Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Banyak orang yang masih mengganggap penyakit diabetes
merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena
faktor keturunan. Padahal, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua
maupun muda, termasuk saya. Namun, yang perlu anda pahami adalah
anda tidak sendiri. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun
2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang
mengidap diabetes. Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah
penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang,
dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru
sekitar 30 persen yang datang berobat teratur. Sangat disayangkan bahwa
banyak penderita diabetes yang tidak menyadari dirinya mengidap
penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula atau kencing manis.
Hal ini mungkin disebabkan minimnya informasi di masyarakat
tentang diabetes terutama gejala-gejalanya. Sebagian besar kasus diabetes
adalah diabetes tipe 2 yang disebabkan faktor keturunan. Tetapi faktor
keturunan saja tidak cukup untuk menyebabkan seseorang terkena diabetes
karena risikonya hanya sebesar 5%. Ternyata diabetes tipe 2 lebih sering

terjadi pada orang yang mengalami obesitas alias kegemukan akibat gaya
hidup yang dijalaninya.
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa
(gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Insulin adalah
hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam
mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula
ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai
cadangan energi. Nah, berapa kadar gula darah yang disebut tinggi?
Menurut

kriteria

diagnostik

PERKENI

(Perkumpulan

Endokrinologi Indonesia) 2006, seseorang dikatakan menderita diabetes


jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu
>200 mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan
meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar
gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya
berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang
dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya. Kadar gula darah yang
normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif (bertahap)
setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif
bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum
merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah
kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula

darah menurun secara perlahan. Ada cara lain untuk menurunkan kadar
gula darah yaitu dengan melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga
karena otot menggunakan glukosa dalam darah untuk dijadikan energi.
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup
untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak
memberikan respon yang tepat terhadap insulin. Ada 2 tipe Diabetes
Mellitus, yaitu:
1. Diabetes Mellitus tipe 1 (diabetes yang tergantung kepada
insulin)
2. Diabettes Mellitus tipe 2 (diabetes yang tidak tergantung kepada
insulin, NIDDM)
Diabetes Mellitus tipe 1 > Penderita menghasilkan sedikit insulin
atau sama sekali tidak menghasilkan insulin. Umumnya terjadi sebelum
usia 30 tahun, yaitu anak-anak dan remaja. Bisa terjadi pada anak-anak
dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Para ilmuwan
percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor gizi
pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan
menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Untuk terjadinya hal ini
diperlukan kecenderungan genetik. 90% sel penghasil insulin (sel beta)
mengalami kerusakan permanen. Terjadi kekurangan insulin yang berat
dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur.
Diabetes Mellitus tipe 2 juga cenderung diturunkan secara genetik
dalam keluarga Diabetes Mellitus tipe 2. Pankreas tetap menghasilkan

insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh


membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan
insulin relatif. Faktor resiko untuk diabetes tipe 2 adalah obesitas dimana
sekitar 80-90% penderita mengalami obesitas.
Penyebab diabetes lainnya adalah: Kadar kortikosteroid yang
tinggi, Kehamilan diabetes gestasional (akan hilang setelah melahirkan),
obat-obatan yang dapat merusak pancreas, racun yang mempengaruhi
pembentukan atau efek dari insulin.
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula
darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL,
maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih
tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan
sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih
dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam
jumlah yang banyak (poliuri). Akibatnya, maka penderita merasakan haus
yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar
kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita
seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan
(polifagi). Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan
berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olah raga. Penderita
diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.

Diabetes Mellitus tipe 1 timbul tiba-tiba. Berkembang dengan


cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis
diabetikum. Diabetes Mellitus tipe 2. Tidak ada gejala selama beberapa
tahun. Jika insulin berkurang semakin parah maka sering berkemih dan
sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Pada penderita diabetes
tipe 1, terjadi suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum.
Meskipun kadar gula di dalam darah tinggi tetapi sebagian besar sel tidak
dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga sel-sel ini mengambil
energi dari sumber yang lain. Sumber untuk energi dapat berasal dari
lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan
senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam
(ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus
dan berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut
(terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena
tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita
tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum
bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam.
Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe 1
bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali
penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau
penyakit yang serius. Penderita diabetes tipe 2 bisa tidak menunjukkan
gejala-gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin
parah, maka timbullah gejala yang berupa sering berkemih dan sering

merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat
tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat infeksi atau
obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa
menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang
disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.
Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejalanya yaitu 3P
(polidipsi,

polifagi,

poliuri)

dan

hasil

pemeriksaan

darah

yang

menunjukkan kadar gula darah yang tinggi (tidak normal). Untuk


mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil setelah
penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan.
Perlu perhatian khusus bagi penderita yang berusia di atas 65 tahun.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa dan jangan setelah
makan karena usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih
tinggi.
Kriteria Diagnostik Gula darah (mg/dL) Puasa : Bukan Diabetes (<
110) Pra Diabetes (110-125) Diabetes (> 126) Sewaktu : Bukan Diabetes
(< 110) Pra Diabetes (110-199) Diabetes (> 200).
Mengontrol kadar gula darah dapat dilakukan dengan terapi
misalnya patuh meminum obat. Faktor keturunan memiliki pengaruh
apakah seseorang dapat terkena diabetes atau tidak. Selain keturunan, gaya
hidup juga berperan besar. Diabetes tipe 2 sering terjadi pada orang yang
mengalami obesitas. Obesitas atau kegemukan merupakan pemicu
terpenting penyebab diabetes. Obesitas artinya berat badan berlebih

minimal sebanyak 20% dari berat badan idaman. Juga berarti indeks masa
tubuh lebih dari 25 kg/m2. Lemak yang berlebih akan menyebabkan
resistensi terhadap insulin. Ini menjelaskan mengapa diet dan olahraga
merupakan metode penatalaksanaan untuk diabetes tipe 2. Dengan
menurunkan berat badan dan meningkatkan massa otot, akan mengurangi
jumlah lemak sehingga membantu tubuh memanfaatkan insulin dengan
lebih baik.
Ternyata ada hubungan antara diabetes tipe 2 dengan letak
tumpukan lemak terbanyak. Bila timbunan lemak terbanyak terdapat di
perut maka risiko terkena diabetes lebih tinggi. Para peneliti juga percaya
bahwa gen yang membawa sifat obesitas ikut berperan dalam
menyebabkan diabetes. Gen yang bernama gen obes ini mengatur berat
badan melalui protein pemberi kabar apakah kita lapar atau tidak. Pada
percobaan dengan tikus, bila gen ini bermutasi maka tikus akan menjadi
obes dan mengalami diabetes tipe 2. Penelitian menunjukkan bahwa
kegemukan berhubungan dengan waktu yang dihabiskan di depan TV dan
komputer. Menonton TV akan menyebabkan tidak bergerak juga
berpengaruh terhadap pola makan mengemil. Bagaimana cara mengatasi
kegemukan untuk menghindari diabetes? Caranya mudah, murah dan
efektif, antara lain:
1. Membiasakan diri untuk hidup sehat
2. Biasakan diri berolahraga secara teratur
3. Hindari menonton TV atau main komputer terlalu lama

4. Jangan mengkonsumsi permen, coklat, atau snack dengan


kandungan garam yang tinggi.
5. Hindari makanan siap saji dengan kandungan kadar karbohidrat
dan lemak tinggi.
6. Konsumsi sayuran dan buah-buahan. Tingginya jumlah
penderita di daerah perkotaan, antara lain disebabkan karena
perubahan gaya hidup masyarakatnya.
Diabetes tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, sudah saatnya kita
melakukan tindakan pencegahan, antara lain tidak makan berlebihan,
menjaga berat badan, dan rutin melakukan aktivitas fisik. Olahraga juga
dapat secara efektif mengontrol diabetes, antara lain dengan melakukan
senam khusus. Bahkan DM membunuh lebih banyak dibandingkan dengan
HIV/AIDS. Untuk penderita diabetes, komplikasi bisa dicegah dengan
mengendalikan gula darah.
Di Indonesia, sekitar 95% kasus adalah diabetes tipe 2. Pada
diabetes tipe 2 ini, penyebabnya tidak hanya faktor keturunan tapi juga
gaya hidup misalnya kegemukan yang terjadi akibat gaya hidup makan
kaya lemak dan tidak berolahraga. Faktor keturunan tidak bisa dicegah
tapi gaya hidup bisa diubah. Jangan sampai gemuk, jangan banyak makan
makanan berlemak dan manis serta banyaklah bergerak, saran Prof
Sidartawan. Risiko diabetes setiap tahunnya meningkat 30 persen,
sehingga Prof. Sidartawan menyarankan agar melakukan pemeriksaan gula

darah setahun sekali jika kita termasuk dalam satu atau dua dari faktor
risiko diabetes.
Pemantauan kadar gula darah penderita diabetes (diabetesi) secara
teratur merupakan bagian yang penting dari pengendalian diabetes,
terutama penderita DM tipe 1, DM tipe 2 dengan terapi insulin, DM tipe 2
yang sering mengalami hipoglikemia dan DM Gestasonal. Pemantauan
kadar gula darah ini penting karena membantu menentukan penanganan
medis yang tepat sehingga mengurangi resiko komplikasi yang berat, dan
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes. Pemeriksaan kadar
gula darah dapat dilakukan dengan berbagai cara baik di laboratorium,
klinik bahkan dapat dilakukan pemantauan kadar gula mandiri yang dapat
dilakukan pasien dirumah.

1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat rumusan
masalah untuk mengetahui seberapa besar prosentasi faktor resiko
penyakit gula darah terhadap nilai standar gula darah dan apakah terdapat
hubungan yang signifikan antara penderita DM dengan faktor resiko.

1.3.

Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1.3.1. Terjadinya pergeseran periode makan di masyarakat.
1.3.2. Riwayat penyakit.

1.3.3. Riwayat penyakit keluarga.


1.3.4. Faktor resiko perilaku kehidupan sehari-hari.

1.4.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui besaran prosentase faktor resiko penyakit gula
darah dengan skrining faktor resiko penyakit tidak menular di UPT
Puskesmas Palimanan.

1.5.

Batasan Masalah
Adanya penelitian ini dilakukan rentang waktu dan tanggal

1.6.

Manfaat dan Kegunaan


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
gambaran hasil dari skrining faktor resiko penyakit tidak menular di UPT
Puskesmas Palimanan.

1.7.

Hipotesa
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan.
H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Diabetes Millitus
2.1.1. Definisi Diabetes Militus
Diabetes Militus, DM (bahasa Yunani : diabainein,tembus
atau pancuran air) (bahasa Latin : mellitus, rasa manis) yang juga
dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis
adalah kelainan metabolic yang disebabkan oleh banyak factor,
dengan simtoma berupa hiperglikemia kronis dan gangguan
metabolism karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari :

Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau


keduanya.

Defisiensi transporter glukosa.

Atau keduanya.
Berbagai penyakit, sindrom dan sistoma dapat terpicu oleh

diabetes mellitus, antara lain : Alzheimer, ataxia-telangiectasia,


sindrom Down, penyakit Hutington, kelainan mitokondria, distrofi
miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom
Werner, sindrom Wolfram, leukoraiosis, demensia, hipotiroidisme,
hipertiroidisme, hipogonadisme, dan lain-lain.

Pada tahun 2013, Indonesia memiliki sekitar 8,5 juta


penderita Diabetes yang merupakan jumlah ke-empat terbanyak di
Asia dan nomor-7 di dunia. Dan pada tahun 2020, diperkirakan
Indonesia akan memiliki 12 juta penderita diabetes, karena yang
mulai terkena diabetes semakin muda.

2.1.2. Klasifikasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan
bentuk diabetes mellitus berdasarkan perawatan dan simtoma :
1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga
rusaknya sel beta didalam pankreas yang disebabkan atau
menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes
mellitus dengan pathogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau
defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi
insulin, seringkali disertai dengan sindrom resistansi insulin.
3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired
glucose tolerance, GIGT dan gestational diabetes mellitus,
GDM.
Dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan pathogenesis,
dibuat menjadi :
4. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus
defisiensi peptida-C.

5. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi


insulin endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala
normoglicema, jika tidak disertai dengan tambahan hormone
dari luar tubuh.
6. Not insulin requiring diabetes.
Kelas empat pada tahap klinis serupa dengan klasifikasi
IDDM (bahasa Inggris: insulin-dependent diabetes mellitus),
sedang tahap kelima dan keenam merupakan anggota kalsifikasi
NIDDM (bahasa Inggris: non insulin-dependent diabetes mellitus).
IDDM dan NIDDM merupakan klasifikasi yang tercantum pada
International Nomenclature of Diseases pada tahun 1991 dan revisi
ke-10 International Classificatofion Diseases pada tahun 1992.
Klasifikasi Malnutrion-related diabetes mellitus, MRDM,
tidak lagi digunakan oleh karena, walaupun malnutrisi dapat
memengaruhi ekspresi beberapa tipe diabetes, hingga saat ini
belum ditemukan bukti bahwa malnutrisi atau defisiensi protein
dapat menyebabkan diabetes. Subtipe MRDM; Protein-deficient
pancreatic diabetes mellitus, PDPDM, PDPD, PDDM masih
dianggap sebagai bentuk malnutrisi yang diinduksi oleh diabetes
mellitus dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Sedangkan
subtype

lain,

Fibrocalculous

pancreatic

diabetes,

FCPD,

diklasifikasikan sebagai penyakit pancreas eksokrin pada lintasan

Fibrocalculous

pancreatopathy

yang

menginduksi

diabetes

mellitus.
Klasifikasi

Impaired

didefinisikan

sebagai

sebagaimana

dapat

tahap
diamati

Glucose
dari
pada

Tolerance,

cacat

IGT,

regulasi

seluruh

tipe

kini

glucosa,
kelainan

hiperglisemis. Namun tidak lagi dianggap sebagai diabetes.


Klasifikasi

Impaired

Fasting

Glycaemia,

IFG,

diperkenalkan sebagai simtoma rasio gula darah puasa yang lebih


tinggi dari batas atas rentang normalnya, tetapi masih dibawah
rasio yang ditetapkan sebagai dasar diagnose diabetes.

2.2.

Pemeriksaan Gukosa Darah


Metode pemeriksaan glukosa darah yang umum dilakukan adalah
dengan menggunakan alat Fotometer. Pemeriksaan ini menggunakan
plasma dan serum sebagai sampel, alat ini terdapat di laboratorium klinik
dan rumah sakit. Pemeriksaan kadar glukosa darah di laboratorium klinik
dan rumah sakit yang lain juga ada yang menggunakan alat glukometer.
Bentuk alat ini sangat kecil sehingga mudah dibawa kemana saja, selain
itu alat ini sangat praktis digunakan karena dalam penggunaannya lebih
memudahkan untuk pemantauan kadar glukosa darah terutama pada
penderita diabetes mellitus dan alat ini terdapat di setiap laboratorium
kesehatan. Alat tersebut mempunyai berbagai macam merk dan banyak

diproduksi oleh berbagai macam pabrik alat kesehatan tentunya dengan


kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Metode pemeriksaan kadar glukosa darah dengan menggunakan
alat glukometer tersebut bekerja secara elektrokimia atau biosensor
amperometri. Glukometer secara umum ada beberapa jenis diantaranya :
2.2.1. Tes Menggunakan Stik
Ujung jari ditusuk dengan jarum lalu darah diteteskan pada
strip yang kemudian dimasukkan ke mesin glukometer, selanjutnya
membaca kadar gula darah. Metode ini hanya dilakukan untuk
memantau kadar gula darah anda sehari-hari. Hasil tes tidak
sepenuhnya akurat, sehingga tes terhadap darah dari vena
sebaiknya juga dilakukan sesuai dengan anjuran dokter (Arora,
2008).

2.2.2. Tes Menggunakan Uji Strip


Ujung jari ditusuk kemudian letakkan tes darah pada strip
uji yang mengandung suatu senyawa kimia. Pastikan jari tidak
menyentuh strip itu dan hanya darah yang berkontak dengannya.
Tunggulah hingga strip uji berubah warna. Cocokkan warna strip
itu dengan grafik warna standar pada botol yang menunjukkan
berbagai kadar gula darah. Metode ini disebut juga pembacaan
visual karena perlu membandingkan warna pada strip dengan
warna pada grafik warna standar (Savitri, 2007)

2.2.3. Tes Menggunakan Uji Meteran


Ada beberapa jenis meteran glukosa darah yang tersedia.
Alat ini adalah mesin kecil terkomputerisasi yang mengukur kadar
gula darah. Setiap meteran ini memiliki instruksi yang terperinci
tentang cara mencatat kadar gula darah. Perlu meletakkan tetes
darah pada lembar uji dan memasukkan lembar itu ke dalam
meteran sesuai dengan instruksi yang tersedia pada peralatan itu.
Pada kadar gula darah akan tercatat dalam bentuk angka (Savitri,
2007)

2.2.4. Tes Menggunakan Carik Celup


Carik celup dilekati kertas berisi dua macam enzim yaitu
glukosa oxide dan peroxidase bersama dengan semacam zat seperti
o-tolidine yang berubah warna jika dioxidasi. Kalau ada glukosa,
maka oleh pengaruh glukosa-oxidasa glukosa menghasilkan asam
glukonat dan hydrogen peroxida, oleh pengaruh peroxidasa
hydrogen peroxida mengalihkan oksigen kepada o-tolidine yang
berubah warna menjadi biru, lebih banyak glukosa lebih tua warna
biru yang terjadi pada reaksi ini, sehingga penilaian semikuantitatif
juga mungkin.
Banyak jenis pemeriksaan penyaring sekarang dilakukan
dengan menggunakan carik celup biasanya sangat cepat, mudah
dan spesifik untuk glukosa dan test hanya memerlukan waktu amat

singkat. Tetapi hal itu tidaklah berarti bahwa tidak ada kelemahankelemahannya. Penilaian semi kuantitatif harus benar-benar
menuruti petunjuk yang diberikan oleh pembuat carik celup
mengenai saat membandingkan warna yang timbul dengan skala
warna yang mendampingi carik celup. Penilaian semikuantitatif itu
tidak selalu parallel dan sederajat dengan penilaian semikuantitatif
yang berlaku untuk reagen benedict. Selain kromogen o-tolidine
yang menjadi biru ada pula carik celup yang menggunakan iodide
sebagai kromogen, warna coklatlah yang menandakan reaksi
positif (Gandasoebrata).
Metode pemeriksaan kadar glukosa darah ada tiga yaitu :
1. Metode enzimatik oksidase
Prinsip : Enzim glukosa oksidase mengkatalisa oksidasi
glukosa menjadi asam glukosa dan H2O2.
2. Metode heksokinase kinetik
Prinsip : Enzim heksokinase membantu/mentransfer mengubah
pospat ke ATP dari glukosa menjadi glukosa 6 pospat dan ADP
Glukosa 6 pospat dipakai sebagai sitrat dan NADP.
3. Metode glukosa oksidase

GOD

glukonek O2 dektroda

Prinsip : glukosa + O2 acid + H2O2 dimana O2 sebanding dengan


kadar glukosa.

2.3.

Diagnosis
2.3.1. Penyaringan Penyakit Diabetes
Jika salah satu faktor risiko diabetes dibawah ini terpenuhi,
maka harus dilakukan penyaringan penyakit diabetes dengan
melakukan Tes Gula Darah Puasa dan Tes Gula Darah 2 jam
setelah makan. Mengingat melakukan 2 Tes diatas di laboratorium
klinik biayanya sama besar dengan Tes Toleransi Glukosa, maka
sebaiknya langsung saja melakukan Tes Toleransi Glukosa.
Faktor Risiko diabetes :

Kelompok usia dewasa tua (45 tahun ke atas).

Kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27


(kg/m2)} IMT atau Indeks Masa Tubuh = Berat Badan (kg)
dibagi Tinggi Badan (meter) dibagi lagi dengan Tinggi Badan
(cm), misalnya Berat Badan 86 kg dan Tinggi Badan 1,75
meter, maka IMT = 86/1,75/1,75 = 28 > 27, berarti memiliki
faktor risiko diabetes.

Tekanan darah tinggi (>140/90 mmHg).

Riwayat keluarga DM, ayah atau ibu atau saudara kandung ada
yang terkena penyakit diabetes.

Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram.

Riwayat DM pada kehamilan.

Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250


mg/dl.

Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT


(glukosa darah puasa terganggu).
Banyak orang berpendapat, bahwa orang kurus tidak dapat

terkena diabetes, hal ini tidak benar, terutama orang kurus dengan
perut buncit yang disebut obesitas sentral. Menurut Public Health
England 2014, seseorang dengan perut buncit apakah kurus apakah
gemuk dengan lingkar pinggang melebihi 80 cm bagi wanita dan
melebihi 90 cmbagi pria memiliki tingkat risiko 7 kali lebih besar
terkena diabetes daripada yang tidak buncit. Buncit berarti
kelebihan asupan makanan dan mengundang terjadinya diabetes.
Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan
puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaringan dan diagnosis DM
(mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu :
Plasma vena
Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa :
Plasma vena
Darah kapiler

Bukan
DM

Belum
pasti
DM

DM

< 110
< 90

110-199
90-199

> 200
> 200

< 110
< 90

110-125
90-109

> 126
> 110

2.3.2. Simtoma Klinis


Simtoma hiperglisemia lebih lanjut menginduksi tiga gejala klasik
lainnya :

Poliuria sering buang air kecil.

Polidipsia selalu merasa haus.

Polifagia selalu merasa lapar.

Penurunan berat badan, seringkali hanya pada diabetes mellitus


tipe 1.
Dan setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai,

dapat memicu berbagai komplikasi kronis, seperti :

Gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan.

Gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal.

Gangguan kardiovaskular, disertai lesi membrane basalis yang


dapat diketahui dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop
elektron.

Gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi saraf autonom,


foot ulcer, amputasi, charcot joint dan disfungsi seksual,
Dan gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria

dan non-ketotik yang dapat berakibat pada stupor dan koma.

Rentan terhadap infeksi.


Kata diabetes mellitus itu sendiri mengacu pada simtoma

yang disebut glikosuria, atau kencing manis, yang terjadi jika


penderita tidak segera mendapatkan perawatan.

2.3.3. Pengendalian Penyakit Diabetes


Ada 4 pilar pengendalian penyakit diabetes :

Edukasi, pasien harus tahu bahwa penyakit diabetes tidak dapat


disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan dan pengendalian harus
dilakukan seumur hidup.

Makanan, jika input/masukan buruk, maka output/hasil akan


buruk, demikian pula bila makan melebihi diet yang
ditentukan, maka kadar gula darah akan meningkat.

Olahraga, diperlukan untuk membakar kadar gula berlebih


yang ada dalam darah.

Obat, hanya jika diperlukan, tetapi bila kadar gula darah telah
turun dengan meminum obat, bukan berarti telah sembuh,
tetapi harus konsultasi dengan dokter apakah tetap meminum
obat dengan kadar yang tetap atau meminum obat yang sama
dengan kadar yang diturunkan atau meminum obat yang lain.
Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan

saja tidak mengalami kesulitan kalau berpuasa. Pasien yang cukup


terkendali dengan obat dosis tunggal juga tidak mengalami
kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka puasa.
Untuk yang terkendali dengan obat hipoglikemik oral
(OHO) dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis sebelum berbuka
lebih besar daripada dosis sahur. Untuk yang memakai insulin,
dipakai insulin jangka menengah yang diberikan saat berbuka saja.
Sedangkan pasien yang harus menggunakan insulin (DMTI) dosis
ganda, dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan.

2.3.4. Hereditas dan Gaya Hidup


Diabetes mellitus diturunkan, terutama bila kedua orang
tuanya penderita diabetes berat, tetapi mulai munculnya Diabetes
Mellitus tipe 2 lebih dipengaruhi oleh gaya hidup yang buruk,
bahkan pada pasangan yang salah satunya adalah penderita
Diabetes Mellitus tipe 2, maka pasangannya yang sebelumnya
tidak menderita Diabetes Mellitus tipe 2 pada akhirnya 26% dapat
juga mengidapnya, karena mengikuti atau terpengaruh oleh gaya
hidup pasangannya.
Lelaki seringkali telat terdeteksi menderita penyakit ini,
karena setelah Tahap Anal lelaki jarang mendapatkan Pemeriksaan
Laboratorium Klinik, sedangkan wanita setidak-tidaknya pada saat
hamil

sering memeriksakan

laboratorium klinik.

dirinya

ke dokter

dan juga

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Metode Penelitian
Metode penelitian dilakukan secara deskriptif.

3.2.

Objek Penelitian
Objek penelitian adalah hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dari alat
glukometer merek A, B, dan C dengan metode enzimatik.

3.3.

Populasi
Populasi yang digunakan adalah responden dari desa Pegagan Kabupaten
Cirebon yang memeriksakan kadar gula darah dengan sampel darah dari
200 responden yang di ambil dari populasi

3.4.

Tempat Dan Waktu Penelitian


3.4.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Posbindu PTM desa Pegagan Kecamatan
Palimanan Kabupaten Cirebon.

3.4.2. Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan juni 2014.

3.5.

Studi Pustaka
Pengumpulan

data

dilakukan

dengan

cara

mengumpulkan

informasi dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan


penelitian.

3.6.

Teknik Pengumpulan Data


3.6.1. Alat dan Bahan

Alat
Kuisioner
Pulpen
Timbangan
Meteran tinggi badan
Tensi meter
Glukometer
Stik Glukometer

Bahan
Blood Lancet
Kertas tissue
Kapas beralkohol
Stik Glukometer

3.6.2. Metode, Prinsip, Reaksi dan Nilai Normal

Metode
Elektrokimia atau biosensor amperometri.

Prinsip
Sampel darah dimasukkan kedalam strip glukocard yang
sudah siap, glukosa sampel bereaksi dengan glukosa
oksidase dan potassium ferricyanide yang sudah ada
didalam strip memproduksi potassium ferrocyanide.
Potassium ferrocyanide di dalam darah diubah menjadi
potassium ferricyanide

Reaksi
B-D-glucose + potassium ferricyanide

GOD

gluconic acid +

potassium ferrocyanide
Potassium ferrocyanide

Potassium ferrocyanide + e-

Nilai Normal
i.

KGDS : 110 140 mg/dl

ii.

KGDP : 90 110 mg/dl


Keterangan : KGDS : kadar gula darah sewaktu
KGDP : kadar gula darah puasa
(Harrison, growhill, Mc. 15 Edition)

3.6.3. Cara Kerja

Pengambilan Sampel
1. Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Periksa tempat penusukkan, bila pada jari tangan lihat alur
garis-garis ujung jari.
3. Desinfeksi tempat penusukkan dengan alcohol 70% dengan
menggunakan kapas, biarkan kering.
4. Kulit ujung jari ditegangkan dengan dua jari.
5. Penusukkan dilakukan dengan cepat dan tepat, dengan
kedalaman 3 mm, dengan arah lanset tegak lurus dengan
garis-garis tangan.
6. Tetes darah pertama dibuang, mungkin tercampur alcohol,
dan tetes berikutnya dapat digunakan. Jangan memijatmijatjari apabila darah kurang, karena akan tercampur
cairan jaringan, sehingga hasilnya lebih rendah (karena
tusukan kurang dalam).

Pemeriksaan Glukometer
1. Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Masukkan stik kedalam alat glukometer sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan.
3. Tunggu sampai alat glukometer menunjukkan tanda (

).

4. Masukkan sampel darah yang sudah disediakan sampai


bunyi tit.
5. Tunggu 3 detik, sampai hasil keluar.

Anda mungkin juga menyukai