Anda di halaman 1dari 18

DIABETES MILITUS

A.Pengertian

DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar


glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat
kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002)
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau
mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
B.etiologi

C.tanda gejala

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam
darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun
tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki


7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit
Faktor penyebab Diabetes Militus
Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor pemicu,diantaranya:
Pola makan
o Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat
memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi
dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah
meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.
Obesitas (kegemukan)
o Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk
terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang
diabetes mellitus.
Faktor genetis
o Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus
akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat
sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
o Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada
pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormonhormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
Penyakit dan infeksi pada pancreas
o Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang
otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon

untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
Pola hidup
o Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang malas
berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olah
raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di
dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi pankreas.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik
hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita
diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih
naik motor dibanding bersepeda, kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak
Menular di Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas fisik memiliki
risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas
lainnya.
Teh manis
o Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi.
Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori
(tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari
(tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah
tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita kelebihan kalori.
Ujungnya: obesitas dan diabetes.
Gorengan
Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal gorengan adalah salah satu
faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan
stroke. Penyebab utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh
darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah
kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL
(kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah.
Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai
makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.

Suka ngemil
o Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan diri dari obesitas
dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua potong camilan
seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya
mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang memadai. Semua makanan
itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung
yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
Kurang tidur.
o Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para ahli dari University
of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari mengakibatkan kemampuan tubuh
memproses glukosa menurun drastis. Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat
merangsang sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar,
penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula
darah naik.
Sering stress
o Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat stres datang, tubuh
akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol supaya gula darah naik dan ada
cadangan energi untuk beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk
maksud yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan
tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
Kecanduan rokok
o Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita menemukan bahwa
risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya
risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat,
seperti pola makan dan olahraga.
Menggunakan pil kontrasepsi
Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan progestin, atau
progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah. Menurut dr Dyah
Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil

kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa
bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama dibiarkan, pankreas menjadi
letih dan tidak berfungsi dengan baik.
Keranjingan soda
o Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses Health Study II terhadap 51.603 wanita usia 2244 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat berat badan dan
risiko diabetes melambung tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena
kandungan pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair tidak
membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.
dah terkena infeksi terutama pada kulit.

D.patifisologi

Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk


menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial
(sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis

(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru


dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi
insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan
lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan
elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes
tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan

dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya
sangat tinggi).
E.Patwhay

E.pemerikasaan penunjang

F.Komplikasi

Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan


kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan,
serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi.
Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.
Komplikasi jangka panjang dari diabetes
Organ/jaringan
yg terkena

Yg terjadi

Komplikasi

Plak aterosklerotik terbentuk &


menyumbat arteri berukuran besar
atau sedang di jantung, otak, tungkai

Sirkulasi yg jelek menyebabkan

& penis.

penyembuhan luka yg jelek & bisa

Pembuluh darah Dinding pembuluh darah kecil

menyebabkan penyakit jantung,

mengalami kerusakan sehingga

stroke, gangren kaki & tangan,

pembuluh tidak dapat mentransfer

impoten & infeksi

oksigen secara normal & mengalami


kebocoran
Mata

Terjadi kerusakan pada pembuluh

Gangguan penglihatan & pada

darah kecil retina

akhirnya bisa terjadi kebutaan

Penebalan pembuluh darah ginjal


Ginjal

Protein bocor ke dalam air kemih

Fungsi ginjal yg buruk

Darah tidak disaring secara

Gagal ginjal

normal
Kelemahan tungkai yg terjadi
Kerusakan saraf karena glukosa tidak
Saraf

secara tiba-tiba atau secara perlahan

dimetabolisir secara normal & karena Berkurangnya rasa, kesemutan


aliran darah berkurang

& nyeri di tangan & kaki


Kerusakan saraf menahun

Sistem saraf

Kerusakan pada saraf yg

Tekanan darah yg naik-turun

otonom

mengendalikan tekanan darah &

Kesulitan menelan & perubahan

saluran pencernaan

Kulit

Darah

diare

Berkurangnya aliran darah ke kulit &

Luka, infeksi dalam (ulkus

hilangnya rasa yg menyebabkan

diabetikum)

cedera berulang

Penyembuhan luka yg jelek

Gangguan fungsi sel darah putih


Gluka tidak dimetabolisir secara

Jaringan ikat

fungsi pencernaan disertai serangan

normal sehingga jaringan menebal


atau berkontraksi

Mudah terkena infeksi, terutama


infeksi saluran kemih & kulit
Sindroma terowongan karpal
Kontraktur Dupuytren

G.Penatalaksanaan

1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya

jenis makanan yang manis harus dihindari


Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative
Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :

1.
2.
3.
4.

Kurus (underweight) BBR < 90 %


Normal (ideal)
BBR 90% - 110%
Gemuk (overweight) BBR > 110%
Obesitas apabila
BBR > 120%

Obesitas ringan
Obesitas sedang
Obesitas berat
Morbid

BBR 120 % - 130%


BBR 130% - 140%
BBR 140% - 200%
BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah


bekerja biasa adalah :
1. Kurus (underweight)
2. Normal (ideal)
3. Gemuk (overweight)
4. Obesitas apabila

kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang


BB X 40-60 kalori sehari
BB X 30 kalori sehari
BB X 20 kalori sehari
BB X 10-15 kalori sehari

2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah makan,
berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya.
Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
Meningkatkan kadar kolesterol high density lipoprotein
Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.
Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam
lemak menjadi lebih baik.

3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4) Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan
berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit
lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler
2) Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Graves
2) Beberapa cara pemberian insulin
a) Suntikan insulin subkutan

Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 4 jam, sesudah suntikan subcutan,
kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa faktor antara lain :
5) Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara kembar
identik
I.Pencegahan

1. Lakukan lebih banyak aktivitas fisik


Ada banyak manfaat berolahraga secara teratur. Latihan olahraga dapat membantu meningkatkan
sensitivitas tubuh Anda terhadap insulin, yang membantu menjaga kadar gula darah dalam
kisaran normal. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada pria yang diikuti selama 10
tahun, untuk setiap 500 kkal yang dibakar per minggu melalui latihan, ada penurunan 6% risiko
relatif untuk pengembangan diabetes. Penelitian itu juga mencatat manfaat yang lebih besar pada
pria yang lebih gemuk.
Dengan meningkatkan olahraga, tubuh menggunakan insulin lebih efisien sampai 70 jam setelah
latihan. Jadi, berolahraga 3-4 kali seminggu akan bermanfaat pada kebanyakan orang. Penelitian
menunjukkan bahwa baik latihan aerobik dan latihan ketahanan dapat membantu mengendalikan
diabetes, tapi manfaat terbesar berasal dari program fitness yang meliputi keduanya. Perlu dicatat
bahwa banyak manfaat olahraga yang independen terhadap penurunan berat badan. Namun, bila
dikombinasikan dengan penurunan berat badan, keuntungannya meningkat secara substansial.

2. Dapatkan banyak serat dalam makanan


Makanan berserat tidak hanya mengurangi risiko diabetes dengan meningkatkan kontrol gula
darah tetapi juga menurunkan resiko penyakit jantung dan menjaga berat badan ideal dengan
membantu Anda merasa kenyang. Makanan tinggi serat antara lain buah-buahan, sayuran, bijibijian, kacang-kacangan dan umbi-umbian. Salah satu makanan tinggi serat yang terbukti dapat
mengendalikan diabetes adalah dedak padi atau bekatul.

3. Makanlah kacang-kacangan dan biji-bijian


Meskipun tidak jelas mengapa, biji-bijian dapat mengurangi risiko diabetes dan membantu
menjaga kadar gula darah. Dalam sebuah studi pada lebih dari 83.000 perempuan, konsumsi
kacang-kacangan (dan selai kacang) tampaknya menunjukkan beberapa efek perlindungan
terhadap pengembangan diabetes. Wanita yang mengonsumsi lebih dari lima porsi satu ounce
kacang per minggu menurunkan resiko terkena diabetes dibandingkan wanita yang tidak
mengonsumsi kacang sama sekali.

4. Turunkan berat badan

Sekitar 80% penderita diabetes kegemukan dan kelebihan berat badan. Jika Anda kelebihan berat
badan, pencegahan diabetes dapat bergantung pada penurunan berat badan. Setiap kg Anda
kehilangan berat badan dapat meningkatkan kesehatan Anda. Dalam sebuah penelitian, orang
dewasa yang kegemukan mengurangi risiko diabetes mereka sebesar 16 persen untuk setiap
kilogram berat badan yang hilang. Juga, mereka yang kehilangan sejumlah berat setidaknya 5
sampai 10 persen berat badan awal dan berolahraga secara teratur mengurangi risiko diabetes
hampir 60 persen dalam tiga tahun.

5. Perbanyak minum produk susu rendah lemak


Data mengenai produk susu rendah lemak tampaknya berbeda-beda, tergantung apakah Anda
gemuk atau tidak. Pada penderita obesitas, semakin banyak susu rendah lemak yang dikonsumsi,
semakin rendah risiko sindrom metabolik. Secara khusus, mereka yang mengonsumsi lebih dari
35 porsi produk susu tersebut seminggu memiliki risiko jauh lebih rendah dibandingkan mereka
yang mengonsumsi kurang dari 10 porsi seminggu. Menariknya, hubungan ini tidak begitu kuat
pada orang yang ramping.

6. Kurangi lemak hewani


Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 42.000 orang, diet tinggi daging merah, daging
olahan, produk susu tinggi lemak, dan permen, dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes
hampir dua kali dari mereka yang makan diet sehat. Hal ini independen terhadap berat badan dan
faktor-faktor lain.

7. Kurangi konsumsi gula


Konsumsi gula saja tidak terkait dengan pengembangan diabetes tipe 2. Namun, setelah
disesuaikan dengan berat badan dan variabel lainnya, tampaknya ada hubungan antara minum
minuman sarat gula dan pengembangan diabetes tipe 2. Wanita yang selalu minum satu atau
lebih minuman bergula sehari memiliki hampir dua kali lipat risiko terkena diabetes daripada
wanita yang hanya kadang-kadang atau tidak minum minuman bergula.

8. Berhenti merokok
Merokok tidak hanya berkontribusi pada penyakit jantung dan menyebabkan kanker paru-paru
tetapi juga terkait dengan pengembangan diabetes. Merokok lebih dari 20 batang sehari dapat
meningkatkan risiko diabetes lebih dari tiga kali lipat dibandingkan orang yang tidak merokok.
Penyebab pasti untuk hal ini belum diketahui dengan baik. Kemungkinan merokok secara
langsung menurunkan kemampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin. Selain itu, ada hubungan
antara merokok dan distribusi lemak tubuh. Merokok cenderung mendorong bentuk tubuh apel
yang merupakan faktor risiko untuk diabetes.

9. Hindari lemak trans

Hindari mengonsumsi lemak trans (minyak sayur terhidrogenasi) yang banyak digunakan pada
produk olahan dan makanan cepat saji. Minyak tersebut berkontribusi pada peningkatan risiko
penyakit jantung dan diabetes tipe- 2.

10. Dapatkan dukungan


Dapatkan teman, keluarga atau kelompok yang membantu Anda dalam mencegah diabetes.
Mereka dapat mendukung Anda dalam mempertahankan gaya hidup sehat baru Anda.

Prwtan luka pada dm

1. Cek catatan medis dan perawatan


2.

Kaji

kebutuhan

klien

untuk

manajemen

nyeri

farmakologi

nonfarmakologi saat akan dilakukan perawatan luka.


3. Cuci tangan
4. Siapkan alat-alat:
a. Satu set perawatan luka steril/ bak steril:
-

Sarung tangan steril 1 pasang

Pinset anatomis 2 buah

Pinset chirurgis 1 buah

Gunting jaringan 1 buah

Kassa steril

Kom berisi larutan pembersih (normal salin 0,9% sesuai order dokter)

b. Alat non steril:


-

Sarung tangan bersih

Kapas alkohol

Korentang

Perlak atau pengalas

Bengkok

Kom berisi Lysol 1%

Gunting verban/ plester

Verban

Plester

(analgetik)

atau

Schort

Masker

Obat sesuai program medis

Tempat sampah

C. TAHAP KERJA
1. Cuci tangan
2. Jaga privasi klien
3. Gunakan schort, masker
4. Gunakan sarung tangan bersih sebagai proteksi
5. Tempatkan tempat sampah dekat dengan kita
6. Atur posisi klien senyaman mungkin dan yang memudahkan dalam perawatan luka
7. Pasang perlak dan pengalas di bawah pada bagian luka yang akan dirawat
8. Taruh bengkok dekat dengan luka
9. Lepaskan plester, ikatan atau balutan dengan pinset, basahi plester dengan kapas yang
diolesi alcohol dan tarik plester perlahan sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan
dengan menggunakan pinset anatomis. Bila balutan lengket dengan luka maka basahi
dengan dengan NS secukupnya.
10. Angkat balutan dan pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien.
11. Buang balutan kotor pada bengkok
12. Inspeksi keadaan luka (tipe luka, derajat luka, tanda-tanda infeksi,pus)
13. Taruh pinset yang telah digunakan di cairan desinfektan dan lepaskan sarung tangan
bersih.
14. Gunakan teknik steril dalam membuka alat-alat steril dan menuangkan cairan sesuai
order.
15. Pakai sarung tangan steril dan ambil pinset anatomis dan chirurgis
16. Pegang pinset chirurgis pada tangan dominan dan anatomis pada tangan non dominan
untuk memegang kassa yang telah dibasahi dengan normal salin 0,9%.
17. Bersihkan luka menggunakan tangan dominant dengan gerakan satu arah sirkuler
(dalam ke luar) atau (atas ke bawah) dengan ganti kassa pada tiap area.keluarkan pus

dengan menekan area luka secara perlahan, pada jaringan nekrosis dapat dilakukan
debridement.
18. Keringakan luka dengan kassa kering
19. Beri obat pada area luka sesuai dengan order
20. Tutup luka dengan kassa kering sesuai dengan kebutuhan
21. Balut luka dengan verban
22. Pasang plester untuk fiksasi balutan
23. Buang kotoran pada bengkok pada tempat sampah dan bereskan alat
24. Lepaskan sarung tangan
25. Cuci tangan

Askep sesuai pathway

Diagnosa yang Mungkin Muncul


a. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
menggunakan glukose
c. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan
mekanisme pengaturan
d. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.

RENCANA KEPERAWATAN
NO
1

DIAGNOSA

TUJUAN (NOC)

INTERVENSI (NIC)

Nyeri akut
NOC:
berhubungan
Tingkat nyeri
dengan agen injuri Nyeri terkontrol
biologis
Tingkat kenyamanan
(penurunan
Setelah
dilakukan
perfusi jaringan
asuhan keperawatan
perifer)
selama 3 x 24 jam,
klien dapat :
1. Mengontrol
nyeri,
dengan indikator :
Mengenal faktor-faktor
10.
penyebab
11.
Mengenal onset nyeri
Tindakan pertolongan
non farmakologi
Menggunakan analgetik
Melaporkan
gejalagejala nyeri kepada
tim kesehatan.
Nyeri terkontrol
2. Menunjukkan tingkat
nyeri,
dengan
indikator:
Melaporkan nyeri
Frekuensi nyeri
Lamanya episode nyeri
Ekspresi nyeri; wajah
Perubahan
respirasi
rate
Perubahan
tekanan
darah
Kehilangan
nafsu
makan
.
Ketidakseimbanga Nutritional Status :
n nutrisi kurang Food
and
Fluid1.
dari
kebutuhan Intake
2.
tubuh
b.d. Intake makanan peroral3.
ketidakmampuan
yang adekuat
4.
menggunakan
Intake NGT adekuat 5.
glukose (tipe 1) Intake cairan peroral6.
adekuat
Intake
cairan yang
adekuat
Intake TPN adekuat

Manajemen nyeri :
Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frek
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelu
Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
Kurangi ontro presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis)..
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil.
Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.

Defisit
Volume NOC:
Cairan
b.d Fluid balance
Kehilangan
Hydration
volume
cairan Nutritional Status : Food
secara
aktif, and Fluid Intake
Kegagalan
Kriteria Hasil :
mekanisme
Mempertahankan urine
pengaturan
output sesuai dengan
usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal

NIC :
Fluid management
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ort
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
Kolaborasikan pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada suhu ruangan

Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.

Nutrition Management
Monitor intake makanan dan minuman yang dikonsumsi klien setiap hari
Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang dibutuhkan dengan berkolaborasi de
Dorong peningkatan intake kalori, zat besi, protein dan vitamin C
Beri makanan lewat oral, bila memungkinkan
Kaji kebutuhan klien akan pemasangan NGT
Lepas NGT bila klien sudah bisa makan lewat oral

Tekanan darah, nadi,


suhu tubuh dalam
10.
batas normal
11.
Tidak ada tanda tanda
12.
dehidrasi, Elastisitas
13.
turgor
kulit
baik,
14.
membran
mukosa
15.
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan

Perfusi jaringan
NOC :
tidak efektif b.d Circulation status
hipoksemia
Tissue Prefusion :
jaringan.
cerebral
Kriteria Hasil :
a. mendemonstrasikan
status sirkulasi
Tekanan systole
dandiastole dalam
rentang yang
diharapkan
Tidak ada
ortostatikhipertensi
Tidak ada tanda tanda
peningkatan tekanan
intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
b. mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai dengan:
berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai
dengan kemampuan
menunjukkan
perhatian, konsentrasi
dan orientasi
memproses informasi
membuat keputusan
dengan benar

Dorong masukan oral


Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi

NIC :
Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)
Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
Monitor adanya paretese
Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi
Gunakan sarun tangan untuk proteksi
Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
Monitor kemampuan BAB
Kolaborasi pemberian analgetik
Monitor adanya tromboplebitis
Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi

Anda mungkin juga menyukai