasi R / Untuk
menjamin pengkajian dan pengobatan yang kontinu.
6. Rujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan komunitas
R / Untuk pengawasan perawata di rumah sesuai kebutuhan.

Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/40624973/
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_DIARE

Anda mungkin juga menyukai