Anda di halaman 1dari 17

TATALAKSANA DIABETES DI PUSKESMAS

Apa itu diabetes melitus (kencing manis, penyakit gula)?

Diabetes melitus adalah penyakit autoimun kronis yang disebabkan oleh gangguan
pengaturan gula darah. Diabetes melitus juga sering disebut sebagai penyakit gula atau
kencing manis.

Penyakit kencing manis dapat disebabkan oleh berbagai hal yang meliputi:

 Kurangnya produksi insulin oleh pankreas


 Kurangnya respon tubuh terhadap insulin
 Adanya pengaruh hormon lain yang menghambat kinerja insulin

Jika diabetes melitus tidak diobati dengan perawatan yang tepat, maka dapat menyebabkan
berbagai komplikasi yang berbahaya, bahkan bisa mengancam nyawa penderitanya.

Jenis-jenis diabetes melitus

Berdasarkan hal yang menyebabkannya, penyakit diabetes melitus dibagi dalam beberapa
jenis, yaitu:

Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah gangguan autoimun yang menyebabkan imun merusak sel-sel yang
memproduksi hormon insulin. Akibatnya, pankreas tidak dapat memproduksi hormon
tersebut sehingga tubuh kekurangan insulin. Tidak cukupnya kadar insulin dapat
meningkatkan kadar glukosa darah.

Kondisi ini umumnya menyerang pasien di bawah usia 40 tahun, terutama pada masa
remaja. Biasanya gejala penyakit ini lebih cepat terdeteksi pada usia yang lebih muda,
terutama pada masa kanak-kanak atau remaja.
Penyebab dari kondisi ini belum jelas. Para ahli menduga bahwa penyebab penyakit gula
tipe 2 mungkin terjadi akibat kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Namun, Anda
mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kondisi ini jika:

 orangtua atau saudara kandung Anda yang mengidap diabetes melitus


 dalam keadaan paparan penyakit virus
 munculnya autoantibodi
 kekurangan vitamin D, mengonsumsi susu sapi atau susu formula, dan sereal sebelum usia
4 bulan. Meskipun tidak langsung menyebabkan kondisi ini terjadi, tapi masih berisiko.

Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah tipe penyakit gula yang paling banyak terjadi. Angka kejadiannya
mencapai 90-95 persen dari semua kasus kencing manis di dunia. Kondisi ini disebut
dengan diabetes awitan dewasa karena lebih sering terjadi pada orang dewasa.

Tidak seperti diabetes tipe 1, penderita tipe 2 tetap memproduksi insulin tapi tidak
mencukupi. Penyebab persis mengapa muncul tipe 2 belum pasti, tapi para ahli percaya
bahwa kombinasi faktor genetik dan lingkungan berperan dalam memicu terjadinya
penyakit gula ini.

Kelebihan berat badan adalah pemicu utama penyakit gula, tapi tidak semua pasien
diabetes melitus tipe 2 kelebihan berat badan.

Diabetes gestasional

Diabetes gestational adalah penyakit kencing manis yang hanya terjadi pada wanita hamil.
Penyakit ini dapat menyebabkan masalah pada ibu maupun bayinya jika tidak diobati. Jika
ditangani cepat dengan baik, kondisi ini biasanya sembuh total setelah melahirkan.

Diabetes labil

Diabetes labil dikenal juga dengan brittle diabetes yang menandakan bahwa kadar gula
dalam darah cukup sulit untuk dikendalikan.
Orang dengan penyakit diabetes melitus ini kadar gula darahnya dapat berubah-ubah
dengan sangat cepat, bisa terlalu tinggi (hiperglikemia) atau terlalu rendah (hipoglikemia).

Orang yang memiliki diabetes tipe 1 berisiko besar mengalami jenis diabetes ini.
Sementara, orang dengan diabetes tipe 2 juga bisa terkena jika penyakitnya sudah kronis.

Tanda & gejala

Apa saja tanda dan gejala diabetes melitus?

Penyakit kencing manis sering kali tidak menunjukkan gejala apa pun pada awalnya.
Bahkan, banyak orang yang tidak pernah sadar sudah sakit diabetes melitus sejak lama
karena tidak pernah mengalami gejala berarti.

Akan tetapi, berikut beberapa tanda dan gejala khas penyakit diabetes melitus yang perlu
Anda ketahui:

 Sering merasa haus


 Sering buang air kecil, terkadang terjadi setiap jam dan disebut poliuria
 Lemah, lesu, dan tidak bertenaga
 Sering mengalami infeksi, misalnya infeksi kulit, vagina, sariawan, atau saluran kemih

Gejala diabetes melitus yang lebih jarang terjadi:

 Mual atau muntah


 Infeksi vagina pada wanita
 Infeksi jamur atau sariawan
 Mulut kering
 Luka sulit sembuh
 Gatal pada kulit, terutama pada lipatan paha atau daerah vagina

Gejala diabetes melitus lainnya yang harus Anda sadari:


1. Kaki sakit dan mati rasa

Penyakit diabetes melitus akan menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf tubuh. Tak
semua orang yang mengalami gejala ini.

Namun orang yang mengalami diabetes melitus, akan merasa mati rasa, kesemutan, dan
rasa sakit pada tubuh, terutama di kaki. Gejala seperti ini biasanya terjadi pada seseorang
yang sudah mengalami diabetes selama 5 tahun atau lebih.

2. Pandangan kabur

Pandangan kabur pada penderita diabetes melitus biasanya berasal dari gangguan lensa
(katarak) atau gangguan saraf mata (retinopati diabetikum).

Penyakit gula ini dapat memicu penumpukan protein di dalam lensa mata sehingga
terjadinya proses katarak.

Gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan pembuluh darah kecil di mata
terganggu bahkan pecah. Akibanya saraf mata (retina) tidak dapat bekerja dengan baik.

3. Masalah kulit

Penyakit diabetes melitus dapat menimbulkan masalah kulit. Ini terjadi akibat kadar
insulin yang tinggi mendorong pigmen yang menimbulkan bercak hitam pada kulit.

Jika ada perubahan yang terasa pada kulit, bisa saja menjadi tanda awal Anda memiliki
penyakit gula atau kencing manis.

Perubahan bisa saja ditandai dengan kulit yang menjadi gelap, bersisik, hingga muncul
keriput dini.

4. Rentan terhadap infeksi atau penyakit

Seseorang dengan gejala kencing manis ini cenderung lebih rentan terhadap infeksi bakteri
maupun jamur karena mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang menurun.
Mikroorganisme tersebut membutuhkan glukosa sebagai sumber energinya. Maka, kuman
akan tumbuh subur karena mendapatkan nutrisi (glukosa) yang berlimpah dari darah
Anda. Infeksi dapat tumbuh dalam lipatan kulit yang hangat dan lembab, seperti antara jari
tangan dan kaki, di bawah payudara, atau di dalam atau di sekitar alat kelamin.

5. Gusi merah dan bengkak

Penyakit gula dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda dan kemampuan Anda
untuk melawan infeksi sehingga meningkatkan risiko masalah pada gigi, infeksi gusi dan
rahang gigi Anda. Gusi Anda dapat bengkak atau mungkin mengalami luka.

6. Luka lama sembuh

Kadar gula darah tinggi dapat mempengaruhi aliran darah dan menyebabkan kerusakan
saraf di daerah tubuh sehingga mengganggu proses penyembuhan alami tubuh Anda.

Jadi, jika Anda memiliki luka yang tak kunjung sembuh atau justru semakin memburuk,
segera periksa ke dokter.

7. Cepat lapar

Kurangnya insulin pada pasien diabetes melitus untuk memasukkan gula ke sel membuat
otot dan organ melemah sehingga tubuh kehabisan energi. Otak akan mengira kurang
energi itu karena kurang makan, sehingga tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan
dengan mengirimkan sinyal lapar.

8. Berat badan turun tiba-tiba

Walau nafsu makan meningkat, penderita diabetes melitus dapat mengalami penurunan
berat badan, bahkan sangat drastis. Berhati-hatilah bila perubahannya sampai 5 persen
dari berat badan.
Kemampuan metabolisme glukosa yang terganggu, membuat tubuh akan menggunakan
sumber lain sebagai ‘bahan bakar’, misalnya otot dan lemak. Pembakaran lemak dan otot
inilah yang membuat tubuh pasien diabetes melitus jadi kurus.

Mengetahui gejala diabetes melitus ini lebih awal akan memudahkan Anda untuk
mengatasi gejala tersebut dan bahkan dapat mencegahnya.

Kapan saya harus pergi ke dokter?

Kebanyakan orang sering kali tidak menyadari terkena penyakit diabetes melitus sampai
gula darahnya sudah terlanjur melonjak naik sehingga menyebabkan berbagai gejala yang
parah.

Maka dari itu, jika Anda mengalami berbagai gejala diabetes yang telah disebutkan di atas,
atau Anda mencurigai terkena penyakit kencing manis, jangan ragu untuk segera
berkunjung ke dokter.

Penyebab

Apa saja penyebab diabetes melitus?

Sebelum mengetahui penyebab penyakit gula, Anda perlu tahu bagaimana glukosa diproses
oleh tubuh. Glukosa sangat penting untuk tubuh, karena bekerja sebagai sebagai sumber
energi bagi sel-sel dan jaringan tubuh, terutama otak.

Glukosa sebenarnya berasal dari makanan yang Anda makan dan disimpan sebagai
cadangan di dalam hati (liver). Jenis glukosa yang disimpan di hati disebut dengan
glikogen.

Jika Anda belum makan otomatis kadar gula darah akan rendah. Guna mencegah hal
tersebut, liver akan memecah glikogen menjadi glukosa dan menyeimbangkan kadar gula
darah Anda.
Penyebab diabetes tipe 1

Penyebab pasti diabetes tipe 1 tidak diketahui. Namun, para ahli menduga bahwa diabetes
disebabkan karena sistem kekebalan tubuh Anda menyerang dan menghancurkan sel-sel
pankreas yang bertugas untuk menghasilkan hormon insulin.

Hormon insulin membuat glukosa lebih mudah untuk diserap oleh sel-sel tubuh sehingga
menurunkan kadar gula dalam aliran darah. Namun, jika Anda mengalami gangguan fungsi
pankreas, produksi insulin juga akan terganggu.

Akibatnya, tubuh tidak dapat menghasilkan hormon insulin dengan cukup, sehingga kadar
gula dalam darah akan terus meningkat.

Penyebab diabetes tipe 2

Penyakit kencing manis disebabkan karena lemak, hati, dan sel-sel otot di tubuh Anda tidak
merespon insulin dengan benar. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan resistensi
insulin.

Resistensi insulin sendiri membuat sel tidak bisa menerima gula darah untuk kemudian
diolah menjadi energi. Hal ini membuat tubuh menganggap bahwa ia sedang kekurangan
gula sehingga memecah glikogen kembali.

Pada akhirnya, gula akan terus menumpuk di dalam darah dan terjadilah kadar gula darah
tinggi yang disebut dengan hiperglikemia.

Penyebab diabetes gestasional

Selama kehamilan, plasenta akan menghasilkan sejumlah hormon untuk mendukung


kehamilan Anda. Sayangnya, hormon-hormon yang dihasilkan akan membuat sel-sel di
dalam tubuh jadi resisten terhadap insulin.
Sayangnya, pankreas tidak selalu dapat memproduksi insulin ekstra untuk mengatasi
resistensi tersebut. Akibatnya, gula darah menumpuk di dalam darah dan menyebabkan
diabetes gestasional.

Penyebab diabetes labil

Diabetes labil terjadi akibat berbagai hal yang memicu perubahan kadar glukosa darah
secara drastis. Hal-hal yang menyebabkan perubahan gula darah tersebut antara lain tidak
mengecek gula darah atau tidak minum obat seperti yang dianjurkan dokter.

Bisa juga disebabkan oleh stres emosional, gangguan makan, penggunaan narkoba atau
alkohol, gastroparesis, dan penyakit celiac.

Faktor risiko

Apa saja faktor risiko penyakit kencing manis?

Mengutip dalam laman Mayo Clinic, berikut berbagai hal yang bisa membuat Anda berisiko
tinggi terkena penyakit diabetes melitus.

Penyakit diabetes tipe 1

 Riwayat keluarga
 Terkena infeksi virus tertentu
 Adanya kerusakan sel sistem kekebalan tubuh (autoantibodi)
 Kekurangan vitamin D

Penyakit diabetes tipe 2

 Usia di atas 45 tahun


 Obesitas alias kegemukan
 Malas gerak
 Riwayat medis keluarga
 Prediabetes
Penyakit diabetes gestasional

 Usia
 Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini
 Memiliki riwayat penyakit PCOS
 Pernah mengalami diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya
 Mengidap diabetes sebelum masa hamil
 Pernah mengalami keguguran atau bayi lahir mati (stillbirth) tanpa diketahui penyebabnya
 Obesitas sebelum kehamilan
 Hamil di usia lebih dari 30 tahun

Penyakit diabetes labil

 Memiliki penyakit diabetes tipe 1


 Memiliki penyakit diabetes tipe 2 yang kronis

Obat dan cara pengobatan

Bagaimana cara mengobati kencing manis?

Diabetes melitus adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Namun, bukan berarti
Anda jadi merasa putus asa.

Penyakit gula ini masih bisa diatasi dan dikendalikan. Salah satunya, dengan minum obat
diabetes melitus. Tergantung jenis kencing manis yang dialami, berikut beberapa pilihan
obat penyakit gula.

Obat diabetes tipe 1

Ketika Anda mengalami diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh akan menyerang sel yang
memproduksi insulin sehingga kadar insulin yang dihasilkan tubuh berkurang. Maka dari
itu, dokter biasanya akan diberikan obat diabetes berupa insulin yang akan disuntikkan
pada tubuh pasien setiap hari.

Beberapa jenis insulin tersebut antara lain:


 Insulin dengan aksi cepat. Insulin ini biasanya akan diberikan saat Anda hanya memiliki
sedikit waktu untuk menyuntikkan insulin, seperti saat kadar gula melebihi target.
 Insulin dengan aksi lambat. Kebalikan dari insulin dengan aksi cepat, insulin dengan aksi
lambat biasa digunakan saat Anda memiliki waktu yang lebih lama dalam menyuntikkan
insulin. Tapi dibandingkan dengan insulin aksi cepat, insulin aksi lambat lebih jarang
digunakan.
 Insulin dengan aksi intermediate. Meskipun lama waktu penyuntikkan insulin jenis ini
relatif panjang, namun insulin aksi intermediate biasanya dikombinasikan dengan aksi yang
lebih cepat, sehingga mampu memaksimalkan manfaat dari penyuntikkan.

Obat diabetes tipe 2

Orang yang mengalami penyakit kencing manis umumnya tidak mampu menggunakan
insulin yang ada sebagaimana mestinya.

Tak semua orang dengan penyakit gula memerlukan obat. Dalam beberapa kasus, dokter
mungkin hanya meminta pasien untuk mengubah gaya hidupnya agar menjadi lebih sehat,
seperti rutin olahraga dan menjalani diet khusus.

Nah, ketika kedua cara tersebut tidak cukup, barulah dokter akan meresepkan sejumlah
obat diabetes melitus untuk membantu menurunkan gula darah. Beberapa obat diabetes
melitus yang sering diresepkan dokter adalah metformin, pioglitazone, sulfonilurea,
agonis, repaglinide, acarbose, gliptin, dan nateglinide.

Namun, Anda harus waspada dalam menggunakannya. Pasalnya, obat diabetes melitus
dapat menyebabkan sejumlah efek samping seperti kembung dan diare. Kabar baiknya,
efek samping ini tidak selalu muncul pada setiap orang. Diskusikan dengan dokter Anda
bila Anda mengalami efek samping obat tersebut.

Pengobatan rumahan
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan untuk mengatasi penyakit gula?

1. Menjaga pola makan dan asupan gizi

Makanan untuk orang dengan penyakit gula hampir sama dengan orang yang sehat-sehat.
Bedanya, makanan Anda lebih diatur dari mereka.

Dokter biasanya akan meminta Anda untuk lebih banyak mengonsumsi makanan bergizi,
rendah lemak dan kalori sehingga bisa mengontrol kadar gula darah Anda.

Berikut panduan makanan yang aman dikonsumsi pasien diabetes melitus:

 Biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks seperti nasi merah, kentang panggang, oatmeal,
roti dan sereal dari biji-bijian utuh.
 Ganti gula Anda dengan pemanis rendah kalori dan mengandung kromium untuk
meningkatkan fungsi insulin dalam tubuh, sehingga bisa membantu mengontrol gula darah.
 Daging tanpa lemak yang dikukus, direbus, dipanggang, dan dibakar.
 Sayur-sayuran hijau, seperti brokoli dan bayam yang diproses dengan cara direbus,
dikukus, dipanggang atau dikonsumsi mentah
 Buah-buahan segar. Jika Anda ingin menjadikannya jus, sebaiknya jangan ditambah gula.
 Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang dikukus, dimasak
untuk sup dan ditumis.
 Produk olahan susu rendah lemak dan telur.
 Ikan seperti tuna, salmon, sarden dan makarel.

Jika pasien diabetes menerapkan pola makan yang sehat, maka berat badan tetap ideal,
kadar gula darah stabil, dan terhindar dari risiko penyakit jantung.

2. Olahraga teratur

Manfaat olahraga teratur untuk penderita kencing manis adalah membantu menjaga berat
badan turun. Selain itu, insulin jadi lebih mudah menurunkan gula darah, membantu
jantung dan paru-paru bekerja lebih baik dan memberi Anda lebih banyak energi.
Tidak usah memilih jenis olahraga yang berat. Anda bisa melakukan olahraga ringan yang
cocok untuk pasien diabetesi, seperti berjalan, berenang, bersepeda di dekat rumah Anda.
Beberapa aktivitas lain juga menjadi ide bagus agar tubuh tetap aktif bergerak, contohnya
membersihkan rumah mulai hobi berkebun.

Cobalah berolahraga minimal tiga kali seminggu selama sekitar 30 sampai 45 menit. Jika
Anda adalah tipe orang yang jarang olahraga, cobalah 5 sampai 10 menit pada awal
olahraga, dari sini nanti Anda bisa meningkatkan waktunya.

Jika kadar gula darah Anda kurang dari 100-120, makanlah apel atau segelas susu sebelum
Anda berolahraga. Saat Anda sedang berolahraga, bawalah makanan ringan agar gula darah
Anda tidak turun.

Tips jika Anda menggunakan insulin

 Berolahraga setelah makan, bukan sebelum makan.


 Tes gula darah Anda sebelum, selama, dan sesudah olahraga. Jangan berolahraga bila kadar
gula darah Anda rendah, kurang dari 70.
 Hindari berolahraga sebelum tidur karena bisa menyebabkan gula darah Anda turun di
malam hari.

Tips jika Anda tidak menggunakan insulin

 Temui dokter Anda, jika Anda berniat untuk ikut kelas fitness atau program latihan
olahraga.
 Tes gula darah Anda sebelum dan sesudah berolahraga jika Anda mengonsumsi obat
diabetes melitus. Pastikan Anda gula darah tidak lebih rendah dari 70.

3. Rajin cek gula darah Anda setiap hari

Kadar gula darah pasien diabetes melitus harus dipantau secara rutin. Ini adalah cara
penting guna mengatasi serta menjaga kadar gula darah Anda tetap normal. Cek gula darah
juga bisa memberikan informasi mengenai kadar glukosa darah Anda pada saat itu juga.
Anda bisa menggunakan alat tes gula darah yang disebut glukometer, dengan petunjuk
pemakaian sebagai berikut:

1. Pastikan tangan Anda telah dicuci, masukkan kertas test strip ke alat ukur gula darah.
2. Perlahan, tusuk ujung jari dengan jarum steril hingga darah keluar
3. Bila darah yang keluar sedikit, perlahan pijat jari hingga darah keluar cukup
4. Pegang dan tahan ujung test strip sampai darah menetes pada test strip, dan tunggu
hasilnya.
5. Kadar glukosa darah Anda akan muncul di layar alat

Kadar glukosa umumnya berbeda saat sebelum dan setelah Anda makan. Untuk tingkat
gula darah normal sebelum makan, kadarnya sekitar 70-130 mg/dL. Kemudian, tingkat
gula darah dua jam setelah makan seharusnya kurang dari 180 mg/dL dan menjelang tidur
berkisar 100-140 mg/dL.

Jumlah kadar gula darah dapat menggambarkan kondisi kesehatan Anda. Kadar gula darah
tinggi dianggap sebagai pertanda bahwa kondisi tubuh Anda sedang tidak sehat. Catat
kadar gula darah setiap kali Anda memeriksa kadar gula darah.

4. Pastikan Anda selalu minum obat atau suntik insulin

Keseimbangan kadar gula darah pada pasien diabetes terkadang tidak bisa terjaga dengan
baik hanya melalui penerapan pola makan sehat dan olahraga teratur. Anda juga mungkin
membutuhkan obat-obatan untuk menanganinya.

Ada beberapa jenis obat hipoglikemik oral (biasanya dalam bentuk tablet). Anda juga
mungkin diberikan kombinasi dari dua jenis obat atau lebih untuk mengendalikan kadar
gula darah Anda.

Dalam kasus tertentu, obat-obatan dalam bentuk tablet mungkin akan kurang efektif untuk
mengobati penyakit gula sehingga Anda membutuhkan terapi insulin.

Berdasarkan dosis dan cara pemakaiannya, terapi ini dapat diberikan untuk menggantikan
atau diberikan bersamaan dengan obat-obatan seperti yang telah disebutkan di atas tadi.
Pencegahan

Bagaimana cara mencegah diabetes melitus?

Penyakit diabetes melitus dapat dicegah dengan melakukan olahraga teratur, menjaga pola
hidup sehat, dan menjaga kadar gula darah tetap normal.

1. Raih berat badan sehat

Obesitas adalah salah satu faktor risiko utama dari diabetes tipe 2. Diet kalori dan rendah
lemak sangat dianjurkan sebagai cara terbaik untuk menurunkan berat badan dan
mencegah diabetes.

2. Banyak makan buah dan sayur

Dengan makan sayur dan buah-buahan segar setiap hari, Anda dapat mengurangi risiko
diabetes sampai 22 persen. Fakta ini diambil menurut hasil dari sebuah penelitian tentang
diet selama 12 tahun dari hampir 22 ribu orang dewasa.

Penurunan risiko secara langsung berhubungan dengan berapa banyak buah-buahan dan
sayuran yang Anda konsumsi.

3. Kurangi gula

Untuk menjaga kadar gula darah normal, Anda harus membatasi konsumsi gula, tapi bukan
berarti Anda jadi anti gula. Anda bisa mengganti gula pasir dengan pemanis rendah kalori
dan bebas gula untuk mencegah penyakit gula dan mengontrol asupan kalori.

4. Aktif berolahraga

Usahakan berolahraga minimal 30 menit sehari 3-5 kali seminggu untuk memaksimalkan
pencapaian target berat badan idea sekalus juga untuk mengurangi risiko Anda terkena
diabetes.
Selain itu, berolahraga juga bisa menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan kadar
insulin.

Apa Akibatnya Jika Diabetesi Terjangkit Tuberkulosis (TBC)?

Diabetes melitus dan tuberkulosis (TBC) merupakan dua penyakit berbeda yang sama-
sama umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan data WHO pada tahun 2018, dengan total
842 ribu kasus setahun Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara dengan jumlah
TB tertinggi di dunia setelah India dan Cina. Begitu pula dengan kasus diabetes. Menurut
hasil survei International Diabetes Foundation (IDF) tahun 2015, diperkirakan jumlah
penderita diabetes di Indonesia saat ini sebanyak 9,1 juta dan akan meningkat sampai 21,3
juta orang pada tahun 2030.

Namun, tahukah Anda bahwa meski berbeda kedua penyakit ini saling berhubungan?

Kenapa diabetes dan TBC berhubungan?

Dilihat sekilas, diabetes dan TBC sama sekali berbeda. Baik dari sifat penyakitnya,
penyebab, dan gejalanya. Namun, memiliki salah satu penyakit ini dapat meningkatkan
risiko Anda terhadap penyakit satunya.

Pada orang yang punya diabetes, misalnya. Diabetes adalah kondisi yang melemahkan
sistem imun. Semakin tinggi kadar gula darah orang tersebut maka sistem imun tubuhnya
semakin lemah. Ini dapat membuat Anda lebih rentan terserang infeksi.

Infeksi tuberkulosis sebenarnya termasuk menjadi salah satu komplikasi diabetes yang
terselubung. Penderita diabetes bahkan dilaporkan berisiko tiga kali lipat untuk terinfeksi
TBC yang lebih parah daripada orang lainnya. Hal ini disebabkan karena diabetes
menyebabkan penurunan sitokin Th-1 yang berperan penting mengontrol dan
menghambat perkembangan bakteri penyebab TBC, yaitu Mycobacterium tuberculosis
bacilli.

Sebaliknya pun demikian. Pengidap TBC aktif cenderung mengalami peningkatan kadar
gula darah yang tinggi, terutama jika infeksi tersebut tidak diobati dengan baik. Hal ini
telah dibuktikan dalam riset Baghael, et al. Studi tersebut melaporkan sekitar 16,5-49%
pengidap TB aktif mengalami intoleransi glukosa. Dari riset itu juga ditemukan bahwa
sebanyak 56,6% dari orang tersebut kembali memiliki kadar gula darah normal setelah
mendapat pengobatan TB rutin.

Orang yang mengidap TBC bahkan berisiko tinggi untuk meninggal akibat kekambuhan dan
keparahan infeksinya jika ia juga menderita diabetes.

Pengobatan TBC dan diabetes juga saling berhubungan

Selain dari sifat penyakitnya yang berhubungan, pengobatannya pun demikian. Jika
seorang pengidap TBC mengalami diabetes atau sebaliknya, besar risikonya dari kedua
jenis obat itu akan berinteraksi. Interaksi antar obat dapat membuat zat obat bekerja tidak
efektif, atau menimbulkan efek samping yang berbahaya.

Misalnya, pemberian obat rifampicin untuk TBC yang dapat menurunkan


kadar sulfonilurea (salah satu jenis obat diabetes) dalam darah. Hal ini disebabkan proses
metabolisme sulfonilurea yang dipengaruhi oleh enzim CYP2C9. Sementara itu, obat
rifampisin bekerja dengan merangsang enzim CYP. Akibatnya, kombinasi dari obat
diabetes dan TBC ini dapat membuat sulfonilurea kurang efektif mengendalikan gula darah.

Tak hanya rifampisin saja. Pemberian obat TB golongan isoniazid juga akan memengaruhi
kerja obat sulfonilurea untuk diabetes. Pasalnya isoniazid bekerja menghambat enzim CYP
sehingga akan menyebabkan peningkatan kadar sulfonilurea dalam darah. Akibatnya,
muncullah efek samping obat DM yang tidak diinginkan berupa hipoglikemia (penurunan
kadar gula darah drastis)

Anda mungkin juga menyukai