Disusun :
NIA AMELIA
433131440119023
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam laporan pendahuluan “Konsep
dan Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus” ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik menyangkut isi maupun tulisan. Kekurangan-kekurangan
tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis
sendiri. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
sehingga penulis dapat berbenah diri dan dapat memberikan yang terbaik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
Bab I. Pendahuluan
A. Pengkajian..................................................................................................................6
B. Diagnosa keperawatan................................................................................................6
C. Rencana keperawatan.................................................................................................6
D. Rasional......................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I.
PENDAHULUAN
1
2
darah kecil di ginjal, jantung, mata, dan sistem saraf, sehingga mengakibatkan berbagai
macam komplikasi.
Beberapa jenis penyakit diabetes disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1. Kondisi autoimun
Kondisi autoimun yang menyebabkan diabetes melitus terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh Anda menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang
bertugas menghasilkan hormon insulin. Hormon insulin berperan penting dalam
penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh. Ketika terjadi gangguan pada pankreas,
produksi insulin bisa berkurang atau bahkan terhenti. Alhasil, kadar gula dalam
darah meningkat karena tanpa bantuan insulin glukosa tidak dapat diserap oleh sel-
sel tubuh dengan baik.
2. Resistensi insulin
Kencing manis terjadi karena lemak, hati, dan sel-sel otot di tubuh tidak merespons
insulin dengan benar. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan resistensi
insulin. Resistensi insulin sendiri membuat sel tubuh tidak bisa menerima gula darah
untuk kemudian diolah menjadi energi. Hal ini memberi sinyal bahwa tubuh
kekurangan gula, sehingga memecah kembali glikogen. Pada akhirnya, gula akan
terus menumpuk dan menyebabkan kadar gula darah tinggi, atau disebut
hiperglikemia.
C. Patofisiologi Diabetes Melitus
1. Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi
maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
3
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis.
Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting.
2. Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes
tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe
II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes
tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan
dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya
sangat tinggi).
4
Definisi Insulin
Poliuria
Pelepasan O2 Deficit volume cairan
Nyeri
Terapi nutrisi medis merupakan bagian penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci
keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter,
ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta diabetisi dan keluarganya). TNM ini pada
dasarnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang disasarkan pada status gizi,
kebiasaan makan dan kondisi yang telah ada atau sedang terjadi. TNM dapat dipakai
sebagai pencegahan timbulnya diabetes bagi penderita yang mempunyai risiko
diabetes, terapi pada penderita yang sudah terdiagnosa diabetes (diabetisi) serta
mencegah laju berkembangnya komplikasi diabetes.
2. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes
perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa
darah atau insulin.
3. Pola Hidup Sehat
Didalam praktek sehari-hari perlu dilakukan penyuluhan bagi para diabetisi agar bisa
melakukan pola hidup sehat yang meliputi pola makan dan pola latihan fisik dengan
mudah.
4. Latihan Fisik
Selama latihan fisik kebutuhan energi akan meningkat dan ini dipenuhi dari
pemecahan glikogen dan pembongkaran trigliserida, asam lemak bebas dari jaringan
adiposa serta pelepasan glukosa dari hepar. Kadar glukosa dipertahankan normal
untuk memenuhi kebutuhan energi otak selama latihan fisik melalui mekanisme
hormonal.
G. Komplikasi Diabetes Melitus
Baik diabetes tipe 1 maupun 2 dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan retina
mata, kerusakan saraf, penyakit stroke dan jantung koroner, kerusakan ginjal, disfungsi
seksual, keguguran, atau bayi lahir mati dari ibu yang mengidap diabetes.
BAB II.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Hal yang perlu dikaji pasien Diabetes Mellitus:
1. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istrirahat dan tidur,
takikardia/takipnea pada aktu melakukan aktivitas dan koma
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas
bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
3. Eliminasi
Poliuria, nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan manurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
5. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,
letargi, koma dan bingung
6. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis
7. Respirasi
Takhipnea, kusmaul, ronkhi, wheezing dan sesak nafas
8. Integritas/jaringan kulit
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum
9. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten
pada pria
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien Diabetes Mellitus adalah
1. Kekurangan volume tubuh b.d diuresis osmotic (D.0023)
2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakseimbangan insulin,
penurunan masukan oral (D.0019)
3. Resiko infeksi b.d hyperglikemia (D.0142)
4. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori b.d ketidakseimbangan
glukosa/insulin dan atau elektrolit (D.0037)
5. Kelelahan b.d penurunan produksi energy metabolic (D.0057)
6. Ketidakberdayaan b.d penyakit jangka panjang/progresif yang tidak di obati,
ketergantungan pada orang lain (D.0056)
7. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
kurangnya mengingat, kesalahan interpretasi informasi (D. 0111)
C. Rencana Keperawatan
Intervensi yang diberikan tergantung masalah keperawatan yang muncul.
D. Rasional
Setelah dilakukan implementasi oleh perawat selama 2x24 jam diharapkan pasien
mengalami perubahan membaik pada masalahnya.
6
DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/kesehatan/diabetes
https://hellosehat.com/diabetes/diabetes-melitus/
https://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2015/01/patofisiologi-
dan-pathway- diabetes.html?m=1
https://www.academia.edu/11920553/
Definisi_Klasifikasi_Etiologi_dan_Manifestasi_Klinis_Diabetes
_Melitus_serta_Fisiologi_Pankreas
http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=11045&bid=4554